Beranda / Fiksi Remaja / Si Lesung Pipi / Ambisi dan Cita-cita

Share

Ambisi dan Cita-cita

Penulis: May H
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-08 09:54:29

Dulu Adam suka sekali mengeluhkan tentang apapun yang tidak sesuai keinginannya atau rencananya.Titik puncaknya adalah ketika dia tidak lolos ke SMA Negeri favoritnya yang juga SMA terfavorite sekabupaten Dairi. Tempat dimana siswa pintar dan berambisi menimba ilmu. Sekolah Prestigius yang bisa membuat orang-orang kagum. Dia masuk ke SMA Darma Bangsa hanya sebagai batu loncatan untuk masuk ke SMA tersebut lewat jalur tidak resmi. Hanya untuk sementara sampai kenaikan kelas dan dia akan pindah.

Dia tidak terima dan merasa terhina ketika pertamakali memasuki SMA Darma Bangsa. Mengingat bagaimana sangat berambisinya dia mengikuti les kesana kemari, tidur hanya beberapa jam bahkan tidak menyempatkan untuk istirahat hanya demi SMA favoritenya, dia sungguh tidak bisa menerima kenyataan di hadapannya. Lama sekali dia berdiam diri di kamar mengacak-acak semua barang-barang, memecahkan cermin juga benda-benda lainnya. Buku-bukunya sudah dia bakar terlebih dahulu setelah peng

May H

“Mati..mati. Gampang amat ngomong mati. Ya, kau harus hidup sampai tualah. Atau setidaknya sampai cita-citamu terwujud. Supaya tidak ada penyesalan kalau udah mati” Adam mengomeli David ketus, seperti seorang Kakak yang sedang mengomeli adiknya. “Cita-cita?” “Iya, cita-cita” “Masih hidup sampai tahun depan aja udah bersyukur, Dam. Cita-cita apanya yang diharapkan?” kembali Adam terkesiap. Dia menjitak kepala David sekali lagi lebih kencang.

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Si Lesung Pipi   Hari-hari yang Sudah Tidak Biasa Lagi

    Sisa-sia air hujan menetes menyejukkan hari. Dani merapatkan leher jaketnya sambil berlari menuju perpustakaan. Teman-temannya sedang sibuk dengan kegiatanmasing-masing. Nongkrong di kantin di tunda sementara. Tujuannya selain kantin dan lapangan basket adalah perpustakaan. Jejak-jejak kaki Dani membentuk cekungan di tanah basah bercampur dengan jejak-jejak kaki lainnya di depan perpustakaan. Tanaman-tanaman yang ada di taman perpustakaan menyambutnya menghembuskan hawa dingin yang lebih dingin. Dia berhenti sejenak memandang pintu masuk, di sana tampak beberapa murid lainnya bergerombol keluar. Dia hampir saja mengurungkan niatnya masuk kalau saja buku Paulo Coelho di tangannya tidak menyuruhnya untuk segera di kembalikan. Sudah tenggat waktu dan Ibu Tarigan tidak suka dengan alasan-alasan apapun jika terlambat mengembalikan buku. Keramaian yang tidak biasa di perpustakaan membuatnya sedikit enggan melangkah. “Daniii” Ibu Tarigan menyambutnya dari belakang meja tinggi resep

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-10
  • Si Lesung Pipi   Kebahagiaan Sesungguhnya

    Setiap hari ada saja bagian-bagian dari dunia ini yang berubah, datang dan pergi seakan-akan menyuruh kita untuk tetap membuka mata meski dalam tidur sekalipun. Berjaga-jaga terhadap apapun itu sadar maupun tidak sadar, secara langsung maupun tidak langsung. Dunia tidak mau menunggu meski hanya 1 detik. Dia terus berputar meski sekeras apapun kita berteriak menyuruhnya berhenti, selembut apapun kita membujuknya. Jika kita lengah maka kita sudah pasti akan tertinggal. Ingat, dia tidak mau menunggu, maka bangkitlah lagi, berjalan lagi, berlari yang kencang agar setidaknya tidak tertinggal terlalu jauh. Tidak perlu terlalu sejajar dengan dunia, setidaknya dia masih terlihat di depan sana, meski pun itu hanya sekecil titik cahaya. Relakan saja jika memang tidak bisa menggaapai dan menggenggamnya seerat yang kau mau. Setidaknya masih ada warna-warni lain mengisi kehampaan dan kesepian kita, meski tidak sekonstan dunia itu sendiri. Dunia ini terlalu besar untuk kita

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-12
  • Si Lesung Pipi   Paling Berharga

    “Kenapa harus Biologi?” “Ga tau, Cuma itu doang kayanya yang gampang” “Kenapa ga ikut ekskul lain aja?” “Sejak kapan aku suka ekskul? Kalau sekolah ga mewajibkan murid kelas satu ikut ekskul, aku juga ga bakalan mau ikut kegiatan apapun. Males. Mending main game di rumah. Kak Dave ikut ekskul apa dulu?” “Relawan Sekolah” “Oooo yang anggotanya siap siaga membantu kapan pun dimana pun itu, kak?” David menganggukkan kepalanya sambil tetap konsentrasi memainkan stick game “Aku ketuanya dulu waktu masih kelas 1” “Kereeeen” “Tadinya mau ikut basket...” “Nooooo. Jangaaan. Big NO. Nanti aku aduin om, liat aja” “Hahahaha...” David tertawa mengelus-elus kepala Agitha. Sore itu mereka berdua bermain game bersama di rumah Agitha. Itu merupakan kegiatan wajib mereka berdua. David sudah berjanji akan meluangkan minimal sekali sebulan waktunya hanya untuk Agitha. Itu syarat dari Agitha agar dia mau menyudahi p

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-14
  • Si Lesung Pipi   Muffin

    Pagi ini udara berhembus dingin meski sudah mendekati jam 7. Biasanya udara Jakarta sudah mulai menghangat. Langit yang seharusnya cerah malah berwarna gelap seakan hendak menakut-nakuti para pejuang pagi. Dari jendela ruangannya, Ferdian memandang kampus yang masih sepi. Atmosfir gelap dari perpaduan langit mendung dan udara dingin menambah dramatis sepinya kampus. Ferdian menaikkan suhu AC dari minimal ke 20 derajat Celsius. Dia lupa membawa jaket. Padahal biasanya selalu disimpan di mobil atau dibawa ke ruangan lalu digantung di salah satu tembok berpaku. Untunglah hari ini dia memakai kemeja lengan panjang. Bersama isi kepalanya Ferdian menyenderkan punggung ke kursi eksekutif hitam, kedua lengan rileks di atas lengan kursi dan wajahnya menengadah menyongsong memori kemarin. Ada dua orang saat ini bergantian hadir di dalam benaknya. Mantan istrinya dan mahasiswi bimbingannya. Mereka berdua menunjukkan sesuatu yang Ferdian sebenarnya tidak ingin menyadari itu. Sab

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-15
  • Si Lesung Pipi   Adik Kecil

    “Dave...Dave...Githa di bawa ke rumah sakit” “Hah? Rumah sakit?” “Udah...udah naik sekarang, biar kubonceng ke sana” David menaiki boncengan motor Adam. Masih dengan panik mereka berdua melaju meluncur cepat ke rumah sakit tempat di mana Agitha di rawat. Plastik berisi bubur ketan hitam masih bertengger di tangannya ikut terhuyung-huyung di terpa angin kencang. Tadinya bubur ayam itu untuk Agitha yang belum sarapan, padahal hari itu adalah hari dimana olimpiade daerah berlangsung. David dan teman-temannya datang menghadiri olimpiade mendukung Dani, Agitha dan sekaligus menjalankan rencana berkenalan dengan Andrewi yang juga jadi peserta satu tim Agitha. Kabar yang tiba-tiba itu pun menghancurkan semua rencana. “Sakit apa Agitha, Dam?” “Katanya alerginya kambuh” teriak Adam membalas teriakan David. Agitha alergi udang. Tante Karin dan Om Bambang tahu pasti itu, jadi tidak mungkin mereka membekali Agitha makanan yang mengandung udang. Ti

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-17
  • Si Lesung Pipi   Membangkitkan Hati

    Ada alasan bagi setiap orang untuk tetap bersama, ada sebuah cerita indah yang tidak bisa di abaikan meski hati sudah terluka. Dimana pun sebuah kesungguhan dipinta, akan ada cerita lain dari setiap sisi ketika janji itu menjadi nyata. Hanya bagian-bagian lain dari diri yang tidak bisa menyangkal, bagian utamanya menuruti saja kemana arah angin membawa. Setiap orang seharusnya punya keberanian untuk mengatakan apapun yang ingin di katakan meski dari luar kelihatannya tidak seperti itu. “Haaai adik kecilku” “Kak, akh...jangan pake panggilan itu” “Ish...emang kenapa, sih? Emang kamu masih kecil, kan? Durhaka kamu sama kakakmu. Ma, liat nih David, udah sok-sok dewasa” bantal sofa kecil mendarat di wajah David menghalangi konsentrasinya bermain game. Diva kakaknya yang sedang cuti kerja, berlibur ke Sidikalang. Dia juga membawa banyak sekali titipan dari ayah mereka untuk David. Oleh-oleh itu membuat David kegirangan seperti anak kecil. Meski mereka sudah tidak b

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-19
  • Si Lesung Pipi   Behind The Scene

    Hati itu sebenarnya terbuat dari apa, sih? Bukan organ hati atau liver, tapi hati yang bisa merasa itu. Hari ini rasanya seperti bisa menghadapi dunia, menantangnya, melihat lebih luas dan dalam. Esoknya bahkan mungkin menit berikutnya semua porak poranda. Seperti dunia ini sedang mencoba menghimpit sampai ke titik paling rendah bahkan sampai di bawah 0. Minus. Sebenarnya apakah hati bisa bertahan pada satu ketetapan saja selamanya atau apakah memang dia diciptakan untuk selalu berubah arah? Kalau saja semua hal di dunia ini tidak berubah-ubah, mungkin sebagian besar kesedihan tidak akan tercipta. Tidak akan ada. Tidak akan muncul. Lebih-lebih lagi yang berujung penyesalan. *Itu semua murni curhatan penulis wkwkwk. Disangkut-pautin aja, ya, sama ceritanya. Kalau enggak nyambung...ya udah ga papa :P* *** “Pertamakali dalam sejarah. Sejarah sekolah kita dan mungkin sejarah di sebagian sekolah lain. Ketua OSIS kita, Adam Witjaksono

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-22
  • Si Lesung Pipi   Takdir

    Aku menggapai mata hati Mencari-cari dimana sebenarnya ketetapan hati berada Samar-samar harumnya cinta menyeruak masuk Relung jiwa menggandakan menyebarkan keseluruh penjuru raga Kini semua sudah tidak bisa terbendung lagi Rasa itu sudah bersemarak di dalam kalbu Menyesap sampai ke celah-celah Hanya sebentar hanya sekilas saja dia ada di hadapan Lalu tunas-tunas yang dulu tumpul Kini tumbuh menembus tanah memamerkan dahan-dahan dan ranting-ranting Memamerkan daun-daun Memamerkan bunga berwarna warni dalam satu tangkai Dalam sekejap saja semua terjadi Dalam sekejap saja hati sudah berubah haluan Dalam sekejap saja udara sudah kembali sesak Dimana sebenarnya ketetapan hati itu berada? “Akh...Adaa

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-25

Bab terbaru

  • Si Lesung Pipi   The End

    Menangis itu perlu entah kau perempuan atau laki-laki, karena luka bisa saja menghampiri setiap orang, tidak mengenal apa gender, status dan keadaan. Karena di dalam air mata dan usaha mengeluarkan air mata itu ada beban yang keluar secara tidak langsung. Ketakutan menjadi hilang, keraguan menjadi hilang, sesak hati sirna. Cinta harus diungkapkan, baik engkau perempuan maupun laki-laki. Baik ketika masih kecil maupun sudah dewasa. Karena cinta menghampiri setiap orang. Sekali lagi, tanpa mengenal siapapun itu dia. Karena saat cinta diucapkan, bukan hanya untuk menunjukkan hatimu, tapi untuk mengambil bagian hati yang mencinta, agar tidak menimbulkan sesuatu yang tidak kita duga. Sekalipun kau di tolak, sekalipun hati dipatahkan, setidaknya tidak ada luka yang terpendam. Kau bisa mengambil langkah selanjutnya. Kau bisa bangkit lagi. Berjalan lagi tanpa apaun yang mengendap dalam hatimu. Terluka dengan lega, terluka dengan ringan ,terluka dengan pasti. Kita

  • Si Lesung Pipi   Menangis

    Nafasnya memburu. Naik turun tanpa jeda tanpa irama. Kerah kemeja dia longgarkan. Keluar dari apartemen Drewi, Dani tidak sabar ingin sampai ke kafe milik Sano. Di sana ada seseorang yang sangat ingin sekali dia minta konfirmasi. Git. Adam sudah di sana?Send Kirimnya pada Agitha sebelum memasuki lift. Sudah kak. Semuanya sudah ada disini.Tinggal Dancer sama dekorasi yang belum siap.Drewi tahan sebentar ya di sana.Read Di dalam mobil, Pesan balasan masuk. Begitu mesin meyala, Dani tanpa membalas pesan, menginjakkan kaki sekuat tenaga di pedal Gas, menimbulkan suara cericit memekakkan telinga di basement apartemen. Darahnya sudah naik keubun-ubun. “Sialan!!! Sialan!!” bentaknya pada setir. Dipukulnya sekuat tenaga untuk meredam emosi. 30 menit berlalu setelah meelwewati kemacetan dibeberapa jalan besar kota, akhirnya kafe milik Issano telrihat di uj

  • Si Lesung Pipi   Detik Penentu

    Sesaat hati bisa merasa yakin, sangat yakin ketika berada pada “Detik Penentu” lalu bisa juga sesaat kemudian keyakinan itu berubah bagai langit sore yang menjadi hitam saat matahri sudah kembali pulang ke ujung samudera. Banyak “seandainya-seandainya tercipta ketika detik-detik penentu sudah terlewat, ada banyak harapan-harapan lama muncul ketika detik-detik penentu teringat kembali. Mengingat kembali kenangan-kenangan, mengingat kembali moment-moment kadang terpikir unutk memutar semuanya itu. Walau, pada akhirnya, tidak akan kembali lagi detik itu, tidka akan muncul lagi atau tidak akan sama lagi semua yang ada di dalam moment-moment itu. Akan tetapi, ada satu keputusan hebat tercipta saat sudah sampai di detik-detik penentu itu. Apapun hasil dari keputusan itu, pada akhirnya, hanya orang-orang hebat yang berhasil mengambil keputusan di saat genting seperti itu dan orang-orang bermental kuat yang bisa berhasil menajalani kehidupan setelahnya. Berjalan, bertahan sam

  • Si Lesung Pipi   Granula-Granula yang Beterbangan

    “Kak aku bisa temenin kakak tidur, ga?” David kaget saat hendak masuk ke dalam selimut tiba-tiba Agitha sudah ada di pintu kamarnya. “Bukannya dari tadi kamu sudah pulang?” “Udah, tapi dateng lagi. Tadi nganterin tante dulu sekalian makan malam. Tadi laparr banget” “Dasar” “Hehe...” “Ya udah boleh. Tapi jangan macam-macam, ya?” “Iiihh harusnya aku kali yang ngomong gitu” Agitha mengambil selimut dari lemari David dan tidur di sebelah David. David terkekeh di seberang bantal guling. “Bantal gulingnya ga usahlah ya...” David mengangkat bantal guling bersiap membuang ke bawah. “Kakaaak...” teriak Agitha merebut bantal guling . David tertawa lagi lebih kencang. Agitha meletakkan lagi bantal guling dan menepuk-nepuk menandakan area itu adalah area terlarang. David usil menyentuh dan dibayar dnegan tamparan keras mendarat ditangan membuatnya mengaduh. Beberapa saat setelah mereka nyaman di posisi tidur mereka

  • Si Lesung Pipi   Klarifikesyen guyss....

    Mungkin ini nggak penting-penting amat tapi mungkin juga nggak penting sama sekali (Hapaseehhh....) Jadi, sebenarnya selama 2 bulan lebih ini saya sedang menenangkan badai-badai yang silih datang berganti eh silih berganti datang....ihh....yang mana sih yang bener? Tau ah... jadi begitulah. Badai-badai itu datang menenggelamkan jiwaku dan akhirnya menyeret ke palung gelap bernama "Aku Sedang Tidak Baik-baik Saja". Akhirnya hanya bisa rebahan....rebahan...dan rebahan dengan tatapan kosong, jiwa yang kosong juga. Pas buka Goodnovel lagi tadi, ada banyak yang jadi pelanggan. Angka yang membaca juga bertambah dan yang bikin seneng lagi sudah ada yang ngasih kontribusi dan voted. I'm just like...Woooooow. Semangatnya bertambah lagi. Thank you untuk kalian semuanya.:* :* :* . Tuh...triple kiss buat kalian semua. Cukup kan? Cukup? Cukup? Ya cukuplah ye kaaan. Tungguin update-an selanjutnya yaaaa.... See you next bab. Bab yah saudara-saudara. Bab novel yah. Bukan Bab yang itu. Dahlah. U

  • Si Lesung Pipi   Tembok Untuk Menyembunyikan Luka

    .........From : Epilogue (Gadis Bermata Coklat) Bagian 3 " "Kak Adam, bantuin Drewi dong. Dia sampai ga semangat gitu, coba. Mata Bu Gempal tadi benar-benar kaya elang buas tahu nggak sih, kak. Ya, namanya gladi resik ya tempatnya yang salah-salah di perbaiki. Aku kalau jadi Andrewi udah pasti nangis tuh digituin" "Iya, aku juga liat kok, Shan. Tadi juga dia udah hampir nangis" "Makanya, mumpung dia masih latihan sama Bu Gempal, ayo kita Bujuk kak David, ya, kak. Kasih tahu kalau itu bukan salah dia. Kasih tahu kalau Andrewi butuh di semangatin" "Udah, Shan. Masalahnya, dia ngeliat langsung Dani di bentak-bentak waktu itu" "Ya, namanya juga orang tua, kak. Ayolaah...kasihan Andrewi" "Ya, kita coba bujuk lagi aja deh" "Halo, Dave dimana?" "Kesini sebentar. Di depan Aula. Ada Shaniar mau ngomong sesuatu" "Iya, mau ngomong penting"

  • Si Lesung Pipi   Gladi Resik

    Beberapa jam sebelum Gladi Resik....Pagi yang cerah, pikir Dani melihat langit pagi menjelang siang. Dia baru saja keluar dari ruang kepala sekolah setelah diberitahu bahwa dia satu-satunya siswa yang akan diajukan menerima beasiswa ke salah satu universitas di Inggris. Berkat koneksi ayahnya, dia mendapatkan tempat di daftar beasiswa itu. Kebetulan jurusan yang dia inginkan termasuk salah satu jurusan yang di perbolehkan dalam beasiswa, jadi dia merasa tidak keberatan. Selain itu, selebihnya, dia tidak berbuat curang karena dia juga tetap ikut tes, wawancara dan lain-lain nantinya.Jam pelajaran ke 3 akan segera berakhir, itu artinnya bel isttirahat pertama akan berbunyi. Dani melipir ke kantin menghabiskan waktu sekalian mengambil tempat duduk untuk teman-temannya.Di kantin, Dani membatalkan rencana, membanting setir berpura-pura membeli pulpen saat seorang guru masuk tepat ketika dia hendak duduk. Dani keluar tergesa-gesa setelah pulpen dibayar agar guru tersebut tidak curiga.

  • Si Lesung Pipi   Janji?

    “Dave, jangan lama-lama ngasih tahu Andrewi kalau kau mau pindah. Habis UN dia sudah harus tahu” Adam dan David berjalan agak jauh dibelakang teman-tamannya. Jam istirahat sudah selesai, mereka sudah harus kembali ke kelas masing-masing. Adam sengaja memberi kode kepada David saat mereka keluar dari Kantin. “David mendengus geli dan remeh “ Sok tahu!' Adam menarik tangan David agar berjalan lebih lamamembiarkan Bownie dan yang lainnya berjalan duluan. “kita jangan berdebat disini, Dave” “Enggak usah urusi urusanku, Dam. Urus aja hubungan kalian itu. Apalagi kemarin kalian kayanya sudah makin akrab” penuh penekanan David menyindir Adam. “Indeed” “Baguslah” “Kalau sampai UN selesai dan Drewi belum tahu. Jangan salahkan aku, kalau aku yang ngasih tahu langsung” Adam berjalan mendahului David, bergabung bersama teman-temannya yang lain. David menghela nafas berat lagi, masih tidak mengerti mengapa semua

  • Si Lesung Pipi   Ketulusan dan Akting yang Sesungguhnya

    Di balik panasnya pertengkaran David dan Adam, Dani di rumah Andrewi di temani oleh orang tuanya datang meminta maaf. Bownie yang mengantarkan Dani pulang menceritakan semuanya. Tanpa basa basi ayah Dani memaksa untuk ke rumah Andrewi, meminta maaf, setelah sebelumnya menasihati Dani. Dia tidak ingin anak-anaknya terlibat masalah. Secepatnya harus di selesaikan. Ibu Dani setuju dan membelikan beberapa makanan sebagai buah tangan. Di pintu pagar rumah Andrewi, ayah Andrewi menyambut dengan wajah sedikit masam. Walau pun sudah di jelaskan bahwa Andrewi pergi beramai-ramai dengan yang lainnya ke TWI, dia tetap belum terima bahwa ada yang berani mengajak Putrinya pergi tanpa izinnya. Meski begitu mereka tetap di sambut masuk. Sore itu di depan keluarga Andrewi dan keluarganya sendiri, Dani meminta maaf lalu di beri wejangan-wejangan oleh orang tuan Andrewi dan orang tuanya sendiri. Dani hanya bisa menunduk dan mengangguk-angguk pasrah. Walau ini bukan murn

DMCA.com Protection Status