Bab 96Sinta terluka parah"Tentu saja, anda bisa mencari kuasa hukum untuk mengurus perceraian anda di sana. Anda cukup menunggu kuasa hukum itu kembali kemari membawa surat cerai anda!" jawab Petugas tersebut membuat Yana dan Intan tersenyum."Baik, Pak. Terima kasih!" "Sama-sama, kita tetap kirimkan berkas ini ke Pengadilan di sana. Jika ditolak, kami akan segera menghubungi anda!" Yana dan Intan pun menjabat tangan lelaki itu dan segera berlalu meninggalkan tempat tersebut."Sepertinya kita butuh bantuan Bang Fikri," ujar Intan.Yana menghentikan langkahnya dan menatap Intan dengan seksama."Nanti kita bicarakan!" jawab Yana singkat."Kita harus bicarakan sekarang, Mbak! Supaya cepat selesai!" sahut Intan mengehentikan langkahnya.Yana menatap Intan sekilas. "Kita coba ini saja, dahulu. Jika memang gugatan kita ditolak oleh pengadilan sana. Kita akan pakai pengacara. Mbak nggak mau merepotkan Bang Fikri dan Bang Arka!" ujar Yana.Intan hanya menarik napas berat. "Maksud Intan, k
Bab 97Arif hanya terdiam, Arif sedikit pun tidak pernah berniat untuk memperkosa Sinta. Terlebih dengan cara mengenaskan seperti itu. Arif mengakui apa yang dilakukannya sangat salah. Akan tetapi, Arif merasa itu adalah di luar kendali. Arif bahkan tidak bisa mengingat keseluruhan kejadian itu."Aku akan membuat perhitungan denganmu!" Seno kembali memukul Arif sehingga Arif terhuyung ke belakang."Cukup, Mas!" Sakti menahan tangan Seno yang akan melayang lagi."Sakit hatiku, Sakti. Apa salah Sinta sampai Arif tega memperkosa Sinta hingga sedemikian rupa? Arif melakukannya dengan membabi buta. Kamu tidak melihat video itu? Bahkan dia memperkosa Sinta selama satu jam lebih!" Air mata jatuh begitu saja dari pelupuk mata lelaki yang berbadan tegap itu "Aku melindungi Sinta sejak masih kecil. Agar tidak disakiti oleh lelaki yang tidak dikenal. Sampai Sekarang, aku sudah menikah pun, aku selalu mengawasi Sinta. Aku membiarkan Sinta menemui Arif karena aku tau Arif orang baik. Namun, ini y
Bab 98Gugatan cerai ditolak Arif"Abang bahagia kalau Yana bahagia. Semoga kedepannya hidup Yana lebih baik lagi!" Fikri tersenyum."Mohon do'anya, ya, Bang. Semoga prosesnya berjalan dengan lancar!" jawab Yana dengan senyum manisnya."Telpon Abang kalau kamu mendapat kendala. Jangan ada yang ditutupi dari Abang. Percayalah. Abang siap membantu!" ujar Fikri.Setelah berbincang-bincang ringan sebentar, Yana mematikan ponselnya."Semoga ini adalah keputusan yang terbaik!" ujar Yana di dalam hati.Yana melanjutkan perjalanan pulang ke rumah. Sepulang dari Pengadilan Agama, Yana mengajak Intan untuk Singgah di sebuah Cafe karena sudah waktunya salat Zuhur. Ketika Intan sedang melaksanakan salat Zuhur, Yana menghubungi Fikri. Entah mengapa, Yana merasa harus menghubungi Fikri atas berita bahagia ini.Yana menatap layar ponselnya. Menatap Poto mereka bertiga. Arif, Yana, dan Dila. Poto yang diambil ketika lebaran tahun lalu.Setitik air bening meluncur dari pelupuk matanya. Yana menangis.
Bab 99"Sinta hanya mau, Mas Arif menikahi Sinta sebagai bentuk tanggung jawab!" ujar Sinta memegang lengan Seno."Hanya itu?" tanya Seno heran.Sinta menganggukan kepalanya. "Sinta harap, Mas bisa bantu Sinta.""Kamu tenang saja, Mas pastikan Arif segera menikahi kamu setelah kamu sembuh!" ucap Seno membelai rambut adik bungsunya.********Arif sedang memasak untuk makan siang Bu Wongso.Pintu rumah di ketuk."Cari siapa?" Arif memicingkan mata melihat seorang lelaki memakai seragam dari Pengadilan Agama."Saya Juru Sita dari Pengadilan Agama Kabupaten Pati, saya mengantarkan surat ini kepada anda!" jawab lelaki tersebut."Silahkan masuk!" Arif mempersilahkan lelaki yang memiliki name tag Chandra tersebut masuk."Boleh saya membacanya?" Arif mengulurkan tangannya untuk melihat surat tersebut.Pak Chandra memberikan berkas tersebut untuk dibaca oleh Arif.Arif membuka amplop tersebut dan kaget mendapati surat gugatan cerai dari Yana yang berasal dari Pengadilan Agama Kabupaten Batang
Bab 100Arka berangkat ke Pati"Lalu, apa yang harus saya lakukan, Pak?" tanya Yana bingung."Satu-satunya cara adalah. Anda mendatangi Pengadilan Agama Pati dan mengurus gugatan cerai anda di sana!" sahut petugas tersebut.Yana terlihat gelisah. Tidak mungkin bagi Yana untuk kembali datang ke Pati hanya untuk mengurus perceraiannya dengan Arif."Kalau bisa mau, bisa memakai alternatif lain!" Petugas tersebut menatap Yana yang terlihat gelisah."Apa, Pak?" tanya Yana dengan wajah berbinar."Anda bisa memakai kuasa hukum. Anda berikan sepenuhnya gugatan Anda kepada kuasa hukum, dan beliau yang akan mengurus segalanya di sana!" ucap petugas itu.Yana tidak bisa mengelak. Satu-satunya cara hanyalah meminta bantuan Arka. Karena hanya Arka yang Yana kenal.Sepulang dari Pengadilan Agama, Yana segera menemui Bapak dan Ibunya di rumah."Tidak ada jalan lain, Pak! Yana harus meminta bantuan Bang Arka untuk kedua kalinya!" ujar Yana menemui Pak Bejo."Nggak apa-apa, Nduk! Pergi saja. Temui Nak
Bab 101*****Yana menekan bel sebanyak dua kali. Namun pintu tak kunjung di buka oleh empunya rumah."Ayo mungkin Bu Indah lagi di Restoran, Mbak?" tanya Intan."Nggak mungkinlah. Bu Indah jam segini biasanya ada di rumah," sahut Yana.Intan lalu mengambil ponselnya dan menghubungi kontak Bu Indah."Assalamualaikum, maaf, Bu. Ibu lagi di mana?" tanya Intan."Ibu lagi ada acara di rumah teman. Kenapa, Nak?" jawab Bu Indah di seberang telepon."Intan dan Mbak Yana sekarang berada di rumah ibu. Kami mau bertemu sama Bang Fikri. Membahas perceraian Mbak Yana!" Intan langsung bicara ke pokok permasalahan."Loh, kok nggak nelpon dulu. Ya udah. Ibu telpon Fikri, ya!" sahut Bu Indah mematikan telepon."Kamu tuh apa-apaan, sih! Ngomong kok nggak pake basa-basi!" sungut Yana."Keburu basi kalau pake basa-basi," sahut Intan tertawa.Mereka memutuskan menunggu Bu Indah dan Fikri datang dengan duduk di saung yang berdiri kokoh di depan rumah Bu Indah.Lima belas menit mereka menunggu.Sebuah mobi
Bab 102Keputusan yang tepat"Sebaiknya kamu menunggu di sini saja, Yan!" saran Bu Indah kepada Yana."Yana takut merepotkan Ibu!" sahut Yana tidak enak hati."Lagi pula, Dila berada di sana sama Ibu. Kalau Yana menunggu di sini. Kasihan Ibu menjaga Dila sendirian!" pungkas Yana lagi."Baiklah! Jika kamu mau kemari. Kabari Ibu, ya! Ibu akan suruh orang jemput kamu!" Bu Indah mencium pipi Yana sebelum Yana naik ke atas sepeda motor."Pintu rumah ini selalu terbuka untukmu!" Bu Indah mengusap bahu Yana."Yana pasti akan datang kemari lagi lain waktu, Bu!" sahut Yana tersenyum.Bu Indah melepas kepergian Yana dengan senyuman. Berharap kedepannya nanti, Yana mendapat kebahagiaan walau tidak bersama Fikri seperti harapannya.Sebenarnya, Bu Indah teramat sangat mengharapkan Yana menjadi menantunya, tapi, Fikri mengatakan kalau tidak mungkin itu terjadi. Karena di hati Yana hanya ada Arif.Yana memutuskan untuk bercerai dengan Arif bukan karena Yana sudah tidak mencintai Arif lagi. Namun, ka
Bab 103Meniduri Sinta lagiKetika baru saja memarkirkan sepeda motornya, Arif dikagetkan dengan kehadiran Seno yang menatapnya dengan tajam."Aku harap kamu tidak berniat untuk kabur. Karena aku akan memecahkan kepalamu jika kamu coba-coba buat kabur!" ancam Seno."Aku cuma butuh udara segar!" Sahut Arif singkat."Ikut aku sekarang!" Seno menarik tangan Arif yang berniat untuk masuk ke dalam rumah."Kemana, Mas?" tanya Arif heran."Nemani Sinta milih kebaya buat nikah!" Seno menyeret Arif masuk ke dalam mobilnya.*****"Mas, kamu maunya aku pakai kebaya yang mana?" tanya Sinta dengan wajah sumringah."Terserah. Pakai apa pun bagus," sahut Arif malas."Aku maunya Mas Arif yang milih. Bagusnya yang mana?!" Sinta masih terus memberondong Arif."Kamu itu mau pakai apa pun tetap cantik. Kamu telanjang lebih cantik lagi!" ujar Arif membuat Sinta tersipu malu.Arif benar-benar sudah pusing dengan rencana pernikahannya dengan Sinta, ditambah lagi, jadwal sidang yang telah diterima oleh Arif.