Sebuah restoran sekaligus di sampingnya juga terdapat cafe yang lokasinya di pinggiran pantai menjadi pilihan Roy dan Angel, karena tadi sore Angel ingin berkeliling menikmati keindahan sore di berbagai tempat makanya saat mereka tiba di restoran dan cafe itu hari sudah malam.Selain tempat untuk santai, Angel dan Roy juga memutuskan untuk makan malam di sana.“Besok pagi aku akan pulang ke Jakarta,” Angel mengawali obrolan sembari menikmati makan malam mereka di restoran itu.“Loh, Tante hanya 2 hari liburan di sini?” tanya Roy.“Aku sebenarnya udah 4 hari dengan hari ini liburan di sini, kebetulan aja kemarin nggak sengaja ketemu kamu di hotel tempat aku menginap itu,” jawab Angel.“Oh gitu, kirain hanya 2 hari aja. Gimana liburannya, apa Tante merasa happy dan fress kembali setelah tentunya sibuk dengan kerjaan di kantor?” Roy bertanya kembali.“Ya gitulah Roy, meskipun nggak sehappy mereka yang datang ke sini dengan pasangan atau pula keluarga,” ujar Angel.“Hemmm, kenapa Tante ng
“Hari ini Mas Roy masuk kerja?” tanya Viola saat mereka duduk di ruangan depan rumah mewah kediaman CEO muda dan cantik itu bersama Opa dan Oma nya.“Ya, tadi aku minta tolong sama teman yang juga kerja di lapangan untuk menangani dulu para turis yang seharusnya aku yang mengantar jemput mereka.” jawab Roy.“Mending hari ini Mas nggak masuk kerja dulu,” ujar Viola.“Wah, nggak enak sama teman yang tadi aku minta tolong nangani para turis yang mustinya kerjaan aku itu,” ulas Roy.“Ya udah kalau gitu nanti jam istirahat siang kita makan siang bareng ya Mas? Ada hal penting yang ingin aku sampaikan,” pinta Viola.“Oke, nanti aku akan jemput kamu di sini,” ulas Roy.“Loh nggak usah, Mas Roy sebut aja nanti makan siangnya di mana biar aku yang nyusul ke sana,” ujar Viola, meskipun dia sebagai CEO akan tetapi jika hal yang menyangkut pekerjaan terlebih Roy telah berjanji pada temanya, Viola mengesampingkan dulu urusan pribadinya.“Ya udah, kalau gitu sekarang aku ke lapangan.” Ujar Roy, Vio
“Iya Pak, apa yang dikatakan Viola ada benarnya juga. Jika saat ini kita sampaikan, bukan tidak mungkin Husein nggak bisa menerima atau mau menyadari jika perjodohan itu bukan cara yang terbaik demi ingin putrinya menikah,” Oma menenangkan Opa yang telah tersulut emosi.Saat jam istirahat kerja siang itu Roy menuju sebuah restoran yang waktu ia kunjungi bersama Angel, sepertinya Roy merasa ketagihan untuk makan di samping lokasinya yang juga indah dekat dengan bibir pantai.Setelah memilih sebuah meja di dalam restoran itu, Roy merogoh ponsel yang ia taruh di saku celananya lalu melakukan panggilan.“Hallo Mas,” sapa seorang wanita yang baru saja dihubungi Roy itu.“Hallo juga Viola.” Sahut Roy.“Mas lagi di mana? Sekarang kan udah waktunya istirahat dan makan siang?” tanya wanita itu yang ternyata Viola.“Ya Viola, karena udah masuk jam istirahat siang makanya aku menghubungi kamu. Sekarang aku udah berada di sebuah restoran yang lokasinya indah serta menu-menunya sangat lezat.” jawa
“Bukan gitu Viola, aku hanya bicara sesuai dengan faktanya jika dia memang sepadan dengan kamu bila di bandingkan dengan aku,” ulas Roy.“Kan tadi udah aku bilang kalau dia dan semua yang ia miliki nggak membuatku tertarik sama sekali, Papi bahkan mungkin juga Mami sangat setuju tapi nggak dengan aku,” tegas Viola.“Lalu kita harus bagaimana sekarang? Papimu pastinya nggak akan merubah keputusannya bahwa dia nggak setuju jika kamu dan aku menjalin hubungan?” tanya Roy.“Aku nggak peduli dengan itu, semuanya udah aku ceritakan pada Opa dan Oma. Mereka nggak setuju jika aku menikah karena dijodohkan Papi. Opa dan Oma sangat marah begitu mengetahui jika Papi akan menjodohkan aku dengan Rehan,” tutur Viola.“Opa dan Oma mu juga tahu jika Papimu nggak setuju dengan aku?” tanya Roy.“Iya, tadi juga aku ceritakan pada mereka perihal Papi nggak setuju dengan hubungan kita. Aku dan Opa begitu juga Oma sedang mencari waktu yang tepat untuk menyampaikan pada Papi dan Mami, kalau pria yang akan m
“Loh kok gitu?” Bi Surti ikut merasa kecewa.“Ya, mau gimana lagi Bi. Aku sih berharap Roy dan kekasih itu akan langgeng dan dapat memperjuangkan cinta mereka hingga pelaminan, tapi kalau nggak Roy pastinya akan kembali ke sini bersama kita,” tutur Angel di antara dua harapan.“Ya, mau gimana lagi Bi. Aku sih berharap Roy dan kekasih itu akan langgeng dan dapat memperjuangkan cinta mereka hingga pelaminan, tapi kalau nggak Roy pastinya akan kembali ke sini bersama kita,” tutur Angel di antara dua harapan.“Moga saja Mas Roy segera mendapatkan solusinya atas semua yang sedang ia hadapi sekarang,” ucap Bi Surti.“Moga saja Bi, akupun berharap begitu.” ulas Angel.****Malam itu di Qatar tepatnya di kediaman Pak Hamid, di ruangan tengah nampak Pak Hamid, Bu Qoira dan Rehan duduk. Tak biasanya Rehan ikut duduk bersama kedua orang tuannya itu, setelah makan malam bareng Rehan biasanya duduk di teras sejenak lalu pergi jalan ke luar dan pulang sekitar jam 11 malam.“Tumben, kamu duduk baren
Namun Pak Hamid bahkan Pak Husein sendiri belum tahu jika Viola tidak ada perasaan apa-apa pada Rehan sejak bertemu minggu lalu, sosok Rehan bagi Viola tak ubahnya sebagai kenalan biasa dan tak ada yang spesial ia dilihat di diri Rehan selain pemuda yang kaya raya semata.****Malam itu cuaca mendung, tak lama gerimis pun turun. Roy yang duduk di teras di temani segelas kopi hangat dan sebungkus rokok, nampak bermenung dengan tatapan kosong ke arah gerimis yang semakin lama semakin rapat turun membasahi halaman kediamannya itu.Sepertinya perasaan pria tampan itu tidak sedang baik-baik saja hingga membawanya larut dalam lamunan, jika masalah pekerjaan yang ia lakukan di lapangan sampai dengan hari ini belum pernah dijumpai baik itu pada para turis maupun pada kantor tempat ia bekerja.Tiba-tiba saja Roy tersentak dari lamunannya ketika ponsel yang ia letakan di atas meja di antara gelas kopi dan rokoknya berbunyi, Roy pikir yang melakukan panggilan itu adalah Viola, ternyata setelah i
“Ya, aku ingat kita memang pernah membicarakan itu. Lantas gimana dengan rencana kita itu, Hamid? Apakah Rehan akan setuju jika dijodohkan dengan Viola? Soalnya waktu itu kamu bilang Rehan belum memberi jawaban ketika kamu tanyakan,” tanya Pak Husein.“Hemmm, benar Husein karena Rehan telah memberi jawaban jika dia bersedia untuk dijodohkan dengan Viola makanya aku mengajak kamu ketemuan dan membicarakannya lagi,” tutur Pak Hamid diiringi senyumnya.“Wah, baguslah jika Rehan udah memberi jawaban dan setuju,” ujar Pak Husein senang.“Lalu gimana dengan Viola sendiri? Apakah dia bersedia dijodohkan dengan Rehan?” Pak Hamid balik bertanya.“Viola memang belum aku tanya apakah dia bersedia atau nggak jika dijodohkan dengan Rehan, tapi kamu nggak usah kuatir belum lama ini aku telpon dia dan menanyakan apakah dia udah menemukan pria yang akan ia jadikan calon suami, soalnya dulu juga pernah aku tanyakan begitu, dia meminta diberi waktu.” Jawab Pak Husein.“Lalu Viola jawab apa ketika kamu
Itulah nilai plus seorang Viola, selain berwajah cantik dan berprofesi sebagai CEO, dia juga gadis yang rajin beribadah. Roy benar-benar pria yang beruntung dapat mengambil tempat di hati gadis itu sebagai salah satunya pria yang di cintai, selama ini sudah banyak pria yang ingin dekat dengan Viola akan tetapi semua itu hanya sebatas sahabat biasa saja.Tapi masalahnya sekarang, apakah Viola akan tetap mencintai dan menganggap Roy sebagai kekasihnya jika Roy menceritakan tentang masa lalunya itu? Dan bagaimana pula dengan rencana Pak Husein akan menjodohkan Viola dengan Rehan dalam waktu dekat ini?****Sore itu ketika Roy mengantar para turis ke sebuah hotel dan kebetulan itu adalah trip terakhir tugas Roy di lapangan dan akan kembali ke kantor lalu pulang ke kediamannya, tiba-tiba saja seorang pria menghampirinya ketika hendak naik ke atas mobil operasional.“Roy tunggu dulu..!” panggil pria itu, Roy pun hentikan langkah dan membalikan tubuhnya.“Eh, Bang Ardi rupannya. Ada apa Bang
“Maaf Bu, saya sebenarnya saat Mas Roy menemui saya dan mengajukan resign ingin sekali menelpon Bu Viola. Akan tetapi saat Mas Roy mengatakan jika alasan ia resign karena Bu Viola marah padanya, saya tidak berani menghubungi Ibu. Selain mengembalikan kunci kontak mobil operasional, Mas Roy juga mengembalikan kunci rumah yang ia tempati,” tutur Puspa.“Hah? Kunci rumahnya juga ia serahkan sama Bu Puspa?” kembali Viola terkejut.“Benar Bu,” ucap Puspa menegaskan kembali.“Terus dia bilang nggak akan ke mana dan menginap di mana?” tanya Viola.“Mas Roy bilang jika tidak kembali ke desanya, dia akan ke Jakarta. Mengenai tempat menginap hari itu dia akan menemui Bang Ardi sekaligus menginap ke sana sebelum ia memutuskan untuk pergi ke desanya atau ke Jakarta.” Jelas Puspa, terdengar jelas tarikan napas berat Viola dan ia pun seakan duduk terhenyak di kursinya mendengar keterangan dari Puspa itu.“Aku nggak nyangka akan seserius ini dampaknya setelah aku marah padanya hari itu di sebuah caf
Hari ke empat sejak Roy meninggalkan Pulau Bali dan kembali ke Jakarta, Viola baru mau mengaktifkan ponselnya yang sejak bertemu terakhir dengan Roy di cafe ponsel itu sengaja ia matikan dan taruh di dalam lemari.Selama empat hari itu pula Viola tidak masuk ke kantor, kesehariannya hanya ia habiskan waktu di rumah terlebih di dalam kamarnya. Begitu terpukulnya dia setelah Roy mengungkapkan semua tentang masa lalu kekasihnya itu, hingga akibat kesal dan juga amarah membuat CEO cantik perusahaan pariwisata itu bersikap seperti itu.Ponsel yang baru ia aktifkan itu ternyata terdapat beberapa kali panggilan tak terjawab dan 1 pesan WA dari Roy, karena penasaran pesan WA itu pun ia buka.“Aku tahu kamu nggak bisa menerima akan semua yang aku ceritakan perihal masa laluku itu, aku pun menerima jika memang kamu marah bahkan juga benci padaku. Aku sadar dan mengakui jika aku telah berbuat suatu kesalahan besar, harusnya sejak awal aku ceritakan tentang masa laluku itu padamu. Untuk itu aku m
Pagi itu Angel sarapan tak lagi sendiri melainkan ditemani oleh Roy yang juga telah mengenakan pakaian rapi, sementara ketiga pembantu rumah itu sarapan di meja makan di ruangan belakang.“Benar nih kamu nggak ingin istirahat dulu soalnya baru kemarin kamu tiba di sini dari Bali?” tanya Angel membuka obrolan mereka di meja makan.“Nggak Tante, aku merasa cukup fit kok pagi ini.” jawab Roy diiringi senyumnya.“Oh syukurlah kalau begitu, berarti nggak ada salahnya kan kalau pagi ini aku ajak kamu ke kantor?” ucap Angel.“Tentu nggak Tante, kira-kira apa tujuan Tante mengajakku ke kantor soalnya tadi malam Tante nggak bilang alasannya?” tanya Roy.“Kamu kan belum pernah aku ajak melihat kantor perusahaanku dan memang selama kamu dulu kerja di rumah ini, kamu nggak sekalipun aku minta datang ke sana. Di samping itu di sana nanti kita bahas tentang rencana membuka perusahaan pariwisata yang tempo hari aku bilang sama kamu saat kita bertemu di Bali,” tutur Angel.“Oh begitu, Tante yakin aka
Sekitar jam 5 sore Angel yang telah pulang dari kantor perusahaannya tiba di rumah, setelah memarkirkan mobilnya di halaman ia pun seperti biasanya masuk ke dalam rumah lalu menuju kamarnya di lantai atas untuk mandi dan berganti pakaian.Dengan santai dan tak memiliki firasat apa-apa ia ke luar dari kamarnya turun ke lantai bawah dan duduk di ruang tengah, tak beberapa lama terdengar ia memanggil salah seorang pembantunya.“Bi Surti..!”“Iya Nyonya,” sahut sosok yang dipanggil dari ruangan belakang, dan tak lama ia pun tiba di ruangan di mana Angel duduk.“Nyonya mau dibuatkan teh hangat?” tanya Bi Surti yang memang hampir setiap majikannya itu pulang dari kantor lalu duduk santai di ruangan tengah itu minta dibuatkan teh hangat.“Nggak Bi, karena cuacanya sejak dari kantor tadi dan setelah mandi aku masih merasa gerah. Aku mau Bi Surti buatkan jus alpukat aja, alpukatnya masih ada di kulkas kan Bi?” jawab Angel sembari balik bertanya.“Ada Nyonya, sebentar saya buatkan,” ulas Bi Sur
Pagi itu gerimis turun mengembuni Pulau Bali, Roy yang telah bersiap berangkat ke bandara nampak ke luar dari kamar yang disediakan pihak hotel. Setiba di lobi Roy pun terkejut, ternyata di sana Ardi telah menunggunya berikut mobilnya yang telah ia parkir di depan.“Berangkat sekarang Roy?” sapa Ardi sembari bertanya.“Iya Bang,” jawab Roy yang masih terkejut karena tak menyangka Ardi menunggunya di sana.“Ya udah kalau begitu yuk kita berangkat sekarang,” ajak Ardi.“Loh, kenapa Bang Ardi pakai repot-repot ngantarku ke bandara segala. Aku kan bisa ke sana dengan taksi,” ujar Roy merasa sungkan.“Sejak tahu kamu akan kembali ke Jakarta kemarin, aku emang udah berniat mengantarmu ke bandara.” Ulas Ardi diiringi senyum ramahnya.“Wah, jadi nggak enak udah disediakan kamar dan nggak boleh disewa Bang Ardi juga akan mengantarku segala ke bandara.” ujar Roy makin sungkan.“Hemmm, aku bukan hanya menganggapmu sahabat tapi udah seperti saudara sendiri. Ayo kita berangkat sekarang nanti ketin
Ardi terkejut setelah mengetahui sosok yang mengetuk pintu ruangannya dan dipersilahkan masuk itu adalah Roy, secara spontan ia berdiri dari duduknya lalu menyongsong Roy kemudian mengajaknya duduk di kursi tamu dalam ruangan manajer hotel itu.“Aku kira tadi siapa, ternyata kamu Roy. Ada yang perlu aku bantu sampai kamu datang menemuiku di sini?” Ardi mengawali obrolan mereka di ruangan itu dengan bertanya.“Maaf Bang kalau aku ke sini nggak kasih kabar dulu, nggak ada sih aku hanya ingin menginap di hotel ini untuk malam ini sebelum besok pagi aku berangkat ke Jakarta.” Jawab Roy diiringi senyum ramahnya.“Loh, tumben kamu mau menginap di sini segala? Bukankah kamu disediakan tempat tinggal oleh kantor tempat kamu bekerja itu?” Ardi heran.“Aku udah resign dari perusahaan itu dan besok pagi aku akan ke Jakarta..”“Apa?! Kamu resign?!” potong Ardi terkejut.“Iya Bang, makanya aku akan menginap di sini dulu untuk malam ini.” jawab Roy.“Loh, apa yang terjadi sampai kamu resign dari pe
Seperti biasa pagi hari Roy yang telah mandi dan rapi bersiap pergi ke kantor, akan tetapi ada yang berbeda dari penampilannya kali ini, biasanya mengenakan pakaian kerja berupa seragam tertera logo dan nama perusahaan pariwisata milik Viola itu namun pakaian yang ia pakai sekarang pakaian biasa mengenakan baju kemeja dan celana jeans.Bukan hanya itu saja kejanggalannya, biasanya ia pergi ke kantor ke luar dari tempat kediaman tanpa membawa apa-apa selain kunci kontak mobil operasional yang ia gunakan untuk mengantar jemput para turis, saat ini terlihat ia ke luar dari tempat kediamannya menggandeng koper scooter.Koper scooter itu ternyata hanya ia keluarkan dari dalam rumah dan menaruhnya di teras, lalu ia tinggalkan menuju kantor perusahaan tempat ia bekerja dengan hanya berjalan kaki karena memang dari tempat kediamannya itu jarak kantor hanya 200 meter saja.Mulai dari satpam hingga para karyawan kantor yang berada di ruangan terkejut melihat penampilan Roy yang tak seperti bias
Selepas menampar pipi Roy cukup keras, Viola kemudian meninggalkan meja di mana di sana Roy masih duduk dan tak terlihat mengusap pipinya padahal tamparan itu membuat pipi kirinya memerah.Roy kemudian ikut berdiri dan berusaha memanggil Viola beberapa kali agar berhenti, namun kekasihnya itu seakan tak mendengar dan terus berlalu meninggalkan ruangan cafe itu menuju mobilnya.Roy tak memaksa dirinya untuk terus mengejar, setelah berdiri mematung sejenak menatap kepergian Viola ia pun kembali ke meja tempat dia dan kekasihnya tadi duduk. Maksud hati melanjutkan makannya namun karena tiba-tiba selera makannya sama sekali hilang, Roy pun memutuskan untuk menyudahinya dengan hanya meneguk air putih di gelas yang ia pegang.Setelah membayar makanan dan minuman yang ia dan Viola pesan tadi di kasir, Roy pun kembali ke kediamannya dengan taksi.“Udah aku duga kamu nggak akan bisa terima dan pasti marah setelah aku ceritakan semuanya, tapi aku nggak bisa pula menunda lagi apalagi tetap merah
Setelah makan siang dan beristirahat sejenak di restoran itu, Roy pun kembali ke lapangan melanjutkan pekerjaannya sebagai petugas kantor yang melayani antar jemput para turis di pulau itu.Siang itu cuaca di Pulau Bali agak mendung, meskipun begitu belum ada turun gerimis apalagi hujan. Mungkin dikarenakan angin yang bertiup secara kontinu membuat hujan tertunda, hal itu justru membuat hawa di dalam ruangan yang tak ber AC terasa panas.Seperti halnya yang dirasakan Roy saat ia berada di dalam ruangan tempat kediamannya, karena hawa makin terasa panas dan dapat menimbulkan keringat Roy memutuskan untuk ke luar dan duduk di teras.Sesuai dengan niatnya kemarin siang bahwa siang ini dia akan mengajak Viola bertemu sembari makan siang, begitu pula tadi pagi dia telah meminta izin pada Puspa untuk tidak masuk kerja.“Hallo Mas,” sapa Viola ketika Roy melakukan panggilan di ponselnya.“Hallo juga Viola, kamu masuk kantor hari ini?” tanya Roy.“Iya, emang kenapa Mas?” Viola balik bertanya.