Hubungan antar dua manusia yang dikaitkan dengan kata cinta seharusnya itu membahagiakan. Seperti pepatah cinta akan datang karena terbiasa. Entah benar atau tidak, Laura sama sekali tidak mempercayainya. Dia bangkit dari ranjang lalu berjalan menuju balkon, menatap langit malam tanpa bintang. Sudah terlalu larut untuk merenung. Namun, Laura ingin merasakan hembusan angin malam di musim gugur. Bersamaan dengan tarikan napas yang terasa berat.
Mario membutuhkannya!
Kalimat itu seperti rekaman ulang, memaksanya untuk mengingat berapa banyak pengorbanan yang dilakukan Mario.
Seandainya saat itu Laura lebih kuat, lebih memahami kondisi pasca kehilangan orangtuanya. Dia tidak akan menghindari masa lalu dan bertemu Mario. Atau bisa saja Laura masih berada di Jogja, berkumpul bersama teman-temannya dan juga Gino.
Gino?
Laura tersenyum getir, ingatannya tentang Gino terukir dengan jelas di kepalanya. Seperti bintang di langit, terlihat jelas, tapi sangat j
"Jadi sudah berapa lama kalian berteman?" tanya LucyLaura meletakkan piring di atas di meja lalu beralih menatap Gino. Laki-laki itu sedang membolak-balikkan daging di atas panggangan sedangkan David tampak kesal dengan kipas di tangannya."Sejak kecil." ucap Laura lirih."Aku tidak akan memberitahu Mario.""Kau mencintai David?" tanya Laura memastikan."Entahlah,"Laura tidak ingin bertanya lebih jauh tentang perasaan Lucy, untuk menghindari suasana canggung itu. Dia memindahkan piring di atas meja untuk mencari kesibukan. Meskipun hanya alibi agar Lucy tidak terus-menerus memperhatikannya. Laura menghargai pilihan Lucy namun dia tidak suka jika perempuan itu melukai Jason."Lala, menurutmu apakah aku bodoh?" tanya Lucy serius."Tidak." jawab Laura singkat."Jason sangat baik tapi aku tidak mera
"Kita dua orang yang terikat dengan sebuah hubungan tapi jarak itu semakin terasa. Alasannya terletak pada perasaan, Laura mengapa kau tidak bisa mencintaiku? Apa karena dia yang lebih dulu bertemu denganmu?" tanya Mario."Sebenarnya tidak peduli siapa yang kau temui lebih dulu. Namun siapa yang paling kau cintai, sekarang aku sadar cinta bukan sesuatu yang bisa kau pelajari. Laura, aku melepaskanmu semoga kau bahagia bersamanya. Aku titipkan kau padanya, berjanjilah jangan pernah terluka lagi. Aku mencintaimu Laura Oktaviana, maaf terlalu memaksakan perasaanku untukmu."Laura terbangun dari tidurnya, mimpi itu terasa nyata, dia melirik Mario yang terlelap di sampingnya. Laura tidak tahu kapan Mario kembali dan tidur di kamarnya, beruntung laki-laki itu tidak melakukan apa-apa. Dia menarik napas dalam-dalam lalu menyandarkan punggungnya pada dinding. Jam digital menunjukkan pukul empat dini hari, secepat itu Laura terbangun. Merasa tidak bis
Laura tidak bodoh, dia bisa menebak jika perempuan bernama Mika itu adalah orang yang menghantui hubungannya dan Mario. Namun hal yang tidak bisa Laura pahami, mengapa Gino bisa mengenal Mika? Pertanyaan di kepalanya terus berputar hingga tiba di apartemen dan menemukan Mario bersama Mingye. Begitu melihatnya, dokter itu segera berpamitan dan mengingatkan Laura untuk memperhatikan kondisi Mario. Dia mengangguk lalu mengantar Mingye hingga di bingkai pintu, melihat dokter itu hingga masuk ke dalam lift. Setelah kepergian Mingye, suasana di ruangan itu mendadak hening. Laura tersenyum getir, sampai kapan Mario menyimpan rahasia itu? Nyatanya Mika ada di sekitarnya dan perempuan itu tinggal di gedung apartemen yang sama dengan Gino. Entah permainan apa yang dilakukan oleh mereka, Laura merasa lelah bahkan sebelum mengetahui kebenaran itu. "Apa kau bertemu Lucy?" tanya Mario memecah keheningan itu.
Sejak Laura memutuskan tinggal di apartemennya, Gino sedikit merubah kebiasaannya. Dulu sebelum Laura berada di sana, dia terbiasa bangun pagi-pagi buta hanya mengenakan celana pendek tanpa pakaian. Lalu melakukan senam ringan sebelum akhirnya berangkat bekerja. Namun setelah kehadiran Laura, Gino tidak lagi melakukan kebiasaan itu. Dan orang yang paling bersyukur melihat perubahan itu adalah David. Laki-laki itu terus menatapnya ketika Gino keluar dari kamarnya memakai pakaian lengkap dengan aroma parfum menguar dari tubuhnya."Lihat raut wajah mesum dan bahagia itu." ucap David begitu Gino menginjakkan kakinya di dapur."Apa yang kau lakukan?" tanya Gino curiga laki-laki itu membuat kekacauan di dapurnya. "Apa kau memasak bubur hangus lagi?""Apa kau tidak melihat kepiting sebesar itu?" tanya David kesal."Tidak biasanya kau memasak kepiting, apa karena Laura?" tanya Gino memastikan keanehan itu.
Gerakan Laura membuka pintu apartemennya tertahan ketika seseorang menyebutkan namanya. Dia melihat Lucy berdiri di belakangnya. Perempuan itu tampak kacau dengan riasan wajah luntur. Merasa tidak enak, Laura akhirnya membiarkan Lucy memasuki apartemennya. Meskipun untuk saat ini, dia ingin menyendiri, tapi kekacauan Lucy mungkin ada hubungan dengan Mario.Mario lagi.Nama itu kembali disebutkan setelah kejadian itu. Laura menggeleng untuk mengusir bayangan laki-laki itu dari benaknya."Lala, aku minta maaf."Laura melepaskan mantelnya dan menyampirkannya di lengan sofa lalu beranjak menuju dapur. Menyiapkan secangkir coklat panas dan dessert yang dibelinya tadi bersama David. Dia menemui Lucy di ruang tamu dan meletakkan hidangan itu di atas meja."Aku kecewa." ucap Laura jujur, dia duduk di sofa seberang Lucy dan berusaha menghindari tatapan perempuan itu. "Lucy, aku tidak pand
Klien yang Gino tangani kali ini bukan perempuan cerewet seperti Jean. Namun, seorang ibu muda yang memiliki seorang putri dan sialnya Gino diminta untuk menjaga anak itu. Di sebuah toko pakaian anak-anak milik kliennya, Gino hampir menolak permintaan itu jika tidak mendengar ponselnya berdering dan atasannya meluapkan kemarahannya dari seberang sana. Meminta Gino untuk mengambil kasus itu karena ibu muda yang menjadi kliennya putri seorang pengusaha besar. Tidak ingin dianggap gila, Gino akhirnya menerima permintaan itu. Meskipun menjaga anak berusia lima tahun bukan keahliannya dan kesialan itu belum berakhir, saat anak itu menunjuk lantai tepat di mana kakinya berpijak. Genangan air itu membuat Gino terpaku, bukan air sungguhan melainkan berasal dari anak perempuan yang berdiri di depannya itu. Lima menit berlalu Gino masih mematung tidak tahu harus melakukan apa selain melihat pemandangan mengerikan itu. Jika kliennya itu kaya, seharusnya memiliki seorang
Dengan langkah berat Laura melangkahkan kakinya meninggalkan rumah sakit dan menyusuri jalan berbaur bersama pejalan kaki lainnya. Dia meminta Lucy untuk mengabarinya saat Jason sadar karena melihat Mario di sana emosinya tidak terkendali.Tujuan Laura adalah apartemen Gino, entah kenapa dia membutuhkan laki-laki itu berada di sampingnya. Mendengar omong kosong tentang Orion atau Edelweiss di puncak Rinjani rasanya lebih menyenangkan daripada terjebak bersama Mario.Setengah jam kemudian Laura sudah berdiri di depan unit apartemen milik Gino. Namun, tatapannya justru mengarah pada unit apartemen milik Mika, perasaan bersalah itu menyusup memenuhi rongga dadanya. Perempuan cantik nyaris tanpa kekurangan itu memiliki kehidupan yang tidak kalah menyedihkan dari Laura. Semua itu karena kesalahan yang mengatasnamakan perasaan, kebodohan manusia melebihi apa pun."La?"Jarak yang dekat itu menyadarkan Laur
Mencengkram sendok erat-erat sambil menatap David yang berada di seberang mejanya. Gino tidak ingin laki-laki itu terus mengganggu waktunya bersama Laura. Setan pengganggu itu seharusnya dimusnahkan sejak pertama kali membawa Laura ke apartemennya. Dan sekarang sudah terlambat karena David terlanjur menjadi penghuni tetap apartemennya. Alasan tidak mendapatkan perhatian keluarga menyebabkan Gino tidak memiliki pilihan selain membiarkan David tinggal di apartemennya.Sesuka hati dan tentu saja gratis!Perlu digaris bawahi kata gratis itu karena Gino sudah membeli apartemen itu sejak lima tahun lalu. Investasi masa depan dan tidak menyangka jika Laura bekerja di apartemennya setahun yang lalu. Jodoh yang diberikan Tuhan semoga saja tidak meleset karena Gino sudah menyiapkan segalanya agar Laura menjadi miliknya. Tinggal menyiapkan beberapa rencana pendekatan termasuk merebut Laura dari Mario. Senyuman jahat itu terukir di bibirnya hingga tanpa sadar, dia terkekeh pelan.