Ratna tertunduk, mengusap kasar wajahnya. Perlakuan sang kakek sudah kelewatan batas, tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa. Ingin rasanya mengakhiri semuanya, tapi dia masih belum bisa merelakan segala harta warisan yang ditinggalkan oleh kedua orang tuanya jatuh ke tangan orang lain.Andai saja harta warisan itu jatuh kepada adik atau kakak kandungnya sendiri, Ratna bersumpah demi apapun dia ikhlas lahir dan batin. Namun semua itu malah jatuh ke tangan saudara tirinya. Tak ada sedikitpun ikatan darah di antara mereka berdua wajar dia akan melakukan apa saja untuk merebut kembali semuanya."Jadi benar kakekmu mendesak untuk memiliki anak dari Yandi?""Iya Mas, seperti yang sudah kamu ketahui aku harus segera memiliki keturunan agar semua harta warisan dari ibuku jatuh kembali ke tanganku. Kamu tahu, betapa susah dan sulitnya kedua orang tuaku itu untuk mendapatkan semuanya. Tapi semuanya sirna begitu saja ketika ayahku pergi untuk selama-lamanya. Sebagai seorang anak tentu saja wajar a
Entah bagaimana cara pria itu menaklukkan Ajeng. Doni tak tahu dan tentunya tidak akan pernah mencari tahu hal tersebut karena itu memang tak lagi penting baginya."Jujur saja aku merasa Ajeng itu mempermainkan pernikahan kami. Nyaris 2 tahun aku dan dia menikah, melakukan banyak hal agar dia berubah nyatanya malah bertekuk lutut kepada laki-laki lain. Aku tidak paham sejauh mana hubungan antara Yandi dengan dia, yang jelas saat sepasang anak manusia mulai menjajaki sebuah hubungan yang serius tentunya ada sesuatu yang membuat mereka seperti itu. Tapi entahlah, kedua pundak Doni terangkat. "Terserah mereka mau melakukan apa. Mau jungkir balik, mau terbang, mau baku hantam pun di sana. Aku tak lagi peduli, lebih baik kita mengurus rumah tangga kita agar berjalan lebih baik daripada ini."Ratna menganggukkan kepalanya. Rasa marah dan m kecewa yang dia miliki terbang entah ke mana. Memang dia tidak bisa memungkiri bahwasanya Doni merupakan suami yang pandai mengendalikan keadaan. Setiap
Dia tidak ingin sang istri direndahkan seperti tadi, tanpa ada bukti pula. Hanya karena truk, padahal di area tersebut ada banyak kontrakan. Tidak hanya Ratna yang mengontrak di sana. Sangat tidak masuk akal, bukan?"Sekarang bagaimana?" Ratna menatap Doni yang masih duduk di sampingnya. Nyaris 10 menit taksi mereka berhenti tapi belum ada tanda-tanda dari mereka untuk turun.Ratna dan Doni masih berpikir apakah malam ini mereka akan tinggal bersama atau tidak. "Menurutmu?" Doni mengembalikan pertanyaan yang diberikan Ratna kepadanya. Dia ingin tahu apa yang diinginkan oleh istrinya itu.Jika Ratna menginginkan dirinya untuk tinggal, maka Doni akan mengusahakan bagaimanapun caranya dia akan mengabulkan permintaan istrinya itu."Terserah pada Mas saja. Kalau mau bersamaku tentunya kita harus menemukan alasan agar Ajeng tidak terus-menerus merasa ditipu seperti ini.""Bagaimana kalau aku pulang terlebih dahulu dan melihat bagaimana respon Ajeng setelah dia tertangkap basah olehmu.""Set
"Mas, mau …," rengek Ratna. Mengusap Doni yang masih dibungkus dengan rapi.Pria itu mengangguk. Melepaskan segala penghalang yang masih menutupi tubuhnya. Dia membiarkan Ratna menikmati setiap jengkal tubuh yang dia miliki, tanpa melakukan hal yang sama kepada Ratna. Dia ingin melihat bagaimana cara istrinya itu memulai permainan mereka."Kamu tidak ingin aku?" Ratna beringsut duduk. Ketika melihat Doni yang polos hanya bersimpuh di hadapannya, memamerkan dirinya yang sudah mengeras dan berdiri sempurna. Mengusapnya agar Ratna tau apa yang harus dia lakukan."Aku ingin kamu. Tapi aku ingin kamu melakukan hal yang baru." Mengusap pucuk kepala Ratna, tanpa menghentikan usapan pada dirinya yang mengeras.Ratna terdiam. Berpikir sekuat mungkin, menebak apa yang Doni inginkan. Tangannya pun terulur untuk menyentuh Doni di bawah sana, menggantikan pria itu untuk mengusapnya."Mulutmu sayang," pinta Doni. Mengumpulkan seluruh rambut Ratna dan menuntunnya untuk menikmati dirinya.Ratna tampa
Tidak sanggup menegur apalagi menghentikan. Dia meremas kuat anak kunci yang dicuri sebelum pulang tadi. Dan ternyata benar. Dugaan Ajeng tidak salah. Doni selama ini tidak pergi. Dia hanya melompati pagar belakang agar bisa bertemu dan tinggal di rumah Ratna.Sekarang Doni tidak perlu pusing memikirkan akan pulang pergi lewat mana. Semuanya sudah usai dan dia bebas dari Ajeng, meskipun wanita itu tidak tau bahwa dirinya ada di rumah Ratna."Nanti pas pulang kamu ingin dibawakan apa?" Doni masih enggan melepaskan Ratna dari pelukannya.Sebagai pengantin baru, baru kali ini pula dia merasakan kebahagiaan. Kedekatan dengan sang istri, tidak seperti saat bersama Ajeng dulu. Jangankan untuk berpelukan, saling bicara saja mereka tidak pernah. Bahkan saat pertama kali melakukan hubungan suami istri, Ajeng bungkam. Menutup rapat-rapat mulutnya meskipun dia terlena karena permainan Doni.Ajeng baru mau diajak bicara setelah malam pengantin mereka usai. Benar-benar jauh berbeda dari Ratna. Ist
Ajeng mengusap kasar air matanya dari semalam dia selalu saja menangis. Tidak berhenti mengeluarkan air mata kepedihan dari kedua matanya. Dia tidak pernah menyangka sama sekali hari ini akan tiba di mana Doni berpaling sedangkan dia malah jatuh cinta.Ajeng juga masih bergelung di bawah selimut, seraya menangis menatap Rafki yang masih terlelap. Andai saja tidak ada buah hatinya itu bisa dipastikan Ajeng sudah menemui Doni ke rumah sebelah dan meminta penjelasan atas apa yang dilakukan pria itu kepadanya.Sampai-sampai pria itu sampai hati melupakan cinta yang selama ini dia gadang-gadang tidak akan pernah luntur dari hatinya. Nyatanya apa, baru pertama kali Doni mendatangi Ratna sekarang wanita itu sudah mengatakan bahwasanya mereka berdua sudah menikah. Apa-apaan fakta yang diketahui Ajeng sampai-sampai dia tidak mengerti bagaimana caranya untuk membawa Doni kembali ke dalam pelukannya. Rasanya Dia juga stres harus menjalani kehidupan sendiri. Dia juga tidak bisa memberitahu kepada
Ajeng mengusap kasar air matanya dari semalam dia selalu saja menangis. Tidak berhenti mengeluarkan air mata kepedihan dari kedua matanya. Dia tidak pernah menyangka sama sekali hari ini akan tiba di mana Doni berpaling sedangkan dia malah jatuh cinta.Ajeng juga masih bergelung di bawah selimut, seraya menangis menatap Rafki yang masih terlelap. Andai saja tidak ada buah hatinya itu bisa dipastikan Ajeng sudah menemui Doni ke rumah sebelah dan meminta penjelasan atas apa yang dilakukan pria itu kepadanya.Sampai-sampai pria itu sampai hati melupakan cinta yang selama ini dia gadang-gadang tidak akan pernah luntur dari hatinya. Nyatanya apa, baru pertama kali Doni mendatangi Ratna sekarang wanita itu sudah mengatakan bahwasanya mereka berdua sudah menikah. Apa-apaan fakta yang diketahui Ajeng sampai-sampai dia tidak mengerti bagaimana caranya untuk membawa Doni kembali ke dalam pelukannya. Rasanya Dia juga stres harus menjalani kehidupan sendiri. Dia juga tidak bisa memberitahu kepada
"Di mana dia? Mama ingin berbicara." Sang ibu malah langsung mencari keberadaan Ratna, bukannya mengajak Doni berbicara seperti yang ditawarkan pria itu tadi."Kita akan bicara dengan Ratna jika Mama sudah tenang. Kalau mama seperti ini aku tidak akan mau mengajak Mama bertemu dengannya, terlebih lagi beberapa hari yang lalu Mama datang ke sini dan memaki istriku.""Istri?" Sang ibu membulatkan matanya, terkejut mendengar penuturan Doni. Ternyata benar apa yang dikatakan Ajeng tadi malam, bahwasanya Ratna dan Doni sudah menikah.Doni menganggukkan kepalanya. "Benar sekali, aku dan Ratna sudah menikah bahkan kami sudah lama menjadi sepasang suami istri. Jadi Mama tidak akan bisa asal ,memintaku berpisah dengannya karena hubungan kami bukan hanya sekedar sepasang kekasih.""Mama tidak mau tahu apa hubungan yang terjadi antara kamu dan dia, yang jelas Mama ingin kamu menceraikan Ratna dan berpisah darinya. Mama tidak sudi memiliki menantu dari keluarga miskin dan rendahan seperti dia.""