Bab 94Bertanggung jawabSinta melihat chat dan telepon dari Bu Wongso puluhan kali. Sinta tersenyum. Mengerti keinginan calon mertuanya itu. Sinta lalu membuka aplikasi go food dan meminta kurir untuk mengantar makanan kesukaan Bu Wongso ke klinik dr. Mita. Sebelum kembali merebahkan dirinya ke dalam pelukan Arif. Sinta memutar video yang berdurasi sembilan puluh menit. Video yang berisikan bagaimana panasnya percintaan yang mereka lakukan beberapa jam yang lalu.Sinta lalu mengirimkan video tersebut ke tiga email miliknya. Untuk berjaga-jaga, jika suatu saat video di dalam ponselnya hilang atau dihapus oleh Arif, Sinta masih memiliki duplikat di berbagai email.Sinta membayangkan akan menjalani rumah tangga. Bersama Arif. Lelaki pujaan hatinya yang telah lama didamba. Hingga akhirnya tertidur dalam dekapan Arif.*****Arif menggeliat perlahan dan merasakan seseorang berada di dalam pelukannya. Arif terkejut ketika mendapati dirinya dan Sinta tidur dalam satu selimut tanpa sehelai
Bab 95Arif mengenal lelaki tersebut dan sangat menghormati karena jabatannya."Masih bertanya salahmu apa?" tanya laki-laki yang bernama Sakti tersebut.Arif memijit pelipisnya. Sinta pasti mengadukan hal tersebut kepada Sakti."Ada apa ini, Nak Sakti?" tanya Bu Wongso dengan suara pelan. Tentu saja berpura-pura."Arif telah memperkosa Sinta sampai Sinta dirawat di rumah sakit!" jawab Sakti menatap Arif dengan tajam."Apa?" Bu Wongso begitu terkejut dan menoleh ke arah Arif."Benar itu, Rif?" tanya Bu Wongso kepada putranya.Arif hanya terdiam. Tidak mampu menjawab."Aku akan membawa kasus ini ke kantor polisi. Karena video pemerkosaan tersebut ada di tanganku!" ucap Sakti dengan geram.Arif menatap Sakti. "Mas, aku mohon. Jangan!" ujar Arif memohon kepada Sakti."Keadilan harus ditegakkan. Sinta mengalami luka yang parah pada bagian alat vitalnya. Dan yang lebih menyakitkan. Tidak ada laki-laki yang Sudi menikahi perempuan bekas pemerkosaan!" Sakti menatap tajam kepada Arif."Sakti!
Bab 96Sinta terluka parah"Tentu saja, anda bisa mencari kuasa hukum untuk mengurus perceraian anda di sana. Anda cukup menunggu kuasa hukum itu kembali kemari membawa surat cerai anda!" jawab Petugas tersebut membuat Yana dan Intan tersenyum."Baik, Pak. Terima kasih!" "Sama-sama, kita tetap kirimkan berkas ini ke Pengadilan di sana. Jika ditolak, kami akan segera menghubungi anda!" Yana dan Intan pun menjabat tangan lelaki itu dan segera berlalu meninggalkan tempat tersebut."Sepertinya kita butuh bantuan Bang Fikri," ujar Intan.Yana menghentikan langkahnya dan menatap Intan dengan seksama."Nanti kita bicarakan!" jawab Yana singkat."Kita harus bicarakan sekarang, Mbak! Supaya cepat selesai!" sahut Intan mengehentikan langkahnya.Yana menatap Intan sekilas. "Kita coba ini saja, dahulu. Jika memang gugatan kita ditolak oleh pengadilan sana. Kita akan pakai pengacara. Mbak nggak mau merepotkan Bang Fikri dan Bang Arka!" ujar Yana.Intan hanya menarik napas berat. "Maksud Intan, k
Bab 97Arif hanya terdiam, Arif sedikit pun tidak pernah berniat untuk memperkosa Sinta. Terlebih dengan cara mengenaskan seperti itu. Arif mengakui apa yang dilakukannya sangat salah. Akan tetapi, Arif merasa itu adalah di luar kendali. Arif bahkan tidak bisa mengingat keseluruhan kejadian itu."Aku akan membuat perhitungan denganmu!" Seno kembali memukul Arif sehingga Arif terhuyung ke belakang."Cukup, Mas!" Sakti menahan tangan Seno yang akan melayang lagi."Sakit hatiku, Sakti. Apa salah Sinta sampai Arif tega memperkosa Sinta hingga sedemikian rupa? Arif melakukannya dengan membabi buta. Kamu tidak melihat video itu? Bahkan dia memperkosa Sinta selama satu jam lebih!" Air mata jatuh begitu saja dari pelupuk mata lelaki yang berbadan tegap itu "Aku melindungi Sinta sejak masih kecil. Agar tidak disakiti oleh lelaki yang tidak dikenal. Sampai Sekarang, aku sudah menikah pun, aku selalu mengawasi Sinta. Aku membiarkan Sinta menemui Arif karena aku tau Arif orang baik. Namun, ini y
Bab 98Gugatan cerai ditolak Arif"Abang bahagia kalau Yana bahagia. Semoga kedepannya hidup Yana lebih baik lagi!" Fikri tersenyum."Mohon do'anya, ya, Bang. Semoga prosesnya berjalan dengan lancar!" jawab Yana dengan senyum manisnya."Telpon Abang kalau kamu mendapat kendala. Jangan ada yang ditutupi dari Abang. Percayalah. Abang siap membantu!" ujar Fikri.Setelah berbincang-bincang ringan sebentar, Yana mematikan ponselnya."Semoga ini adalah keputusan yang terbaik!" ujar Yana di dalam hati.Yana melanjutkan perjalanan pulang ke rumah. Sepulang dari Pengadilan Agama, Yana mengajak Intan untuk Singgah di sebuah Cafe karena sudah waktunya salat Zuhur. Ketika Intan sedang melaksanakan salat Zuhur, Yana menghubungi Fikri. Entah mengapa, Yana merasa harus menghubungi Fikri atas berita bahagia ini.Yana menatap layar ponselnya. Menatap Poto mereka bertiga. Arif, Yana, dan Dila. Poto yang diambil ketika lebaran tahun lalu.Setitik air bening meluncur dari pelupuk matanya. Yana menangis.
Bab 99"Sinta hanya mau, Mas Arif menikahi Sinta sebagai bentuk tanggung jawab!" ujar Sinta memegang lengan Seno."Hanya itu?" tanya Seno heran.Sinta menganggukan kepalanya. "Sinta harap, Mas bisa bantu Sinta.""Kamu tenang saja, Mas pastikan Arif segera menikahi kamu setelah kamu sembuh!" ucap Seno membelai rambut adik bungsunya.********Arif sedang memasak untuk makan siang Bu Wongso.Pintu rumah di ketuk."Cari siapa?" Arif memicingkan mata melihat seorang lelaki memakai seragam dari Pengadilan Agama."Saya Juru Sita dari Pengadilan Agama Kabupaten Pati, saya mengantarkan surat ini kepada anda!" jawab lelaki tersebut."Silahkan masuk!" Arif mempersilahkan lelaki yang memiliki name tag Chandra tersebut masuk."Boleh saya membacanya?" Arif mengulurkan tangannya untuk melihat surat tersebut.Pak Chandra memberikan berkas tersebut untuk dibaca oleh Arif.Arif membuka amplop tersebut dan kaget mendapati surat gugatan cerai dari Yana yang berasal dari Pengadilan Agama Kabupaten Batang
Bab 100Arka berangkat ke Pati"Lalu, apa yang harus saya lakukan, Pak?" tanya Yana bingung."Satu-satunya cara adalah. Anda mendatangi Pengadilan Agama Pati dan mengurus gugatan cerai anda di sana!" sahut petugas tersebut.Yana terlihat gelisah. Tidak mungkin bagi Yana untuk kembali datang ke Pati hanya untuk mengurus perceraiannya dengan Arif."Kalau bisa mau, bisa memakai alternatif lain!" Petugas tersebut menatap Yana yang terlihat gelisah."Apa, Pak?" tanya Yana dengan wajah berbinar."Anda bisa memakai kuasa hukum. Anda berikan sepenuhnya gugatan Anda kepada kuasa hukum, dan beliau yang akan mengurus segalanya di sana!" ucap petugas itu.Yana tidak bisa mengelak. Satu-satunya cara hanyalah meminta bantuan Arka. Karena hanya Arka yang Yana kenal.Sepulang dari Pengadilan Agama, Yana segera menemui Bapak dan Ibunya di rumah."Tidak ada jalan lain, Pak! Yana harus meminta bantuan Bang Arka untuk kedua kalinya!" ujar Yana menemui Pak Bejo."Nggak apa-apa, Nduk! Pergi saja. Temui Nak
Bab 101*****Yana menekan bel sebanyak dua kali. Namun pintu tak kunjung di buka oleh empunya rumah."Ayo mungkin Bu Indah lagi di Restoran, Mbak?" tanya Intan."Nggak mungkinlah. Bu Indah jam segini biasanya ada di rumah," sahut Yana.Intan lalu mengambil ponselnya dan menghubungi kontak Bu Indah."Assalamualaikum, maaf, Bu. Ibu lagi di mana?" tanya Intan."Ibu lagi ada acara di rumah teman. Kenapa, Nak?" jawab Bu Indah di seberang telepon."Intan dan Mbak Yana sekarang berada di rumah ibu. Kami mau bertemu sama Bang Fikri. Membahas perceraian Mbak Yana!" Intan langsung bicara ke pokok permasalahan."Loh, kok nggak nelpon dulu. Ya udah. Ibu telpon Fikri, ya!" sahut Bu Indah mematikan telepon."Kamu tuh apa-apaan, sih! Ngomong kok nggak pake basa-basi!" sungut Yana."Keburu basi kalau pake basa-basi," sahut Intan tertawa.Mereka memutuskan menunggu Bu Indah dan Fikri datang dengan duduk di saung yang berdiri kokoh di depan rumah Bu Indah.Lima belas menit mereka menunggu.Sebuah mobi