Share

Bab 149

Author: Miss Secret
last update Last Updated: 2025-01-21 19:40:15

Dingin malam menusuk tulang, tapi yang lebih menyakitkan adalah rasa penyesalan yang tak kunjung hilang dari benak Bu Dahlia. Dia duduk di sudut ruangan kecil dengan tembok kusam berwarna abu-abu. Bukan ruangan yang layak untuk seorang ibu, tapi ia tak punya pilihan. Penjara ini, kini menjadi tempat tinggalnya.

Detik demi detik, Bu Dahlia lalui dengan penuh kebimbangan. Entah mengapa, sejak tadi perasaannya begitu berkecamuk, seperti merasakan sebuah firasat buruk, tapi entah apa.

Tanpa sengaja, atensi Bu Dahlia, tertuju pada layar televisi kecil di di dekat sel. Melihat siaran berita di televisi tersebut, seketika mata Bu Dahlia terbelalak lebar.

Jantungnya berdetak kencang tak beraturan, seolah akan terlepas dari tempatnya. Berita itu datang seperti pukulan telak di dada. Anak tersayangnya, Arumi, kini menghiasi layar televisi tersebut.

Berita di televisi menyebutkan, Arumi terseret dalam skandal perselingkuhan dengan salah satu pimpinan e-commerce.

Mata Bu Dahlia masih membelalak l
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 150

    Alan menatap interaksi Kanaya, dan Pak Rama. Laki-laki itu tersenyum simpul, disertai perasaan haru yang menyeruak di dalam dada.Sejujurnya, Alan pun tak menyangka jika Kanaya, adalah anak kandung dari Pak Rama, sosok yang selama ini Kanaya anggap sebagai kakeknya.Namun, di sela rasa haru itu, tersisip juga kemarahan pada Arumi, yang telah membuat skenario agar mereka mengadopsi Kanaya. Alan benar-benar merasa dipermainkan. Dia pikir, istrinya yang egois, begitu tulus pada Kanaya. Namun, di balik semua itu, mantan istri, dan mertuanya ternyata telah membuat skenario jahat yang begitu keji.Meskipun Alan pun yakin, Arumi melakukan hal tersebut, pasti tak lepas dari permintaan Bu Dahlia. Namun, apapun tujuan awalnya, dalam lubuk hati yang paling dalam, dia pun mengakui, jika Arumi tak mengadopsi Kanaya, mungkin, dia takkan pernah bertemu dengan gadis itu.Tampak terlihat jelas, wajah Pak Rama yang terlihat lelah, tapi matanya dipenuhi harapan. Hatinya berdebar-debar. Setelah bertahun-

    Last Updated : 2025-01-22
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 151

    Di Ruang Perawatan ...."Kalian menikah saja! Bukannya Papa mau menghentikan langkah Kanaya, tapi sepertinya hubungan kalian sudah cukup jauh," sambung Pak Rama, yang mengetahui video Alan, dan Kanaya yang tersebar.Sebagai laki-laki dewasa dia cukup paham, sejauh mana hubungan Kanaya, dan Alan. Apalagi, Alan juga sudah berumah tangga. Pak Rama yakin, hubungan putrinya, dan Alan pasti tidaklah hanya pada sebatas berpegangan tangan.Alan, dan Kanaya pun saling berpandangan. Lalu, Alan mulai membuka suaranya, "Saya akan bertanggung jawab atas hubungan ini, Pa. Saya memang serius dengan Kanaya. Meskipun Kanaya masih muda, tapi untuk saat ini Kanaya masih duduk di bangku kuliah. Saya takut Kanaya keberatan, dan tidak mau menghambat masa depan Kanaya.""Setelah kejadian ini, memangnya kamu masih ingin melanjutkan kuliah kamu, Naya?" sahut Pak Rama, cemas jika Kanaya akan mendapat perundungan jika di luar sana.Bahkan, laki-laki paruh baya pun rasanya belum ingin membiarkan Kanaya pergi seo

    Last Updated : 2025-01-22
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 152

    Di Ruang Perawatan Arumi ....Boby menatap Arumi yang kini terlihat begitu sendu. "Arumi, lo mau makan nggak? Gue suapin ya!"Arumi tak menjawab. Dia terlihat begitu asyik dalam pemikirannya sendiri, seolah sedang mengolok keadaannya yang sudah hancur.Karir, rumah tanggal, dan citra yang dia bangun selama bertahun-tahun kini hancur. Arumi bahkan tak tahu, dan belum memiliki rencana apapun setelah kejadian ini. Karirnya cemerlang, kini semua itu hanya ilusi yang sekarang telah tercerai-berai.Skandal itu datang seperti badai di musim kemarau—tidak terduga, dan menghancurkan segalanya dalam sekejap. Kolega yang dulu mengaguminya kini memalingkan muka. Dunia kerja yang dulu menjadi tempat ia bersinar berubah menjadi ruang penuh bisik-bisik dan penghakiman.Namun, penderitaannya tak berhenti di sana. Karena rumah tangganya pun kini juga hancur.Arumi duduk, sembari bergumam lirih, "Mengapa ini terjadi? Apa salahku? Bagaimana aku bisa memperbaiki semuanya?"Akan tetapi, sebanyak apapun pe

    Last Updated : 2025-01-22
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 153

    Arumi tampak begitu kesal, saat mendengar Pak Rama menyuruhnya pergi ke luar negeri. Wanita itu, kini hanya terdiam. Lalu, menoleh ke jendela yang menghadap ke taman dengan wajah yang tegang dan napas berat. Dia membelakangi Pak Rama yang kini duduk di sampingnya, sambil memandang Arumi, dengan tatapan dingin bercampur khawatir, akan masa depan putrinya.Tak dapat dipungkiri, perkataan Pak Rama, membuat dadanya bergemuruh. Kata-kata ayahnya bergema di pikirannya, seperti palu yang memukul bertubi-tubi."Kenapa diam? Percayalah, ini jalan terbaik untuk meredam semua berita buruk tentangmu. Setelah situasinya lebih terkendali, kau bisa pulang lagi ke tanah air. Kau juga bebas memilih negara, di mana kau akan tinggal, Arumi."Arumi membalikkan wajah yang kini terlihat memerah, menahan amarah."Jadi ini solusi Papa? Mengirimku pergi ke luar negeri seperti barang yang harus disembunyikan? Papa mau buang aku karena udah nemuin anak kesayangan Papa, 'kan?"Pak Rama tetap terlihat tenang, ta

    Last Updated : 2025-01-24
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 154

    Malam ini, suasana rumah sakit lengang. Hanya terdengar bunyi mesin EKG dari beberapa ruangan dan langkah kaki perawat yang sesekali melintas di koridor.Lampu-lampu redup di lorong menciptakan bayangan panjang yang menari di dinding. Di salah satu kamar rawat inap, seorang wanita duduk di tepi tempat tidurnya dengan napas tertahan.Tangannya gemetar, rasa cemas dan takut sebenarnya begitu menghantui. Namun, Arumi yang sudah bertekad untuk pergi, menghalau rasa cemas tersebut.Akan tetapi, saat ini Arumi sendiri. Boby memang bersedia mengambil kunci itu, tapi enggan menemani Arumi saat melarikan diri dari rumah sakit. Lelaki gemulai itu, tak memiliki keberanian untuk melakukannya.Arumi melirik ke arah pintu. Suara langkah kaki perawat mendekat, lalu menjauh. Ini adalah kesempatannya. Dengan hati-hati, ia mencopot selang infus dari tangannya, menahan nyeri yang menusuk. Darah kecil mengalir, tetapi ia tak peduli.Arumi bergumam pada dirinya sendiri, "Aku nggak bisa tinggal di sini leb

    Last Updated : 2025-01-24
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 155

    Setelah melihat keadaan Bu Dahlia yang kian tak memungkinkan jika harus menjalani proses hukum, akhirnya malam ini juga, Pak Rama, beserta pihak kepolisian membawa Bu Dahlia ke rumah sakit jiwa.Pak Rama saat ini tampak melewati pintu rumah sakit jiwa dengan istrinya, Bu Dahlia. Lalu, seorang polosi berjalan di belakang mereka.Pak Rama sebenarnya sudah menyadari jika akhir-akhir ini, mental Bu Dahlia sedang tidak baik-baik saja. Mungkin, dia sudah memiliki firasat jika kejahatannya akan terkuak, hingga membuat wanita paruh baya itu tampak bingung dan tak terkendali.Bahkan, sejak satu minggu terakhir, dia sering kali berteriak ketakutan tanpa sebab, dan berbicara sendiri. Pak Rama juga pernah memergoki Bu Dahlia melukai dirinya sendiri dengan memukul-mukul kepalanya seraya menangis terisak saat dia sedang bercermin. Mungkin, bayang-bayang adik tirinya yang telah dia bunuh, terus menghantui dalam benaknya.Meskipun masih diselimuti amarah. Namun, Pak Rama tak tega membiarkan istrinya

    Last Updated : 2025-01-25
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 156

    "Kenapa Mama di sini?" tanya Kenan, dengan nada cukup ketus "Kenan ...." Suara Arumi terdengar bergetar, lembut, tapi penuh desakan, "Kenan ayo ikut Mama sekarang." Kenan mendongak, sembari menatap Arumi dengan tatapan tak bersahabat. "Aku nggak mau pulang sama Mama, Kenan maunya sama Papa. Mama jahat!" Arumi kemudian berlutut, sembari terisak dan menggenggam tangan Kenan dengan erat. "Kenan, Oma Dahlia sakit, Nak ... Oma sakit. Kenan jenguk Oma sekarang ya!" Mata Kenan melebar, bibirnya gemetar. "Oma sakit? Sakit apa, Ma?" tanyanya dengan nada cemas. Arumi menarik napas panjang, berusaha menahan air matanya kembali. "Mama juga belum tahu pasti. Oma masih dalam pemeriksaan dokter. Sejak Oma sakit, Oma nanyain Kenan terus. Oma pengen ketemu sama Kenan. Kenan mau kan ikut sama Mama?" Kenan terdiam sejenak, melihat wajah Arumi yang dipenuhi kecemasan, Kenan merasa bimbang. Apalagi, ada kaitannya dengan neneknya. "Kenan jangan takut, Mama udah bilang sama Oma Sinta, dan

    Last Updated : 2025-01-26
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 157

    Pak Rama duduk di sofa dengan raut wajah penuh kelelahan, setelah dua hari kemarin, sibuk mengurus Arumi, dan Bu Dahlia.Hari ini, dia ingin bersantai di rumah saja. Pak Rama sudah merasa cukup lega, dan tenang, saat tadi malam diberi tahu oleh Arumi jika hari ini, dia akan pulang dari rumah sakit bersama Boby. Namun, ketenangan itu seketika berubah ketika pintu rumah diketuk dengan keras.Di depan pintu, Alan berdiri dengan napas tersengal-sengal dan wajah penuh kecemasan. Pak Rama yang baru saja membuka pintu, tentunya terkejut saat melihatnya."Papa, kenapa Papa nggak angkat telepon dari aku dan rumah sakit, tempat Arumi dirawat?"Kening Pak Rama pun seketika mengernyit. "Maaf, tadi malam Papa anter Mamanya Arumi ke rumah sakit, dan mengurusnya di sana sampai dini hari. Papa bangun kesiangan, dan lupa belum mengaktifkan ponsel. Memangnya ada apa, Alan?""Pa, apa Arumi sempat pulang ke rumah?"Jantung Pak Rama, kian berdegup kencang mendengar pertanyaan Alan. "Arumi? Arumi belum pul

    Last Updated : 2025-01-26

Latest chapter

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 225

    Kakek Wang bergegas mengambil ponsel Rain yang menunjukkan bukti-bukti kejahatan yang dilakukan Stela."Kakek, Rain bohong, bukti-bukti itu palsu!" seru Stela, mencoba meyakinkan kakeknya. Namun, pria paruh baya itu tak bergeming, dan tetap melihat semua bukti-bukti tersebut.Stela berniat mendekat, untuk mengambil ponsel milik Rain. Namun, buru-buru dicegah oleh dua orang bodyguard Kakek Wang.Sementara itu, bisik-bisik mulai menyebar di antara para tamu. Beberapa orang mencoba mendekat untuk mencari tahu apa yang terjadi, sementara yang lain memilih menjauh, merasa ada sesuatu yang tidak beres. Dalam hitungan menit, suasana kian tegang. Tuan rumah yang semula tersenyum ramah kini terlihat gelisah, keringat dingin membasahi dahinya."Ada apa?" tanya seseorang dengan suara hati-hati.Namun, sebelum ada jawaban, seorang anggota keluarga tuan rumah memberi isyarat agar para tamu segera meninggalkan tempat. Tanpa banyak bertanya, mereka mulai beringsut keluar, beberapa dengan langkah ter

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 224

    "Kamu baru sembuh, aku nggak mungkin tega mengatakan bagian paling menyakitkan dalam rumah tangga kita.""Lalu, apa yang sebenarnya terjadi? Sepintas, aku masih ingat senyuman hangatmu padaku, tapi sekarang kenapa jadi seperti ini? Siapa yang salah, aku atau kamu?"Alan menghela napas, menatap keluar jendela sejenak sebelum kembali menatap Arumi."Nggak penting siapa yang salah, kita berdua memang sudah tidak satu tujuan. Terlalu banyak ketidakcocokan, dan pola pikir."Arumi mengernyit, merasa ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. "Tapi kenapa tatapanmu begitu dingin padaku? Apa aku yang salah?"Alan menggeleng pelan. "Ini bukan tentang siapa yang salah. Kita memang terlalu sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Aku terlalu sibuk dengan pekerjaanku, begitu pula kamu. Aku sering kali merasa diabaikan sebagai seorang suami, dan kau berpikir aku ngga pernah mengerti keadaanmu. Kita sering bertengkar, hal-hal kecil jadi besar. Kita lelah, tapi tidak ada yang mau mengalah."Arumi menatap

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 223

    Di Sisi Lain....Setelah memberi tahu Rain jika dia berhasil meyakinkan pihak rumah sakit untuk membawa pulang Arumi, Alan melangkah memasuki ruang perawatan dengan langkah ragu. Keraguan itu, bukan karena dia takut. Namun, lebih pada sosok yang akan dia temui.Di ranjang, seorang wanita duduk bersandar pada bantal, matanya kosong menatap jendela. Arumi, mantan istrinya. Wanita yang pernah dia cintai lebih dari apapun, tapi dulu. Bukan sekarang.Alan mendekat, menarik kursi, lalu duduk di depannya. "Arumi ...."Arumi mengalihkan pandangannya dari jendela, menatap Alan dengan tatapan asing."Maaf, Anda?"Alan merasakan sesuatu yang mencengkeram hatinya. Ini aneh. Perempuan yang dulu dia kenal begitu dalam, kini menatapnya seperti orang asing."Aku Alan, aku temanmu dulu."Arumi mengerutkan kening, seolah mencoba menangkap sesuatu di pikirannya. Nama Alan memang terdengar tak asing. Apalagi, kemarin sosok laki-laki yang menemuinya juga mengatakan jika hari ini Alan akan menemuinya."Ala

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 222

    Malam itu, rumah besar milik Kakek Wang berubah menjadi pusat kemewahan dan kegembiraan. Dikelilingi taman yang luas dengan lampu-lampu berkelap-kelip, pesta yang diadakan di mansion megah itu bagaikan perayaan para bangsawan. Para tamu berdatangan dalam pakaian terbaik mereka—gaun berkilauan dan setelan jas mahal—sambil membawa gelas sampanye yang berkilauan di bawah cahaya lampu gantung kristal raksasa.Di tengah aula utama yang luas, sebuah orkestra memainkan musik klasik yang lembut, sementara para pelayan berlalu-lalang dengan nampan berisi hidangan mewah: kaviar, lobster, dan anggur terbaik dari seluruh dunia. Taman belakang yang dihiasi air mancur dan patung-patung marmer menjadi tempat bagi mereka yang ingin berbincang lebih santai, dengan suara tawa dan gelak kebahagiaan memenuhi udara.Kakek Wang, seorang miliarder yang dikenal karena kemurahan hatinya, berdiri di balkon lantai dua, mengangkat gelasnya dan menyampaikan pidato singkat. Dengan senyuman bijaksana, dia menyambut

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 221

    Kanaya berdiri di depan cermin besar, tubuhnya dibalut gaun pengantin berwarna putih gading dengan renda yang halus. Dia menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan dadanya yang berdebar.Cahaya dari lampu gantung di butik membuat wajahnya tampak lebih lembut, tapi tidak bisa menghilangkan bayangan kegundahan di matanya. Ocha, yang duduk di sofa butik, menatapnya penuh kagum."Ya ampun, Nay. Kamu cantik banget, aku yakin Mas Alan bakalan terpesona liat kamu. Aku foto ya, nanti kamu kirim ke calon suami kamu!" pekik Ocha, dengan sorot mata berbinar, kagum akan kecantikan sahabatnya.Kanaya tersenyum kecil, lalu merapikan bagian lengan gaunnya. "Tapi aku malu.""Ck ngapain malu sih. Aku aja yang cewek terpesona. Apalagi Mas Alan!" sahut Ocha, seraya tertawa kecil.Kanaya ikut tersenyum, tapi hanya sebentar. Matanya kembali menatap pantulan dirinya di cermin, seakan mencari sesuatu yang hilang."Nay, lo kenapa sih kaya sedih gitu? Nggak cocok sama gaunnya?"Kanaya menggeleng pelan. "

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 220

    Di sebuah ruang perawatan rumah sakit yang diterangi cahaya lembut dari jendela, Rain duduk di tepi ranjang pasien setelah beberapa saat berusaha menenangkan Arumi.Wajah itu, menyimpan kelelahan, tapi sorot matanya penuh harapan saat menatap perempuan yang duduk di depannya. Arumi—atau kini, yang hanya mengenal dirinya sebagai Celine—terlihat ragu. Tatapannya kosong, seolah berusaha mengaitkan kembali kepingan memori yang hilang."Dengarkan aku, kamu bukan Celine, kamu Arumi. Aku tahu ini membingungkan, tapi aku mohon, percayalah padaku.""A-aku nggak ngerti. Semua orang bilang aku Celine. Stela bilang jangan pernah percaya orang lain, kecuali dirinya.""Stela bohong. Namamu Arumi."Rain menggeleng, suaranya tegas tapi terdengar lembut. Arumi kemudian mengerutkan kening, matanya berkabut."Kalau benar, kenapa aku nggak ingat kalo aku Arumi?""Lalu, apa kau juga ingat jati dirimu sebagai Celine?" sahut Rain, kemudian menarik napas dalam, berusaha menahan emosi."Tapi kenapa Stela bila

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 219

    Di dalam ruang tengah, Rain menatap layar ponselnya dengan tangan gemetar. Cahaya dari layar memantul di matanya yang penuh amarah dan kekecewaan. Napasnya memburu, dadanya naik turun seiring gelombang emosi yang meluap di dalam dirinya. Beberapa saat yang lalu, dia menyadap ponsel milik Stela, dan menemukan sesuatu yang tidak pernah dia bayangkan.Bukti, percakapan, rencana. Semua tertulis jelas. Stela adalah dalang di balik kecelakaan Arumi.Rain mengeratkan genggamannya pada ponselnya sendiri, seakan benda itu bisa membantunya mengendalikan amarah yang hampir meledak. Pikirannya berputar, mengulang-ulang momen saat dia melihat bagaimana mobil tersebut terbakar, bagaimana hancurnya dia saat mengira jika Arumi telah meninggal, dan ternyata semua itu palsu. Semua itu adalah konspirasi semata yang sangat menyakiti hatinya. Rain pikir itu kecelakaan biasa. Takdir buruk yang menimpa tanpa peringatan. Namun, tidak. Itu ulah Stela. Orang yang selama ini ada di dekatnya.Rahangnya mengera

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 218

    Atmosfer ruang tamu itu terasa panas meskipun AC yang menyala, menunjukkan suhu rendah. Lampu terang yang menyinari membuat bayangan wajah mereka terlihat lebih tegang.Alan duduk di sofa dengan tubuh sedikit condong ke depan, kedua tangannya saling menggenggam erat. Kanaya berdiri di dekat jendela, menggigit bibir bawahnya, sembari mendengar penjelasan Rain di ujung sambungan telepon.Sementara Pak Rama, duduk di kursi berhadapan dengan Alan. Wajahnya kusut, matanya merah dan penuh kecemasan.Di atas meja, secangkir kopi yang disajikan sejak tadi sudah dingin, tak ada yang sempat menyentuhnya. Udara di ruangan itu seperti membeku setelah Alan menyampaikan kabar yang baru saja ia dapatkan.Setelah Kanaya menutup sambungan telepon tersebut, gadis itu tampak menghela napas berat."Aku baru saja mendapat kabar dari Rain. Dia bilang, tadi saat menunggu ibunya yang masuk rumah sakit, Rain melihat seseorang yang mirip Arumi di sebuah rumah sakit tersenyum. Namun, saat Rain mendekat, wanita

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 217

    Di ruang makan yang luas dan elegan, sebuah meja panjang berhiaskan lilin serta peralatan makan berlapis perak tersusun rapi. Lampu kristal menggantung di langit-langit, memancarkan cahaya keemasan yang hangat. Aroma hidangan menguar, memenuhi ruangan dengan keharuman menggoda.Pak Rama meletakkan garpunya dengan tenang, lalu menatap putrinya dengan penuh perhatian."Udah sampe sejauh mana persiapan pernikahan kamu sama Alan?"Kanaya tersenyum malu-malu, meletakkan sendoknya, lalu menatap ayahnya dengan sorot mata berbinar."Hampir 75 persen, Pa. Besok kita mau fitting baju pengantin. Kita nggak undang banyak tamu, karena lebih ke acara private party."Pak Rama mengangguk pelan, ekspresinya tenang, tapi penuh makna. Dia menyandarkan tubuhnya ke kursi, lalu menghela napas pendek sebelum berbicara."Pernikahan itu bukan sekedar tentang cinta, Kanaya. Tapi juga tentang kesiapan, tanggung jawab, dan kesabaran. Kamu harus ingat itu, dan jangan pernah melakukan kesalahan seperti yang perna

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status