“Hari ini terakhir aku kekantor, dan besok kita akan pergi ke Jepang,” ucap Shean saat sarapan bersama dengan Zeera.
“Hm? Ke Jepang? Untuk apa?” Zeera tidak tahu kenapa mereka pergi ke negeri Sakura."
Shean meletakkan gelas kopi setelah menyeruputnya, “Kau benar-benar tidak tahu sayangku? Kita akan bulan madu disana.”
“Apa? Bu… bulan madu? Tapi-"
“Kita belum bulan madu kan? Aku tidak mau disebut sebagai suami yang tidak peka, yang tidak memanjakan isterinya.”
“Tidak usah, aku juga tidak membutuhkannya, aku-"
“Tapi aku juga membutuhkannya sayang.” Sela Shean dengan tenang.
Shean seakan memberi kode padanya, agar isterinya tidak menolak dengan berbagai alasan. Senyum dan tatapannya saja sudah bisa dimengerti Zeera.
Wanita itu tidak bisa berkutik lagi. Walau berat, mau tidak mau akhirnya dia pasrah menyerah menuruti.
“Di Jepang sekarang sudah musim semi, dan artinya bunga Sakura sedang mekarnya. Kau tahu sayang, bu
Hallo teman-teman, terima kasih masih setia membaca novelku. Terima kasih juga atas dukungannya.Silahkan mampir juga di novel terbaru ku 'CINTA PRIA 2 JIWA'. Dan jangan lupa untuk klik BINTANG LIMA Terima kasih
Bbruughh…. Bbruughh.. “Tuan, tolong bersabar tuan,” Shean menggila saat mengetahui isterinya sudah diculik. Hanya ada dompet milik Zeera saja yang mereka temukan. Shean memukul semua pelayan termasuk supirnya. Menyalahkan mereka. “Hhhaahh… dasar kalian tidak berguna!! Apa yang kalian lakukan dari tadi?” teriaknya merapikan rambut yang menutupi keningnya. Pakaiannya sudah berantakan, saat memukul mereka. Saat mengetahui isterinya diculik, Shean langsung pulang kerumah, dan menyuruh tiga asistennya untuk segera melacak mencari Zeera. Tidak bisa hanya menunggu saja, Shean keluar dari rumah untuk mencarinya juga. Ddrttdd… ddrttd… ddrrttdd… Dia melihat panggilan dari ponselnya, tidak ada nama dilayarnya. “Hallo?” “Hallo tuan Shean. Apa anda sekarang sedang mencari isteri kesayangan Anda?” ucap suara dari orang yang menghubunginya. “Siapa kalian? dimana isteriku?!” t
Cccrriiittt…. “Oi, berhenti!! Siapa kau?” Bbrruughhh….. bbruuughh… bbruughh… “Ada apa itu? kenapa diluar berisik?” “Cepat lihat!!” Anak buahnya pergi keluar gudang untuk melihat keadaan yang ribut dan berisik. Bbruughh… Baru mau membuka pintu, tapi sudah mendapat tendangan diwajahnya, hingga dia terlempar jatuh ketanah. Melihat itu, semua langsung melihat arah pintu yang sudah rusak akibat tendangan itu. Seseorang sudah berdiri dengan tangguh dan arrogant, kedua tangannya sudah dikepalkan. Tatapan mata yang sangat tajam, melihat pemandangan yang ada didepannya, dimana seorang wanita yang tidak berdaya terluka dan sedang dihimpit seorang pria mesum bertubuh besar dan botak. Gemeritik gigi dan suara dari kepalan tangannya, sembari terus berjalan mendekati wanita yang sudah menangis dari tadi. “She…. Shean,” suara serak dari Zeera yang menatapnya. Terasa suasana yang mencekam, mereka semua seakan ti
Albert yang membawa mobil, dimana Shean dan Zeera sudah duduk dikursi belakang. Tidak ada pembicaraan didalam mobil. Shean duduk sangat dekat dengan Zeera, menggenggam kedua tangan isterinya, menarik tangannya sehingga berada diatas pahanya. Karena itu membuat tubuh Zeera miring kearah Shean yang masih tajam melihat kedepan, seakan masih sangat marah. ‘Darimana dia tahu aku ada disana? Apa penjahat itu sengaja memberitahukannya?’ tanyanya dalam hati sambil melirik wajah Shean yang sedikit terluka. Kejadian sebenarnya sebelum Shean berhasil menemukan dimana isterinya adalah saat Shean pergi kealamat yang dikirimkan mereka, yaitu taman yang sangat kosong, dan sengaja untuk menjebak Shean dengan mengirim anak buahnya saja. Akan tetapi Shean bukan orang yang bodoh yang tidak tahu rencana mereka. Awalnya Shean menuruti memberikan tas yang berisi selembar cek senilai 800 Milyar pada anak buah penculik itu. Saat Shean menanyakan dimana isterinya, karena dia
Dokter sedang memeriksa keadaan Zeera, dan Shean menunggu dibelakang tidak jauh darinya. “Tidak ada luka dalam, hanya luka luar, tapi tetap saja ini pasti terasa perih apabila terkena air sedikit atau bergerak,” ucapnya sibuk memakaikan perban pada Zeera. “Kenapa dia bisa terluka seperti ini? Apa karena musuhmu?” liriknya pada Shean yang fokus melihat Zeera saat menahan rasa sakit ketika dipakaikan perban atau obat krim. “Tch,” si Dokter kembali melihat Zeera karena tidak mendapat jawaban dari temannya. Setelah pekerjaannya selesai, dia berdiri, “ Perbannya bisa diganti dua kali sehari saja, dan ini krim juga obat untuk bagian dalamnya,” Dia memberikan obat yang akan digunakan untuk Zeera. Tap…. Dokter menyentuh bahu Shean, “Aku pergi dulu, isterimu sudah aku obati. Nanti minggu depan aku akan datang kesini lagi untuk melihat lukanya,” ucapnya membawa tas kerja. “Edo, antar dia,” suruhnya pada Edo yang masih berdi
Malam itu, Shean tidur hanya memeluk Zeera dari belakang. Zeera yang tidur membelakangi Shean masih belum bisa tidur kembali. Entah kenapa jantungnya masih terus berdetak dengan kencang. Sedangkan Shean, sudah tertidur dengan lelap, bahkan terdengar suara dengkurannya yang pelan.Zeera melihat lengan Shean yang berada diatas perutnya. Setiap dia ingin mengangkat tangan itu, pasti akan kembali lagi keatas perutnya.“Huft..”Zeera ingin berbalik memutar tubuhnya hingga wajahnya menatap atap rumah, dan tangan suaminya masih berada diatas perut.Dia masih teringat dengan aksi Shean yang datang menolongnya. Adegan yang biasanya dia lihat di Televisi, dan terjadi padanya. Apalagi saat melihat tatapan mata suaminya yang sangat tajam dan marah mengarah pada pria yang sudah menyiksanya.Tanpa sadar, jari tangannya mengarah kebibirnya sendiri, teringat dengan ciuman dari Shean saat mereka hendak pergi dari lokasi tempatnya dibawa.“K
Dua hari kemudian, akhirnya pasangan suami isteri itu, Shean dan Zeera akan berangkat ke Jepang. Senang, bahagia dan gugup yang dirasakan Zeera sekarang. Mereka hanya membawa satu koper berukuran sedang saja. Pakaian Shean dan Zeera dalam satu koper yang sama. “Selama kami pergi, kalian jaga rumah baik-baik. Jangan membawa pacar atau selingkuhan kesini.” Shean memberi pesan. “Ya tuan Shean, mana berani kami membawa pacar kesini,” jawab salah satu pelayannya yang masih lebih muda darinya. Shean melihat Zeera, “Tidak ada yang ketinggalan lagi kan sayang? Bawa yang penting-penting saja,” tanyanya merangkul pinggang Zeera. “Iya,” jawabnya singkat, menganggukkan kepala. Ponsel Shean berdering, “Aku terima telepon dulu, kamu tunggu atau disini,” dia pergi untuk menjawab teleponnya. Zeera melihat suaminya pergi. “Bagaimana? apa ada yang mencurigakan?” “Kami tidak melihat pergerakan dari Kevin, bos. Sepertinya mereka lebih memilih diam
Zeera terbangun, belum diangkat kepalanya, masih bersandar dibahu Shean. Melihat dulu disekitarnya. Matanya mencoba melirik, disamping, dan menyadari kalau kepalanya bersandar dibahu Shean. Dai mengangkat kepalanya dengan cepat karena terkejut. Kembali dia duduk dengan posisi tegak. “Kau sudah bangun? Tidurmu nyenyak sekali.” Ucap Shean, dia memakai kacamata saat membuka laptopnya. ‘Dia memakai kacamata? Terlihat sedikit-" “Kenapa kau menatapku seperti itu? apa kau membutuhkan sesuatu? Kau haus atau lapar?” Shean melambaikan tangannya didepan wajah Zeera, karena isterinya melihat diam kearahnya. “Ti… tidak, aku tidak membutuhkan apa-apa,” jawabnya dengan cepat, mengalihkan pandangannya menuju pemandangan langit diluar jendela. Untuk sesaat mereka kembali diam, hampir semua penumpang dipesawat tidur sambil menunggu mendarat di Bandara Narita, Tokyo. Shean melepas kacamatanya, dan menutup laptop. Disandarkan kepalanya di
“Oyasuminasai sā to madamu (Selamat malam tuan dan nyonya),” sapa pria yang berdiri didepan pintu, sebagai penerima tamu. Shean hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya, berjalan dengan Zeera untuk masuk kedalam restaurant. Langkah kaki Zeera mengikuti kemana Shean menggandeng tangannya, sedangkan tatapan matanya melihat sekitar, dengan takjub. Shean sengaja memilih meja makan yang lebih dekat dengan jendela. Sebelumnya Shean sudah memesan tempat khusus didekat itu, karena dia tahu, kalau Zeera ingin melihat pemandangan langit malam. Shean menarik kursi untuk Zeera duduki. Lalu dirinya mengambil posisi dia duduk, tepat dihadapan Zeera. “Bagaimana? kau suka kan tempatnya?” tanya Shean lagi. Sebenarnya dari cara Zeera melihat sekitar dengan tersenyum, Shean tahu kalau isterinya sangat menyukainya. Zeera menjawab hanya dengan anggukkan kepala, dia tidak menatap wajah Shean. “Oyasuminasai mase, Go resseki no minasam
Beberapa bulan kemudian, sudah waktunya untuk Zeera melahirkan. Dua hari yang lalu, ditengah malam saat semuanya sudah tertidur dengan pulas, termasuk Shean. Karena seharian sibuk bekerja dan menjaga Zeera, malam itu dia sangat lelah dan cepat tertidurnya. Hanya Zeera yang masih gelisah menahan sakit. Sebenarnya siang itu sudah merasakan sakit dibagian perut hingga kebawahnya. Kasihan melihat suaminya yang belum pernah istirahat total, dia hanya bisa menahan dan tidak berpikir apa-apa. Namun malam ini rasanya tidak hilang malah semakin menjadi-jadi. Sebisa mungkin dia menahan suaranya agar tidak membangunkan Shean yang berbaring disampingnya ditempat tidur. ‘Apa aku mau melahirkan? Rasanya sakit sekali, aku juga tidak tahu tanda-tanda melahirkan.’ “Sshh..” ‘Apa aku bangunkan saja Shean? Rasanya- “Aaasshh…” “Sayang? Kamu kenapa?” Shean langsung terbangun setelah mendengar suara rintihan Zeera walau pela
“Keren gak?” Izzati menunjukkan sepatu imut nan kecil pada Saga. “Hm? Iya cakep, warnanya juga cocok untuk anak laki-laki.” Jawab Saga melihat sepatu yang ditunjukkan Izzati padanya. “Emang warnanya kenapa? aku sih suka karena modelnya yang begini, keren gitu.” Izzati melihat-lihat lagi sepatu yang masih ditangannya. “Warna itu kan cocok-cocokkan. Biasanya ada warna yang cocok untuk cowok, ada yang cocok untuk cewek, seperti warna pink dan kuning, aku pernah dengar kalau warna itu sangat cocok untuk perempuan.” “Ah… sama saja kalau menurutku. Cowok juga cocok kok pakai yang warna pink, cowok-cowok di Korea juga banyak kok pakai warna pink, apalagi untuk pakaian.” “Kan tidak semua cowok suka pink, aku nih misalnya, aku paling tidak suka memakai warna pink, mau itu pakaian, tas atau sepatu. Kayaknya gak cocok banget buat aku, tapi kalau ada cowok lain yang suka, ya itu terserahnya kan.” “Hm… jadi, warna biru ini cocok sama anak Zee
Zeera mengucek matanya. Terbangun. Dia mengubah posisinya dari berbaring menjadi duduk bersandar. Tubuhnya masih ditutupi selimut. Pandangannya langsung tertuju didekat jendela, suaminya yang sedang fokus pada gadgetnya.“Shean..?” panggil Zeera. Karena suaranya pelan, Shean tidak bisa mendengarnya.Zeera turun dari ranjang, berjalan menuju Shean.“Loh Zeera? Kamu sudah bangun? Kenapa kamu turun dari ranjangnya Sayang?” Shean meletakkan tabletnya diatas meja, menyusul Zeera yang sedang berjalan kearahnya.“Iya aku sudah bangun, tadi aku memanggilmu tapi kamu nggak dengar.”Shean sekarang sudah menggenggam tangan Zeera.“Kamu lagi ngapain? Kayaknya serius banget.” Lirik Zeera pada gadget Shean yang masih ada diatas meja.“Tadinya aku lagi mengerjakan pekerjaan yang dikirim Albert, tapi sudah selesai kok. Lalu aku teringat dengan anak kita, makanya aku lagi lihat-lihat keperluannya,
Deg-deg an, mereka berdua sedang deg-deg an didalam ruang Dokter khusus ibu hamil.“Ibu Zeera, tolong kemari,” panggil Dokter berjenis kelamin laki-laki itu.Zeera berdiri berjalan menghampiri sang Dokter, dan Shean mengikuti dari belakang.“Silahkan berbaring dulu ya.” suruh si Dokter, menepuk pelan tempat tidur khusus pasien yang tidak terlalu besar dan lebar.“Untuk apa isteri saya berbaring Dokter?” tanya Shean sinis, dia khawatir kalau isterinya kenapa-kenapa.“Kan saya mau memeriksa kehamilan isteri anda, sekaligus mengecek jenis kelaminnya.”“Apa tidak bisa duduk atau berdiri saja?”Dokter menatap Shean. Dia menghela napas mendengar pertanyaan aneh dari suami pasien.“Tidak bisalah Pak Shean. Lagipula saya tidak akan menyakiti isteri dan anak anda, cara saya sama kok seperti Dokter kehamilan pada umumnya.”“Shean, biarkan saja, memang pr
“She… Shean, perutku,”“Maafkan aku… maafkan aku Zeera.”‘Kenapa dia menangis? Dan kenapa dia ada disini?’Setelah Shean puas memeluk Zeera, dia melepas pelukannya. Ditatapnya Zeera yang masih berdiri dihadapannya. Zeera mengernyitkan dahinya.‘Darah? Dia berdarah?’Shean panik melihat darah dipakaian Zeera, dibagian rok bawahnya.“Zeera, Zeera kamu terluka, kita harus-“Tunggu, sabar dulu Shean, ini bukan darah aku kok,” Zeera menahan tangan Shean dan menenangkannya.“Bukan… darah kamu?”“Iya. Ini darah dari wanita yang korban tabrak lari tadi.”“Kenapa bisa darahnya menempel padamu?”“Aku tadi membantunya sambil menunggu mobil Ambulance datang, jadi darahnya ikut menempel. Aku kasihan padanya, apalagi kami sama-sama sedang hamil kan.” Ucap Zeera menjelask
Sudah beberapa hari Zeera datang ke perusahaan untuk makan siang bersama Shean, dan Zeera yang memasak makanannya. Zeera terus berusaha agar Shean bisa menerimanya seperti dulu, bukan karena dia kasihan padanya. Shean masih belum yakin dengan perasaannya, tapi tidak mau menyakiti perasaan Zeera. Sekarang Shean hanya melakukan tugasnya seperti layaknya suami normal.“Shean, aku keluar sebentar dulu ya,”“Kamu mau kemana? Sebentar lagi meetingnya sudah mau selesai.”“Memangnya selesainya berapa lama lagi?”“Sekitar 2 jam lagi.”“Yah, kelamaan. Aku keluar saja dulu sebentar, aku mau beli ice cream, dekat kok tokonya, diseberang kantor.”“Suruh karyawan lain saja untuk membelinya.”“Mereka sedang sibuk, kalau aku yang beli langsung, aku bisa memilih rasa dan bentuknya. Boleh ya… boleh ya?” bujuk Zeera yang ingin keluar kantor untuk membeli ice cream
“Maafkan aku,” Shean melepas tangan Zeera. Dilihatnya pergelangan tangan Zeera sudah memerah. Sekarang mereka berdiri didepan lift khusus Presdir.Zeera mengusap pelan pergelangan tangannya yang luka.“Apa kamu menangis?” tanya Shean.“Ha? Apa?” Zeera terkejut dengan pertanyaan Shean. Dia mengangkat wajahnya melihat Shean yang menatapnya dengan perasaan bersalah.‘Darimana dia tahu aku sedang menangis?’“Apa… apa itu sakit?”Zeera mencoba berpikir apa maksud pertanyaan Shean, “Tanganku? Tidak, tidak apa-apa, kan nggak sampai putus,” jawab Zeera tersenyum kecil, agar Shean tidak merasa bersalah.Ting…Pintu lift terbuka, “Ayo kita masuk.” Ajak Shean, dia tidak menarik bagian tubuh Zeera untuk masuk kedalam lift.“Hm, Shean, kita mau kemana?” tanya Zeera, mereka berdua sudah berada didalam lift, turun lantai.
“Apa yang kau lakukan??” pertanyaan yang keluar dari mulut Shean dengan tatapan sinisnya.Zeera menghentikan tangannya saat ingin membuka kotak makanan. Dia melihat Shean yang marah padanya.“Kenapa? Aku… aku hanya membawa makan siang. Aku sengaja membawa untuk kita, karena kamu sibuk pasti…Karena melihat wajah Shean yang masih kesal padanya, membuatnya diam tidak bicara.‘Apa aku melakukan kesalahan?’ ucap Zeera dalam hati.Shean berdiri, keluar dari kursi kerjanya. Berjalan kearah Zeera.“Maafkan aku, tapi… kau tidak seharusnya datang kesini membawa makan siang.” Suara Shean memelan.“Aku bisa makan siang di kantin. Kau kan sedang hamil, aku khawatir dengan kehamilanmu.” Ucapnya duduk didepan Zeera.“Aku… ingin makan siang bersamamu, makanya aku datang membawa makan siangnya.” Jawabnya memelas. Zeera tahu, Shean pasti meras
Didalam ruangan Presdir Shean Vikal Yandra… “Albert, selain dirimu, siapa lagi yang aku percayai disini?” tanya Shean menatap serius pada Albert. “Tidak ada Tuan Shean.” “Berarti semua karyawan disini tidak bisa dipercaya dan harus diganti?” “Hm… beberapa bulan yang lalu Tuan Shean sudah mengeluarkan beberapa karyawan yang jadi benalu dan yang tidak bisa bekerja dengan baik dari perusahaan ini. Tapi Tuan Shean, setiap perusahaan besar pasti akan selalu ada saja ‘Hama’ yang nyelip di benih tanaman yang kita tanam. Dan tugas anda adalah mencabut hama terus dan terus lagi.” Ujung bibir Shean terangkat, seakan dia puas dengan jawaban Albert. “Jawabanmu pintar Albert, baiklah, apa semuanya sudah disiapkan untuk meeting?” “Sudah, Tuan.” “Oke, ayo kita bertemu dengan mereka,” Shean berdiri memakai jasnya. Dia berjalan keluar dari meja kerja, menuju pintu, sedangkan Albert mengikutinya dari belakang setelah membukakan pintu unt