*Happy Reading*
Saat ini, Kairo tidak bisa berkonsentrasi menyetir. Matanya berkali-kali melirik ke samping, tepatnya pada Aika yang biasanya berisik, tapi kali ini tumben anteng.
Memang bukan tanpa alasan istrinya itu berubah seperti itu, semua itu pasti karena kejadian tadi di Rumahnya. Tentang masalah Aaron yang penyelesaiannya melibatkan mereka berdua.
Ini memang sulit. Karena meski Aika sudah bilang akan berusaha ikhlas menerima Novia sebagai iparnya. Namun jelas itu tidak akan mudah. Hal ini akan membuatnya tidak nyaman beberapa waktu, dan Kairo tidak suka melihat Aika-nya ada di posisi itu.
Lebih dari itu, Kairo juga tidak suka salah satu pernyataan Aika, yang masih saja pesimis tentang kondisinya.
"Aika belum tentu bisa punya Anak."
Mendengar itu, rasanya Kairo ingin marah pada Aika. Karena merasa gadis itu seperti tak menghargai usahanya selama ini. Apalah arti pengobatan yang Aika jalani, jika dalam dirinya sendiri saja masih
Hayoo ... Jam berapa kalian baca part ini?*****Happy Reading*"Aaahhh ... Akhirnya sampai Rumah juga." Aika langsung menghempaskan tubuhnya di atas sofa, sesampainya mereka di apartment."Jangan tidur di sana, Aika. Pindah ke kamar sana, dan jangan lupa mandi dulu sebelum tidur," tegur Kairo kemudian, saat melihat Aika merebahkan tubuhnya di sofa tersebut, bahkan mulai menutup matanya."Aika cuma rebahan doang, kok. Nanti juga pindah kalau capeknya udah ilang." Aika menjawab, tanpa membuka matanya.Capek apa? Perasaan Aika tidak melakukan hal berat hari ini. Hanya mengunjungi Mamanya dan ... Makan Mie ayam dua mangkok beberapa jam lalu. Nah, capeknya di bagian mana? Kairo membatin."Terserah kamu saja. Tapi kalau sampai ketiduran di sana, saya gak gak mau gendong kamu ke dalam kamar," ucap Kairo lagi, seraya berlalu ke arah dapur, untuk mengambil segelas air dingin.Aika hanya menanggapi ucapan Kairo dengan
*Happy Reading*Kairo dalam kondisi bersiap untuk meeting pagi, saat kabar itu sampai padanya. Tepatnya kabar ditemukannya Bianca yang pingsan di depan gerbang Kantornya. Hingga seorang saksi, yaitu tukang jualan di sana menyatakan jika seorang teman Bianca di bawa paksa sebuah mobil hitam tak dikenal.Tak ayal, hati Kairo pun langsung teringat pada Aika, istrinya. Karena memang bukan rahasia umum lagi, jika Bianca dan Aika memang sangat dekat bahkan sering ke mana-mana berdua.Akhirnya, tanpa menunggu Bianca sadar terlebih dahulu, Kairo pun bergerak cepat memeriksa cctv di kantornya, dan benar saja, memang istrinya yang telah diculik.Sialan! Siapa yang berani macam-macam dengannya? Mengabaikan meeting besar yang harusnya dia hadiri, Kairo pun segera menghubungi Daddy, dan orang-orang terdekatnya. Minus para istri tentu saja, karena tidak ingin menimbulkan kepanikan apapun."Daddy sudah menyuruh Uncle Hans dan Raid bergerak. Kamu
*Happy Reading*Aika menangis dalam diam di sudut ruangan kotor dan pengap. Merepih sakit mengingat nasibnya saat ini. Kenapa? Kenapa dia harus merasakan hal ini lagi?Rasanya seperti dejavu. Aika pernah mengalami hal ini di masa lalu, kan? Meski beberapa hal berbeda, tetap saja tujuannya sama. Mereka semua ingin merisak Aika sebagaimana teman-temannya dulu.Lalu, kalau dulu dia bisa selamat karena Aaron datang tepat waktu. Sekarang bagaimana? Akan kah Tuhan kembali menyelamatkannya dengan mengirim seseorang.Namun siapa? Siapa yang akan Tuhan kirim sebagai penyelamat? Aaron lagikah? Tidak mungkin. Saat ini Aaron sedang sibuk meyakinkan Novia agar mau menikah dengannya. Mas Bos? Aika juga berharap akan hal itu. Tetapi, Bisakah? Sementara Aika sendiri tidak tahu, Apa Mas Bosnya sudah mengetahui tentang penculikannya atau tidak? Lagipula, Mas Bos sedang sangat sibuk sekarang.Lalu, jika bukan mereka berdua, siapa yang akan dat
*Happy Reading*Brugh!Kairo pasrah, saat Aika mendorongnya ke tembok, ketika baru saja hendak mengunci pintu Suit Room di sebuah hotel, yang dia pesan beberapa saat lalu."Wow! Ternyata kamu liar juga ya, Istriku?" ucap Kairo tersenyum bangga, di sela ciuman panas yang Aika lakukan."Maaf, Mas Bos. Tapi Aika gak kuat lagi," balas Aika seraya menciumi rahang suaminya dengan rakus.Tidak tahu berapa dosis yang sudah para begundal itu berikan pada Aika. Namun sepertinya cukup tinggi, hingga bisa membuat Aika sangat liar seperti ini.Kairo tidak masalah sama sekali, justru di satu sisi dia sangat berterima kasih karena secara tidak langsung hal itu membuat dia bisa menyempurnakan pernikahannya. Namun di sisi lainnya, tentu saja Kairo masih sangat marah pada kejadian hari ini."Its Oke, Aika. Saya akan mencoba mengimbangimu." Kairo tersenyum sombong, sebelum menarik pinggang Aika dalam satu hentakan. Membuat Kaki gadis itu ref
*Happy Reading*"Aika saya mau ke--" Kairo pun urung melanjutkan kalimatnya, saat melihat kelakuan Aika di pinggiran tempat tidur, yang membuat kening pria itu berkerut samar."Kamu sedang apa?" Akhirnya malah tanya itu yang menjadi lanjutannya."Sedang meredakan nyeri," sahut Aika santai. Masih tanpa malu melakukan kegiatannya."Meredakan nyeri?" beo Kairo setelahnya. Masih tidak mengerti.Aika pun mendengkus kesal, seraya melirik suaminya itu dengan galak."Iya, meredakan nyeri! Di sini ..." Aika menunjuk bagian bawah tubuhnya telak. "Masih nyeri banget tau, kalau dipake buat jalan. Kalau kegesek rasanya ngilu-ngilu sedep. Makanya Aika kipasin. Soalnya kalau di tiupin gak nyampe!" beritahu gadis itu panjang lebar, seraya kembali mengipasi bagian yang dia bilang masih ngeri itu dengan muka bertekuk.Kairo hanya menanggapi ocehan Aika dengan gelengan kepala tak habis pikir. Sudah rahasia umum jika Aika memang absurd, baik
Mas bos 117*Happy Reading*Saat Kairo tiba di Restaurant Hotel yang masih dia tempati. Rein sudah menantinya seorang diri dengan wajah kesal di meja yang berada di Restauran tersebut."Kau telat dua menit, Kairo Putra Setiawan," desisnya dingin ketika Kairo baru saja duduk di hadapan anak mafia itu."Sorry, Rein. Aku harus membujuk istriku dulu tadi." Kairo mengemukakan alasannya.Berdecak satu kali, Rein pun mengeluarkan sebuah amplop coklat dari dalam tas ranselnya, dan menyerahkan benda itu kehadapan Kairo."Yang kau minta," terangnya singkat, padat, dan jelas.Kairo pun menerimanya dengan senang hati, dan lalu membukanya di sana juga serta membacanya dengan seksama."Kau yakin tidak ada yang terlewatkan?" Kairo memastikan."Kau meragukan pekerjaanku?" tanya balik Rein tak suka."Tentu saja tidak. Didikan uncle Raid tidak pernah mengecewakan," balas Kairo seraya memasukan semua lembaran ditan
Mas Bos 118*Happy Reading*"Assalamualaikum Mama ... Aika comiiinnggg." Seperti Biasa, Aika berseru heboh setiap kali pulang, meski baru sampai gerbang rumahnya.Namun kali ini tidak meloncat turun seperti biasanya. Ya, karena apalagi kalau bukan inti tubuhnya sendiri masih ngilu saat di bawa gerak. Jalannya saja masih aneh kalau diperhatikan seksama. Itulah kenapa, hari ini Aika memakai Rok plisket untuk menyamarkan cara jalannya."Waalaikumsalam ... eh anak Mama yang ...." Mama Desi tiba-tiba menggantung ucapannya, seraya memindai Aika dari ujung rambut sampai Kaki dengan seksama. "Akhirnya sudah tidak perawan lagi pulang, toh!"Uhuk!Kairo pun sukses tersedak ludahnya sendiri, saat mendengar lanjutan kalimat Mama Desi yang frontal dan ... memang sebelas dua belas dengan Aika."Eh, Kok Mama tahu?" Parahnya, Aika malah menanggapi itu dengan antusias, tanpa rasa malu sedikit pun."Tahu, dong! Mama kan c
*Happy Reading*"Pokoknya Aika gak mau!" Aika merajuk setelah mendengar titah Kairo yang tiba-tiba pagi ini.Bagaimana tidak merajuk, jika baru saja melek mata, Si Mas Bos-nya ini seenaknya saja menyuruh Aika berhenti bekerja. Kan, Aika sebel, ya? Aika juga masih butuh cuan!"Harus mau!" jawab Kairo tanpa hati, membuat Aika makin kesal."Tapi kenapa? Why? Salah Aika apa? Kerjaan Aika gak ada masalah, kok. Aika juga lumayan rajin selama ini. Kenapa harus berhenti?" Aika masih mencoba mencari pembelaan diri."Karena kamu harus fokus pada pengobatan rahim kamu," terang Kairo jujur."Kan, itu masih bisa dilakukan nyambi kerja, Mas Bos. Aika kan bisa ijin dan--""Akan sering gak masuk kerja, hingga membuat divisi kamu berantakan. Ayolah, Aika. Mengertilah posisi saya. Saya tidak bisa pilih kasih, hanya karena kamu adalah istri saya. "Bibir Aika langsung maju lima centi mendengar sahutan Kairo yang tegas dan tepat
Akhirnya, setelah lima jam berlalu. Aika pun sadar dari pengaruh obat biusnya. Semua orang langsung bersuka cita menyambutnya."Alhamdulilah ya Allah .... kamu sudah siuman, Nak," seru Mama Desi dengan gembira, seraya menciumi wajah Aika."Mamah, Mas Bos ....""Saya di sini," sela Kairo cepat, kala tahu Aika sedang mencarinya.Pria itu lalu mengambil tempat dibagian lain tempat tidur, seberangnya Mama Desi yang pastinya tidak ingin digantikan."Hai, honey. How do you feel?" sapa Kairo dengan sayang. Membelai dan mencium kening Aika lembut."Mas Bos, bayi kita ... mana?" lirihnya kemudian, meminta keyakinan pada sang suami tentang kondisi anaknya.Seketika senyum suka cita di ruangan itupun berganti dengan senyum sumir disertai sendu yang membayang. Mereka tidak tega memberitahukan kenyataan sebenarnya pada Aika."Ada. Mereka ada kok. Sedang di ruangan bayi." Kairo berusaha menjawab setegar mungkin.
*Happy Reading*Kairo menjatuhkan diri dengan sembarang di sebelah Aika, sambil mengusap kasar wajahnya yang penuh dengan peluh."Sudah puas?" tanya Kairo kemudian, melirik Aika yang tersenyum lebar dan langsung mengangguk cepat seraya memperlihatkan salah satu ibu jarinya ke hadapan wajah sang suami. Sementara tangan satunya lagi, memegang plastik bening berisi es sirup yang biasa dijual di pinggir jalan.Wanita satu ini, sejak hamil memang makin doyan jajan di pinggir jalan. Entah itu cilor, cilok, cilung, atau ci-ci yang lain. Pokoknya selama bentukannya jajanan dan adanya di pinggir jalan, pasti langsung dia borong.Kairo bahkan sudah lelah mendakwahi Aika tentang pentingnya gizi seimbang untuk triplet. Tapi, namanya bumil bebal, bisanya cuma manggut-manggut doang kek burung beo. Setelah itu, back to jajanan lagi tanpa merasa berdosa.Ah, Kairo hanya bisa pasrah."Mas Bos memang suami dan calon papa yang keren. Minum dulu Mas
Epilog*Happy reading*Kehamilan Aika bukan hanya menjadi kabar bahagia untuk Kairo seorang. Tetapi dua keluarga besar dan para pembaca novel ini yang memang tahu pasti perjuangan dua pasangan ini.Terima kasih sudah setia dengan mereka, ya? Terima kasih juga selalu mendukung dan memberikan suport pada author. Semoga kalian selalu sehat dan berkah berlimpah.Saat awal Kairo memberikan kabar kehamilan pada Mama Desi. Mama Desi pun langsung sujud syukur, setelah itu lari ke depan rumah demi menghentikan pedagang yang lewat dan memborong. Mama Desi mengadakan pengajian dadakan malam itu juga.Sementara Bunda Karina, langsung menyabotase acara Ken yang harusnya spesial untuk Rara seorang, jadi syukuran untuk kehamilan Aika.Tentu saja, Ken sempat merajuk awalnya. Namun, tidak berlangsung lama. Karena Rara akhirnya mau memberi kesempatan pada Dokter Obygn itu, dan bersedia membuka hatinya kembali untuk menerima cinta yang baru.&
Mas Bos 134*Happy Reading*Brak!"Aika?!"Sesampainya di Apartemen. Kairo langsung berseru mencari keberadaan Aika. Bahkan, tanpa sadar membanting pintu tadi."Aika?! Kamu di mana?!" Kairo berseru lagi, saat belum mendapatkan jawaban dari sang istri."Aik--" Seruan Kairo pun seketika terhenti di udara, saat membuka pintu kamar, langsung menemukan Aika sedang duduk bersandar di kepala ranjang sambil membenamkan wajah pada lipatan kakinya.Tidak tahu bagaimana tampang Aika sekarang. Yang jelas, Aika masih memakai baju tidur yang semalam, dan rambutnya pun masih terlihat acak-acakan seperti yang terakhir Kairo lihat saat pagi.Apa itu artinya Aika tidur lagi setelah Kairo pergi dan baru bangun? Sesiang ini? Berarti, wanita ini pasti belum mandi. Tapi kata Al ....Terserah saja. Saat ini, mengetahui kondisi Aika itu lebih penting. Namun, Kairo cukup lega melihat Aika baik-baik saja, tidak terlu
Mas Bos 133*Happy Reading*"Terima kasih untuk waktunya, Pak Kairo. Semoga kerja sama kita berjalan lancar.""Sama-sama, Bu. Itu juga yang menjadi harapan saya." Tanpa rasa curiga, Kairo menyambut uluran tangan rekan bisnisnya, yang baru saja mencapai kata deal untuk proyek baru mereka.Degh!Sedetik kemudian perasaan jengah pun langsung hadir, saat merasakan sebuah kode dari jabatan itu yang dilakukan wanita di depannya saat ini.Perlahan tapi pasti, Kairo segera melerai tautan tangan mereka."Bagaimana kalau setelah ini kita makan malam bersama, untuk merayakan kerja sama kita? Kebetulan jadwal saya sudah kosong dan katanya ada restauran baru buka di hotel dekat ini. Bagaimana? Anda mau kan?" Kode kedua sudah dilancarkan kembali.Kairo hanya tersenyum simpul sebelum berkata, "Terima kasih untuk undangannya. Tapi Maaf, saya tidak bisa menerimanya. Kebetulan setelah ini saya ada janji dengan istri saya." 
Mas Bos 132*Happy Reading*Brak!Kairo dan Alvaro sontak berjengit kaget. Saat tiba-tiba saja pintu ruangan itu di buka kasar dari luar. Pelakunya siapa lagi kalau bukan Aika, yang kabur dari kejaran Mama Desi akibat bikin konser dadakan di kamarnya.Kenapa sih, pada gak bisa banget liat Aika seneng dikit? Padahal dia kan cuma butuh hiburan saja. Dikata gak mumet apa harus dengerin nyinyiran orang selama ini?"Mas Bos Aika numpang tidur, ya? ucap Aika kemudian, seraya berlalu begitu saja ke arah kamar yang memang ada di sana. Tempat biasa Kairo tidur sejenak jika terlalu lelah.Tak ayal, kening Kairo pun berlipat dalam melihat kelakuan Aika barusan. Sudah datang bikin kaget orang, belum minta maaf udah main nyelonong saja. Ada apa dengan wanita itu?"Pak, haruskah saya batalkan meeting kita siang ini?" Seakan paham dengan situasi sang bos, Alvaro pun memberikan penawaran."Tidak usah. Kamu siapkan saja apa yang dib
Mas Bos 131*Happy Reading*"Eh, itu bukannya anaknya Jeng Desi yang waktu itu Nikah dadakan, ya?""Oh ... yang dulu dikira hamil duluan, makanya dinikahin dadakan. Eh, ternyata malah gak bisa punya anak, ya, katanya!""Eh, masa? Maksudnya mandul, gitu?""Katanya, sih! Buktinya sampai sekarang belum keliatan bawa anak, tuh!""Wah! Kasian, ya? Padahal suaminya ganteng, lho! Bule, kalem, baik lagi. Duh saya tawarin anak gadis saya, mau gak ya?""Tawarin aja, Jeng. Siapa tahu jodoh? Kasian orang ganteng gitu harus putus keturunannya gara-gara anaknya Jeng Desi."Aika mengeram kesal saat baru saja memasuki gerbang rumah ibunya. Tiba-tiba mendengar celetukan ibu-ibu yang sedang beli bakso keliling, yang saat mangkal tak jauh dari rumahnya.Aika pun mengurungkan langkahnya, putar balik dan menghampiri ibu-ibu yang tadi menggosipkannya, kemudian ...."Tuhan mereka. Sedang berghibah. Jaga mereka, lindungi mereka. Ja
Mas Bos 130*Happy Reading*"Jadi ... apa rencana lo setelah ini, Ron?" Kairo bertanya, setelah kembali dari menumbangkan ego dan emosi Damar beberapa jam lalu.Kini, mereka sudah berada di cafe seberang rumah sakit, meninggalkan Aika yang kini tengah beristirahat di ruangan Bunda Karina.Tadi, saat membawa Aika pergi menjauh dari Damar, Aaron memang berpapasan dengan Bunda Karina. Langsung saja, mertua Aika itu menyuruh Aaron membawa sang menantu ke ruangannya. Lalu memanggil psikiater secara pribadi.Aaron tidak bisa menceritakan detail apa yang Dokter Karina dan Dokter psikiater itu lakukan pada adiknya. Karena saat itu dia menunggu di luar ruangan sembari menunggu kabar dari Kairo.Semoga Damar tidak berulah lagi setelah ini.Seusai sesi bersama Dokter Psikiater, ternyata Aika langsung tertidur nyenyak di ruangan mertuanya. Itulah kenapa, para pria ini pun memilih tak mengganggunya dan menjauh sejenak untuk bicar
Mas Bos 129*Happy Reading*"Abang?" Aika menghampiri Aaron, yang saat ini tengah duduk termangu di depan ruang rawat Novia."Kok Abang di luar? Gak di dalam nemenin Novia?" cecarnya lagi, sesampainya dihadapan sang kakak.Bukannya menjawab, Aaron malah melihat Aika dengan gusar sambil beberapa kali melirik arah pintu ruangan Novia, seperti ada yang ditakutkan pria itu.Ada apa, sih?"Abang, ih! Ditanya juga. Bukannya jawab malah main lirik-lirikan. Ada siapa, sih? Perawat semoks, ya?" kelakar Aika tanpa curiga."Bukan. Itu ... itu ... Kamu ... kok ke sini? Gak kerja?" jawab Aaron kemudian. tidak nyambung sama sekali."Dih! Abang lupa atau gimana? Aika kan udah pensiun dini, Bang. Lebih tepatnya dipaksa pensiun sama Mas Bos," cebik Aika masih tanpa curiga, sambil melirik Kairo yang setia berdiri dibelakangnya."Eh, iya ya. Abang lupa." Aaron tertawa dipaksakan.Aneh! Ada apa sih