Erhan langsung berlari meninggalkan rumah sakit setelah mendapat pesan dari Gisna kalau Nadira sedang makan siang bersama mereka. Wanita itu, kenapa tidak sejak tadi saja mengatakan kalau mereka memang punya rencana untuk makan siang bersama. Jadinya kan Erhan punya waktu lebih banyak, siapa yang tahu kalau Nadira akan pergi lagi dan menghilang tanpa ia ketahui.
Ia mengendarai motornya dan tak seberapa lama sudah berada di depan Café yang ditunjuk Gisna. Memang dekat meskipun berjalan kaki, hanya saja ia tidak ingin kembali ke rumah sakit hanya untuk mengambil motornya. Kalau sudah begini, Nadira tidak akan menolak jika ia ajak pulang bersama.
"Ekhem." Erhan berdeham saat sudah sampai di meja tempat Gisna, Meta dan Nadira berada. Gadis itu tampak membelalak lebar melihat ke arahnya. Lalu kemudian matanya menyipit curiga ke arah dua sahabatnya.
"Siapa yang ngehubungin dia?" tanyanya dengan gigi terkatup.
&nb
Bel pintu apartemennya berbunyi. Nadira mengintip siapa tamu yang datang, karena jika itu adalah Erhan, ia bermaksud untuk mengabaikannya. Yang entah sampai kapan.Untung bukan pria itu.Desahnya lega. Karena sosok yang muncul di layar kecil di samping pintunya adalah seorang wanita bertubuh tinggi langsing dengan wajah rupawan. "Hai." Sapa gadis itu ramah. Nadira membuka pintunya lebih lebar, membiarkan tetangga yang juga sekaligus rekan seprofesinya masuk ke dalam. "Jadi, kemana aja kamu selama dua minggu ini?" tanyanya tanpa basa-basi. Dia Bianca, seorang model yang lebih senior di agencynya. Sebenarnya, dari Bianca pula Nadira mendapatkan kabar mengenai apartemen kosong yang kini Nadira tempati. Dan sebagai tanda terima kasih, Nadira selalu bersikap ramah pada gadis itu. Toh gadis itu juga selama ini sudah bersikap baik kepadanya.Nadira mempersilahkannya duduk dan menawarkan minuman, setelah Bianca mengataka
Hari demi hari berlalu begitu saja menjadi minggu. Hubungan Erhan dan Nadira masih saja menggebu. Meskipun belum ada komitmen apapun di antara mereka. Dan Nadira masih saja mengelak memberikan jawaban atas permintaan ketiga Erhan.Disela waktu diantara kesibukan mereka, mereka habiskan bersama. Erhan seringkali datang ke tempat pemotretan Nadira jika pria itu sedang senggang, atau jika pemotretan berada di dalam kota dan di akhir pekan, maka Erhan akan menemaninya seharian. Menjadi supir pribadi sekaligus bodyguard dan kekasih yang baik pada saat bersama
Ponselnya berdering. Dengan malas Nadira meliriknya. Dipikirnya itu Erhan yang mengganti cara membujuknya dengan mencoba meneleponnya. Tapi tidak. Panggilan itu memunculkan wajah Meta di layar.Nadira melirik jam di atas nakas. Pukul sembilan malam. Ia mengerutkan dahi, tidak biasanya Meta menghubunginya malam-malam seperti ini. "Ya?""Ra, loe dimana?""Apartemen, kenapa?""Sir Lucas sadar!" Pekiknya. Nadira mematung seketika. "Ra?""Ini beneran? Bukan hoax?" Tanyanya tak yakin.Terdengar suara gesekan kain. Kemudian suara. "Beneran. Ganjar barusan nelepon gue. Katanya Sir Lucas bangun. Gue mau otewe ke RS sekarang. Loe kesana juga?""Iya, gue kesana sekarang.""Mah gue jemput?""Gak usah. Gue sendiri aja." Lalu kemudian telepon di tutup. Nadira dengan cepat memasuki kamar mandi. Mencuci muka, ber
Caliana, Syaquilla, Adskhan dan Caliana sudah meninggalkan rumah sakit beberapa saat lalu. Kini hanya tinggal Lucas, Gisna dan Erhan di kamar. Erhan sengaja tinggal lebih lama untuk menemani Gisna. Ia merasa takut kalau-kalau ada sesuatu yang dibutuhkan Lucas ataupun Gisna. Dia tidak suka melihat sepupu iparnya yang tengah mengandung itu harus pergi kesana kemari dan membuat dirinya sendiri lelah. Jadi Erhan mengatakan kalau ia tidak mau kembali ke apartemen dan merasa kesepian sebagai alasan."Han.." suara itu begitu lirih. Erhan yang sedang menonton berita di TV menoleh. Gisna tengah menatapnya."Kamu manggil aku?" Tanyanya tak yakin. Wanita hamil itu mengangguk."Ada yang kamu butuhin?" Tanyanya seraya bangkit dan mendekat ke arah tempat tidur. Gisna masih duduk di kursi samping tempat tidur. Nanti ketika hendak tidur, wanita itu akan naik ke atas tempat tidur dan berbagi ranjang rumah sakit yang tak terlalu besar itu
Nadira melangkah lesu masuk ke bagian depan apartemen. Tubuhnya entah kenapa terasa lelah. Ia menerima kunci mobil dari Feri begitu saja. Menggumamkan terima kasih dan tanpa melihat kepergiannya, ia masuk begitu saja ke bagian lobi terus mengarah menuju bagian dalam.Wangi lembut parfum terasa begitu dekat. Nadira menoleh dan melihat sosok wanita cantik sedang berdiri dekat dengannya. Wanita itu melirik Nadira sejenak. "Anda mau buka password nya?" Tanyanya dengan bahasa Indonesia yang masih terbata. Nadira tidak mengenal wanita itu. Daripada menaruh curiga, dia membiarkan wanita itu menekan password-nya terlebih dahulu. Siapa yang tahu kalau wanita itu sebenarnya sedang mengintip-intip, menunggu seseorang dan kemudian masuk ke area dalam apartemen jika ada kesempatan lalu melakukan kejahatan. Membobol salah satu apartemen misalkan? Atau dia seorang wanita yang sedang mengejar mantan kekasih yang sudah menolaknya, mungkin?Nadira tahu pikira
Nadira menyandarkan punggungnya di balik pintu. Napasnya berubah tak beraturan karena menahan amarah. Apa maksudnya wanita itu? ingin menyombongkan statusnya sebagai tunangan pria itu?Dan kenapa pula dia harus mengatakan hal yang tidak masuk akal seperti akan berkencan? Dia benar-benar sudah gila. Alasannya benar-benar diluar nalar. Memangnya dia akan berkencan dengan siapa? Dan sekarang dia juga bingung harus pergi kemana.Baiklah. Sekarang ia sudah tertawan dengan kata-katanya sendiri. Dan jika dia tidak keluar apartemen, jelas akan semakin membuat dua sejoli itu curiga. Alhasil, ia kini tengah membuka lemari pakaiannya, mencari apa yang menurutnya pantas untuk dikenakannya sebagai orang yang hendak "berkencan".Nadira meraih dress lengan panjang dengan panjang rok yang mencapai mata kaki yang memiliki bentuk leher V, sehingga sedikitnya menunjukkan belahan dadanya yang seksi. Mengenakan make-up sederhana dan me
Nadira melemparkan handbagnya ke atas sofa begitu saja, sesaat setelahnya ia membaringkan tubuhnya disana dan menutup matanya dengan sebelah tangan.Alden yang melihat kelakuannya hanya bisa menggelengkan kepala. Pria itu berjalan menuju dapur, mengambil sebotol air mineral dingin dan mendekati Nadira dan meletakkan minuman dingin itu di pipinya sehingga membuat gadis itu berjengit seketika. "So,mana janji kamu?" Tanya pria itu seraya duduk di salah satu kursi kosong disana."Apa?" Tanya Nadira tanpa sedikitpun menoleh. Ia lebih memilih memainkan botol di tangannya sebelum kemudian membukanya dan menghabiskan hampir setengahnya sebelum meletakkannya di meja kaca yang ada di depannya."Laki-laki itu.” Jawab Alden santai. Ia mengangkat sebelah kakinya dan meletakkannya di atas kaki yang lain. Membuat posisi duduk yang nyaman sebelum melanjutkan pertanyannya. “Kenapa kamu kelihatan marah banget sa
Sementara di tempat lain.Erhan mengabaikan Ezgi. Dia benar-benar marah pada wanita itu. Secara tidak langsung wanita itu telah membuat Nadira semakin menjauh. Bukannya semakin dekat. Baiklah, salah Erhan pula kenapa dia mau-maunya setuju saja mengikuti cara Ezgi.Setelah pulang kembali ke apartemen, Erhan terus menerus mengerang dalam hati. Telinganya terus menerus memantau Nadira. Berharap gadis itu pulang. Karena sungguh, jika ia melihat Nadira saat itu juga, ia akan memberondong gadis itu dengan segala pertanyaan dan akan mengakui tentang siapa itu Ezgi. Namun sampai pagi menjelang, Erhan tidak mendengar tanda-tanda keberadaan gadis itu.Erhan bahkan mengetuk pintu unit gadis itu sebelum berangkat kerja. Tapi gadis itu sama sekali tak merespon. Sehingga Erhan memastikan pada dirinya sendiri bahwa gadis itu memang tidak pulang semalam. Erhan melirik ponselnya. Lagi-lagi pesannya tak dibaca dan panggil
Pesta pernikahan digelar keesokan hari setelah henna night. Bukan pesta yang mewah seperti yang dibuat Nadira tempo lalu. Melainkan sebuah pesta sederhana yang hanya mengundang beberapa kerabat dan rekan penting keluarga Erhan. Orang-orang yang dikenal yang datang dari Indonesia hanyalah Meta, Ibunya, adiknya dan juga sahabat-sahabatnya yang sudah menikah lebih dulu dengan para sepupu Erhan.Tidak ada kebaya, tidak ada siger, dan tidak ada musik tradisional Indonesia. Saat ini, keseluruhan pesta didominasi dengan acara internasional. Bahkan Nadira sendiri tidak mengenakan pakaian pengantin tradisional Turki, melainkan gaun mewah yang dipesan khusus untuknya dari designer langganan Dilara.“Uwoowwww, pengantin kita benar-benar cantik sekali.” Meta yang berjalan masuk mengenakan gaun berwarna navy tampak memandang Nadira dengan sorot terpukau.Nadira balik memandang sahabatnya itu dengan senyum di wajahnya. Set
TurkiKediaman Erhan tampak lebih sepi daripada biasanya. Karena apa? Karena ini adalahHenna Night.Malam Henna, yang diadakan bukan untuk orang lain, tapi untuk kekasih hatinya, Nadira.Ya, keluarga Erhan kini seluruhnya, para wanitanya, tengah berkumpul di kediaman orangtua Adskhan yang sebenarnya tidak terlalu jauh. Menyisakan para pria yang tinggal di rumah dengan hanya menggigit jari saja karena tidak diperkenankan untuk hadir.Bukan diharamkan, hanya saja mengingat tradisi orang Indonesia akan pingitan, maka untuk henna night malam ini, para pria tidak diperkenankan hadir. Dan itu termasuk Erhan, Adskhan dan juga Lucas. Ketiga sepupu itu kini diam di kediaman Erhan, menjaga sepupu termuda mereka supaya tidak lari dan pergi ke tempat dimana pesta berlangsung dan melanggar perjanjian dengan calon ibu mertuanya.Erhan kembali melirik ponselnya. lantas mencebik
Bulan-bulan kemudian berlalu dengan cepat. Seperti yang sudah Erhan sarankan sebelumnya, Nadira mengambil kelas bahasa. Erhan memintanya untuk fokus belajar bahasa Italia dan Prancis. Sementara untuk bahasa Turki, pria itu mengatakan bahwa dia akan menjadi mentor Nadira secara gratis. Bahkan jika ada sesuatu yang bisa di praktekkan, pria itu mengatakan bahwa dia akan dengan senang hati memberikan contoh gratis yang seketika ditolak oleh Nadira.Dan memang waktu berlalu menyenangkan. Meskipun sebagian orang menduga bahwa hari-hari yang dilalui Nadira itu berat, tapi faktanya tidak demikian. Dia menikmati semua itu. karena Erhan selalu memanjakannya setelahnya.Bukan dengan acaramake-outseperti saat Nadira masih sehat. Pria itu bahkan sebisa mungkin menahan diri untuk tidak menyentuhnya selain memberikan kecupan di dahi dan pipi atau ciuman pendek saat Nadira memintanya. Tapi dengan memberikan apapun dan melakukan apapun y
Hari-hari Nadira dan Erhan mungkin terasa datar saja bagi yang memperhatikannya. Erhan bekerja, dan disela waktunya pria itu mengantarkan Nadira untuk pergi terapi. Ya, sebisa mungkin pria itu tidak pernah absen mengantarkan Nadira untuk melakukan fisioterapi. Bagi pria itu, melihat perkembangan Nadira setiap harinya merupakan kebanggan tersendiri. Setelahnya Erhan akan melakukan apapun yang Nadira inginkan. Entah itu berjalan-jalan, makan-makan, atau hanya duduk diam saja di rumah dan menonton acara di televisi. Entah itu tayangan film atau sekedar gosip. Yang jelas bagi Erhan, menghabiskan waktu bersama dengan Nadira adalah bentuk kebahagiaan.Hubungan Erhan dengan Fera bin Feri pun sudah mulai membaik. Erhan sudah bersedia membiarkan Nadira menerima video call dari Feri meskipun seringkali pria itu mencebik dan memalingkan muka dan bahkan meninggalkan Nadira untuk berbicara sendiri tanpa gangguannya.Fera yang takut akan berubah labih sep
Ya, tentu saja dia menginginkannya. Itulah jawaban dari pertanyaan dalam kepalanya. Nadira memandang pria itu dan tersenyum. “Untuk saat ini, aku mengingnkanmu.” Jawabnya lirih. Wajah Erhan kembali dibingkai senyum bahagia yang tentu saja menular pada Nadira. “Sekarang, apa kau mau memelukku?” pinta Nadira yang dijawab Erhan dengan anggukan dan kemudian lengan besarnya merengkuh tubuh Nadira lembut dan mendekap kepala Nadira di dadanya.“Seni seviyorum, Askim.” Ucap pria itu di atas kepala Nadira. “Aku mencintaimu, cintaku.” Ulang pria itu dalam bahasa yang lebih dimengerti Nadira. “Sudah malam, kembalilah tidur.” ucap Erhan tak lama kemudian seraya melepas pelukannya di tubuh Nadira.Nadira memandang pria itu dan mengedipkan mata sebagai tanda setuju. Erhan kemudian menekan tombol yang ada di sisi tempat tidur dan mengembalikan posisi ranjang pada kondisi berbaring datar.
Maap kalo banyak typo, Mimin belum sempet revisi karena pengen cepet-cepet update._____________________________________________Pria itu menarik napasnya dengan perlahan. “Jika ini membuatmu membenciku, tak masalah. Aku hanya perlu usaha lagi untuk membuatmu suka padaku.” Ucapnya dengan percaya diri yang dijawab kekehan Nadira. “Baiklah, darimana aku harus mulai?” tanyanya pada Nadira.“Dari awal?” Nadira balik bertanya.Erhan menganggukkan kepala. “Awal, ya?” ucapnya lirih. Ia kembali menarik napas panjang dan mulai bercerita. “Awal pertama pertemuan kita setelah insiden yang dialami Gisna. Apa kau ingat?” Nadira mengerutkan dahinya. Insiden? Insiden apa yang dimaksud pria itu? hal terakhir yang diingatnya tentang Gisna adalah ketidaksetujuannya atas pernikahan palsu sahabatnya itu. namun sekarang, saat melihat sahabatnya ber
"Memelukmu?" Tanya Erhan ragu. Entah kenapa mendengar permintaan gadis itu ia tiba-tiba merasa malu. Tanpa ia sadari, wajahnya memanas dan memerah seketika.Nadira memandang pria itu dengan heran. "Iya, memelukku. Kenapa? Kamu gak mau lakuin itu?" Tanyanya heran.Erhan bertingkah seperti gadis perawan yang hendak dipinang oleh pria pujaannya. Pria itu mengusap tengkuknya karena merasa kikuk. "Bukan begitu." Ujarnya lirih. "Hanya saja…""Hanya saja apa?" Tanya Nadira dengan nada menuntut."Aku takut tidak bisa menahan diri." Rengek pria itu, seperti bocah yang meminta mainan pada orangtuanya.Nadira terkekeh. Mau tak mau gadis itu memandang Erhan karena tingkah lucunya. "Jangan menertawakanku." Sergah pria itu dengan mimik cemberut. "Aku sudah menahan diri untuk tidak menyentuhmu saat kita dipingit. Dan aku juga sangat merindukanmu saat bajinga
Nadira menunggu. Di kamar inapnya yang sudah kembali sepi karena lagi-lagi, ia meminta ibunya, adiknya, Gisna dan juga sahabatnya Meta untuk pulang saja dan tak menemaninya tinggal.Mereka menolak, tentu saja. Karena mereka takut Nadira kesusahan jika membutuhkan sesuatu, terlebih jika ia memiliki kebutuhan untuk pergi ke kamar mandi. Tapi lantas ia menghingatkan mereka bahwa ia menggunakan kateter urin yang meskipun terasa tak nyaman tapi harus digunakan untuk sementara waktu sampai minimal dia bisa duduk sendiri.Jam berlalu terasa lama baginya. Menunggu itu memang tidak nyaman. Dan setelah obat yang dikonsumsinya, menahan kantuk itu rasanya sangatlah susah. Tapi ia masih mencoba bertahan karena dia ingin bertemu dengan orang itu. Siapa lagi kalau bukan Erhan. Pria yang hanya akan datang padanya saat dia tidak sadar.Jam berlalu, dan tanpa sadar Nadira terbuai oleh kantuknya. Hingga kemudian dia bisa merasakan tangan s
Hari ini benar-benar melelahkan bagi Nadira. Fisik dan juga batinnya.Bagaimana tidak. setelah pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter umum yang menanganinya. Nadira kemudian dialihkan untuk berkonsultasi dengan seorang psikolog. Dia ‘dipaksa’ untuk mengingat dan menceritakan kejadian terakhir yang ada dalam kepalanya. Dan itu bukan hal yang mudah, mengingat banyaknya hal yang tidak bisa ingat dan bisa dia ingat dalam waktu bersamaan. Dan hal itu membuatnya merasakan sakit di kepala.Setelahnya ia melakukan pemeriksaan MRI (Magnetic Resonance Imaging) dengan tujuan untuk melihat keseluruhan organ dalam Nadira dengan lebih seksama untuk nantinya mereka melakukan penanganan yang tepat. Hal ini berkaitan dengan amnesia yang Nadira miliki dan juga kelemahan otot yang membuatnya tidak bisa bergerak.“Secara keseluruhan, kondisi fisik Bu Nadira itu ada dalam keadaan prima.” Ucap dokter ahli sara