Kota Jiwan.Prisca pulang dari kantor dan kembali ke rumahnya dengan mengendarai mobil merahnya. Baru saja tiba di depan gerbang Jina International Mansion, tiba-tiba ada yang menahannya.Bukankah itu adalah orang tua dan adiknya? Tiga orang yang lainnya siapa? Kenapa mereka bisa ada di sini?Prisca buru-buru turun dari mobil dan berseru, “Pa, Ma, Andre, kenapa kalian datang ke sini?”“Cih! Kalau kami nggak datang, bagaimana kami bisa tahu kamu ada mobil dan rumah mahal di kota? Sedangkan kami di rumah kerja keras,” kata ibunya Prisca, Nina.“Ma, bukan seperti yang Mama pikirkan. Ini mobil bos aku,” kata Prisca.“Bos kamu? Kamu yang tiap hari bawa mobil bos kamu? Kenapa dia kasih ke orang lain?”“Ma, kita cari tempat buat bicara, ya? Kalian ada tempat tinggal? Aku bawa kalian ke hotel dan buka dua kamar.”“Mama nggak akan ke mana-mana, maunya tinggal di dalam sana! Kamu jangan pikir Mama nggak tahu! Adik kamu sudah memperhatikan kamu selama beberapa hari dan setiap hari kamu selalu tin
“Apa?! Kamu mau dipukul lagi?!” seru Ilham.“Meski aku dipukul mati, aku juga nggak akan kasih uang sedikit pun.”“Kamu! Kamu mau buat Papa emosi sampai mati?! Uang ini harus kamu keluarkan!” paksa Ilham sambil memarahi Ilham.Prisca marah hingga menangis hebat dan berseru, “Sejak kecil kalian semua membela dia karena dia itu anak lelaki. Apa yang enak pasti akan kasih ke dia. Waktu aku kuliah, aku yang harus kerja untuk menghidupiku. Memangnya kalian pernah bantu?!”“Sedangkan dia mau kuliah, tapi rumah nggak ada orang. Aku yang pergi cari pinjaman! Setelah itu aku harus hemat dan kembalikan pinjaman secara pelan-pelan. Kalian tahu kala itu bagaimana kehidupanku? Aku sampai pingsan karena kurang gizi!”“Setelah itu pekerjaanku perlahan-lahan membaik. Setiap hari aku pasti akan sisakan uang untuk kirim ke kalian. Kalian masih mau aku seperti apa?”“Kamu! Kamu kuliah sampai semua hasil pelajarannya ke mana? Sedikit rasa terima kasih pun nggak ada! Sekarang langsung minta 10 miliar? Kamu
David tiba di Kota Jiwan ketika hari sudah gelap. Kalau bukan karena kecelakaan kecil tadi, dia sudah tiba sedari tadi. Lelaki itu menyeret tubuhnya yang lelah untuk kembali ke Jina International Mansion.Dia mendapati Prisca yang hendak keluar dengan mata merah dan bertanya, “Eh? Kak Prisca? Kamu kenapa? Mau keluar?”Kemudian dia melihat beberapa orang yang ada di belakang Prisca.“Mereka siapa?”Jantung Prisca berdegup ketika melihat David di depan sana. Bukannya lelaki ini pulang ke rumah? Kenapa dia cepat sekali kembali dan kebetulan sekali harus kembali di hari ini?“Pak David, maaf. Mereka keluarga saya dan datang dari kampung untuk melihat saya. Saya bawa mereka masuk untuk istirahat sebentar, sekarang saya segera bawa mereka pergi,” ujar Prisca dengan gugup.Dia takut sekali David marah. Prisca sudah membawa orang lain masuk tanpa seizin lelaki itu. Sudah pasti David akan kesal dan marah.“Sudah sangat malam, kalian mau ke mana? Di rumah ini ada lumayan banyak kamar, bukannya n
David dan Prisca datang ke sebuah taman dan duduk di tepi danau. Di sana Prisca menceritakan kisahnya selama 20 tahunan ini. David hanya diam dan mendengarkan saja tanpa bicara apa pun.“David, aku bodoh, ya? Mereka mau apa, aku kasih apa pun itu. Kalau aku nggak ada, aku akan cari pinjaman dan setelah itu aku akan mati-matian berhemat,” ujar Prisca.“Nggak bodoh, kamu hanya terlalu tulus. Semakin banyak kamu berikan, mereka akan merasa sudah sepantasnya,” kata David.“Mungkin saja, tapi aku sudah putuskan kalau 20 tahun yang lalu mungkin aku hidup untuk mereka. Tapi selanjutnya, aku harap aku hidup untuk diri sendiri.”“Kak Prisca, besok bawa Om dan Tante buat makan di hotel. Mereka sudah datang jauh-jauh, aku juga harus menyambut mereka. Kalau kamu butuh uang, bisa minta ke bagian pembukuan. Apa pun keputusan kamu, aku pasti akan mendukungnya,” kata David.“Terima kasih, David.” Prisca menangis di pelukan David.Awalnya dia pikir David akan memandang remeh keluarganya. Akan tetapi te
Keesokan paginya, di ruang kerja CEO Golden Hotel.“Kak Prisca, saya berencana membangun sebuah perusahaan investasi. Nama perusahaannya Dalmon International, tapi saya nggak ada waktu. Oleh karena itu, saya butuh seseorang yang bisa dipercaya untuk membantu saya. Saya ingin kamu membantu perusahaan ini.”“Pak, saya khawatir nggak bisa melakukannya dengan baik,” ujar Prisca dengan ragu.Prisca ingin tetapi dia khawatir kemampuannya tidak mencukupi dan membuat David repot.“Kak Prisca, kamu ada kemampuan itu, nggak seharusnya kamu ada di hotel kecil ini saja. Sudah seharusnya kamu terbang jauh dan melihat dunia luar.”“Kalau gitu akan aku coba.”“Kamu kerja dengan tenang saja, saya yang kasih kamu dukungan tanpa batas! Asalkan kamu merasa siapa yang sanggup, kita tarik dia ke sini. Kalau orang lain kasih 2 miliar, kita kasih 10 miliar, 20 miliar. Asalkan dia hebat, kita nggak perlu takut mengeluarkan uang.”“Baik! Kapan saya mulai bergerak?”“Semakin cepat semakin baik!”“Kalau gitu say
“Baiklah, kalau gitu kamu mulai kerja jadi pelayan yang paling rendah.”“Kak! Aku nggak mau jadi pelayan! Kakak kasih aku pekerjaan yang bisa mengatur orang lain. Kasih Mita pekerjaan yang mengurus keuangan. Dengan begitu bisa mencegah Kakak Ipar membuang-buang uang di luar sana. Setiap pergerakan dia akan aku laporkan ke Kakak! Ini semua Mama yang bilang, Mama mau kita bantuin Kakak,” kata Andre.Prisca merasa kepalanya mendidih.“Mau mengatur keuangan? Kamu tahu arus kas di sini satu bulannya berapa? Kamu tahu berapa harga makanan kalian hari ini? Harganya dua miliar! Arus kas di sini 20 triliun! Kalian pikir kalian sanggup mengelolanya?!”Semua orang di sana membeku. Mereka mendongak dan menatap Prisca dengan sorot terkejut. Berlebihan sekali!“Kak, tadi Kakak bilang makanan ini semua harganya berapa?” tanya Andre dengan suara pelan.“Total harganya dua miliar!”“Satu bulan penghasilannya berapa? Kamu hebat juga! Kalau gitu kami juga nggak mau kembali. Setelah menderita hampir seumu
Beberapa orang tersebut saling melemparkan pandangan antara satu dengan yang lain. Tadi mereka juga menyapanya ketika makan, tidak ada masalah, sekarang kenapa tidak boleh?“Maaf … Pak David, di mana kakak saya?” Andre kembali bertanya.“Kakak kamu sudah pergi. Sebaiknya kalian cepat habiskan makanan dan pergi juga!” jawab David.“Pulang duluan? Kalau begitu kami pamit sekarang, kami mau menyusul Kakak kami!”“Aku bilang pergi, maksudnya bukan pergi dari hotel, tapi pergi dari Kota Jiwan. Ini adalah surat yang pengunduran diri yang ditinggalkan oleh Kakak kalian, kalian lihat saja sendiri!”Selesai berbicara, David langsung memberikan selembar kertas kepada Andre.Mengundurkan diri?Mereka semua terkejut mendengar hal ini dan tidak dapat memercayai berita yang baru saja mereka dengar.Andre melihat surat itu dengan hati-hati. Tulisan yang ada di atas kertas tersebut, memang benar tulisan tangan Prisca sendiri.“Pak David, kenapa kakakku mengundurkan diri?”“Hmm, bagaimana bilangnya yah
Kedua orang tua Mita, langsung menarik anaknya untuk pergi dari tempat tersebut.Mereka tidak ingin ikut menggila bersama Ilham. Kalau nanti polisi benar-benar datang dan menangkap mereka, apa yang harus dilakukannya?“Mita!” teriak Andre.Mita menoleh ke belakang dan menatap Andre dengan mata berkaca-kaca.“Untuk apa masih melihat benda yang nggak berguna seperti ini? Kesempatan yang begitu bagus, malah membuat Prisca merasa terpojok dan pergi. Coba lihat keadaan sekarang, bagus ‘kan, nggak dapat apa-apa?””Mau mengandalkan kemampuan pria itu untuk membeli rumah dan mobil? Sudah, cepat ikut aku pulang! Besok nggak boleh bersama dengan dia lagi, Mama akan memperkenalkan pria yang lebih baik untukmu!” Ibu Mita menarik tangan anaknya sambil menatap Andre dengan penuh kemarahan.Andre seketika langsung merasa bahwa dirinya telah jatuh dari Surga ke Neraka yang paling dalam.Sementara Ilham dan Vina saat ini juga merasa bahwa emosi mereka telah naik hingga ke ubun-ubun dan muka mereka mera
Sekarang sudah masuk hari Minggu. David pikir Yoga akan menghubunginya, tapi setelah ditunggu seharian, tidak ada telepon yang masuk. Kemarin malam David mendapat telepon dari Selly yang menanyakan mengapa David tidak datang ke rumahnya. David baru ingat kalau dua membuat janji akan datang ke rumahnya Selly, tapi rencana itu harus tertunda karena kedatangan Yasmine, jadi mau tidak mau David mencari waktu lain untuk datang.Siang harinya David mendapatkan sebuah kabar. Prisca melaporkan tim sudah terbentuk. Dengan bantuan uang, dia berhasil menarik banyak orang-orang berbakat untuk bergabung dengannya. David meminta Prisca untuk melakukan investasi ke proyek mana pun yang cukup potensial, tanpa harus mengkhawatirkan soal uang sedikit pun. Dia juga menyuruhnya menghubungi Wanto. Masih ada investasi senilai 10 triliun, setara dengan 50 Poin Kekayaan.Sekarang David harus cepat mengeluarkan uang untuk mendapatkan Poin Kekayaan agar dia bisa meng-upgrade Sistem. Dia merasa Fisik dan Mental-
Memang, unit ini jelas lebih kecil jika dibandingkan dengan penthouse yang David tempati, tapi dari segi dekorasi interior, unit ini tidak kalah mewah dan layak dinobatkan sebagai rumah 200 miliar.“David, ngapain kamu ajak kami ke sini?” tanya Yasmine.“Om, Tante, kira-kira rumah ini gimana?” tanya David balik.“Bagus, sih! Tapi Tante mana sanggup beli!”“Rumahnya sudah aku beli! Tinggal urus surat-suratnya saja, habis itu bisa langsung ditempati.”Dari awal Yasmine dan Yovi sudah punya firasat David pasti akan membelikan rumah ini untuk mereka, makanya dia mengajak mereka melihat-lihat. Kendati demikian, mereka tetap tidak bisa menutupi rasa kaget mereka saat David benar-benar melakukannya.“Mana bisa begitu! David, kamu sudah kerja keras cari uang. Kami nggak bisa terima rumahnya!” kata Yasmine.“Iya! Rumah ini terlalu mahal, kamu nggak perlu!” timpal Yovi.Hanya Indah seorang yang menikmati pemandangan dari balik kaca. Berhubung David yang bersikeras ingin memberi, maka diterima sa
Siang hari itu David menghubungi Karin untuk menanyakan apakah ada unit kosong untuk ditempati. Dia ingin membelikan rumah untuk kedua tantenya, kemudian mempekerjakan mereka di Golden Hotel. Tidak menghasilkan juga tidak masalah, yang penting mereka punya kesibukan. Setahun David tinggal memberikan mereka sekian miliar untuk biaya hidup satu tahun, dengan begitu mereka sudah bisa hidup berkecukupan.David mendatangi Karin yang sudah berjaga di resepsionis dan langsung pergi melihat unit. Kedatangan David kali ini berhasil membangkitkan kenangan pahit beberapa sales lainnya. Waktu itu tidak ada yang mau melayani David, dan Karin yang masih pegawai baru saat itu langsung melayaninya, dan berhasil mengantongi komisi miliaran.Belajar dari kesalahan di masa lalu, kali ini mereka langsung mengelilingi David begitu dia tiba di kantor pemasaran.“Permisi, Pak, ada yang bisa dibantu?”“Bapak mau beli rumah? Mari saya antar!”“Ini kartu nama saya. Kalau Bapak butuh bantuan, bisa langsung hubun
Di suatu kediaman yang sunyi di Amba, seorang pemuda dan pria tua sedang asyik bermain catur. Pria tua terlihat sudah berusia 70-80 tahun. Namun meski di usianya yang uzur, rambutnya masih terlihat lebat hitam, dan matanya masih terlihat begitu bergairah. Tidak ada sedikit pun tanda-tanda penuaan dalam dirinya. Sedangkan lawan mainnya, mesti disebut dengan pemuda, usianya sudah menginjak 30 tahun, tapi jika dibandingkan dengan si pria tua, tidak salah dia disebut sebagai pemuda.“Permainan kamu makin hari makin bagus saja!” puji si pria tua.“Mana adalah! Permainanku masih jauh dari kata bagus!”Pemuda itu bernama Ruben, salah satu anggota Partai Terio. Nama Ruben tidak hanya terkenal di kalangan anak muda, tapi juga cukup dikagumi di kalangan orang tua.“Ruben, main catur itu sama kayak kehidupan nyata. Waktunya maju, kamu harus maju dengan berani. Waktunya mundur, ya harus mundur. Kayaknya belakangan ini kamu lagi ada masalah, ya?” tanya si pria tua yang bernama Joseph itu.“Pengamat
“Eh … ha-halo! A-aku … Carlos!” ucap Carlos terbata-bata sembari menjabat tangan Sasha. Hanya sentuhan tangan saja sudah membuat wajahnya merah padam. Sasha tidak menyadari ada sesuatu yang aneh dari Carlos, dia hanya menjabat tangan dan langsung melepasnya.David menoleh kepalanya ke Carlos seketika mendengar ucapannya yang gagap, dan dia melihat wajah Carlos sudah memerah seperti tomat dengan tingkah lakunya yang aneh pula. Penampilan Sasha yang mengenakan seragam rok mini memang memberikan kesan anak muda yang sangat kuat. Untuk Carlos yang sedang masa puber, Sasha memiliki daya pikat yang luar biasa. Akan tetapi, Sasha bukanlah gadis yang mudah untuk ditaklukkan, sepertinya lebih baik David menyarankan Carlos untuk mengurungkan niatnya daripada nanti dia sendiri yang terluka.“Kak David, aku sudah titip salam ke sekolah. Kaka tinggal langsung bawa Carlos ke dalam saja untuk urus administrasinya!” kata Sasha.“Oke, makasih, ya, Sasha!”“Kak David nggak usah sungkah begitulah!”“Oh,
Di hari berikutnya, David meminta Sasha untuk mengurus prosedur masuk sekolah Carlos di sekolah yang sama dengannya. Meski sekarang David punya uang yang tak terbatas, tak bisa dipungkiri bahwa dia masih belum membangun reputasi. Namanya hanya baru sekadar diperbincangkan saja di KMB dan Partai Terio.Sebagai anak kesayangan keluarga Lumanto, hal semacam ini tentu adalah tugas sepele bagi Sasha. Hanya dalam hitungan menit, dia sudah mengabari David bahwa Carlos berhasil diterima. Lantas, David pun segera membawa Carlos ke sekolah yang bernama Ricci School itu.Ricci School adalah akademi untuk kaum elite yang paling ternama di Provinsi Jina. Meski termasuk sekolah swasta, kualitas pengajar di sana sangat tinggi dan berpengalaman di bidangnya masing-masing, dan mereka juga disokong oleh keluarga Lumanto secara langsung.Murid yang bisa belajar di sekolah tersebut entah memang berprestasi sehingga mendapatkan beasiswa penuh, atau anak orang kaya yang harta keluarganya sudah di luar nalar
Yang paling Yasmine dan Yovi khawatirkan saat ini, adalah anak bungsu mereka.“David, Tante tahu sekarang kamu sudah sukses, tapi kami sudah lama tinggal di Suta. Lagian, om kamu kan kerjanya di sana. Kalau pindah ke sini, kami nggak bisa apa-apa,” kata Yasmine.“Tante cukup datang ke sini saja, nggak usah ngapa-ngapain. Kalau memang bosan, aku bisa kasih kerjaan yang santai supaya Tante bisa tetap jagain Carlos. Gimana?”“Pa, Ma, kita ikutin apa kata Kak David saja! Kalau Carlos terus di Suta, dia bakal terpengaruh sama anak-anak nakal lainnya. Papa Mama juga harus mikir demi kebaikan Carlos,” kata Indah.“Hmmm … kita coba diskusi saja dulu, ya!” sahut Yasmine.“Oke! Tapi aku berharap Om Tante bisa tinggal di sini. Kalian berdua sudah banyak berjasa buatku, sekarang giliran aku yang membalas kebaikan kalian. Lagi pula, sekarang aku punya hotel. Aku masih belum ketemu orang yang bisa aku percaya, aku berharap Om Tante mau bantu aku,” jelas David.“Kamu punya hotel?”“Iya! Sekarang aku
Carlos yang duduk di kursi penumpang depan terlihat begitu bersemangat, sementara Yasmine, Yovi, dan Indah duduk di kursi belakang. Ada harga, maka ada barang. Kalau orang dengan sakit pinggang seperti Yasmine duduk di mobil biasa, dia pasti sudah sangat menderita selama perjalanan. Namun ketika duduk di Mercy G Class ini, dia merasa sangat nyaman karena mobil melaju stabil tanpa ada getaran yang mengganggu. Selama perjalanan, David menghubungi Cakra memintanya untuk menghubungi Jina Medical Center. Tepat pukul dua siang David sudah tiba di rumah sakit tersebut.Riyadi selaku kepala Jina Medical Center sudah menunggu kedatangan David.“Pak David, kita ketemu lagi!” sapa Riyadi begitu melihat David turun dari mobilnya.“Pak Riyadi, tolong, ya!”“Nggak perlu sungan, Pak David. Ini sudah jadi tanggung jawab kami.”Mereka berdua langsung pergi ke ruang klinik VIP seusai bertukar salam, dan tepat pukul empat sore langsung menjalankan operasi yang berlangsung selama satu jam. Selagi menungg
“Aku ngerti Tante pasti keberatan keluar uang untuk berobat. Tapi Tante nggak perlu khawatir, sekarang aku sudah bisa cari uang. Yang penting sekarang kita berobat dulu, ya!” bujuk David.“Kamu kan masih kuliah, cari uang dari mana? David, kamu harus belajar yang benar. Habis lulus cari kerja yang bagus, jangan malah bergaul sama yang nggak baik! Kalau nggak, gimana nanti kamu menghadap ke Tante Giani atau orang tua kamu?” tegur Yasmine.“Tante, aku nggak kerja yang aneh-aneh, kok. Tante yang membesarkan aku dari kecil masa nggak paham?”David tidak ingin memberi tahu tantenya kalau dia sudah kaya karena takut Yasmine akan berpikir yang macam-macam. Awalnya dia ingin menunjukkannya pelan-pelan melalui Indah, tapi Indah tidak berani mengatakannya. Karena tidak ada jalan lain, mau tidak mau David harus mengakuinya terus terang. Akan tetapi … sudah pasti Yasmine tidak akan percaya. Dibujuk seperti apa pun, Yasmine tetap ngotot tidak mau berobat ke Jiwan. Bahkan Yovi dan Indah yang juga me