Siapa yang Menghamili MuridkuBab 26 : Hasil Test DNAMata tak bisa terpejam malam ini, dengan pikiran yang berkecamuk dan bimbang, tentu saja aku tak bisa tertidur. Aku terus memikirkan Mas Bilal, takut terjadi hal buruk kepadanya, apalagi nomor ponselnya tak aktif.Mas brewok, maafin kalau aku salah dan tindakanku telah melukai hatimu. Aku hanya istri yang tak sempurna, yang belum bisa memberimu keturunan sehingga pikiran buruk tak dapat kukendalikan dari kepala ini.Air mata terus saja berjatuhan tanpa henti, hingga azan subuh berkumandang. Bergegas aku bangkit lalu mencuci wajah dan berwudhu. Kutumpahkan segala keluh dan kesah kepada Ilahi serta berdoa agar tak terjadi hal buruk apa pun kepada suamiku.Saat pagi tiba, aku bergegas berkemas. Sebelum menyusul Mas Bilal ke Mesnya, aku harus melaporkan kasus Sandiyya ke KPAI. Semoga saja semuanya lancar, juragan gila istri itu bisa mempertanggung jawabkan perbuatannya. Kasihan kalo Diyya terus tersiksa oleh pria busuk yang di otaknya
Siapa yang Menghamili Muridku?Bab 27 : MaafMalam ini, aku menunggu kepulangan Mas Bilal dengan tak sabar. Aku harus kembali meminta maaf kepadanya karena sudah menuduhnya yang macam-macam."Mas, maafkan Endang, ya." Aku langsung menggandeng tangannya masuk saat membukakannya pintu.Dia mengerutkan dahi menatapku."Kenapa kamu, Dek?" Dia mengerutkan dahi saat duduk di sofa ruang tamu dan membuka sepatunya."Maafkan Endang, Mas." Aku menggigit bibir, air mata tak dapat kutahan untuk tak berjatuhan."Kenapa kamu? Lagi kumat?!" Dia menautkan alis tebalnya dengan tatapan yang semakin seram.Aku menahan senyum, hingga akhirnya tersenyum sambil menangis."Kenapa sih kamu, Dek?" Mas Bilal terlihat bingung.Aku langsung menyerahkan hasil test DNA itu ke tangannya dan ia segera membukanya kemudian membacanya."Ohhh .... " Dia hanya tersenyum sinis."Maafkan Endang sudah su'udzon selama ini, Endang sudah berdosa sama Mas." Aku menggenggam tangan kekar itu."Hmmm .... " Dia hanya berdehem lalu
Siapa yang Menghamili Muridku?Bab 28 : Benih Si Bandot"Assalammualaikum," ucap seseorang dari arah pintu.Sepertinya itu suara Sandiyya. Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 13.15, ia pasti sudah pulang dari Sekolah Paket B.Segera kuhampiri gadis berponi yang sudah berstatus Ibu itu."Waalaikumsalam," jawabku berdiri menyambutnya di depan pintu. "Udah pulang?" sambungku lagi."Iya, Bu Endang," jawabnya sambil mencium punggung tanganku. "Oh iya, Dio mana, Bu?""Dio tidur," ucapku sambil membimbingnya masuk ke dalam."Rewel gak, Bu?" tanyanya lagi."Nggak kok, anteng banget kok dia." Aku tersenyum senang."Syukur deh, Diyya udah galau ... takutnya Dio rewel dan ngerepotin Ibu." Diyya duduk di sofa ruang tengah, raut wajahnya terlihat tak enak hati "Nggak kok, Nak. Sering-sering aja nitipin Dio ke sini! Ibu senang bisa main sepuasnya sama dia." Aku melebarkan senyum, aku memang senang bisa bersama bayi mungil itu yang belum bisa kumiliki seperti para ibu lainnya.Sandiyya tersenyum
Siapa yang Menghamili Muridku?Bab 29 : Bertemu EgiSesampainya di rumah, aku masih memikirkan masalah Sandiyya. Disatu sisi aku senang karena akan mempunyai timangan lagi, tapi di satu sisi aku kasihan pada gadis belia yang telah mengandung untuk kedua kalinya.Tak bisa kupungkiri, ada sedikit iri juga pada kuasa Ilahi. Aku yang begitu mendamba dikarunia buah hati, tapi tak kunjung terkabul hingga saat ini. Sedangkan Sandiyya, bocah ingusan korban tipisnya akhlak itu begitu mudah sekali mendapatkan nikmat kesempurnaan wanita. Aku menggigit bibir menahan tangis. Tak semestinya aku iri pada gadis malang itu, bagiku kehamilan itu adalah anugrah. Tapi, bagi Sandiyya itu adalah musibah."Dek .... " Tiba-tiba saja Mas Bilal sudah berada di depan wajahku.Ah, sejak kapan ia ada di sini? Kenapa aku tidak menyadarinya? Kuusap wajah dengan manahan sesak di dada."Kenapa, Dek?" Pria berkumis tebal itu menatapku tajam."Tidak apa-apa, Mas," jawabku sambil beranjak menuju kamar mandi.Keesokan ha
Siapa yang Menghamili Muridku?Bab 30 : Penyelidikan (1)Setelah mengantar Sandiyya pulang, segera kupacu mobil menuju restoran di mana Bang Egi, Abangku satu-satunya telah menunggu. Kami sudah lama tidak bertemu.[Meja nomor 12, buruan!]Itu chat dari Bang Egi, dan aku segera menuju meja yang ia maksud. Aku langsung tersenyum melihat hidangan yang ia pesan, semuanya makanan favoritku karena kami memang menyukai makanan yang sama.Aku langsung duduk dan mulai menikmati hidangan."Lama banget, hampir saja Abang habisin semuanya," ujarnya.Aku hanya terkekeh."Yang tadi itu temanmu? Kok kayaknya masih muda banget," tanyanya."Namanya Sandiyya, Bang. Dia muridku yang dikeluarkan dari sekolah karena hamil. Kasihan dia," ujarku pada Bang Egi saat ia menanyakan tentang gadis yang kuakui sebagai teman itu."Oh .... " Bang Egi terlihat bimbang, raut tenangnya berubah."Dia takut sama pria brewokan," sambungku.Bang Egi langsung memegangi jambang tebalnya dan menyipitkan mata melirikku."Soaln
Siapa yang Menghamili Muridku?Bab 31 : Penyelidikan (2)Hari terus berlalu, pertemuan dengan Febiola kutunda dahulu sebab keadaan Sandiyya akhir-akhir ini sangat mengkhawatirkan. Ia mengalami masa ngidam yang lumayan parah, ditambah juga ia masih menyusui Nandio. Tubuhnya semakin kurus, apalagi ia selalu memuntahkan makanan yang masuk ke perutnya. Aku jadi bingung memikirkan ini semua.Pagi ini, aku langsung tancap gas menuju rumah Sandiyya kala Suryati mengabarkan muridku itu jatuh pingsan di kamarnya. Hati ini jadi bimbang setengah mati.Ternyata sudah dua hari ini Sandiyya tidak mau makan, badannya lemas dan harus diopname. Sementara Suryati mengurusi Diyya di rumah sakit, Nandio kuajak ke rumah.Bayi mungil yang baru belajar merangkak itu seolah mengerti keadaan ibunya, ia tak rewel saat kuajak pulang ke rumah. Tanpa kusadari entah sudah berapa lama aku terlelap di depan televisi, dan Nandio sudah tak ada di sampingku."Nandio! Kamu di mana, Nak?" teriakku bingung sambil melihat
Siapa yang Menghamili Muridku?Bab 32 : FebiolaTiga hari sudah Nandio bersamaku. Untung aja masih liburan sekolah, jadi aku bisa mencurahkan perhatian sepanjang waktu padanya. Sore itu, aku sedang bermain bersama Dio saat mobil Bang Egi memasuki perkarangan rumahku."Masuk, Bang!" ajakku padanya.Bang Egi sedikit terkejut melihatku bersama Nandio. Hem, dia pasti mengira ini anakku."Bilal ada, Ndang?" tanyanya sembari duduk di ruang tamu."Mungkin bentar lagi pulang. Ada apa Bang nyari Mas Bilal?" Aku mengerutkan dahi menatap pria brewokan itu dengan postur badan tinggi tegap itu, bedanya Abangku dengan Mas Bilal hanya warna kulit mereka. Mas Bilal berkulit gelap, sedangkan Bang Egi putih warna kini tertutup brewokan juga rambutnya yang gondrong."Ah, ada urusan dikit." Bang Egi duduk di sofa."Oh .... " Aku mengerucutkan bibir, dengan pikiran yang mulai curiga. Ada urusan apa Bang Egi dengan Mas Bilal? Alis ini berkerut, mencoba menebak bisnis mereka.Tiba-tiba saja, Nandio turun da
Siapa yang Menghamili Muridku?Bab 33 : Ayah Biologis"Endang!!" Dia mengerutkan dahi, memicingkan mata ke arahku."Bang Egi?" Aku pun tak kalah kagetnya."Apa?!" Pria itu melotot marah ke arahku lalu beranjak bangkit."Bang Egi, kok Febiola manggil kamu Om Jhon?" Aku mengejarnya dan menarik tangan pria yang kini mengenakan jaketnya dengan terburu-buru."Ah, Abang mau pulang dulu." Bang Egi menepis tanganku sambil melangkah cepat menuju pintu."Bang, jelaskan dulu semuanya!" Aku menghadang pria tinggi itu dan kembali menarik tangannya."Apaan sih, Endang? Abang ada rapat sama orang." Dia mencoba melepaskan cengkramanku pada lengannya."Tapi, Bang ... ini menyangkut masalah Sandiyya, gadis yang telah kamu renggut masa depannya!" tuduhku padanya."Maksud kamu apa, Endang?" Bang Egi terlihat terkejut, matanya melotot tajam ke arahku."Abang pernah meniduri anak SMP dengan imbalan sebuah ponsel mahal, iya, kan?" Aku langsung to the point saja.Bang Egi tampak gelagapan, wajahnya langsung
Siapa yang Menghamili MuridkuBab 59 : Tamat“Selama, Sandiyya, kamu berhak atas nilai ‘A’ dalam skripsimu ini.” Dosen pembimbing menyalamiku.Ya Allah, air mata kebahagiaanku jatuh tak tertahan, aku tak menyangka kalau akan mendapatkan nilai terbaik. Aku langsung melakukan sujud syukur.“Selamat, ya, Sandiyya. Semoga gelar Sarjana Pendidikan ini bisa kamu manfaatkan sebagai mana mestinya!” Kepala Jurusa Prodi Matematika memasangkan tanda lulus yang bertuliskan “Sandiyya, S,Pd” di bahuku, seperti putri Indonesia tampilanku saat ini, senang tak terkira hatiku.Air mata masih tak dapat kutahan, aku tersenyum senang dan menyalami dua dosen penguji, dosen pembimbing juga Kepala jurusan.“Sayang, selamat, ya.” Om Egi menyalamiku saat ruangan mulai sepi, para dosen sudah keluar dari ruangan sidang.“Makasih, ya, Mas, semua ini tak lepas dari dukungan kamu, Bu Endang, Ibuk juga anak-anak. Aku persembahkan keberhasilan ini kepada kalian,” jawabku sambil menerima uluran tangannya.“Kita pulan
Siapa yang Menghamili Muridku?Bab 58 : LegaSaat membuka mata di pagi hari, aku merasa semua drama yang terjadi semalam adalah mimpi. Akan tetapi, pria yang masih terlelap di sampingku ini membuatku yakin kalau hal semalam adalah nyata adanya.Aku segera bangkit dari tempat tidur dan menarik napas lega, hati ini terasa berbunga-bunga saat ini. Nggak nyangka saja, kalau kini aku telah resmi menjadi istri Om Egi. Melani, dia wanita tegar, yang rela mundur dari pernikahannya. Aku berhutang budi kepadanya, kalau bukan karena dia, aku tak yakin bisa menikah Papa dari putraku itu.“Selamat pagi, Sayang.” Sebuah pelukan serta ciuman mendarat di dahiku.Aku menoleh dan menahan senyum, sedikit malu juga sebab pagi status kami tak lagi seperti kemarin lagi.“Saya mau mandi dulu,” ujarnya sambil melepaskan pelukannya dariku lalu turun dari tempat tidur.Aku mengangguk lalu melipat selimut juga merapikan bantal. Jadi kangen dengan anak-anak, sedang apa mereka dan di mana? Kuraih ponsel dan melak
Siapa yang Menghamili MuridkuBab 57 : Trauma“Terima kasih, ya, Tante Melani. Diyya janji akan selalu mengingat pesan ini, terima kasih juga atas—“ Aku tak bisa melanjutkan kata-kata ini, hanya air mata yang kembali menjawab semua ini.“Iya, sama-sama, saya mengerti, semoga kalian selalu bahagia.” Melani melepaskan pelukannya.Bu Endang menghampiri Melani dan memeluknya, mereka sedikit menjauh dan terlihat berbicara. Om Egi dan aku mendekat kepada Ibuk lalu salim kepadanya.“Jaga putri Ibuk yang masih kekanak-kanakan ini ya, Egi, cinta dan sayangi dia. Tuntun dan bimbinglah dia menjadi istri yang sholeha dan berbakti kepada suami. Ibuk sangat senang kalian bisa berjodoh,” ujar Ibuk dengan sambil menepuk pundak Om Egi.“Insyallah, Buk,” jawab Om Egi.Aku langsung memeluk Ibuk dan menangis di pundaknya, dan Ibuk mulai mengeluarkan nasihat-nasihatnya untuk kami.“Bu Melani, terima kasih, telah menikahkan putri saya dengan pria yang ia sayangi tapi tak berani ia ungkapan karena masa lalu
Siapa yang Menghamili Muridku?Bab 56 : Pergantian Mempelai“Maafkan aku, Melani!” Om Egi menundukkan kepalanya.“Semua ini tak cukup hanya dengan meminta maaf saja, Egi! Kamu kenapa sih? Kalau memang tak mau nikah denganku, kenapa nggak bicara terus terang saja!” Melani menatap tajam Om Egi dan mengangkat wajah pria bertubuh tinggi itu hingga mereka bertatapan.“Semua terjadi tanpa kuasaku, bukan mauku seperti ini, Melani!” jawab Om Egi dengan suara parau, wajahnya terlihat kacau saat ini.“Jadi maumu apa?!” Melani berteriak marah yang membuat aku memegangi dada karenanya. “Apa maumu menikah dengan gadis muda ini? Bilang dong sama dia, jangan menjadikanku korban begini!”Om Egi terdiam.“Lalu kamu ... Sandiyya ‘kan namamu? Kenapa kamu menolak Egi kalau kamu tak ikhlas melihat dia menikah denganku?!” Melani kini menatapku tajam.“I—iya ... nggak gi—gitu, Tante ... Diyya i—ikhlas kok kalian me—menikah .... “ jawabku dengan terbata-bata, mati kutu rasanya dimarahkan calon istrinya Om
Siapa yang Menghamili Muridku?Bab 55 : Menghitung HariSejak malam itu, aku mulai menghitung hari. Om Egi juga tak pernah datang atau juga mengirimkan chat. Aku juga enggan menangis sebab air mata suka jatuh dengan sendirinya walaupun aku tak mau menangis.Bu Endang, dia sangat senang mengetahui Om Egi akan menikah walau ada hati yang terluka atas hal itu. Guru tersayangku itu tak tahu kalau ada sesuatu diantara kami yang memang tak diketahui oleh siapa pun, kecuali hati kami berdua.Bu Endang itu sudah sibuk mengurusi anak kembarnya yang sedang aktif-aktifnya, jadi wajar saja kalau dia takkan sempat memantau hubunganku dengan Om Egi. Kalau dia tahu ada apa-apa diantara kami, dia pasti takkan membiarkan Abangnya mau menikahi wanita lain. Ah, sudahlah, ini sudah keputusanku dan mungkin saja sudah takdir dari Yang Maha Kuasa.Hari ini, tanggal di kalender yang kulingkari sudah berjumlah 6, dan itu tandanya kalau besok adalah yang paling menyedihkan akan tiba. Aku harus kuat, kebaya unt
Siapa yang Menghamili Muridku?Bab 54 : Mencoba IkhlasHari ini kondisiku sudah semakin membaik, mungkin karena bubur dan obat yang diberikan langsung oleh orang yang kusayangi tapi takkan lama lagi dia tidak akan bisa seperhatian ini lagi jika sudah menikahi Melani nanti. Melani akan menjadi wanita paling beruntung karena memiliki pria sebaik dan perhatian seperti Om Egi, hanya aku yang akan menangis sepanjang jalan atas isi hati yang tak bisa tersampaikan kepadanya.[Bagaimana keadaan Mamanya Dio? Apa perlu saya bawa ke dokter hari ini?]Itu chat dari Om Egi yang membuat suasana hati semakin membaik, apalagi saat membayangkan senyum juga tatapannya, aku jadi tersenyum sendiri.[Udah sembuh, Om, terima kasih, ya.]Kubalas chat dan berharap ia tak kembali membalasnya, sebab aku harus bisa membiasakan diri tanpa perhatiannya walau sebenarnya aku senang akan semua sikap manisnya selama ini. Om Egi, aku sayang sama Om tapi maaf ... aku belum bisa menjadi pendamping terbaik untukmu. Aku a
Siapa yang Menghamili Muridku?Bab 53 : Sama-sama PerihPukul 17.00, aku sudah tiba di rumah. Dengan langkah gontai, aku melangkah menuju pintu setelah menyimpan motorku ke garasi. Badanku semakin lemas saat ini, tadi aja hampir diserempet orang di jalan dan untung aja nggak jatuh.“Yeeeeyy ... Mama udah pulang!” sambut Nandio dan Sindy sambil memelukku.“Iya, Sayang, Mama udah pulang cuma Mama lagi nggak enak badan ini. Kalian main sama Nenek dan Bi Asih dulu, ya.” Kudaratkan ciuman ke pipi dua anak-anakku itu, lalu menyusuri dinding untuk menuju kamar.Langkah ini semakin berat, apalagi dengan pandangan yang berputar-putar begini. Hingga akhirnya semuanya menjadi gelap dan aku tak ingat lagi apa yang terjadi selanjutnya.***“Diyya, kamu nggak apa-apa ‘kan, Nak?” sayup-sayup terdengar suara Ibuk di dekatku.Kepala ini masih terasa sangat sakit saat kubuka mata perlahan, terlihatlah Ibuk yang sedang duduk dipinggir tempat tidur dengan sambil memijat dahiku, senyum langsung terukir di
Siapa yang Menghamili Muridku?Bab 52 : KangenSetelah kepergian Om Egi, aku segera masuk dan mengunci pintu. Dengan cepat, aku langsung berlari masuk ke dalam ruangan belajar untuk menangis sepuasnya. Hanya di sini tempat yang aman, sebab Ibuk dan Nandio takkan berani menggangguku jika sedang di ruangan ini sebab mereka akan mengira aku sedang belajar.‘Om Egi ... maafkan Diyya.’ Dada ini terasa sangat sesak, apalagi saat teringat wajahnya tadi. Saat dia menyatakan perasaannya dan menunggu jawaban dari bibir ini. Aku sayang sama Om, tapi ... aku belum berani mengambil keputusan untuk menikah denganmu. Aku tahu, kamu takkan senang dengan hubungan tanpa status seperti sekarang untuk lebih lama lagi, sebab seorang pria sejatinya memang tak bisa hidup tanpa kehangatan seorang wanita.Tapi ... tak rela rasanya jika melihatnya bersama wanita lain walau dia sudah berjanji untuk tak lepas dari tanggung jawabnya kepada Nandio juga pendidikanku. Air mata terus saja membanjiri wajah, dengan kep
Siapa yang Menghamili Muridku?Bab 51 : Galau“Febiola? Dia bilang apa?!” Om Egi menatapku serius.“Bilang ... kalau Om dan dia itu ... masih sering ketemuan di hotel. Dia juga nunjukin foto kalian bersama,” ujarku dengan jantung yang berpacu sangat cepat, jemari tanganku juga mendadak dingin.Om Egi mengusap wajah, ekspresinya terlihat sangat kesal. Mungkin dia kesal karena Febiola telah membongkar kedok bertobatnya, namun nyatanya ia masih doyan jajan. Aku menarik napas panjang dan menatapnya, ingin melihat reaksinya.“Kamu percaya?!” Om Egi membalas tatapanku.“Iya, soalnya Febiola nunjukin foto juga,” jawabku.“Kamu yakin ngelihat foto itu? Emang fotonya lagi di mana?” Om Egi menautkan alisnya.Aku menggaruk dahi dengan ekspresi bingung tentunya, jadi menyesal aku nggak lihat foto itu.“Lagi di tempat tidurlah, rebahan sambil manja-manjaan gitu .... “ jawabku asal dengan meremas jemari tangan yang dingin.Tiba-tiba terdengar tawa dari pria di sampingku. Kok bisa-bisanya dia tertaw