Share

Bab 35

Author: Siti_Rohmah21
last update Last Updated: 2022-10-21 00:17:03

Mbak Giska meminta kami untuk duduk supaya bisa bicara lebih nyaman. Aku dan Tante Soraya duduk di sebelah Mbak Giska, jadi posisinya ada di tengah-tengah kami berdua.

Aku jadi teringat kala itu Mbak Giska bersandar di atas ranjang, di mana ia selalu menatapku sendu, mungkin hatinya ingin berkata minta tolong tapi tak kuasa. Namun, kini kumelihat pancaran kebahagiaan di rona matanya, aku yakin saat ini adalah puncak kebahagiaannya yaitu lepas dari laki-laki tidak bertanggung jawab bahkan dzolim terhadapnya.

Mbak Giska melambaikan tangannya, ia mengejutkan aku yang tengah mengingat masa lalu.

"Kamu itu jangan kebanyakan bengong, Nurma, kita harus gerak cepat karena aku yakin Mas Firman tidak akan tinggal diam," pesan Mbak Giska sambil menepuk pangkal paha ini.

"Maafin aku, Mbak. Jujur aja, aku masih nggak nyangka Mbak Giska semakin berangsur membaik," ungkapku sambil membelai tangannya, kini aku menumpuk telapak tangannya di atas tangan ini.

"Sudahlah, kita kembali ke rencana, ya. J
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Silakan Pergi Bersama Selingkuhanmu, Mas!   Bab 36

    Bab 36"Aku ingin menyekap Airin dan Mbok Tuti. Bagaimana menurut kalian?" Mbak Giska mengusulkan ide untuk memberikan pelajaran pada Airin. Mungkin hatinya hancur ketika mengetahui bahwa Mas Firman menikah dengannya hanya karena ingin memanfaatkan Mbak Giska. "Atur aja, tapi lebih baik kamu urus administrasi terapi di sini, lalu tinggal bersama Tante di apartemen, ini untuk sementara," ucap Tante Soraya. Mbak Giska mengatur rencana, ia meminta tolong pada kedua wanita yang ditugaskan oleh Adnan untuk memberikan obat tidur pada minuman Airin, Mbok Tuti, dan satpam rumah. "Tunggu, Mbak. Aku rasa jangan sekarang, tunggu sampai Mas Firman pergi ke kantor," usulku. "Mbak nggak sabar, Nurma, ingin lihat para anteg Mas Firman itu melongo melihat orang yang pernah nyaris dibunuh oleh mereka."Kalau Mbak Giska sudah yakin, aku tidak bisa berkata apa-apa lagi. Kubiarkan ia melakukan apa yang ingin dilakukan.Akhirnya kami urus semua lebih dulu, setelah itu barulah berangkat ke apartemen te

    Last Updated : 2022-10-21
  • Silakan Pergi Bersama Selingkuhanmu, Mas!   Bab 37

    Bab 37Aku tidur tepat waktu, tapi sudah bolak balik ke samping kanan dan kiri tetap saja masih belum bisa memejamkan mata. Tengok ke arah Mbak Giska sudah terlelap, begitu juga dengan Tante Soraya. Mereka sudah pulas dan bisa tidur. Akhirnya aku coba mengusap layar ponsel. Masuk ke aplikasi berwarna hijau logo gagang telepon. Aku lihat begitu banyak chat yang belum terbalas, termasuk Adnan yang ternyata mengirim pesan padaku.[Bagaimana, Bu? Sudah beres rambutnya?]Pesannya sudah dikirim sejak tadi, jadi rasanya percuma kalau dibalas. Dulu ketika aku sering ditugaskan ke luar kota, aku saling berkirim pesan dengan Mas Firman, namun baru kali ini aku mengetahui bahwa ia berkirim pesan disambi dengan kemesraan bersama Airin. Betapa bodohnya aku selama ini telah dimanfaatkan olehnya. Penyesalan memang selalu terjadi di akhir. Namun karena penyesalan inilah aku jadi bisa belajar.Baterai ponsel sudah terlihat redup, akhirnya aku putuskan untuk mencoba memejamkan mata ini, supaya pagi h

    Last Updated : 2022-10-24
  • Silakan Pergi Bersama Selingkuhanmu, Mas!   Bab 38

    "Ya, aku Nurma. Kenapa? Kaget ya aku bisa nyulik kalian?" tanyaku dengan senyuman miring. Kaki kulangkahkan perlahan dengan dagu sedikit mendongak. Tangan sengaja kulipat di atas dada dan melihat wajah Airin yang ternganga mulutnya tentu membuat hati ini bahagia."Aku akan lapor ke Mas Firman, bahwa kamu benar-benar sudah membangkang," timpal Airin. Wanita itu tetap jadi kambing hitam, ia suka mengadu domba untuk keretakan rumah tanggaku juga Mbak Giska. Kemungkinan Mas Firman dipengaruhi olehnya. Namun, itulah kecocokan mereka berdua, sudah sangat seimbang antara keduanya. Terlihat wanita yang tidak lain adalah selingkuhan Mas Firman itu mencoba berontak, ia menggeser kursi dan coba menendang segala macam yang ada di dekatnya. Begitu juga dengan dua orang lainnya, tapi mereka lebih banyak diam dan hanya menyorotiku dengan sinis. "Oh ya, mau ngadu? Pakai toa?" Aku sengaja mengejeknya sambil memiringkan bibir, rambut ini sengaja aku kibaskan di depan matanya. "Kamu sombong, Nurma! B

    Last Updated : 2022-11-02
  • Silakan Pergi Bersama Selingkuhanmu, Mas!   Bab 39

    Airin tak berkedip. Ia memandang Mbak Giska sambil menggelengkan kepala. Ada satu hal yang ia tidak ketahui, bahwa hilangnya Mbak Giska memang sudah permainan kami. "Siapa kamu? Hanya mirip Giska, kan? Sepertinya tidak mungkin kalau .... " Airin berhenti berbicara, matanya berputar ke seluruh ruangan. Aku melihat ia beberapa kali membasahi bibir. Senyum pun aku layangkan dengan tangan yang masih melipat di atas dada. Ingin aku tertawa lepas, tapi konyol rasanya jika ia tengah kaget, tapi aku malah menertawakan. Ingat, membalas tidak harus mengikuti semua perbuatan jeleknya, kami hanya ingin membuat mereka menyesali atas segala perbuatannya. "Aku Giska, Airin, wanita yang ada di tengah kami berdua," tutur Mbak Giska sambil menengok ke arahku dengan senyum manisnya. Airin masih menggelengkan kepala, begitu juga dengan Mbok Tuti, orang yang memberikan obat supaya Mbak Giska tetap lumpuh dan bisu. "Nggak mungkin, kamu itu sudah bisu dan lumpuh, aku rasa ini bukan kamu, Giska," ucap A

    Last Updated : 2022-11-02
  • Silakan Pergi Bersama Selingkuhanmu, Mas!   Bab 40

    Mbak Giska memerintahkan sopirnya untuk tarik gas dengan kecepatan tinggi. Sopir pun mengangguk dan langsung memacu kecepatannya. Mobil melaju sangat kencang. Hingga akhirnya sopir diberhentikan oleh pihak yang berwajib karena menyalahi aturan lalu lintas. Ia menerobos lampu merah. "Polisi, Bu," ucapnya sambil menganga. "Hadapi lah, kan kan salah, sudah nerobos lampu merah," timpalku. Sekitar lima menit mereka bermusyawarah, dan akhirnya selesai dengan surat tilang. Kemudian, sopir masuk kembali ke dalam mobil dengan mengembuskan napas kasarnya. "Saya nggak mau cepat-cepat lagi, Bu. Ditilang, nanti sidang minggu depan," katanya dengan muka melas. "Lagian kan aku suruh cepat bukan berarti juga harus terobos lampu merah," timpal Mbak Giska sambil terkekeh. Tidak semua orang menganggap sopir seperti keluarga, tapi Mbak Giska memperlakukan siapa saja tanpa pandang bulu. Sebenarnya Mbak Giska itu wanita yang baik, tapi kenapa kebaikannya malah disalah artikan oleh beberapa orang, te

    Last Updated : 2022-11-04
  • Silakan Pergi Bersama Selingkuhanmu, Mas!   Bab 41

    "Tenang, Mas. Kamu nggak usah repot-repot berlutut seperti itu, bangun!" Mbak Giska mengulurkan tangannya, ia meminta suami laknat itu bangkit. Senyum Mbak Giska tampak manis, hal ini membuat mataku menyipit. Aku agak ragu dengan sikapnya, apakah sandiwara? Atau memang luluh karena lihat wajah Mas Firman yang melas? Mas Firman berdiri ketika Mbak Giska memerintahkan, kini mereka berdua saling berhadapan. Cemburu? Tidak, aku hanya khawatir Mbak Giska memakai perasaan dan memaafkan suami tidak tahu diri itu. Aku menyaksikan sendiri tatapan Mbak Giska seakan memberikan harapan pada Mas Firman, walaupun sebelum menuju kantor kakak maduku sudah memberikan instruksi bahwa kami disuruh sama-sama sandiwara memaafkan segala kesalahan Mas Firman. Akan tetapi kali ini aku melihat satu keikhlasan dalam diri Mbak Giska. "Mbak, pria ini yang nyaris membunuhmu, lantas dengan mudahnya kamu memaafkan?" Aku bertanya sambil menunjukkan ekspresi tidak suka. Kemudian, Tante Soraya pun menghampiri k

    Last Updated : 2022-11-05
  • Silakan Pergi Bersama Selingkuhanmu, Mas!   Bab 42

    "Untuk apa kamu tanya hal itu, Mas? Bukankah sudah berhasil menaklukkan hati Mbak Giska lagi? Jadi, aku rasa wanita yang bernama Airin itu tidak penting lagi ditanyakan," timpalku coba membela diri. "Jangan mancing emosiku, kamu tahu kan berapa cintanya aku pada Airin, jadi jika ada yang menyakitinya, kau tahu sendiri akibatnya," ancam Mas Firman. Ternyata benar dugaanku, ia tetap pilih Airin. Tangisan dan berlutut di kaki Mbak Giska hanyalah pencitraan saja. Semoga kakak maduku sadar akan hal itu. Kemudian, setelah selesai bicara empat mata, Mas Firman kembali dengan Mbak Giska, sedangkan aku, dihampiri dengan Tante Soraya. Ia melambaikan tangannya ke arah Mbak Giska sambil berteriak. "Giska, Tante cuma pesan hati-hati semobil dengan ular!"Mbak Giska menoleh dan menatap nanar. Lalu mereka pergi begitu saja. Aku terdiam sambil berdiri. Mata ini tak berkedip memandang Mbak Giska yang berjalan dirangkul dengan Mas Firman. Ular itu, yang pernah membuat Mbak Giska lumpuh dan bisu, ta

    Last Updated : 2022-11-08
  • Silakan Pergi Bersama Selingkuhanmu, Mas!   Bab 43

    Aku melangkahkan kaki bersama Tante Soraya ke dalam. Namun, setelah menyeruak ke dalam, ada hal yang tiba-tiba aku ingat, Airin juga antek-antek Mas Firman yang belum ada di sini. Padahal aku lihat mobil Adnan sudah terparkir. "Kok sepi? Di mana mereka?" tanyaku sambil celingukan. Padahal baru sehari tidak menginjakkan kaki ini ke rumah megah nan mewah, tapi suasana sudah berubah mencekam. "Kita disuruh ke gudang, ruang bawah tanah," ucap Tante Soraya. Aku menganggukkan kepala sambil beranjak ke ruangan yang dulunya ditempati oleh Airin, selingkuhan Mas Firman. "Kenapa Mbak Giska tidak langsung usir mereka sih, Tante?" Aku bicara pelan padanya. Sebab harus hati-hati sudah berada di rumah ini lagi. "Udah, ikuti aja perintah Giska, Tante yakin ini yang terbaik, kalau Firman diusir, lalu masuk penjara, selesai dong, kita nggak bisa ngerjain mereka, jadi puas-puasin aja dulu," timpal Tante Soraya. Aku terdiam, padahal sejak Mbak Giska sembuh, ia tidak pernah punya pikiran untuk berb

    Last Updated : 2022-11-09

Latest chapter

  • Silakan Pergi Bersama Selingkuhanmu, Mas!   TAMAT

    "Jadi Helen adalah dalang kecelakaan ambulance. Percayalah, percakapan ini menjadi bukti bahwa ambulance mengalami rem blong itu dengan sengaja," ungkap Mbak Giska. Kini mata Eric menatap Mbak Giska sambil menggelengkan kepalanya. Bukan hanya itu bibirnya terlihat menganga ketika Mbak Giska benar-benar mengungkapkan semuanya."Dugaanku benar, kita harus laporkan Helen," ucap Eric tidak sabaran."Kata Adnan jangan sekarang," jawab Mbak Giska.Kini kami berpikir untuk menyelidiki semua dengan cara kami sendiri. Heran dengan Helen yang sudah dibebaskan masih saja bertindak kriminal. Otaknya sudah tidak lagi dipakai, yang ada hanya cinta dan dendam."Kita nggak bisa diam aja, harus cepat menangkap Helen," ucap Eric kembali.Namun, tiba-tiba ponselku berdering. Ada telepon dari Adnan. Aku segera mengangkatnya."Nurma, ajak Bu Giska ke kantor polisi, aku sudah berhasil mengamankan pria yang tadi bertemu dengan Helen, tapi wanita itu masih dalam proses pencarian." Aku terkejut mendengarnya.

  • Silakan Pergi Bersama Selingkuhanmu, Mas!   Bab 139

    Kemudian turunlah orang yang berada di dalam mobil. Ternyata itu Eric, biasanya dia tak pernah menggunakan mobil yang sekarang berada di halaman rumah. Jadi kami tidak menyadari bahwa itu adalah Eric."Mobil yang biasa ke mana?" tanya Mbak Giska. Awal yang menurutku datar-datar saja. Padahal aku sangat menginginkan ada sesuatu yang terjadi di antara keduanya."Ini mobil kesayangan, jarang dipakai karena khawatir lecet," timpal Eric dengan satu candaan.Kami pun mengangguk seraya berbarengan."Mau ke mana?" tanya Eric.Kami saling beradu pandang. Aku khawatir Mbak Giska keceplosan bicara dengan Eric, dan jika ia tahu tentang rekaman itu, pasti sangat marah, sebab yang dicelakai oleh Helen adalah kekasihnya yang sebenarnya akan menjadi istri."Nggak, Ric, kami justru mau masuk, baru saja pulang dari ketemu Adnan," jawabku sekenanya. Di situ Eric terdiam, ia menatap kami berdua secara bergantian."Kenapa kok lihatnya seperti itu?" Mbak Giska mengibaskan kerudungnya ke arah wajah Eric."A

  • Silakan Pergi Bersama Selingkuhanmu, Mas!   Bab 138

    "Benar nih, kamu yakin?" Suara Helen membuatku penasaran dan mendekatkan ponsel ke telinga ini."Iya, Bu. Saya yakin sekali," ucap seorang laki-laki yang diduga adalah orang suruhan Helen."Sekarang ada tugas baru lagi untuk kamu, setelah berhasil membinasakan Giska, tenang aja, hidupmu terjamin, ingat ya caranya harus mulus seperti saat kamu memutus rem ambulance."Deg!Saat itu juga kami saling beradu pandang. Pesan pun muncul dari Adnan ketika aku tengah fokus mendengarkan.[Fix kan, ini sabotase. Jangan sampai hilang rekamannya.]Padahal jantung ini sudah sangat berdebar kencang, detakannya saling berkejaran saat mendengar penuturan Helen barusan."Saya akan sewa orang yang sama untuk hal ini, dan dengan cara yang sama pula." Ternyata laki-laki itu masih lanjut berbicara."Aku sangat acungkan jempol untuk kamu, keren pokoknya," ucap Helen. "Kamu boleh pergi, saya masih ingin di sini."Suara lalu lalang orang lewat pun terdengar dari penyadap suara itu. Kami masih dikirimkan oleh A

  • Silakan Pergi Bersama Selingkuhanmu, Mas!   Bab 137

    Aku ingat betul orang itu adalah laki-laki yang selalu mengintai kami di rumah sakit sewaktu di Jogjakarta. Mendengar mama dan Mbak Giska bertanya padaku aku dengan cepat meletakkan ponsel yang telah aku genggam."Adnan bilang, Helen tengah bertemu dengan seseorang, dan seseorang yang dimaksud Adnan adalah pria yang pernah mengintai kita sewaktu di rumah sakit Yogyakarta," ungkapku pada Mbak Giska."Loh kok bisa di Jakarta? Lagian preman itu bukankah sudah pernah ditangkap juga?" Mbak Giska ingat juga dengan laki-laki tersebut."Iya, orang itu kan juga dibebaskan karena laporan dicabut," ucapku."Terus ngapain mereka ada di sini lagi?" Mbak Giska mengernyitkan dahi."Sebentar, aku kirim pesan pada Adnan dulu," timpalku.Mereka mengangguk, kemudian aku segera menggulir ponsel ke kontak Adnan, dikarenakan ia sedang memantau Helen, jadi aku putuskan hanya dengan mengirim pesan padanya.[Orang itu bukankah orang kepercayaan Helen yang pernah tertangkap juga?] Aku mengetukkan jari seraya

  • Silakan Pergi Bersama Selingkuhanmu, Mas!   Bab 136

    "Ide bagus, tapi kita harus bicarakan ini pada Mbak Giska. Tapi bukankah polisi bilang waktu itu kecelakaan karena rem blong? Sopir juga meninggal dalam kecelakaan tersebut," ungkapku."Intinya kalau ada yang janggal pasti akan ada titik terang," balasku. "Sekarang mendingan kamu pulang," suruhku."Iya, jangan lupa selalu pikirkan juga masa depan, lamaran dariku cepat diterima," suruh Adnan.Aku menggelengkan kepala. Kemudian memutar badan lalu meninggalkan Adnan.Adnan memang ada benarnya juga. Sudah seharusnya aku memikirkan masa depan yang membuatku bahagia, namun terkadang kita butuh waktu untuk berpikir supaya tidak jatuh ke lubang yang sama.Aku memutuskan untuk masuk ke kamar. Ya, membersihkan badan yang sudah lengket itu caraku menghilangkan kepenatan.Aku mandi di bawah shower, gemericik air yang jatuh ke kepala membuatku lebih fresh. Setelah mandi, aku menggosok rambut yang basah. Kemudian berpakaian tidur karena sudah sangat lelah.Setelah itu, aku duduk sambil bersantai di

  • Silakan Pergi Bersama Selingkuhanmu, Mas!   Bab 135

    "Pasien kondisinya baik, boleh dibawa pulang, saya akan resepkan untuk matanya yang iritasi terkena pasir," ucap dokter membuat napasku kembali lega. "Terima kasih, Dok." Dengan antusias aku meraih tangan dokter dan mengucapkan terima kasih dengan berjabat tangan."Eh, yang cowok nggak boleh masuk ya, karena pasien tidak memakai hijab," cegah dokter menahan Eric yang sudah siap melangkah. "Kecuali Anda suaminya, dan menurut pasien, suaminya sudah meninggal," sambung dokter.Aku ingin tertawa ketika dokter mengatakan hal tersebut. Sebab, Eric kena mental sendiri karena ucapannya tadi."Dokter seneng becanda ya, tapi terima kasih sudah dengan cepat menangani Giska," tutur Eric.Kemudian, dokter itu pergi sambil menepuk pelan pundak Eric. Sementara Adnan, ia mengajaknya untuk menunggu di kursi tunggu. "Adnan, jangan lupa, pesan pakaian set hijab di online, pakai ojek, aku tunggu di dalam ya," pesanku. Ia pun mengangguk sambil mengeluarkan ponselnya.Aku melanjutkan langkah ke arah pint

  • Silakan Pergi Bersama Selingkuhanmu, Mas!   Bab 134

    Beruntungnya sopir truk sadar bahwa tengah terjadi kecelakaan kecil yang menimpa Mbak Giska. Namun, ia sudah berada di pasir dengan posisi tubuhnya telungkup."Giska!" Eric berteriak kemudian. Ia lebih dulu menghampiri ketimbang aku. Laki-laki yang memiliki amanah dari Yunna itu segera membopongnya ke tempat teduh, tepatnya di bawah pepohonan. Aku pun mengekor dari belakang, begitu juga dengan Helen yang ikut bersama kami.Tubuh Mbak Giska berlumur pasir, kelihatannya ia shock sampai pingsan.Adnan yang berada di ujung proyek pun segera mendekat.Adnan memberikan air, ia menyiram seluruh wajah dan tubuh yang tersiram pasir."Astaga, Giska kamu nggak apa-apa, kan?" Eric tampak panik melihat kondisi Mbak Giska. "Adnan, coba hubungi ambulance, saya takut Giska cidera," suruh Eric kelihatan sangat panik. Adnan pun sontak mengindahkan perintah Eric untuk menghubungi ambulance.Berbeda dengan Helen, ia melipat kedua tangan lalu mendesah kesal."Sok perhatian banget sih, dia cuma pingsan it

  • Silakan Pergi Bersama Selingkuhanmu, Mas!   Bab 133

    Helen maju tiga langkah, kemudian ia berjejer dengan Eric."Aku tahu semuanya Eric," ucap Helen.Kemudian Eric menoleh dan menatapnya sinis."Apa-apaan sih, Helen? Maksud kamu itu apa?" tanya Eric."Wasiat itu tidak sungguhan kan? Kamu yang menulis di catatan handphone sepupuku." Pernyataan Helen barusan membuatku dan Mbak Giska saling beradu pandang. Aku membasahi bibir saya tak percaya."Jangan ngada-ngada kamu, Helen," ucap Eric."Loh kenapa kau sebut aku ngada-ngada? Sekarang pikir aja, Yunna tidak tahu akan kematiannya. Kenapa pakai nulis kayak begitu? Artinya ini rekayasa kan?" Jelas obrolan ini sudah ngawur, Helen hanya ingin mencari masalah saja. Datangnya ia ke sini menunjukkan bahwa Helen benar-benar ingin proyek itu ada di tangannya.Mbak Giska menghentikan perdebatan ini. Aku yakin pikirannya sama sepertiku."Mendingan kalian pulang. Aku tidak mau mencari masalah dan membuat onar di manapun. Terlebih Ini rumahku sendiri!" Mbak Giska menekan setiap kata-katanya.Aku yakin

  • Silakan Pergi Bersama Selingkuhanmu, Mas!   Bab 132

    Mbak Giska menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. Kemudian mengajak kami untuk meninggalkan restoran. Ia tidak meladeni ucapan dari Helen.Kami naik mobil terpisah dengan Adnan. Dikarenakan mood Mbak Giska sedang tidak baik-baik saja. Aku memutuskan yang menggantikan mengendalikan mobil ini.Sepanjang jalan wajahnya cemberut dilipat. Mbak Giska pun melipat kedua tangannya di atas dada. "Kapan bahagianya sih? Perasaan ketemu orang arogan terus!"Aku berdecak sambil menoleh ke arah kakak angkatku."Bukan hidup namanya jika lurus-lurus aja. Hidup ya begini Mbak, penuh liku-liku," ucapku."Tapi kenapa selalu wanita yang membuat masalah, ini masalah proyek doang, Ya Allah." Mbak Giska menyandarkan tubuhnya, siku sebelah kiri berada di dekat kaca jendela mobil. Setelah itu ia memegang pelipisnya."Sepertinya memang Helennya yang bermasalah." Aku menelan apa sambil bicara pada Mbak Giska.Tadinya kami mau kembali ke kantor, tapi berhubung mood bagisha sedang tidak baik-baik saja, akhirnya

DMCA.com Protection Status