Membelah jalanan yang lengang dengan motor sport yang memiliki gaung nyaring bukan kali pertama yang dilakukan Nadira. Tapi ini kali pertama dilakukannya dengan orang yang baru dikenalnya dan memberikan desiran aneh di tubuhnya.
Nadira menempelkan dadanya di punggung pria itu, tangannya melingkari erat di perut kerasnya. Kepalanya bersandar di lekuk punggung lebar pria itu. Rasanya nyaman. Rasanya seperti masuk ke dalam sebuah adegan romantis dalam sebuah film dimana dia dan Erhan menjadi pemeran utamanya.
"Nadira, Sayang. Cowok itu memang normalnya kayak gitu. Kalo cewek baper karena novel atau adegan romantis di film. Cowok ya bapernya nonton begitu sambil..." Nadira menutup mulut Erhan. Wajahnya sudah berubah merah. Ucapan Erhan meracuni otaknya. Walau bagaimanapun, Nadira bukan anak kecil yang tidak tahu apa itu film bok**. Membayangkan adegan laki-laki dan perempuan melakukan olahraga yang mengeluarkan suara desahan-desahan jelas membuat sisi kewanitaannya bangkit.
Nadira terdiam sendirian. Menatap langit kota Jakarta di malam hari. Deru mesin kendaraan menggaung di kejauhan. Angin dingin masuk tanpa ijin dari arah balkon yang pintunya sengaja ia buka lebar. Erhan sudah pergi, ia memintanya demikian. Rasa shock yang diperolehnya setelah permintaan Erhan membuatnya mengusir pria itu secara halus.Jujur, ia nyaman berada bersama Erhan. Emosi yang ia miliki saat bersama Erhan berbeda dengan yang ia rasakan pada pria lain yang selama ini dekat dengannya. Merasa aman. Merasa diperhatikan. Bahkan untuk pertama kalinya ia
Ganjar dan asistennya sudah menantinya di ruangan saat Erhan masuk. Membahas kesibukan mereka hari ini serta meeting-meeting yang akan mereka lakukan sepanjang hari."Foto-foto kemaren udah mau publish." Ucap Ganjar saat asisten Erhan keluar. "Udah di e-mail kemarin malam. Coba aja cek. Bagian marketing juga udah milih foto yang bakal dicetak. Kali aja ada revisi, mereka minta keputusan maksimal besok siang." Erhan mengangguk. Tangannya bergerak membuka e-mail kantor yang salah satunya memang di cc kan kepadanya.
Nadira meletakkan kembali novel yang sejak tadi berada di pangkuannya. Halamannya tidak berubah sejak beberapa waktu lalu. Niatannya untuk membaca hilanglah sudah. Ia akhirnya memilih untuk keluar dari kamarnya dan bermaksud untuk membuat minuman yang manis."Kamu sama sekali gak ada niatan keluar rumah, Na?" Tanya ibunya saat Nadira baru saja menuang bubuk minuman kemasan ke dalam gelas tinggi.
Erhan langsung berlari meninggalkan rumah sakit setelah mendapat pesan dari Gisna kalau Nadira sedang makan siang bersama mereka. Wanita itu, kenapa tidak sejak tadi saja mengatakan kalau mereka memang punya rencana untuk makan siang bersama. Jadinya kan Erhan punya waktu lebih banyak, siapa yang tahu kalau Nadira akan pergi lagi dan menghilang tanpa ia ketahui.Ia mengendarai motornya dan tak seberapa lama sudah berada di depan Café yang ditunjuk Gisna. Memang dekat meskipun berjalan kaki, hanya saja ia tidak ingin kembali ke rumah sakit hanya untuk mengambil motornya. Kalau sudah begini, Nadira tidak akan menolak jika ia ajak pulang bersama."Ekhem." Erhan berdeham saat sudah sampai di meja tempat Gisna, Meta dan Nadira berada. Gadis itu tampak membelalak lebar melihat ke arahnya. Lalu kemudian matanya menyipit curiga ke arah dua sahabatnya."Siapa yang ngehubungin dia?" tanyanya dengan gigi terkatup.&nb
Bel pintu apartemennya berbunyi. Nadira mengintip siapa tamu yang datang, karena jika itu adalah Erhan, ia bermaksud untuk mengabaikannya. Yang entah sampai kapan.Untung bukan pria itu.Desahnya lega. Karena sosok yang muncul di layar kecil di samping pintunya adalah seorang wanita bertubuh tinggi langsing dengan wajah rupawan. "Hai." Sapa gadis itu ramah. Nadira membuka pintunya lebih lebar, membiarkan tetangga yang juga sekaligus rekan seprofesinya masuk ke dalam. "Jadi, kemana aja kamu selama dua minggu ini?" tanyanya tanpa basa-basi. Dia Bianca, seorang model yang lebih senior di agencynya. Sebenarnya, dari Bianca pula Nadira mendapatkan kabar mengenai apartemen kosong yang kini Nadira tempati. Dan sebagai tanda terima kasih, Nadira selalu bersikap ramah pada gadis itu. Toh gadis itu juga selama ini sudah bersikap baik kepadanya.Nadira mempersilahkannya duduk dan menawarkan minuman, setelah Bianca mengataka
Hari demi hari berlalu begitu saja menjadi minggu. Hubungan Erhan dan Nadira masih saja menggebu. Meskipun belum ada komitmen apapun di antara mereka. Dan Nadira masih saja mengelak memberikan jawaban atas permintaan ketiga Erhan.Disela waktu diantara kesibukan mereka, mereka habiskan bersama. Erhan seringkali datang ke tempat pemotretan Nadira jika pria itu sedang senggang, atau jika pemotretan berada di dalam kota dan di akhir pekan, maka Erhan akan menemaninya seharian. Menjadi supir pribadi sekaligus bodyguard dan kekasih yang baik pada saat bersama
Ponselnya berdering. Dengan malas Nadira meliriknya. Dipikirnya itu Erhan yang mengganti cara membujuknya dengan mencoba meneleponnya. Tapi tidak. Panggilan itu memunculkan wajah Meta di layar.Nadira melirik jam di atas nakas. Pukul sembilan malam. Ia mengerutkan dahi, tidak biasanya Meta menghubunginya malam-malam seperti ini. "Ya?""Ra, loe dimana?""Apartemen, kenapa?""Sir Lucas sadar!" Pekiknya. Nadira mematung seketika. "Ra?""Ini beneran? Bukan hoax?" Tanyanya tak yakin.Terdengar suara gesekan kain. Kemudian suara. "Beneran. Ganjar barusan nelepon gue. Katanya Sir Lucas bangun. Gue mau otewe ke RS sekarang. Loe kesana juga?""Iya, gue kesana sekarang.""Mah gue jemput?""Gak usah. Gue sendiri aja." Lalu kemudian telepon di tutup. Nadira dengan cepat memasuki kamar mandi. Mencuci muka, ber
Pesta pernikahan digelar keesokan hari setelah henna night. Bukan pesta yang mewah seperti yang dibuat Nadira tempo lalu. Melainkan sebuah pesta sederhana yang hanya mengundang beberapa kerabat dan rekan penting keluarga Erhan. Orang-orang yang dikenal yang datang dari Indonesia hanyalah Meta, Ibunya, adiknya dan juga sahabat-sahabatnya yang sudah menikah lebih dulu dengan para sepupu Erhan.Tidak ada kebaya, tidak ada siger, dan tidak ada musik tradisional Indonesia. Saat ini, keseluruhan pesta didominasi dengan acara internasional. Bahkan Nadira sendiri tidak mengenakan pakaian pengantin tradisional Turki, melainkan gaun mewah yang dipesan khusus untuknya dari designer langganan Dilara.“Uwoowwww, pengantin kita benar-benar cantik sekali.” Meta yang berjalan masuk mengenakan gaun berwarna navy tampak memandang Nadira dengan sorot terpukau.Nadira balik memandang sahabatnya itu dengan senyum di wajahnya. Set
TurkiKediaman Erhan tampak lebih sepi daripada biasanya. Karena apa? Karena ini adalahHenna Night.Malam Henna, yang diadakan bukan untuk orang lain, tapi untuk kekasih hatinya, Nadira.Ya, keluarga Erhan kini seluruhnya, para wanitanya, tengah berkumpul di kediaman orangtua Adskhan yang sebenarnya tidak terlalu jauh. Menyisakan para pria yang tinggal di rumah dengan hanya menggigit jari saja karena tidak diperkenankan untuk hadir.Bukan diharamkan, hanya saja mengingat tradisi orang Indonesia akan pingitan, maka untuk henna night malam ini, para pria tidak diperkenankan hadir. Dan itu termasuk Erhan, Adskhan dan juga Lucas. Ketiga sepupu itu kini diam di kediaman Erhan, menjaga sepupu termuda mereka supaya tidak lari dan pergi ke tempat dimana pesta berlangsung dan melanggar perjanjian dengan calon ibu mertuanya.Erhan kembali melirik ponselnya. lantas mencebik
Bulan-bulan kemudian berlalu dengan cepat. Seperti yang sudah Erhan sarankan sebelumnya, Nadira mengambil kelas bahasa. Erhan memintanya untuk fokus belajar bahasa Italia dan Prancis. Sementara untuk bahasa Turki, pria itu mengatakan bahwa dia akan menjadi mentor Nadira secara gratis. Bahkan jika ada sesuatu yang bisa di praktekkan, pria itu mengatakan bahwa dia akan dengan senang hati memberikan contoh gratis yang seketika ditolak oleh Nadira.Dan memang waktu berlalu menyenangkan. Meskipun sebagian orang menduga bahwa hari-hari yang dilalui Nadira itu berat, tapi faktanya tidak demikian. Dia menikmati semua itu. karena Erhan selalu memanjakannya setelahnya.Bukan dengan acaramake-outseperti saat Nadira masih sehat. Pria itu bahkan sebisa mungkin menahan diri untuk tidak menyentuhnya selain memberikan kecupan di dahi dan pipi atau ciuman pendek saat Nadira memintanya. Tapi dengan memberikan apapun dan melakukan apapun y
Hari-hari Nadira dan Erhan mungkin terasa datar saja bagi yang memperhatikannya. Erhan bekerja, dan disela waktunya pria itu mengantarkan Nadira untuk pergi terapi. Ya, sebisa mungkin pria itu tidak pernah absen mengantarkan Nadira untuk melakukan fisioterapi. Bagi pria itu, melihat perkembangan Nadira setiap harinya merupakan kebanggan tersendiri. Setelahnya Erhan akan melakukan apapun yang Nadira inginkan. Entah itu berjalan-jalan, makan-makan, atau hanya duduk diam saja di rumah dan menonton acara di televisi. Entah itu tayangan film atau sekedar gosip. Yang jelas bagi Erhan, menghabiskan waktu bersama dengan Nadira adalah bentuk kebahagiaan.Hubungan Erhan dengan Fera bin Feri pun sudah mulai membaik. Erhan sudah bersedia membiarkan Nadira menerima video call dari Feri meskipun seringkali pria itu mencebik dan memalingkan muka dan bahkan meninggalkan Nadira untuk berbicara sendiri tanpa gangguannya.Fera yang takut akan berubah labih sep
Ya, tentu saja dia menginginkannya. Itulah jawaban dari pertanyaan dalam kepalanya. Nadira memandang pria itu dan tersenyum. “Untuk saat ini, aku mengingnkanmu.” Jawabnya lirih. Wajah Erhan kembali dibingkai senyum bahagia yang tentu saja menular pada Nadira. “Sekarang, apa kau mau memelukku?” pinta Nadira yang dijawab Erhan dengan anggukan dan kemudian lengan besarnya merengkuh tubuh Nadira lembut dan mendekap kepala Nadira di dadanya.“Seni seviyorum, Askim.” Ucap pria itu di atas kepala Nadira. “Aku mencintaimu, cintaku.” Ulang pria itu dalam bahasa yang lebih dimengerti Nadira. “Sudah malam, kembalilah tidur.” ucap Erhan tak lama kemudian seraya melepas pelukannya di tubuh Nadira.Nadira memandang pria itu dan mengedipkan mata sebagai tanda setuju. Erhan kemudian menekan tombol yang ada di sisi tempat tidur dan mengembalikan posisi ranjang pada kondisi berbaring datar.
Maap kalo banyak typo, Mimin belum sempet revisi karena pengen cepet-cepet update._____________________________________________Pria itu menarik napasnya dengan perlahan. “Jika ini membuatmu membenciku, tak masalah. Aku hanya perlu usaha lagi untuk membuatmu suka padaku.” Ucapnya dengan percaya diri yang dijawab kekehan Nadira. “Baiklah, darimana aku harus mulai?” tanyanya pada Nadira.“Dari awal?” Nadira balik bertanya.Erhan menganggukkan kepala. “Awal, ya?” ucapnya lirih. Ia kembali menarik napas panjang dan mulai bercerita. “Awal pertama pertemuan kita setelah insiden yang dialami Gisna. Apa kau ingat?” Nadira mengerutkan dahinya. Insiden? Insiden apa yang dimaksud pria itu? hal terakhir yang diingatnya tentang Gisna adalah ketidaksetujuannya atas pernikahan palsu sahabatnya itu. namun sekarang, saat melihat sahabatnya ber
"Memelukmu?" Tanya Erhan ragu. Entah kenapa mendengar permintaan gadis itu ia tiba-tiba merasa malu. Tanpa ia sadari, wajahnya memanas dan memerah seketika.Nadira memandang pria itu dengan heran. "Iya, memelukku. Kenapa? Kamu gak mau lakuin itu?" Tanyanya heran.Erhan bertingkah seperti gadis perawan yang hendak dipinang oleh pria pujaannya. Pria itu mengusap tengkuknya karena merasa kikuk. "Bukan begitu." Ujarnya lirih. "Hanya saja…""Hanya saja apa?" Tanya Nadira dengan nada menuntut."Aku takut tidak bisa menahan diri." Rengek pria itu, seperti bocah yang meminta mainan pada orangtuanya.Nadira terkekeh. Mau tak mau gadis itu memandang Erhan karena tingkah lucunya. "Jangan menertawakanku." Sergah pria itu dengan mimik cemberut. "Aku sudah menahan diri untuk tidak menyentuhmu saat kita dipingit. Dan aku juga sangat merindukanmu saat bajinga
Nadira menunggu. Di kamar inapnya yang sudah kembali sepi karena lagi-lagi, ia meminta ibunya, adiknya, Gisna dan juga sahabatnya Meta untuk pulang saja dan tak menemaninya tinggal.Mereka menolak, tentu saja. Karena mereka takut Nadira kesusahan jika membutuhkan sesuatu, terlebih jika ia memiliki kebutuhan untuk pergi ke kamar mandi. Tapi lantas ia menghingatkan mereka bahwa ia menggunakan kateter urin yang meskipun terasa tak nyaman tapi harus digunakan untuk sementara waktu sampai minimal dia bisa duduk sendiri.Jam berlalu terasa lama baginya. Menunggu itu memang tidak nyaman. Dan setelah obat yang dikonsumsinya, menahan kantuk itu rasanya sangatlah susah. Tapi ia masih mencoba bertahan karena dia ingin bertemu dengan orang itu. Siapa lagi kalau bukan Erhan. Pria yang hanya akan datang padanya saat dia tidak sadar.Jam berlalu, dan tanpa sadar Nadira terbuai oleh kantuknya. Hingga kemudian dia bisa merasakan tangan s
Hari ini benar-benar melelahkan bagi Nadira. Fisik dan juga batinnya.Bagaimana tidak. setelah pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter umum yang menanganinya. Nadira kemudian dialihkan untuk berkonsultasi dengan seorang psikolog. Dia ‘dipaksa’ untuk mengingat dan menceritakan kejadian terakhir yang ada dalam kepalanya. Dan itu bukan hal yang mudah, mengingat banyaknya hal yang tidak bisa ingat dan bisa dia ingat dalam waktu bersamaan. Dan hal itu membuatnya merasakan sakit di kepala.Setelahnya ia melakukan pemeriksaan MRI (Magnetic Resonance Imaging) dengan tujuan untuk melihat keseluruhan organ dalam Nadira dengan lebih seksama untuk nantinya mereka melakukan penanganan yang tepat. Hal ini berkaitan dengan amnesia yang Nadira miliki dan juga kelemahan otot yang membuatnya tidak bisa bergerak.“Secara keseluruhan, kondisi fisik Bu Nadira itu ada dalam keadaan prima.” Ucap dokter ahli sara