Bahagia? Itukah yang Nadira rasakan? Ya, dia bahagia. Bahkan sangat.
Karena siapa?
Siapa lagi kalau bukan karena Erhan.
Setelah Gisna sadar dari komanya setelah kasus penusukan itu. Nadira akhirnya memikirkan kembali permintaan Erhan untuk mempercepat proses pernikahan mereka. Terlebih ia mendapatkan dorongan dari orang-orang di sekitarnya. Siapa lagi kalau bukan ibu dan adiknya, Gisna dan juga Meta sahabatnya. Orang-orang itu meyakinkan Nadira bahwa pernikahan adalah pilihan terbaik. Dan meskipun Erhan tak pernah mendesaknya lagi, ekspresi pria itu jelas tampak sangat girang saat Nadira mengatakan bahwa dia berubah pikiran dan mengatakan bahwa dia akan menikah dengan pria itu secepat mungkin.
Saking tergesanya, pria itu bahkan dengan segera memesankan tiket pesawat untuk kedua orangtuanya dan juga satu-satunya kakak perempuan yang dimilikinya. Kontrak Nadira dijadikannya alasan untuk tidak pergi sendiri ke Turki dan meminta restu langsung disana. Padahal
Erhan terduduk dengan mata menerawang jauh. Entah kenapa, menjelang hari pernikahannya ia merasa ada yang salah dengan perasaannya. Semacam ada sesuatu yang mengganjal di dadanya. Dan ia tidak bisa mengartikan kenapa.Ia merasa bahagia, itu tentu. Antusias, itu pasti. Tapi ada perasaan lain saat ini yang mengganjal di hatinya, seolah ia merasa ada sesuatu yang hilang. Mencelos kosong. Tapi apa itu?“Apa kau merasa takut karena sebentar lagi statusmu tidak lagi lajang?” Erhan melirik Ganjar yang memandang ke arahnya dengan tatapan mengejek.“Kenapa aku harus merasa seperti itu?” Erhan balik bertanya.Ganjar mengedikkan bahu. “Mungkin karena setelah menikah dengan Nadira kau tidak bisa lagi tebar pesona pada wanita lajang lainnya? Atau mungkin kau takut menjadi s
Erhan memandang berkeliling aula hotel dimana pernikahannya dan Nadira akan berlangsung esok pagi. Aula yang tadinya kosong itu kini sudah delapan puluh persennya terisi dengan berbagai macam hiasan. Panggung yang ada di bagian terdepan aula sudah dihias dengan bunga-bunga hidup yang segar dan indah. Kursi kebesaran yang akan mereka duduki pun sudah berdiri kokoh di sana. Di bagian bawah panggung, sudah tersedia meja dan kursi untuk akad nikah mereka besok.Di bagian sisi kiri dan kanan aula sudah terpasang kain yang didominasi warna keemasan dan putih. Pilar-pilar yang menjadi pagar telah dibungkus rapi dengan kain dan diselimuti bunga-bunga yang indah. Seluruh kursi untuk tamu dan keluarga pun tak kalah dibuat indah. Semuanya sangat menawan di mata Erhan. Nadira jelas telah mempersiapkan semuanya dengan sangat matang. Pernikahan mereka, akan terlihat seperti pernikahan putra dan putri raja nantinya. Ya, ini akan menjadi momen pernik
Nadira membuka matanya dengan susah payah setelah mendapat guncangan hebat. Entah kenapa, tubuhnya terasa begitu lelah. “Loe itu tidur apa ngebangke sih?” tanya Meta dengan kesal dan tanpa henti menggoyangkan tubuh Nadira yang baru setengahnya terbangun. “Gue tahu kalo loe itu pelor. Tapi apa emang mesti se bangke ini?” Gerutu sahabatnya itu seraya menarik kedua tangan Nadira supaya gadis itu bangkit dari tempat tidurnya. “Nyokap loe panik, pikirnya loe pura-pura mati karena gak mau jadi ngawinin Sir Erhan. Kalo emang tahu gitu, kenapa gak loe kasih laki loe sama gue aja?” cerocos Meta tanpa henti.“Trus loe mau ngasih Ganjar sama siapa? Sama si Winny anak pemasaran?” ledek Nadira dengan kuapan lebarnya. Ia menggeliat dalam duduknya dan mengerang dengan keras sebelum kemudian bangkit dan turun dari tempat tidurnya, berjalan menuju kamar mandi yang ada di dalam kamarnya.
Debar jantung Erhan kini sudah tak bisa ia kendalikan lagi. Bahkan mencoba menenangkannya dengan mengatur irama napasnya pun tampak tak berguna.Sejak keberangkatannya ke gedung pernikahan, dadanya memang sudah berdebar cepat dengan antusias. Dan selama prosesi yang dilakukan secara adat Sunda oleh lengser dan para penarinya, pikiran Erhan sudah melanglang buana kemana-mana.Ya, ia tidak bisa fokus pada susunan acara saat itu. Entahlah, pikirannya begitu campur aduk. Yang ada di kepalanya saat ini adalah, bisakah ia melafalkan ijab kabul dalam satu tarikan napas tanpa kesalahan apapun? Para sepupunya mengatakan kalau tiga kali ia melakukan kesalahan, maka pernikahan harus dibatalkan. Ia tidak mau itu terjadi.Jadi sepanjang acara itu berlangsung, yang ada di kepalanya adalah kalimat ijab kabul yang nantinya harus ia ucapkan di hadapan cal
“Dia membawaku.” Ucapan Alden seketika membuat tubuh Erhan menegang.Terdengar suara kesiapan kaget sebagai sambutan lainnya. Ibu Nadira memandang Alden dengan mata terbelalak ngeri sebelum akhirnya terkulai lemas tak sadarkan diri. Kedua MUA yang sejak tadi membisu di ruangan itu mencoba untuk menahan tubuhnya supaya tidak jatuh ke lantai. Sementara Erhan yang sejak tadi sudah dalam posisi menegang, kini menarik kertas yang ada di tangan Alden dengan kasar. Ia menatap tulisan yang tidak dimengertinya dan memandang Alden dengan tatapan tajam. “Katakan sekali lagi!” perintahnya dengan berupa geraman.“Ini bukan tanda tangan, Erhan. Tapi tulisan Tagalog.” Ucapnya menjelaskan. “Disana tertulis kalau ‘Dia membawaku’.” Lanjutnya. “Gisna, siapa yang membawa Nadira?” tanyanya ingin tahu. “Apa sepupuku ada dalam bahay
“Jadi, selama ini dia menipu kita? Dia itu J.D?” tanya Erhan tak percaya. Ia memandang kedua sepupunya dengan tatapan tak percaya.Mendengar pertanyaan Erhan, kedua sepupunya itu terdiam. Adskhan kembali melihat layar persegi di hadapannya. Kenapa? Mungkinkah benar kalau J.D yang selama ini ditakutkan oleh Nadira, si pengirim bunga dengan pesan itu adalah Fera bin Feri? Kalau memang benar, pria setengah matang itu benar-benar hebat hingga membuat mereka terkecoh sampai sedemikian rupa.Tapi bagi Adskhan, tetap ada sesuatu yang mengganjal disini. Namun dia bingung, apa itu.“Sebaiknya kita laporkan hal ini ke polisi.” Ucap Lucas kemudian.Adskhan seketika menggelengkan kepala. “Tidak, polisi tidak akan membantu.” Tolaknya. “Sekalipun kita melaporkan
Erhan sudah kehilangan akal. Kehilangan Nadira dan rasa takutnya membuatnya ingin memukuli semua orang yang ada di hadapannya. Kenapa Adskhan tidak menginterogasi mereka dengan cara yang halus seperti itu? kenapa dia tidak memukuli mereka semua. Peduli setan jika dua diantara mereka itu perempuan. Mereka jelas turut andil dalam hilangnya Nadira.Dimana Nadira sekarang? Kekasihnya itu pasti merasa tengah ketakutan sekarang. Sialan! Bagaimana bisa dia begitu saja percaya pada makhluk setengah matang itu? seharusnya sejak awal dia menjauhkan Nadira dari pria yang bahkan tidak menerimakan identitas aslinya itu.Erhan kembali menatap keempat orang itu. Dan tatapannya berakhir pada Meta. Gadis yang merupakan sahabat kekasihnya itu tampak terdiam dengan wajah pucat. Tangannya sesekali mengusap wajahnya yang menitikkan airmata. Ternyata, bukan hanya Erhan yang ketakutan disini. Ada Meta, dan te
Mereka keluar dari lift dan terpaksa naik tangga untuk sampai di lantai terakhir gedung. Chasel tampak kesulitan menarik tubuh Feri yang berbadan gempal itu supaya tidak terus meronta dan mendekati dinding pembatas gedung. “Fer, sadar!” itulah ucapan yang diucapkan Chasel diantara deru napasnya mencoba menahan Feri.Adskhan, Lucas dan Erhan yang berlari segera membantu Chasel dan menarik tubuh Feri yang terus meronta ingin meloncat dari gedung. “Bagaimana cara menyadarkan hipnotisnya?” tanya Lucas dengan kesusahan karena pria bertubuh gempal itu masih saja berusaha meronta dan ingin berlari menuju dinding. Keempat orang itu dengan susah payah membawa Feri kembali masuk ke bagian dalam gedung.“Cari sesuatu. Ikat dia. Kalau perlu panggil seorang ahli hipnotis untuk datang kemari.” Perintah Adskhan dengan susah payah diantara rontaan Feri.
Pesta pernikahan digelar keesokan hari setelah henna night. Bukan pesta yang mewah seperti yang dibuat Nadira tempo lalu. Melainkan sebuah pesta sederhana yang hanya mengundang beberapa kerabat dan rekan penting keluarga Erhan. Orang-orang yang dikenal yang datang dari Indonesia hanyalah Meta, Ibunya, adiknya dan juga sahabat-sahabatnya yang sudah menikah lebih dulu dengan para sepupu Erhan.Tidak ada kebaya, tidak ada siger, dan tidak ada musik tradisional Indonesia. Saat ini, keseluruhan pesta didominasi dengan acara internasional. Bahkan Nadira sendiri tidak mengenakan pakaian pengantin tradisional Turki, melainkan gaun mewah yang dipesan khusus untuknya dari designer langganan Dilara.“Uwoowwww, pengantin kita benar-benar cantik sekali.” Meta yang berjalan masuk mengenakan gaun berwarna navy tampak memandang Nadira dengan sorot terpukau.Nadira balik memandang sahabatnya itu dengan senyum di wajahnya. Set
TurkiKediaman Erhan tampak lebih sepi daripada biasanya. Karena apa? Karena ini adalahHenna Night.Malam Henna, yang diadakan bukan untuk orang lain, tapi untuk kekasih hatinya, Nadira.Ya, keluarga Erhan kini seluruhnya, para wanitanya, tengah berkumpul di kediaman orangtua Adskhan yang sebenarnya tidak terlalu jauh. Menyisakan para pria yang tinggal di rumah dengan hanya menggigit jari saja karena tidak diperkenankan untuk hadir.Bukan diharamkan, hanya saja mengingat tradisi orang Indonesia akan pingitan, maka untuk henna night malam ini, para pria tidak diperkenankan hadir. Dan itu termasuk Erhan, Adskhan dan juga Lucas. Ketiga sepupu itu kini diam di kediaman Erhan, menjaga sepupu termuda mereka supaya tidak lari dan pergi ke tempat dimana pesta berlangsung dan melanggar perjanjian dengan calon ibu mertuanya.Erhan kembali melirik ponselnya. lantas mencebik
Bulan-bulan kemudian berlalu dengan cepat. Seperti yang sudah Erhan sarankan sebelumnya, Nadira mengambil kelas bahasa. Erhan memintanya untuk fokus belajar bahasa Italia dan Prancis. Sementara untuk bahasa Turki, pria itu mengatakan bahwa dia akan menjadi mentor Nadira secara gratis. Bahkan jika ada sesuatu yang bisa di praktekkan, pria itu mengatakan bahwa dia akan dengan senang hati memberikan contoh gratis yang seketika ditolak oleh Nadira.Dan memang waktu berlalu menyenangkan. Meskipun sebagian orang menduga bahwa hari-hari yang dilalui Nadira itu berat, tapi faktanya tidak demikian. Dia menikmati semua itu. karena Erhan selalu memanjakannya setelahnya.Bukan dengan acaramake-outseperti saat Nadira masih sehat. Pria itu bahkan sebisa mungkin menahan diri untuk tidak menyentuhnya selain memberikan kecupan di dahi dan pipi atau ciuman pendek saat Nadira memintanya. Tapi dengan memberikan apapun dan melakukan apapun y
Hari-hari Nadira dan Erhan mungkin terasa datar saja bagi yang memperhatikannya. Erhan bekerja, dan disela waktunya pria itu mengantarkan Nadira untuk pergi terapi. Ya, sebisa mungkin pria itu tidak pernah absen mengantarkan Nadira untuk melakukan fisioterapi. Bagi pria itu, melihat perkembangan Nadira setiap harinya merupakan kebanggan tersendiri. Setelahnya Erhan akan melakukan apapun yang Nadira inginkan. Entah itu berjalan-jalan, makan-makan, atau hanya duduk diam saja di rumah dan menonton acara di televisi. Entah itu tayangan film atau sekedar gosip. Yang jelas bagi Erhan, menghabiskan waktu bersama dengan Nadira adalah bentuk kebahagiaan.Hubungan Erhan dengan Fera bin Feri pun sudah mulai membaik. Erhan sudah bersedia membiarkan Nadira menerima video call dari Feri meskipun seringkali pria itu mencebik dan memalingkan muka dan bahkan meninggalkan Nadira untuk berbicara sendiri tanpa gangguannya.Fera yang takut akan berubah labih sep
Ya, tentu saja dia menginginkannya. Itulah jawaban dari pertanyaan dalam kepalanya. Nadira memandang pria itu dan tersenyum. “Untuk saat ini, aku mengingnkanmu.” Jawabnya lirih. Wajah Erhan kembali dibingkai senyum bahagia yang tentu saja menular pada Nadira. “Sekarang, apa kau mau memelukku?” pinta Nadira yang dijawab Erhan dengan anggukan dan kemudian lengan besarnya merengkuh tubuh Nadira lembut dan mendekap kepala Nadira di dadanya.“Seni seviyorum, Askim.” Ucap pria itu di atas kepala Nadira. “Aku mencintaimu, cintaku.” Ulang pria itu dalam bahasa yang lebih dimengerti Nadira. “Sudah malam, kembalilah tidur.” ucap Erhan tak lama kemudian seraya melepas pelukannya di tubuh Nadira.Nadira memandang pria itu dan mengedipkan mata sebagai tanda setuju. Erhan kemudian menekan tombol yang ada di sisi tempat tidur dan mengembalikan posisi ranjang pada kondisi berbaring datar.
Maap kalo banyak typo, Mimin belum sempet revisi karena pengen cepet-cepet update._____________________________________________Pria itu menarik napasnya dengan perlahan. “Jika ini membuatmu membenciku, tak masalah. Aku hanya perlu usaha lagi untuk membuatmu suka padaku.” Ucapnya dengan percaya diri yang dijawab kekehan Nadira. “Baiklah, darimana aku harus mulai?” tanyanya pada Nadira.“Dari awal?” Nadira balik bertanya.Erhan menganggukkan kepala. “Awal, ya?” ucapnya lirih. Ia kembali menarik napas panjang dan mulai bercerita. “Awal pertama pertemuan kita setelah insiden yang dialami Gisna. Apa kau ingat?” Nadira mengerutkan dahinya. Insiden? Insiden apa yang dimaksud pria itu? hal terakhir yang diingatnya tentang Gisna adalah ketidaksetujuannya atas pernikahan palsu sahabatnya itu. namun sekarang, saat melihat sahabatnya ber
"Memelukmu?" Tanya Erhan ragu. Entah kenapa mendengar permintaan gadis itu ia tiba-tiba merasa malu. Tanpa ia sadari, wajahnya memanas dan memerah seketika.Nadira memandang pria itu dengan heran. "Iya, memelukku. Kenapa? Kamu gak mau lakuin itu?" Tanyanya heran.Erhan bertingkah seperti gadis perawan yang hendak dipinang oleh pria pujaannya. Pria itu mengusap tengkuknya karena merasa kikuk. "Bukan begitu." Ujarnya lirih. "Hanya saja…""Hanya saja apa?" Tanya Nadira dengan nada menuntut."Aku takut tidak bisa menahan diri." Rengek pria itu, seperti bocah yang meminta mainan pada orangtuanya.Nadira terkekeh. Mau tak mau gadis itu memandang Erhan karena tingkah lucunya. "Jangan menertawakanku." Sergah pria itu dengan mimik cemberut. "Aku sudah menahan diri untuk tidak menyentuhmu saat kita dipingit. Dan aku juga sangat merindukanmu saat bajinga
Nadira menunggu. Di kamar inapnya yang sudah kembali sepi karena lagi-lagi, ia meminta ibunya, adiknya, Gisna dan juga sahabatnya Meta untuk pulang saja dan tak menemaninya tinggal.Mereka menolak, tentu saja. Karena mereka takut Nadira kesusahan jika membutuhkan sesuatu, terlebih jika ia memiliki kebutuhan untuk pergi ke kamar mandi. Tapi lantas ia menghingatkan mereka bahwa ia menggunakan kateter urin yang meskipun terasa tak nyaman tapi harus digunakan untuk sementara waktu sampai minimal dia bisa duduk sendiri.Jam berlalu terasa lama baginya. Menunggu itu memang tidak nyaman. Dan setelah obat yang dikonsumsinya, menahan kantuk itu rasanya sangatlah susah. Tapi ia masih mencoba bertahan karena dia ingin bertemu dengan orang itu. Siapa lagi kalau bukan Erhan. Pria yang hanya akan datang padanya saat dia tidak sadar.Jam berlalu, dan tanpa sadar Nadira terbuai oleh kantuknya. Hingga kemudian dia bisa merasakan tangan s
Hari ini benar-benar melelahkan bagi Nadira. Fisik dan juga batinnya.Bagaimana tidak. setelah pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter umum yang menanganinya. Nadira kemudian dialihkan untuk berkonsultasi dengan seorang psikolog. Dia ‘dipaksa’ untuk mengingat dan menceritakan kejadian terakhir yang ada dalam kepalanya. Dan itu bukan hal yang mudah, mengingat banyaknya hal yang tidak bisa ingat dan bisa dia ingat dalam waktu bersamaan. Dan hal itu membuatnya merasakan sakit di kepala.Setelahnya ia melakukan pemeriksaan MRI (Magnetic Resonance Imaging) dengan tujuan untuk melihat keseluruhan organ dalam Nadira dengan lebih seksama untuk nantinya mereka melakukan penanganan yang tepat. Hal ini berkaitan dengan amnesia yang Nadira miliki dan juga kelemahan otot yang membuatnya tidak bisa bergerak.“Secara keseluruhan, kondisi fisik Bu Nadira itu ada dalam keadaan prima.” Ucap dokter ahli sara