37. Arti Sebuah Keluarga
Ponsel Gangga langsung diserbu chat dari kekasihnya, sahabat dan bosnya yang tak lain adalah kakak Kendrik.
Rentetan chat dari bosnya membuatnya urung memarahi Kendrik. Perasaan marahnya berubah menjadi ketakutan kehilangan pekerjaan freelancenya.
đ±Bos Black Widow: Ngga, hari ini client minta cepet. Dikirim segera ya artikelnya.
đ±Bos Black Widow: Gimana, Ngga? Bisa nggak? Kalau enggak aku lempar ke freelancer lain.
Panggilan telepon pun masuk dari Karen.
đ"Halo, Ngga."
đ"Ha-halo, Bos." Gangga pasrah jika bosnya yang merangkap calon kakak ipar itu memarahinya.
đ"Fyuh, akhirnya nyambung juga. Ke mana aja kamu, kok nggak bisa dihubungi?"
đ"A-aku lagi demam, Bos. Di kos aja, kuliah juga nggak masuk."
đ"Astaga. Ya udah, job yang dari produsen TMR mixer itu aku lem
38. Impas"Oh, bubur."Emang aku ngira apa? Dari tadi juga aku udah tahu itu bubur. Kan cuma nanya karena belepotan. (Isnu).Isnu menggaruk-garuk kepalanya. Sedangkan Kendrik dan Gangga membersihkan sisa-sisa bubur yang menghambur di dagu dan pangkuan Gangga."A-ada apa, Is?""Nggak apa-apa, kok. Aku baru aja pulang kuliah. Edera bilang kamu sakit, aku mau nengok aja. Eh udah ada masnya yang jagain. Ya udah aku keluar dulu ya," pamit Isnu sembari tangannya meraih pintu kamar, hendak menutup pintu itu."Jangan ditutup, Mbak! Dibuka aja, biar sejuk eheheh," kata Kendrik.Isnu mengangguk kaku, kemudian pergi dari kamar Gangga.Kalau ditutup pintunya, bisa-bisa ada setan nimbrung. (Kendrik).Setan: Heh, gue mulu dipitonah. Yang suka menyarankan perbuatan maksiat bukan cuma gue keles, Imin Surotong lu juga suka otomatis kebangun sendiri. Makanya, dipangkas abis aja biar nggak ada yang bisa bangun sekalian.Heh! Jangan be
39. Terobsesi"Tuh kan ane juga herman kemaren nggak ada foto mobilnya. Kalau Lio bilang keluarga minta hapus fotonya."Linggom mengangguk-angguk meski belum mengerti kenapa kira-kira keluarga meminta untuk menghilangkan foto itu."Agak lucu ya. Apa yang musti dikhawatirkan? Orangnya aja udah ditahan."Kalau saja Kendrik tahu, dari kemarin mungkin tidak akan pusing berpikir tentang itu semua."Anterin ane ke suatu tempat yuk, Bray," ajak Kendrik."Kemana?""Gunung Timur.""Heh, kalau mau piknik, ngajak cewek ente lah, masak ngajak ane. Kayak main hanggar aja.""Bukan piknik ini, mau nyari tahu soal Pak Mujiyanto.""Oh, kirain udah nggak doyan hamburger mau beralih ke hotdog.""Heh, Gunung Timur itu wilayahnya besar. Ente kok cuma inget bagian itu doang coba?""Kondangnya kan begitu heheh.""Lagian, kalau ane ngajak piknik pacar ane, nggak bakal ngapa-ngapain juga," kata Kendrik, kemudian menghel
Lembaga Permasyarakatan Gunung Timur"Njay, ente ngajakin ane ke rutan gini. Bahlul" kata Linggom sembari memandangi bangunan besar yang ada di depannya kini."Kemarin kan konteksnya mau tahu tentang Pak Mujiyanto. Kirain ente udah paham."Mereka keluar dari mobil dan menuju ke hotel prodeo itu. Suasana mencekam menyapa mereka tatkala para petugas berbadan kekar memandangi dari ujung rambut hingga ujung kaki.Waduh, kembarannya Kapten Hulk. (Linggom).Linggom berbisik, "Ane merinding."Petugas itu menyipitkan matanya seperti sedang mencurigai sesuatu."Ente tenang aja," bisik Kendrik."Okey, tenang-tenang, kita jangan bertingkah mencurigakan. Jangan sampai mereka nangkap kita," kata Linggom, masih dengan suara berbisik."Sssttt satu-satunya yang mencurigakan itu ente ngajak bisik-bisik di depan petugas gini," bisik Kendrik.Dua petugas yang sepertinya rajin ngegym itu mengernyitkan dahinya melihat dua orang asing berbisik-bisik tepat di depan mereka.Lu kire gue budeg? (Petugas 1)."E
"Begini Bu, kami ini memang jarang kelihatan.""Oh, paruh waktu? Atau magang?""Paruh waktu, Bu."Ibu itu mengangguk-angguk namun belum mempersilahkan Kendrik dan Linggom untuk masuk."Boleh masuk, Bu? Ini buat Ibu," kata Kendrik sembari memberikan bungkusan kue yang tadi dibelinya di Indomacet."Akh, ya, terimakasih. Silahkan masuk."Ibu itu membuka pintu lebih lebar agar dua tamu asing yang mengaku teman kerja suaminya itu bisa masuk. Padahal mereka sendiri tidak tahu Pak Mujiyanto kerja di mana."Ada perlu apa ya?"Otak Kendrik terus bekerja merangkai kata-kata yang pas agar si ibu ini tidak curiga. "Begini, maaf ibu ini istri Pak Mujiyanto?"Ibu itu mengangguk. "Iya benar.""Bu Muji, kami sebagai rekan kerja merasa prihatin dengan yang terjadi kepada Pak Mujiyanto, dan dulu kami belum mengungkapkan keprihatinan kepada ibu jadi kami nyusul," kata Kendrik sembari tersenyum canggung, takut ketahuan."Yah nggak apa-apa, gimana lagi. Pak Arswendo juga sangat perhatian kepada kami, jadi
"Groook ...." Terdengar dengkuran lumayan keras dari arah sofa.Stella menengok untuk menyaksikan sahabatnya itu mendengkur. Semalam Gangga mempraktikkan lagu Rhoma Irama yaitu 'Begadang' untuk mengerjakan artikel."Groook ....""Ma-maaf ya, Mbak Euis. Saya bangunin aja temen saya."Euis tersenyum geli mendengar dengkuran Gangga yang suaranya seperti gergaji mesin bertenaga listrik."Ngga, bangun," kata Stella sembari menepuk pelan lengan gadis itu.Tak sulit dibangunkan, mahasiswa itu membuka matanywa perlahan. "Aku di mana?""Di markas Green Green Lover.""Apa itu?"Teman baik Stella itu rupanya mengalami sedikit disorientasi. Nyawanya belum terkumpul sempurna, masih piknik ke sana ke mari sehingga harus ditunggu agar dia mengenali segala kondisi dengan baik.Gangga mengedarkan pandangan, melakukan scanning terhadap ruangan itu."Oh ...." Gadis itu mulai tersadar."Yok pulang aja, daripada kedengeran suara gergaji mesin.""Ha?!""Itu suara kamu ngorok, keras banget. Dah yuk, cabut."
Linggom mengambil laptopnya, menyambungkan ke internet dan mulai melakukan permintaan Kendrik. Dalam waktu kurang dari 5 menit, Linggom telah mendapatkan data-data utang-piutang Pak Mujiyanto."Kata ente ngehack nggak semudah membalik telapak tangan, ini baru 4 menit 20 detik udah bisa masuk," protes Kendrik."Ini namanya hoki, Wak!"Kendrik melihat sepintas data-data keuangan Pak Mujiyanto. Tak akan bisa selesai mempelajari dalam waktu singkat seperti ini. Matanya pasti akan jereng dan lagi Linggom membutuhkan laptopnya untuk bermain game dan menonton film saat istirahat nanti (tidak untuk bekerja karena dia menggunakan komputer milik kantor dalam bekerja).Setelah mencetak data-data itu, Linggom mempelajarinya. Pak Mujiyanto memiliki banyak sekali barang yang dibeli secara kredit di beberapa lembaga finansial. Bahkan, ember plastik pun dibeli secara kredit.Jangan-jangan beli bakso juga dikreditin. (Kendrik).Beberapa yang membuatnya perih adalah buku untuk anaknya yang dibeli secar
Kendrik mendekati Gangga dan si bapak berhelm oranye."Ngga, lagi ngapain?" Suara Kendrik membuat dua orang di hadapannya menoleh ke arahnya.Gangga mengusap sisa airmata di pipinya."Ini mbaknya nangisin pohon," jawab bapak itu, sotoy. Walau pun ya memang benar.Kendrik mengangguk. Kemudian dia meraih tangan Gangga dan menariknya hingga wajah gadis itu berada di bahu Kendrik. Gangga pun menangis sepuasnya.Melihat pemandangan itu, si bapak proyek mematung di depan Gangga dan Kendrik dengan pandangan kosong."Ehem ...""Oh ya ya, hehe, saya permisi pergi dulu. Sebentar lagi kami tebang lho, Mbak," pamit si bapak berhelm orannye lusuh yang membuat tangis Gangga semakin menjadi.Wuo, tempe bongkrek! Malah bikin dia tambah keras nangisnya. (Kendrik)."Sssttt, cup cup," bisik Kendrik sembari mengusap kepala Gangga.Kendrik kemudian mendudukkan Gangga di bawah pohon itu.Setelah tangis mereda, Gangga berkeluh kesah. "Dalam hitungan jam, pohon ini bakal ditebang. Yang tadinya ada jadi nggak
Dengan langkah cepat Gangga menuju ke area gedung kuliah dan kantor jurusannya di mana dia dan Stella sering menghabiskan waktu. Dia menghubungi sahabatnya itu melalui Chatsapp.đ±Gangga: Kamu di mana? Udah denger kabar kalau ada demo komunitas Green Green Lover di rektorat?đ±Stella: Aku lagi di jalan mau ke rektorat. Aku lihat rombongan mereka tapi belum tahu kalau mereka mau demo.đ±Gangga: Kamu mau ke sana?Langkah Gangga tiba-tiba terhenti karena berpapasan dengan orang yang sedang dia chat. Stella menarik tangan Gangga untuk mengikutinya ke rektorat."Eh eh, main tarik aja. Kalau copot gimana tanganku nih!" protes Gangga."Tanganmu terdiri dari tulang, daging dan otot, bukan dari play dough. Nggak bakal semudah itu protol!"Dari arahnya, Gangga dapat menebak ke mana Stella membawanya. (Dan karena sudah terlihat tulisan besar bertuliskan 'rektorat' juga sih)."Ngapain ke rektorat?""Ya lihat demo lah!""Orang tuh kalau ada demo menghindar, bukannya malah nonton. Mereka itu demo,
Gunung TimurRandu meremas sebuah kertas bergambar mobil yang diprint oleh Lio. Gambar tersebut juga dimiliki oleh Kendrik. Tangan kirinya memegangi ponsel. Telinganya sedang mendengarkan Kendrik berbicara di seberang sana.Dengan mantap ia menjawab pertanyaan untuk meneruskan apa yang sedang diselidiki oleh staf laboratorium itu. Kasus itu tidak begitu berat tapi menimbulkan berbagai tanda tanya walau pelakunya sudah berada di penjara.Pelaku mengaku dengan sempurna dan menjadi satu-satunya orang yang mungkin menabrak Bisma. Semua itu tidak dapat dibuktikan dengan bukti rekaman video CCTV karena di lokasi tidak terdapat kamera apa pun. Namun, sejak kemunculan Kendrik yang penasaran dengan kasus kecelakaan ini, makin banyak kejanggalan yang muncul ke permukaan."Aku juga nemuin sesuatu tentang itu," kata Randu melalui sambungan telepon sembari melihat ke arah layar laptop di hadapannya.Lio yang berdiri di samping tempat duduk Randu turut memelototi laptop milik Randu. Jemari Randu yan
Kos GanggaStella dan Gangga mengikuti perkuliahan dengan sebuah aplikasi video meeting. Stella dengan laptopnya, Gangga dengan ponselnya. Namun, sambungan internet yang digunakan adalah dengan paket data internet milik Gangga yang di-tether atau di-share sambungannya sehingga Stella dapat turut menikmati.Dengan gemas-gemas kesal Gangga melirik ke arah Stella. Ponselnya menjadi cepat panas karena harus membagikan kuota yang disayang-sayangnya. Berawal dari pertanyaan Stella tentang gaji bulanan yang baru saja diterima Gangga, Stella memanfaatkan kesempatan.Gangga tidak bisa menolak karena Stella sudah berada di depan pintu kamar kos Gangga tadi pagi. Ingin mengusir, Stella langsung masuk ke kamar kos Gangga. Ya sudah, itung-itung menolong calon saudara iparnya.Usai perkuliahan daring dilaksanakan, Gangga berniat untuk mengungkapkan segala kejengkelannya menyaksikan tingkah Stella pagi ini. Sebelum dia mengomel, Stella lebih dulu memberondongnya."Maaf ya, Ngga, aku ke sini terus num
Kendrik: Apa itu, Kak?Daniel: Intinya mengacak huruf untuk menghasilkan kata yang baru.Antara senang dan sedih Kendrik menerima sebuah opsi untuk memecahkan kode itu. Mengacak huruf untuk membentuk sebuah kata akan memakan waktu yang sangat lama. Berhubungan dengan matematika di sub bab peluang, perkiraan kemungkinan kata yang muncul akan sangat banyak.Dia pernah melihat Barry Allen dalam The Flash melakukan pengacakan terhadap kode. Jadi, pada dasarnya si meta human tersebut bukan meng-hack kode tapi melakukan pengacakan dengan cepat sehingga menemukan salah satu rangkaian kode yang benar.Hanya, aneh sekali di serial barat itu. Biasanya setiap kode memiliki maximum attempt yang kemudian akan memblokir sistem jika beberapa kali salah memasukkan kode. Sementara itu The Flash dengan santainya memasukkan ratusan kali.Entah itu cacat logika atau memang sistem di sana tidak memberlakukan maksimal salah memasukkan kode (agak nggak mungkin sih ya).Kendrik mengambil sebuah kertas beruku
Seorang pria setinggi 181 cm dengan menggendong seorang bayi di pelukannya membukakan pintu dan menyapa Kendrik.âHai, Darren ini Om Kendrik,â sapa Kendrik kepada anak lelaki kecil dalam gendongan Daniel.âSiapa, Niel?â teriak Karen, kakak Kendrik, dari dalam. Wanita berambut merah itu pun terkejut melihat sang adik yang sudah beberapa waktu tidak pernah memberi kabar. âKendrik! Astaga!âKaren memeluk erat adiknya hingga kesusahan bernapas bukan karena eratnya pelukan Karen melainkan bau kecut wanita itu. Dia memang baru saja pulang dari kantor dan belum membersihkan diri.âIkh lengket! Mandi sana!â kata Kendrik.Karen mencubit hidung Kendrik kemudian memperhatikan sesuatu yang berbeda dari sang adik. âKamu kok kurusan? Lagi banyak pikiran ya?ââIsh, kamu mandi dulu sana. Nanti aja ceritanya.â~Ruang buku milik DanielDaniel memiliki ruang buku dengan koleksi komik yang bejibun menyaingi taman bacaan komik. Dahulu saat mengerjakan skripsi, Kendrik hampir setiap hari mendatangi tempat
Randu, Kendrik dan Linggom terbelalak dengan kembalinya file-file yang hilang. Banyak sekali file ber-ekstensi 3gp di sana. Seringai singkat tiga lelaki itu terukir sejenak.âYa Tuhan, imajinasi Lio pasti tinggi banget nih. Untung aku enggak,â komentar Kendrik.âAne juga enggak, Brot,â kata Linggom.âAku juga enggak,â timpal Randu.Mereka bertiga saling pandang dengan canggung seolah berkata âakh masak?!â Paling tidak jika tidak hobi, pasti pernah mengintip video-video seperti itu meski tidak sengaja.âCepet cari yang tanggal 29 Mei!âLinggom menuruti perkataan Randu. Di antara foto-foto yang diambil pada tanggal 29 Mei, sebuah foto mobil ada di sana. Tidak ada yang aneh dengan foto mobil itu. Mereka bertiga hanya sedikit berdecak dengan jenis mobil yang lumayan mahal itu.âWuih mobilnya Pakjerot. Mayan mahal nih,â komentar Kendrik.Randu langsung mencetak gambar mobil itu rangkap dua untuk dirinya dan untuk Kendrik. Kendrik menerima itu dengan lemas. Pasalnya dia sedang fokus dengan
âEhm, apaan tuh, Bang?â tanya Kendrik, pura-pura tidak mengerti.âItu tadi yang ente masukkin ke botol sample,â serobot Linggom.Kendrik memelototi Linggom karena membongkar sesuatu yang sudah payah ia tutupi. Randu bersidekap di hadapan Kendrik. Kendrik pun menendang kaki Linggom.âApaan sih nendang-nendang?! Kan ente sendiri yang bilang kalau Bang Randu itu bakal tahu juga. Ini aja dia udah tahu jenisnya. Dari pada kelamaan mending ngaku,â kata Linggom.âAkh, eheheh, iya, Bang. Tenang, aku cuma pake buat dihirup aromanya doang, nggak ditaruh ke minuman yang aku kasihin ke mereka.ââYa iyalah, kan emang makenya begitu! Mereka siapa? Dan kenapa? Inget! Jangan ngelama-lamain, percuma!â kata Randu dengan penuh intimidasi.Kendrik pun menjelaskan seluruh rangkaian acaranya dengan Linggom hari ini, termasuk acara spesialnya menerobos masuk ke rumah pribadi Pak Zakarria. Lelaki itu menjelaskan dengan pasrah. Kemungkinan Randu akan memarahinya, atau mungkin melaporkannya kepada kepolisian K
âHaih, ente jangan gitu! Ini penting dan butuh kemampuan hacking ente. Kalau ane doang yang ke sana, gimana mau nge-hack. Download video dari Kowetube aja ane kagak bisa.ââEmang mau ngapain? Dan pentingnya buat ane apaan?â tanya Linggom.âNggak tahu juga, cuman penting aja. Lagian kita cuti hari ini, kan sayang kalau nggak dimaksimalin. Ane yang nyetir. Nanti ane traktir mi lethek khas Gunung Timur. 2 porsi juga boleh. Atau mau angkringan di pinggiran alun-alun?âLinggom merebut kardus berisi botol di tangan Kendrik kemudian mendekat ke jok belakang di bagian penumpang. âDua-duanya juga boleh. Ayok lah, tancap!â***Gunung TimurKendrik dan Linggom telah sampai. Randu berada di luar ketika mereka telah sampai. Reserse itu sudah memperkirakan dengan tepat tibanya mereka dia sana. Padahal jarak Koja-Gunung Timur adalah kurang lebih 1 jam perjalanan.Randu mengernyit sembari memiringkan kepala melihat yang datang sedikit lain dengan pencitraan yang dia harapkan.Bang Randu pasti nggak n
Gunung TimurSetelah membantu Kendrik menangani kasus penangkapan Duo Wong sekaligus pengungkapan kebersihan kampus dalam kasus penusukan mahasiswa yang sedang berdemo, Randu kembali ke aktivitasnya sebagai reserse kriminal di Gunung Timur. Dia dan Lio kembali berpartner karena selain mengandalkan berita dari Randu, Lio juga banyak membantu Randu dalam menjalankan berbagai misi.Dia kini menangani sebuah kasus sindikat pencurian yang hampir final. Tinggal sedikit bukti lagi, rantai pencurian itu akan terputus. Kasus ini termasuk bukan kasus yang besar seperti korupsi negeri di atas langit yang bahkan pernah terjadi 32 tahun lamanya.Tidak ada yang berani mengutak-atik keluarga ârajaâ pada waktu itu. Sedikit saja berkoar maka akan dibredel. Sungguh pembungkaman kebebasan berpendapat yang mengerikan sementara sang raja beracting senyum-senyum bijak seperti tak berdosa.Randu kemudian tergelitik dengan salah satu kasus yang sebenarnya tidak besar tapi hingga sekarang belum terungkap, kec
Kendrik dan Linggom telah berada di depan perumahaan elit Pondok Elok. Tak salah diberi predikat elit, bangunan rumah di kompleks ini besar dengan halaman luas. Tidak ada pemilik yang keluar rumah untuk bergosip.Yang keluar rumah untuk menebar berita-berita sosial adalah asisten rumah tangga. Jika ada seorang wanita berdaster lalu keluar rumah untuk mengobrol, para ART lain pasti akan menanyainya dengan pertanyaan seperti âBaru kerja ya?â, atau âUdah berapa lama ikut rumah ini, kok baru keluar?âPemilik rumahnya bergaul dengan teman-teman high class dan sosialita saja. Mereka juga keluar-masuk mengendarai mobil, hampir tidak pernah keluar rumah untuk bepergian jarak dekat. Yang tinggal di sana adalah bos-bos besar perusahaan, artis, selebriti dan aktor-aktor film.Linggom menyenggol Kendrik. âEnte yakin ini bakal berhasil, Brot?ââBrot? Panggilan macam apa itu?!â protes Kendrik.âItu singkatan dari brother.ââOh. Ane perkiraan bakal berhasil dari pada kita musti sok kenal dan harus n