Beranda / Pernikahan / Sinyal Cinta CEO Duda / Membutuhkan Pertolongan

Share

Membutuhkan Pertolongan

Penulis: Rich Mama
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Tadi Mila sengaja memperlihatkan tanda merah pada lehernya. Dan dia bilang kemarin Mas sangat baik kepadanya."

Tanpa terasa Nazwa sudah terisak di dalam dekapan Erland. Ia tidak mengerti mengapa rasanya begitu sesak melihat tingkah Mila yang seolah sengaja memanas-manasi dirinya.

"Aku hanya mencintaimu, Nazwa. Aku tidak habis pikir kenapa Mila segila itu. Mungkin sebaiknya aku segera memecatnya."

Erland hendak pergi, tapi Nazwa menahannya. "Jangan Mas," ucap Nazwa sambil menggelengkan kepalanya.

Erland menghentikan langkahnya. Ia terdiam di depan Nazwa.

"Aku percaya sama kamu. Aku akan bersikap seolah tidak tahu apa-apa. Walau bagaimanapun juga, selama ini Mila sudah baik kepadaku."

"Kamu tidak boleh dekat-dekat lagi dengan dia. Kamu harus menjaga jarak darinya."

Nazwa menganggukkan pelan. Ia segera meminta maaf kepada Erland karena telah sangka sangka terhadap lelaki itu.

"Sekarang sebaiknya kita makan siang." Erland menggenggam tangan istrinya. Mereka berjalan beriringan menuju mob
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Sinyal Cinta CEO Duda   Enak Banget

    "Ada apa, Bu? Ada yang bisa saya bantu lagi untuk Ibu?" Nazwa terlihat sangat perhatian dengan wanita itu. Sesungguhnya Rohimah mengingatkan Nazwa kepada ibunya yang telah meninggal dunia."Bolehkah Bibi bekerja di sini? Sebenarnya Bibi butuh pekerjaan. Tolong saya, Non. Nama saya Rohimah. Biasa dipanggil Imah.""Em, nama saya Nazwa." Wanita itu mengulurkan tangannya. Mereka bersalaman."Jadi bagaimana, Non Nazwa. Boleh saya bekerja di sini? Sepertinya Ibu Nazwa kesepian di rumah sebesar ini." Rohimah memperhatikan keliling rumah Nazwa yang memang sangat besar baginya.Nazwa terdiam sejenak. Tentu ia tidak mau gegabah. Sembarangan memasukkan orang baru ke rumahnya. Bisa saja Erland akan marah kepadanya."Saya harus bertanya kepada suami saya dulu ya, Bi. Saya tidak bisa memutuskan begitu saja. Apalagi ini rumah pemberian suami saya." Nazwa menjawab dengan jujur."Baiklah. Saya pulang saja."Wanita paruh baya itu berdiri dari duduknya. Namun tiba-tiba ia memegangi kepalanya. Badannya h

  • Sinyal Cinta CEO Duda   French Kiss

    "Aku juga tidak tahu, Mas. Pasti aku gemuk sekarang." Nazwa melangkah menuju tepi ranjang dan segera duduk.Jelas guratan kesedihan tampak dalam wajahnya. Ia takut Erland tak lagi mencintainya sebab tubuhnya yang mulai membengkak.Niatnya mencoba sepatu kerja malam-malam karena ia ingin sekali pergi ke kantor Erland untuk menemani sang suami. Namun kenyataannya, semua sepatu sudah tidak muat di kaki wanita itu.Erland yang menyadarinya mulai kebingungan. Ia sampai tahan nafas jika haru menghadapi sikap Nazwa yang seperti itu."Apa yang harus aku lakukan?" batin Erland gelisah.Lelaki tampan itu menghampiri istrinya dan ikut duduk di samping Nazwa."Jangan sedih, Sayang. Kamu tetap yang tercantik. Kamu tambah seksi kalau begini," bisik Erland menggoda.Nazwa masih terdiam. Ia hanya melirik sekilas ke arah suaminya tanpa memberikan komentar apapun."Lagian kenapa sih, kamu ngotot banget mau ke kantor. Kamu itu harus banyak-banyak istirahat, Sayang." Erland mengusap kepala Nazwa beberapa

  • Sinyal Cinta CEO Duda   Berdiri Tegak

    Nazwa beranjak dari tempat duduknya. Ia penasaran siapa yang menelepon Bi Imah. Tidak menyangka jika Rohimah punya handphone yang bagus. Padahal kemarin bilang kelaparan karena belum makan."Siapa yang telepon pagi-pagi begini?" ucap Nazwa.Baru saja ia hendak melihat siapa yang menelepon, tiba-tiba Bi Imah datang dari dapur dengan tergesa-gesa."Non Nazwa, maaf. Handphone saya ada di sini ya?" ucapnya gelisah seraya mengambil ponsel yang masih berdering tersebut."Itu beneran ponsel milik Bu Imah?" tanya Nazwa penasaran."I—iya, Non. Ini handphone peninggalan suami saya yang sudah meninggal dunia. Kemarin saya posting di sosmed. Rencananya mau saja jual. Mungkin yang telepon orang yang mau beli ponselnya.""Oh, begitu. Ya sudah diangkat dulu, Bi. Siapa tahu penting."Bi Imah mengangguk cepat. Kemudian kembali ke belakang menuju dapur.Nazwa kembali duduk di samping Erland. Ia masih belum puas dengan penjelasan Bi Imah tadi."Kenapa, Sayang?" tanya Erland lembut. Ia sudah menyelesaika

  • Sinyal Cinta CEO Duda   Pengen Jalan-Jalan

    "A–anda?" ujar Nazwa dengan bibir yang bergetar."Nazwa, saya datang ke sini untuk meminta maaf kepadamu. Tolong maafkan saya Nazwa," ungkap Rosalia dengan wajah sedihnya.Mantan mertua Nazwa tersebut segera jongkok di hadapan Nazwa. Ia masih mengiba agar dimaafkan segala kesalahannya."Bangun, Tante. Saya sudah memaafkan, Tante!" balas Nazwa seraya mengangkat tubuh Rosalia agar berdiri lagi."Terima kasih, Nazwa. Kamu memang baik. Apakah itu tandanya kamu mau kembali dengan Raka? Saya sangat berharap."Nazwa begitu terkejut mendengar penuturan dari Rosalia. Ia tidak pernah menyangka jika wanita paruh baya itu akan berkata demikian.Nazwa menggeleng pelan. Tentu ia tidak mau meninggalkan Erland hanya demi Raka."Apakah Tante melakukan semua ini karena aku sedang hamil?" tanya Nazwa kemudian."Nazwa, saya yakin kamu masih mencintai Raka. Kembalilah kepada Raka. Saya akan menyayangi dan ikut merawat calon bayi kamu nanti.""Cukup, Tante. Saya sudah bahagia dengan Mas Erland. Hanya karen

  • Sinyal Cinta CEO Duda   Erland Selingkuh?

    "Bagaimana kalau sekarang kita jalan-jalan ke Mall? Berbelanja dan membeli apapun yang kamu mau, Sayang?" tawar Erland kemudian.Raut wajah Nazwa tampak berbinar. Namun kemudian berubah lagi."Ini bukan hari libur, Mas. Mas 'kan harus ke kantor?" Nazwa tampak sedih."Masalah itu tidak perlu risau. Mas bisa berangkat ke kantor nanti siang. Atau kamu mau perhiasan baru? Mas akan setia menemani kemanapun kamu mau.""Terima kasih, Mas. Nazwa senang."Mereka berdua segera beranjak dari tempat tidur. Nazwa memilih untuk mandi terlebih dahulu. Sedangkan Erland menghubungi sekretarisnya jika ia akan datang nanti siang.Nazwa dan Erland berangkat menuju pusat perbelanjaan. Mereka terlebih dahulu memberi kebutuhan bulanan. Dan setelahnya berputar-putar demi menghilangkan rasa bosan."Mas, Nazwa pengen lihat di sana!" Nazwa menunjuk tempat yang menyediakan perlengkapan bayi."Tentu saja. Kita ke sana."Sementara Nazwa sibuk melihat-lihat, Erland pamit untuk pergi ke toilet sebentar."Lucu-lucu s

  • Sinyal Cinta CEO Duda   Video Nazwa Dengan Raka

    Nazwa meminta Riko untuk menunggu di mobilnya dan siap siaga bila Nazwa menelponnya.Wanita itu berjalan cepat menuju ruangan Erland. Rupanya Clara sudah pergi entah ke mana mungkin ia sengaja menghindar agar tidak bertemu dengan Nazwa.Pintu ruangan dibuka dengan sangat kasar. Membuat Erland segera menoleh ke arah pintu tersebut."Mas Erland, apa yang kalian berdua lakukan?" tanya Nazwa dengan nada suara yang menahan emosinya agar tidak meledak."Nazwa, kenapa kamu ke sini, Sayang? Kondisimu belum benar-benar pulih," ungkap Erland bernada sendu. Ia berusaha menenangkan sang istri."Lepaskan, Mas! Jadi Mas lebih memilih pergi ke kantor hanya karena dia?""Mas bisa jelaskan semuanya, Nazwa."Seila melangkah santai mendekati Erland dan Nazwa."Kamu bilang apa barusan? Erland belum tahu saja kelakuan kamu di belakang dia," lirih Seila berkata lemah lembut namun seolah menyindir Nazwa."Apa maksud kamu berbicara seperti itu Seila?" balas Nazwa meninggikan nada suaranya."Lihatlah video in

  • Sinyal Cinta CEO Duda   Kecelakaan Pesawat

    Sarah—sisten rumah tangga di rumah itu segera menghampiri Nazwa. Begitupun dengan Monica yang cepat-cepat keluar dari kamar setelah mendengar bunyi gelas pecah.Monica sangat khawatir setelah melihat Nazwa tampak syok. Ia segera merangkul tubuh wanita itu dan mengajaknya duduk di kursi. Wanita paruh baya itu tidak ingin terjadi apa-apa dengan menantu dan calon cucunya."Astaghfirullah, kamu kenapa Nazwa? Duduk dulu ya, mama buatkan minuman. Biar Sarah yang membereskan semuanya."Nazwa tak bergeming. Otaknya sudah berpikir jauh. Takut-takut jika terjadi sesuatu dengan Erland.Sesaat kemudian Monica telah kembali. "Ini diminum dulu, Sayang. Ada apa?"Nazwa menggeleng lemah. "Nazwa kepikiran Mas Erland, Ma. Nawa takut jika Mas Erland kenapa-napa.""Kamu harus selalu berpikir positif, Nazwa. Nanti pasti Erland akan mengabari kalau sudah sampai sana."Monica memeluk Nazwa. Mencoba menenangkan menantunya. Meski sebenarnya ia juga kepikiran terus dengan putranya."Sekarang kamu istirahat ya?

  • Sinyal Cinta CEO Duda   Kehadiran Raka

    Cukup lama. Hingga akhirnya Erland berucap sangat lirih."Nazwa ... istriku." Erland baru teringat tentang Nazwa. Ia takut jika terjadi sesuatu dengan istri dan calon bayinya.Dengan tertatih Erland mencari Nazwa di kamarnya. Wanita itu masih terbaring dengan kedua mata yang terpejam."Bi, bagaimana keadaan istri saya?" Erland mengusap air mata uang masih tersisa di wajahnya.Lelaki tampan itu jatuh merosot di samping Nazwa."Non Nazwa masih pingsan, Tuan."Dengan perlahan Bi Sarah keluar dari kamar tersebut. Membiarkan Erland bersama dengan Nazwa."Ya Allah, kenapa jadi seperti ini? Kasihan Pak Erland."Erland memberikan minyak kayu di dekat hidung istrinya. Berhadap wanita yang sangat dicintainya itu segera sadar."Mama!" jerit Nazwa kemudian. Ia mulai sadar. Matanya terbuka perlahan dan menyadari bahwa di sampingnya sudah ada Erland.Nazwa memaksakan diri untuk mengangkat tubuhnya. Ia segera memeluk suaminya."Mas Erland ... ini beneran kamu, Mas?" lirih Nazwa mengeratkan pelukan

Bab terbaru

  • Sinyal Cinta CEO Duda   Alunan Indah Nan Merdu

    Melihat Erland datang, Nazwa segera menegakkan tubuhnya dan menjauh dari Raka."Mas Erland, ini tidak seperti yang kamu pikirkan?" terang Nazwa bernada sendu."Iya, Erland. Tadi Nazwa hampir terjatuh. Dan aku hanya berusaha untuk menolongnya." Terpaksa Raka mengatakan yang sebenarnya. Ia tidak ingin dianggap sebagai lelaki yang memanfaatkan keadaan.Seketika raut wajah Erland berubah menjadi khawatir."Kamu tidak apa-apa 'kan, Sayang. Maafkan aku baru bisa pulang." Erland mengecup kening Nazwa dan segera mendekapnya dengan erat. Tidak peduli jika ada Raka di sana."Nazwa baik-baik saja, Mas."Wanita itu melirik ke arah Raka. Merasa tidak enak hati atas sikap Erland yang seolah sengaja memanas-manasinya.Di saat Erland masih memeluk Nazwa, bayi kembar kembali menangis kencang."Oh, iya, Mas. Sejak tadi Dafa dan Devano menangis. Mereka sudah haus."Nazwa segera berjalan ke arah Dafa dan menggendongnya. Sementara Erland mengambil alih botol susu yang hendak diambil oleh Raka."Biar aku s

  • Sinyal Cinta CEO Duda   Terhenti

    Seperti dugaannya Nazwa bahwa yang mengirim pesan adalah Bi Nanik. Wanita paruh baya itu mengatakan jika tidak bisa datang karena anaknya sedang sakit dan tidak mau ditinggal.Seketika raut wajah Nazwa berubah menjadi sedih. Ia tahu bagaimana perasaan seorang Ibu jika anak mendadak sakit."Semoga anaknya cepat sembuh ya, Bi. Bibi fokus saja sama anak Bibi. Nazwa tidak masalah kok."Setelah mengirimkan pesan itu Nazwa mengabari Erland. Lelaki tampan itu berjanji akan segera pulang jika pekerjaan di kantor telah selesai dan bisa dilimpahkan kepada sang sekretaris.Nazwa merasa lega. Ia meletakkan ponselnya. Namun kali ini handphone itu berbunyi lagi. Sebuah telepon dari nomor baru."Hallo, dengan siapa di sana?" sapa Nazwa ramah.Namun beberapa detik lamanya hanya sebuah kesenyapan yang ada."Maaf, kalau begitu saya tutup teleponnya.""Nazwa tunggu. Ini aku. Maaf ....""Mas Raka?" lirih Nazwa kemudian. Sudah lama ia tidak bercakap-cakap dengan mantan suaminya tersebut."Hari ini aku dan

  • Sinyal Cinta CEO Duda   Pesan Dari Siapa?

    "Sebenarnya Nazwa tidak masalah, Mas. Tapi Nazwa sibuk mengurus Dafa dengan Devano." Mendengar apa yang dikatakan Nazwa, Rosalia justru merasa semakin antusias. Ia ingin menemui wanita itu di rumahnya sekaligus menjenguk bayi kembar Nazwa dan Erland. Karena Rosalia memang belum sempat mengucapkan selamat kepada Nazwa. Begitupun dengan Raka. Betapa dirinya sangat merindukan seorang anak. Tetapi sayangnya ia tidak bisa memberikan keturunan kepada mamanya. "Nazwa, Tante ingin bertemu dengan baby kembar kamu. Boleh ‘kan, Sayang? Siapa nama mereka?" tanya Rosalia berterus terang. "Boleh, Tante. Kalau mau bertemu dengan Dafa dan Devano, Tante boleh ke sini kapanpun Tante mau." Rosalia melihat ke arah Raka dan Erland secara bergantian. Niatnya untuk pergi ke luar negeri sepertinya akan ia urungkan. "Apakah boleh Nak Erland?" tanyanya kepada Erland kemudian. "Jika Nazwa sudah mengizinkan, saya juga tidak bisa membantahnya." Rosalia tersenyum senang. Kemudian mereka mengakhiri percakapa

  • Sinyal Cinta CEO Duda   Jawaban Dari Nazwa

    'Seila?' batin Erland kemudian. Erland melihat wanita itu datang bersama anaknya yang merengek meminta kue donat. "Sebentar Alin, kamu harus sabar." Seila mencoba menenangkan anaknya. Gadis kecil itu terdiam sejenak. Kemudian memandangi Erland. Alin yakin jika lelaki tampan yang ia lihat adalah papanya. Karena sang mama pernah memperlihatkan fotonya. "Papa? Dia Papa 'kan, Ma?" ucap Alin dengan wajah yang berseri. Seila tidak tahu harus menjawab apa. Ia berharap jika Erland mau berkata bohong demi seorang anak kecil yang tidak berdosa dan tidak tahu apa-apa. Erland yang tidak paham pun terlihat kebingungan. Bagaimana bisa gadis kecil itu menganggapnya sebagai papa. Sungguh sangat tidak masuk akal baginya. "Kenapa Papa diam saja, Ma? Kenapa tidak menyapaku?" Alin menarik-narik baju mamanya. Seila pun ikut kebingungan. Selama ini ia membohongi putrinya dengan mengatakan bahwa Erland adalah papa dari anaknya tersebut. Sedangkan yang sebenarnya adalah papa kandung Alin sudah pergi e

  • Sinyal Cinta CEO Duda   Berpapasan

    "Baby twins pup lagi Sayang," jawab Erland dengan memasang wajah kesal. Niatnya ingin bercanda agar mengundang tawa. Sedangkan bayi di depannya tersenyum-senyum setelah sisa kotorannya berhasil dibersihkan oleh papanya. "Lihatlah, dia mengejekku." Erland merasa gemas dengan putrinya. "Iya, Bu Nazwa. Yang ini juga. Hehehe. Mereka selalu sehati." Bi Nanik terkekeh. Ia ikut merasa gemas dengan tingkah si baby kembar yang belum memiliki nama tersebut. Nazwa pun tertawa. Namun lirih dan pelan. Ia merasakan perutnya masih sakit. Rasanya seperti ingin terbelah saja saat ia refleks tertawa. "Sayang, kamu baik-baik saja 'kan?" tanya Erland khawatir karena melihat istrinya meringis menahan rasa sakitnya. "Aku baik-baik saja. Aku mau ke toilet sebentar." "Aku akan mengantarkan kamu." "Tidak perlu, Mas. Kamu harus menjaga anak kita. Kasihan Bi Nanik nanti pasti kerepotan." Dengan berat hati Erland harus mengalah. Sejujurnya ia tidak tega kepada Nazwa. Tetapi baby kecil yang lucu itu juga

  • Sinyal Cinta CEO Duda   Mengikuti Arahan

    Erland merasa kikuk. Ia tidak ada niat sama sekali untuk berhubungan dengan Cintya. Baginya, wanita itu sangat berani."Kok diam aja? Come on, Erland. Saya hanya meminta tolong saja. Tidak lebih," ujar Cintya yang nada bicaranya terdengar lain di telinga Erland.Lelaki itu tidak ingin mengecewakan Cintya. Ia takut jika wanita itu akan membatalkan kerjasamanya jika Erland tidak mau membantunya."Ba–baiklah."Erland beranjak dari duduknya. Ia berharap jika Ridwan segera datang dari arah toilet.Benar saja. Sahabat Erland tersebut telah kembali dari toilet."Erland mau ngapain?"Pandangan mata Erland beralih ke Ridwan. Ia memberikan sebuah kode agar lelaki itu segera menghampiri mereka."Em, Cintya. Maaf. Tiba-tiba perut saya terasa sakit. Itu Ridwan telah kembali. Kamu bisa meminta tolong kepadanya."Dengan cepat Erland meninggalkan tempat itu. Ia segera berjalan menuju toilet."Cintya, apa yang kamu lakukan kepada Erland? Kamu mencoba untuk menggodanya?""Kenapa kamu harus kembali secep

  • Sinyal Cinta CEO Duda   Terlepas

    Nazwa masih mencari keberadaan perempuan itu, tetapi ia gagal menemukannya."Sepertinya ia sudah pergi. Apakah aku harus menceritakan tentang hal ini kepada Mas Erland. Apakah mungkin ada hubungannya dengan ya?"Dengan berat hati Nazwa mengurungkan niatnya untuk membuntuti perempuan itu. Ia memilih untuk ke ruangan suaminya. Niatnya dari semalam adalah ingin cepat-cepat bertemu Erland. Giliran sekarang sudah berada di rumah sakit, ia justru menginginkan hal lain.Nazwa berjalan santai ke ruangan yang tafi sempat ditunjukkan oleh Ridwan. Dengan perlahan wanita itu membuka pintu ruangan Erland.Seketika Ridwan dan Erland melihat ke arah pintu secara bersamaan."Em, yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga!" ujar Ridwan menyindir.Nazwa terlihat kikuk. Ia terlalu lama jika tadi beralasan ke toilet. Wanita itu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal."Em, kalian belum makan?" tanyanya ragu-ragu."Maaf, saya sudah makan duluan. Hehehe. Habisnya Pak Erland tidak mau makan kalau bukan Ibu Na

  • Sinyal Cinta CEO Duda   Terpaksa Berbohong

    "Tunggu!" teriak seseorang kepada Nazwa.Nazwa, Raka, dan Rosalia menoleh ke arah sumber suara."Ridwan?" lirih Nazwa."Ma, kenapa dia bisa ada di sini? Jadi dia juga belum mati?" ujar Raka kepada mamanya.Lelaki itu menganggap bahwa Ridwan ikut meninggal bersama pesawat yang kecelakaan waktu itu. Karena memang Ridwan dan Erland sempat terpisah di perjalanan."Ibu Nazwa. Aku hanya ingin mengatakan jika Raka lah penyebab Pak Erland kalah tender. Dia yang telah berbuat curang. Mencuri semua ide Pak Erland dengan cara yang licik. Dia bertaruh dengan Pak Erland.""Mas Erland taruhan?" Nazwa tampak kecewa. Tetapi semua sudah terlanjur."Nanti saya akan jelaskan semuanya. Tolong Ibu Nazwa jangan menandatangani surat perjanjian itu."Rosalia berjalan mendekati Ridwan. "Kamu tidak perlu ikut campur Ridwan.""Cukup, Tante! Pergi dari sini saya tidak butuh ini." Nazwa melemparkan surat perjanjian berserta bolpoin itu kepada Rosalia."Awas saja kalian. Aku tidak akan tinggal diam."Raka dan Rosa

  • Sinyal Cinta CEO Duda   Surat Perjanjian

    "Kenapa Mas Raka ke sini? Kita sudah tidak ada urusan lagi."Nazwa merasa geram. Ingin sekali ia mengusir Raka dengan cara kekerasan. Namun lelaki itu justru menunjukkan wajah yang penuh kesedihan."Nazwa, kamu sekarang tinggal di sini?" tanya Raka kemudian. Ia melihat ke arah atas sejenak agar air matanya tidak menetes."Iya, Nazwa tinggal di sini. Mas Raka senang 'kan? Mas Raka puas 'kan? Sebaiknya Mas Raka segera pulang."Nazwa memutar tubuhnya. Ia akan meninggalkan Raka seorang diri."Nazwa, aku rindu kamu!" Tiba-tiba tangan Raka menahan pergelangan tangan Nazwa.Nazwa mencoba melepaskan genggaman tangan Raka, tetapi lelaki itu justru mendorong kedua bahu mantan istrinya hingga tubuh Nazwa menyentuh dinding rumahnya.Raka mendekatkan bibirnya. Ia sangat merindukan momen bersama Nazwa dulu saat awal-awal menikah."Cukup, Mas Raka. Jangan seperti ini." Nazwa mengalihkan wajahnya."Aku masih mencintaimu, Nazwa. Mengertilah. Kamu sebenarnya juga masih cinta kepadaku 'kan? Katakan, Naz

DMCA.com Protection Status