Bab 32Dila merinduMalam itu, Dila menangis histeris hingga kejang-kejang. Yana berusaha menenangkan Dila dengan berbagai cara, namun, hasilnya tetap saja, Dila menangis tanpa henti. Yana membawa Dila ke dokter, menurut Dokter, Dila hanya kurang istirahat. Yana membawa kembali Dila ke rumah Bu Indah. karena menurut dokter, Dila tidak perlu dirawat."Masa sih, Bu. Dila kurang istirahat, kan Dila nggak ngapai-ngapain, cuma main aja?" Tanya Yana pada Bu Indah."Apa mungkin, Dila sebenarnya merindukan papanya, Yan? Hanya saja, kita tidak memahami bahasa tubuhnya?" Bu Indah menatap Yana serius."Nggak mungkin, Bu," Yana lalu membaringkan Dila di kamar, hingga Dila tertidur dengan nyenyak.Di tengah malam, Yana dan Bu Indah terbangun mendengar Dila mengigau memanggil Arif."Papa … papa …" tak henti-hentinya Dila memanggil nama papanya. Yana memeluk erat tubuh mungil Dila, air mata Yana menetes, apa mungkin, Dila merindukan papanya.Kegelisahan merajai hati Yana, karena ketika dini hari, Di
Bab 33 "Rif, beliin ibu nasi rames di warung Mak Iroh, ya," pintu Bu Wongso pada Arif ketika Arif sedang duduk di depan televisi. Keadaan rumah sudah rapi dan kembali membaik, karena Arif membayar pembantu untuk membersihkan rumah yang sudah sangat kotor tersebut. "Suruh Bik Minah masak saja, Bu!" Ujar Arif masih fokus menonton televisi. "Masakan Bik Minah itu nggak enak, Rif!" Ujar Bu Wongso mengerucutkan bibirnya. "Ya sudah, Arif ke tempat Mak Iroh dulu," Arif bangkit dari duduknya dan melangkah keluar rumah. Suasana warung Mak Iroh sangat ramai pengunjung. Arif memesan nasi rames pada pelayan Mak Iroh. "Eh, Nak Arif. Apa kabar?" Sapa Bu Ajeng kepada Arif. "Baik, Bu!" Jawab Arif tersenyum. "Yana kemana? Lama nggak ketemu," tanya Bu Ajeng lagi. Arif menelan ludah, tidak tahu harus menjawab apa. "Ehm, ada kok, Bu." Jawab Arif tegang. Bu Ajeng duduk di samping Arif. "Rif, nasehati lah ibumu, kasian jika Yana terus-terusan diperlakukan tidak adil seperti itu," ujar Bu Ajeng
Bab 34Kesedihan Yana"Berarti, Mbak Yana berada rumah makan Aroma Cempaka dong, Pak!" ujar Intan membuat Pak Bejo mengernyitkan keningnya, Bu Bejo pun keluar dari kamar dengan tergopoh-gopoh."Maksudmu?" tanya Pak Bejo dan Istrinya bersamaan."Iya, kalau Mbak Yana berada di tempat ramai dan banyak makanan ya berarti rumah makan Aroma Cempaka. Kan Mbak Yana pernah kerja di sana," ujar Intan dengan wajah yang serius. "Benar juga kamu, Nduk!" Pak Bejo bangkit dari tempat duduknya."Lah, bapak mau kemana?" Tanya Intan dan Bu Bejo."Mau jemput Yana," jawab Pak Bejo singkat, mamakai kembali jaketnya."Pak, tapi ini sudah sore," ujar Intan memanggil Pak Bejo yang mulai menstater sepeda motornya. Namun terlambat, Pak Bejo sudah melesat dengan cepat."Bapakmu itu, lho. Kayak orang edan, pergi langsung main kabur aja. Mbok yo ngomong dulu," omel Bu Bejo."Habisnya, ibu marah-marah terus sejak tadi pagi," sahun Intan berlalu masuk kembali ke dalam kamarnya."Heran aku, anak sama bapak sama aja
Bab 35Kontak batin"Bapak tuh, ya! Masa nggak bisa mikir, sih!" Intan menghentakkan kakinya dan berlalu kembali ke kamar. Sedangkan kedua orang tuanya menatap dan memikirkan ucapan Intan dengan heran. Pak Bejo dan istrinya menyusul Intan ke dalam kamar "Intan, maksud kamu apa?" Tanya Pak Bejo menghentikan langkah Intan."Iya, nih, Intan bukannya bicara baik-baik, malah main pergi-pergi aja," sungut Bu Bejo.Intan menatap kedua orang tuanya secara bergantian."Bapak sih, masa nggak mikir kalau nanya sama orang sekitar sana di mana rumah Bu Indah?" Sahut Intan cemberut."Ya kan, bapak nyari Yana, bukan Bu Indah, ngapain bapak nanya alamat Bu Indah sama orang-orang?" Jawab Pak Bejo santai."Ya itu, salahnya bapak, kan Mbak yana pernah kerja di Aroma Cempaka, pasti yang dia cari Bu Indah, lah. Yang tutup kan rumah makannya, harusnya bapak nanya, kenapa tutup? Atau pindah kemana?" Intan menatap Bapaknya dengan kesal.Pak Bejo terdiam mendengar perkataan Intan, benar juga apa Yang dikata
Bab 36"Papa ... Papa ..." Dila kembali mengigau. Memanggil-manggil papa dalam tidurnya.Yana menghapus air matanya, mengambil ponsel dan menyalakannya."Aku rela bersujud di kakimu, Mas. Jika memang dengan begitu, aku bisa kembali padamu," gumam Yana di dalam hati.Yana mengusap layar ponsel dan memanggil kontak Arif, namun selalu di rijek otomatis, Yana lalu membuka aplikasi WhatsApp. Namun, kontak yag biasanya terpampang poto mereka bertiga berubah menjadi kontak tanpa gambar, bahkan tidak tertera terkhir dilihat. Yana terduduk di kursi samping brangkar Dila. "Ya Allah, Mas, kamu memblokir kontak aku?" Yana menangis tersedu-sedu.Yana sungguh tidak menyangka, Arif Setega itu, memblokir kontak WhatsApp dan menghitamkan kontak telepon Yana juga. Jika selama ini mereka sering ribut, Arif tetap mengangkat telpon Yana walaupun dalam keadaan marah, Arif akan tetap membalas Chat Yana meskipun mereka sedang diam-diaman. Tapi saat ini, Arif memblokir kontak Yana. Apakah itu berarti, Arif be
Bab 37Pengakuan FikriPagi-pagi sekali, Bu Bejo dan Intan sudah berkutat di dapur, mereka membuat sarapan dan menyiapkan bekal untuk berangkat mencari keberadaan Yana. Ketika adzan subuh berkumandang, Intan dan ibunya bergantian mengerjakan ibadah shalat subuh, lalu melanjutkan pekerjaannya di dapur."Pak e, hayoo sarapan, bentar lagi kita berangkat," Intan memanggil bapaknya yang sedang asik memandikan burung-burung kesayangannya."Iya, Nduk!" Sahut Pak Bejo beranjak dari tempat duduknya, dan meletakkan kembali sangkar burung pada tempatnya.Nasi putih sudah mengebul, dengan goreng ikan asin, sambal terasi, dan rebusan daun singkong. "Wah, sedap banget ini sarapannya, Buk," ucap pak Bejo melirik pada istrinya."Lah iya, Intan nyuruh masak menu ini, untuk bekal nanti bawa lauk lele goreng, katanya!" Sahut Bu Bejo membuat suaminya terkejut."Lah? Kok pake acara bawa bekal segala toh, Nduk?" Tanya Pak Bejo menatap Intan yang makan dengan lahapnya."Emangnya kenapa, Pak?" Intan melirik
Bab 38"Beneran? Lalu bagaiman dengan Reka?" Tanya Bu Indah."Fikri udah bercerai sama Reka, Bu ..." Jawab Fikri."Iya, ibu tau. Tapi bagaimana kalau Reka meminta rujuk lagi?" Tanya Bu Indah menatap Fikri."Nggak, Bu. Fikri nggak akan rujuk sama Reka, sudah cukup selama ini Reka manfaatin Fikri," ujar Fikri."Lagi pula, ibu tau kan, sejak dulu Fikri memang sudah jatuh cinta pada Yana. Hanya saja, Yana selalu menolak Fikri. Sekarang, jika Yana mengizinkan Fikri mengisi hatinya, Fikri akan menyayangi Dila sepenuh hati," ujar Fikri. Lalu meninggalkan ibunya menuju Mushola Rumah sakit.Yana baru saja menyelesaikan ibadah salat dua rakaat, Yana bermunajat, memohan pada Sang pemilik dunia, untuk segera mengangkat penyakit Dila."Robbi ... Hamba mohon, angkatlah penyakit anak hamba, berilah Dila kekuatan. Jangan biarkan Dila menderita dalam menahan rasa sakitnya," Yana menadahkan kedua tangannya, berurai air mata. "Hamba rela jika sepenuh hidup hamba harus mengabdi pada mertua dan suami ham
Bab 39Pencarian dimulaiWajah Burhan berubah muram, "Kamu sudah menghubungi Yana lagi?" tanya Burhan.Arif menggelengkan kepalanya."Segera selesaikan masalahmu dengan Yana, sebelum penyesalan itu datang," ujar Burhan menepuk pundak Arif dengan pelan. "Maksudmu apa, Bur?" Tanya Arif menatap serius ke arah Burhan."Menurut tafsir yang aku pelajari, arti mimpimu itu adalah Dila sedang merindukanmu, Dila sedang sakit, kamu harus segera menemuinya, kalau tidak, kamu bisa kehilangan dia untuk selamanya," ujar Burhan."Maksudmu, Dila akan mati?" Tanya Arif gelisah."Aku tidak berkata kehilangan itu berarti mati, bisa saja kehilangan dengan cara lainnya," Burhan menatap Arif yang masih terlihat bingung."Aku nggak ngerti maksudmu, Bur!" Jawab Arif bingung."Seorang anak bayi, akan merasa nyaman berada di dekat orang yang menyayanginya, disaat dia merindukan seseorang yang berarti dalam hidupnya," ucap Burhan.Arif masih tercenung, mencoba mencerna ucapan Arif. Burhan menarik napas berat,