"Zack, apa kau sudah tidur?"
Stevan yang tidur di samping Zack menoleh ke arah lelaki itu, tangannya sedikit mengguncang bahu Zack untuk memaksa lelaki itu menjawab pertanyaannya.
"Heemm." Hanya gumaman yang keluar dari bibir Zack.
"Ya, setidaknya kau mendengarku. Apa kau pernah merasakan jatuh cinta?" tanya Stevan dengan meletakkan kedua tangannya menyilang di belakang kepalanya dan menjadikannya sebagai alas kepala, matanya menatap langit-langit kamar dengan wajah berseri-seri.
"Heem," jawab Zack pendek.
"Bagaimana rasanya? Apa kau merasakan sengatan listrik di kulitmu saat bersentuhan dengannya? Atau kau merasakan detak jantungmu berpacu lebih cepat dan hampir saja keluar ketika dekat dengannya?"
Zack menoleh dengan malas ke arah Stevan yang sedari tadi mengoceh, padahal Zack sudah sangat mengantuk dan membutuhkan waktu istirahatnya agar bisa bangun dengan kondisi tubuh yang segar.
"Kau mencintai Yuta?" ucap Zack yang langsung meme
"Mengapa wajahmu berubah pucat saat melihatku, Opsir Zack," ucap lelaki itu yang merupakan tuan Hendriq, salah seorang mafia kejam yang jejak kriminalnya tidak bisa terendus pihak kepolisian. Zack segera mengubah ekspresi wajahnya menjadi lebih tenang dan dingin. Ia beranjak dari duduknya, berdiri dengan tangan terulur untuk menjabat lelaki di depannya itu sebagai sikap profesional dan disambut dengan baik oleh tuan Hendriq. "Silakan duduk kembali, Opsir Zack," ucap lelaki itu dengan sikap ramah. Zack mengangguk, kembali ia mendaratkan pantatnya di sofa empuk dengan kedua siku menumpu di bagian paha. "Saya ingin bertemu dengan tuan Higashino, untuk melanjutkan penyelidikan kasus pencurian berantai yang terjadi di beberapa cabang bank keluarga Higashino." Tuan Hendriq tersenyum tipis, ia tampak mengangguk-angguk ketika opsir Zack mengutarakan maksud tujuan kedatangannya di kediaman Higashino. "Ayah sedang sakit, mungkin kau bisa menanya
Zack memacu motornya dengan cepat, ia meminta Nayla untuk kembali ke rumah sakit terlebih dahulu. Pikirannya sudah melayang ke mana-mana. Apakah ia akan kehilangan Nayla? Baru saja ia membuka hati untuk perempuan lain setelah pengkhianatan Mandy, tetapi ia harus kehilangan perempuan itu lagi. Zack tidak bisa menerimanya, Nayla harus kembali. Ia sudah berjanji akan menikahi gadis itu setelah ia sembuh nanti. Zack memarkirkan motornya segera ketika ia sudah sampai di rumah sakit. Dengan hati yang gelisah ia berlari menuju ruang perawatan Nayla. Lift yang ia naiki pun saat ini terasa begitu lama. Matanya terus saja menatap ke angka yang bergerak lambat satu per satu menuju lantai atas di mana Nayla dirawat. Semakin angka itu bergerak naik, semakin cemas hatinya. Denting lift berbunyi bersamaan pintu ruangan sempit itu terbuka dengan sendirinya. Zack segera berlari keluar menuju ruang perawatan Nayla. Mata Zack terpaku melihat banyaknya anggota medis sedang
Komputer Zack masih menyala. Ia memperhatikan rekaman kamera pengawas dari segala penjuru yang ada di bank Higashino. Ia yakin akan ada petunjuk setelah beberapa kali bank tersebut mengalami pencurian secara berantai. Pencuri itu cerdas, tetapi tetap saja kejahatan akan terungkap serapi apa pun penjahat itu menutupinya.Beberapa jam hanya ia gunakan untuk melihat puluhan rekaman kamera CCTV dengan mata yang begitu awas. Zack tidak ingin ada satu hal kecil pun luput dari perhatiannya.Mata Zack menyipit melihat sesosok laki-laki mungil yang berada di sekitar cabang bank Higashino, tetapi sayangnya ia kesulitan melihat wajahnya."Opsir Zack, ada seseorang yang menitipkan ini untuk opsir Antony. Karena kebetulan opsir Antony izin, jadi saya berikan kepada Anda," ucap petugas jaga yang ada di pos pengaduan.Zack menerima tas kertas itu, lalu memeriksa isinya."Jaket Stevan," gumamnya kemudian."Di mana orang yang telah memberikan ini?""B
Zoe membawa mandy ke atas, di mana biasa disewakan kamar untuk para pemuja malam menuntaskan hasrat dengan para wanitanya.Kulit Mandy yang putih menjadi sedikit memerah. Senyum Zoe semakin melebar melihat obat yang ia masukkan ke dalam minuman Mandy bekerja dengan cepat. Dengan sikap yang lembut dan hati-hati Zoe membaringkan Mandy ke ranjang empuk yang sudah ia sewa sebelumnya."Zoe, tolong aku. Aku sudah tidak tahan. Rasanya tidak nyaman," ucap Mandy dengan sedikit mengeliatkan badannya."Sabar, Dear. Kita pemanasan sebentar."Bukan sekali Mandy melakukan hubungan terlarang itu bersama Zoe. Lelaki itu sangat royal kepada Mandy, setiap mereka berkencan tak jarang Mandy selalu membawa berbagai macam barang belanjaan mahal pemberian Zoe. Tetapi hal itu dibayar tuntas oleh Mandy dengan berakhirnya mereka di ranjang hotel.Namun malam ini, Zoe sepertinya tidak ingin menghambur-hamburkan uangnya. Ia dengan licik mencampurkan obat ke dalam minuman Mand
Mandy membulatkan mata, ketika tubuhnya tidak berhasil ia tutupi. Ia meraih bantal lalu memeluk bantal itu menghalangi tatapan mesum Victor yang sedang menikmati lekuk tubuhnya.Namun, lagi-lagi Victor dengan mudahnya mengambil alih bantal tersebut, lalu dibuangnya menjauh. Hanya dua tangannya yang ia silangkan ke dada yang menjadi satu-satunya harapan terakhir Mandy.Victor mencengkram pergelangan tangan Mandy, lalu ia angkat ke atas, menyatukannya hanya dengan satu genggaman tangannya. Matanya memindai keseluruhan tubuh Mandy dengan tatapan penuh minat dan nafsu.Victor merangkak ke atas ranjang, menahan tubuh Mandy dengan tubuhnya, membisikkan sesuatu di telinga perempuan yang sudah tidak berdaya di bawah kendalinya."Kau bisa berteriak semaumu, Sayang. Tidak ada yang melarangmu," ucapnya dengan tangan yang sudah lancang menyentuh barang pribadi Mandy secara leluasa.***"Zack, apakah kau sudah menemukan tempatnya?" ucap Nayla kepada Zack
Nayla melihat tangannya masih digenggam erat oleh Zack. Akan tetapi, lelaki itu masih berdiri tegap untuk menenangkan Mandy. Apakah Zack masih mengharapkannya? Ataukah hanya merasa tidak enak dengan Nayla karena status mereka saat ini?Nayla masih menunggu dengan mematung di belakang Zack dan Mandy, perempuan itu masih menangis sesenggukan. Mungkin Nayla harus memberi ruang bagi Zack menghibur Mandy yang sedang bersedih itu. Sebagai calon dokter dan sesama wanita, Nayla menyadari apa yang dialami Mandy bisa membuat seorang gadis trauma dan terganggu psikisnya, sehingga Nayla tidak bisa egois dengan membiarkan Mandy seorang diri dalam kondisi terpuruk seperti itu.Namun, melihat pemandangan seperti itu terus di depan matanya membuat hati Nayla tidak terima. Zack belum juga melepaskan genggaman tangannya, sehingga Nayla hanya bisa diam terpaku di sana.Apa sebenarnya maumu Zack?Apakah kau menginginkan aku cemburu melihat kemesraanmu lebih lama bersama Mandy?
Zack menunggu di luar ruangan tatkala petugas medis melakukan visum terhadap Mandy. Sementara opsir Arnold sedang melakukan penyelidikan di area tkp dan barang bukti. Luka di tangan Zack pun sudah dilakukan pengobatan sehingga saat ini perban tebal terlihat melingkar di lengan lelaki itu. Butuh waktu hampir tiga puluh menit hingga akhirnya Mandy muncul dari balik pintu yang tertutup itu. Zack sudah membawakan gadis itu pakaian yang baru, sehingga Mandy tidak lagi mamakai jaket milik Zack. Wajah Mandy tampak cemas sekaligus panik. Sebagai opsir polisi yang biasa melakukan penyidikan untuk menerka raut wajah pelaku suatu tindakan kriminal, tentunya raut wajah Mandy membuat Zack heran dan curiga. Tetapi kenyataan bahwa Mandy sedang berada dalam ketakutan dan trauma akibat pelecehan seksual yang baru saja dialami membuat Zack memakluminya. "Kau ingin pulang lebih dulu ataukah menunggu hasilnya?" tanya Zack hati-hati. Pengalamannya selama menangang
Stevan baru saja kembali dari rumah orang tuanya, ia membuka pintu apartemen Zack, berlari ke atas kamarnya dengan rasa tidak sabar dengan apa yang sudah dikatakan Zack kepadanya."Kalau kau tidak cepat kembali, akan kubuang pemberian Yuta untukmu," ucap Zack seraya mematikan panggilan teleponnya."Di mana Zack meletakkannya?" gumam Stevan sambil mencari-cari hadiah pemberian Yuta untuknya.Ia mulai kesal setelah tidak satu pun barang yang menurutnya layak dijadikan hadiah, kecuali jika Yuta hanya mengembalikan jaket miliknya melalui Stevan."Okey, jaket. Di mana jaket itu?" ucapnya lagi sambil membuka dan mengacak-acak isi lemarinya.Mata Stevan lebih berusaha lebih jeli mencari-cari di mana jaketnya diletakkan oleh Zack. Dengan beberapa kali menggeledah isi lemarinya dan lemari Zack, matanya terpaku pada sebuah paper bag berwarna coklat tua yang tergeletak begitu saja di bawah meja kecil