Alona memeluk Elios dengan erat, tatapannya menatap waspada kepada Edric yang sejak tadi tidak mengalihkan perhatiannya sama sekali dari dirinya dan juga Elios." Wah aku tidak menyangka, ternyata kamu juga telah melupakan aku. " Ucapnya tanpa mengalihkan pandangannya.Edward tersenyum tipis sambil berdiri menutupi Elios dan Alona yang berada di belakang punggungnya dari pandangan Edric, " Jangan salah paham, selama ini aku selalu merindukan mu, saudara ku. "Mendengar hal tersebut, Edric pun langsung tertawa terbahak-bahak, hingga tangannya memeluk perutnya dan menitikkan air mata, namun di detik berikutnya tatapannya berubah menjadi dingin, lalu menyerang Edward secara tiba-tiba dengan sebuah pedang yang lebih gelap dari gelapnya malam. Karena serangannya yang begitu cepat dan begitu mendadak, membuat Edward tak bisa mengelak tepat waktu dan membuatnya mendapat luka kecil di wajahnya. Kendati begitu, Edward tidak bergeming sedikit pun, raut wajahnya terlihat sama seperti sebel
Selama perjalanan mereka menuju kerajaan Maraham, Edward yang membawa Elios di punggungnya hanya terdiam sambil sesekali menatap Alona yang berjalan di sampingnya dengan tatapan lurus ke depan, tatapannya begitu fokus ke depan tanpa memperdulikan sekitarnya. Semakin lama mereka bersama, Edward merasa semakin canggung, padahal mereka adalah pasangan suami istri, tapi rasanya mereka seperti orang asing yang tak saling mengenal.Edward pun berdecak, kenapa malah jadi seperti ini? Bukankah seharusnya mereka saling berpelukan lalu saling menggenggam tangan satu sama lain?' Apa dia masih marah? ' Batin Edward sambil melirik Alona di sampingnya.Namun tiba-tiba, Edward memutuskan untuk beristirahat sejenak di sebuah pohon rindang berukuran besar membuat Alona menjadi bingung, bukankah sudah tak ada lagi waktu untuk sekedar beristirahat? " Ada apa? Apa terjadi sesuatu? " Tanya Alona heran." Apa kamu masih marah dengan ku? " Jawab Edward dengan sebuah pertanyaan.Alona pun mengernyitkan d
Pertarungan antara pasukan Edric melawan pasukan kerajaan istana Maraham pun berlangsung begitu sengit dan mendebarkan, ada banyak korban yang berjatuhan dari pihak kerajaan istana maraham, sebagian besar, korban hanyalah vampir lemah yang tak memiliki cukup kekuatan untuk melawan para pasukan Edric yang cukup sulit di bunuh hanya dengan satu kali serangan saja. Mereka harus di bunuh hingga mereka benar-benar menjadi abu.Kendati begitu, pasukan kerajaan Maraham tidak menyerah atau pun gentar sedikit pun, karena mereka memiliki Viona sang dewi panah, Gerald sang pengendali ruang, Lipe sang pengendali angin dan terakhir Enes Tikta, meski dia tak lagi menjabat sebagai jendral lagi, tapi kemampuannya masih sama seperti dulu. Bahkan Viona memujinya ' Sungguh gagah nan perkasa 'Tak hanya mereka berempat saja, bahkan Bagas dan Menteri lainnya juga membantu mengatasi pasukan Edric.Sementara itu, di balik tembok kerajaan Maraham, para warga yang berhasil selamat dari gigitan pasukan Edri
Waktu terus berjalan dan jumlah para Vampir yang telah kehilangan kendali hanya berkurang sedikit saja, Viona dan lainnya mulai kelelahan menghadapi mereka semua yang seperti tiada akhir itu, bagaimana tidak? Perlahan sebagian prajurit kerajaan vampir mulai kehilangan kesadaran mereka dan menyerang kawan mereka sendiri. Semua ini karena kabut yang Edric sebarkan ke seluruh kerajaan Maraham. Beruntung Dokter Alvin segera menyadarinya dan langsung memerintahkan beberapa penjaga untuk membuat penghalang agar kabur itu tidak menyebar semakin luas." Apa yang harus kita lakukan Dokter Alvin? " Tanya Viona yang mulai cemas dengan situasi perang yang semakin menyudutkan mereka.Dokter Alvin hanya terdiam, ia menyadari maksud dari pertanyaan Viona, tapi dirinya juga sudah kehabisan akal, satu-satunya harapan adalah dengan menunggu Edward dan juga Alona.Spontan, Viona pun menghela nafasnya dengan kasar sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal, sesekali melihat perjuangan Enes Tikta dan
Kekuatan Edric seketika meningkat berkali-kali lipat secara drastis hingga mengakibatkan ledakan yang begitu kuat, bahkan beberapa bangunan dibuat terbang oleh ledakan kekuatannya yang begitu besar nan dahyat itu.Semua orang di sana dibuat gemetar dan takut di buatnya, bahkan beberapa penjaga pelindung kota di buat tewas karena tak sanggup menahan ledakan serangan tersebut.Meski seluruh tubuhnya gemetar, tetapi Enes Tikta melawan semua rasa takut itu dan memberi semangat pada semua bawahannya untuk tidak menyerah sedikit pun karena selama ada sang Noblesse, ia yakin, bahwa dia akan memenangkan peperangan ini apapun yang terjadi.Memang layak di sebut Jendral terkuat sepanjang masa, hanya dengan kata-katanya saja membuat semua para Vampir kembali tenang dari rasa takut mereka sekaligus menyakinkan diri mereka sendiri bahwa Edward akan memenangi peperangan ini.Sementara itu, Edward memeluk erat Alona dalam dekapannya, tanpanya mungkin Alona akan hancur seperti bangunan yang ada di
Semua tubuh Vampir membeku, menyaksikan detik-detik Raja Orland berubah menjadi abu di depan mata kepala mereka sendiri, bahkan sang Ratu langsung tak sadarkan diri di pelukan Zaiden. Berbeda dengan Edric yang berdecak sambil mengibaskan tangannya di udara dengan tatapan jijik. Ia kemudian menolehkan kepalanya pada Edward dengan tatapan sedikit kecewa, jika saja dirinya tak memiliki kemampuan memulihkan mungkin abu itu adalah dirinya dan bukan Raja Orland.Edric juga kecewa pada Raja Orland, bisa-bisanya orang bodoh sepertinya memimpin kerajaan Vampir berabad-abad lamanya, pantas saja semua rakyatnya sangat bodoh jika rajanya saja sangat bodoh." Saudara ku, aku sungguh kecewa padamu bagaimana bisa kamu mempermainkan perasaan ku seperti ini? Apa kamu sungguh menganggap hubungan persaudaraan di antara kita? " ujar Edric dengan nada sedih.Tanpa sadar, Edward menelan salivanya, jika saja Raja Orland tidak bertindak sesuka hati, mungkin Edric sudah ia segel dan sekarang satu-satunya kese
" Apa sungguh tak ada cara lain? " Tanya Alona kembali.Dengan perlahan Edward menggelengkan kepalannya, meski semua kekuatannya kembali sekalipun, dia tak bisa mengalahkan Edric seorang diri.Alona pun kembali terdiam, sambil berusaha berpikir, akan tetapi sebuah serangan tiba-tiba muncul menyerang mereka, untungnya Edward segera menyadari serangan itu dan langsung menangkisnya dengan pedang di tangannya." Ternyata di sini kalian rupanya, sudah berhenti bermain petak umpetnya? " Ujar Edric yang terlihat sudah bosan dengan aksi kejar kejaran mereka yang sejak tadi mereka lakukan. Melihat sosok Edric yang berdiri tak jauh dengannya, Seketika Edward pun meningkatkan kewaspadaannya sembari melindungi Alona sebisa mungkin, akan tetapi kedua bola matanya membesar ketika istrinya tiba-tiba telah berada di genggaman tangan Edric, seluruh tubuhnya menegang, sejak kapan dia. . .Edric pun menyunggingkan bibirnya sambil menarik rambut Alona dengan kuat hingga membuat wanita di genggamannya me
Karena terpesona akan fenomena alam yang begitu langka, tak ada satu pun dari mereka yang memperhatikan Elios sama sekali bahkan Kakeknya, Enes Tikta juga tak menyadari bahwa cucunya telah bangun dan keluar dari tembok. Layaknya terkena hipnotis, mereka tak bisa mengalihkan pandangan mereka sama sekali meskipun hanya untuk satu detik saja dan tanpa mereka sadari juga, pertahanan mereka menjadi lemah, hingga beberapa vampir yang telah kehilangan kesadaran masuk dan mencoba menyerang seorang bocah lelaki. Beruntung, kakak perempuannya menyadari hal tersebut dan segera menarik tangan adik laki-lakinya ke dalam pelukannya.Akan tetapi, vampir yang telah kehilangan kesadaran itu tak menyerah begitu saja, dia pun kembali menyerang mangsanya. Gadis itu pun segera menjerit dengan begitu keras.Viona yang tersadar pun, langsung bergerak dengan cepat, melepaskan anak panahnya hingga mengenai jantung vampir itu dan beberapa vampir yang berada di sekitar sana dan membuat mereka seketika menj