"Maaf, Mat … tadi Aku melamun … Aku nggak denger Kamu ngomong apa," balas Falisha jujur dengan wajah yang sedikit merona, "Kamu bilang apa tadi, Mat?"Matteo tidak menjawab, mobil ia turunkan kecepatannya lalu memberikan Falisha tatapan mata yang dalam.Walau dua detik, Falisha dapat merasakan jika Matteo memberinya perhatian penuh. Andai saja bisa langsung berhenti di tengah kepadatan lalu lintas ini, Falisha yakin Matteo akan terus menatapnya intens.Terus terang saja, meski kedekatan Falisha dan Matteo tidak seperti pasangan yang saling mencintai pada umumnya, kondisi mereka yang saling bergantungan juga saling mendukung satu dengan yang lainnya menimbulkan semacam emosi dan ikatan tersendiri di antara mereka. Meski memang masih berlabel teman dengan sifat penikahan kerjasama saling menguntungkan.“Aku baik-baik aja, Mat … sungguhan!” ujar Falisha lagi guna meyakinkan Matteo, dia tahu bahwa pria sedikit mengkhawatirkannya sekarang.Mendengar apa yang baru saja dikatakan Falisha tan
Dikarenakan telah memiliki janji temu dengan pemberitahuan sebelumnya dan memang sudah direncanakan, terang saja kedatangan Matteo membawa serta Falisha juga Ameera jelas ditunggu oleh sang pemilik rumah.Matthew dan Gisella Taslim telah mempersiapkan jamuan makan malam. Tidak bisa dibilang besar tapi tetap cukup mewah dengan dua belas jenis hidangan untuk menjamu calon menantu mereka yang akan dibawa oleh Matteo malam ini.Gugup menerjang Falisha sedemikian rupa saat mobil yang dikendarai Matteo perlahan memasuki halaman super luas milik putra tertua Kaisar Taslim ini. Netra kecokelatan Falisha berpindah-pindah tempat dari keberadaan rumah mewah ke taman buatan yang mengitari lalu ke Ameera dan terakhir singgah ke Matteo seakan dengan memandang pria itu ia dapat mencari kekuatan lebih.Jauh di sudut hati Falisha, ada kekhawatiran yang tetap berdenyut meski Matteo telah meyakinkan dirinya berkali-kali. Jika seorang diri, Falisha tidak akan mempermasalahkan apapun. Dirinya dihina atau
Familiar dan mengandung kerinduan, inilah kesan pertama yang merasuk di hati Falisha saat netranya bertemu dengan biru teduh milik Gisella. Biru yang sama menenangkannya seperti ketika Falisha menatap Matteo juga ia peroleh saat matanya saling mengunci dengan Gisella.Bertahun-tahun tidak berjumpa tidak menghilangkan kesan itu di hati Falisha. Tapi, kedalaman hati manusia siapa yang tahu? Bahkan waktu mampu membolak balikkan sikap dan karakter seorang manusia.Falisha sangat menyadari hal itu sehingga ia tidak ingin menggantungkan harapan yang tinggi mengenai keberhasilan pertemuan malam ini.Dingin menggerogoti Falisha lebih kuat lagi sekarang tapi tetap dipasangnya ekspresi sedatar mungkin agar tidak memprovokasi orang tua Matteo dengan kegugupannya.Keterkejutan tampak nyata pada raut wajah Matthew dan Gisella saat menyadari Matteo datang dengan dua orang yang tidak biasa. Dalam diam netra keduanya telah menangkap sosok besar Falisha dan si Kecil Ameera yang berada di tengah-tengah
“Teddy ….!” seru seorang pria paruh baya menyambut kawan lamanya begitu ia menangkap sosoknya.Tidak hanya itu saja, dia juga segera berdiri dari duduknya dan menyongsong pria seumuran dengannya itu sambil merentangkan tangan guna memberikan pelukan.Senyum lebar diulas oleh pria yang dipanggil dengan nama Teddy itu, lantas membalas pelukan sang Sahabat dengan hangatnya.“Lama nggak jumpa, Vin!” ucap Teddy tanpa menghilangkan senyum di wajahnya, “sendiri aja Kamu? Vero mana?” lanjutnya bertanya sambil menempatkan diri untuk duduk di kursi yang ada di seberang kawannya, Alvin Sanjaya.Alvin Sanjaya dan Teddy Purnama Tirta merupakan kawan lama, mereka sudah berteman sejak masih di bangku kuliah dan sekarang menjalin kerja sama diberbagai bidang untuk memperbesar perusahaan masing-masing. Satu merupakan pemilik dari PT. Gema Sentosa dan yang lainnya merupakan Presdir dari Tirta Corp.“Ngapain di bawa? Kan biar kelihatan bujang!” jawab Alvin berkelakar, yang mana langsung disambut dengan
Seperti yang telah dibayangkan di dalam benaknya sejak awal pertemuan makan malam ini dicetuskan, Falisha tahu jika ia akan disambut dengan kepalsuan berbalut kemewahan.Falisha sungguh mampu merasakan itu sebab memang hal itulah yang tersaji di hadaannya.Interior bagian dalam rumah sangat mewah hingga menyilaukan seakan menunjukkan besar dan berkuasanya generasi ketiga keluarga Taslim. Tapi falisha yang juga besar dengan sendok perak di mulutnya sampai insiden terusirnya dia dari rumah ama sekali tidak terpengaruh akan kilaunya harta tersebut.Falisha tidak tertarik, dia lebih condong ke kesan yang diberikan oleh orang tua Matteo tempo itu.Kini, Falisha bersama Ameera dan tentu Matteo sudah kembali ke unit apartemen mereka di Alton Tower. Jamuan makan malam penuh kepalsuan telah berakhir dan yang tersisa hati penuh tekanan.Tidak ada kata yang terlontar sejak kepulangan mereka dari rumah mewah Matthew dan Gisella Taslim, keduanya hanya membisu dengan kecanggungan berat yang menyeli
“Apa ini bukan rumah kedua orang tuaku? Sejak kapan kapan Aku tidak boleh datang kemari?" ucap Matteo malah bertanya balik dengan tajam dan menusuk tepat sasaran.Tercekat suara Matthew tidak mampu membalas kalimat putranya sendiri. Bagi Matthew, berhadapan dengan Matteo jauh lebih sulit daripada berhadapan dengan para musuh bisnisnya untuk memperebutkan tender besar.Ketidakdekatan dengan putra kandungnya sendiri adalah dasar utama penyebab hal tersebut.Jika di saat kecilnya Matteo masih bisa menuruti apa yang dikatakan oleh kedua orang tuanya, tapi hal berbeda mereka dapatkan di saat sang Anak telah dewasa. Matteo semakin sulit dikendalikan oleh mereka."Kamu tahu bukan itu maksud Papamu, Teo!" ucap Gisella menyela dan menempatkan dirinya untuk mewakili sang Suami berbicara."Dan Kalian juga tentu tahu maksud dari kedatangan mereka ke rumah ini!" sambar Matteo langsung to the points dan membalikkan kata-kata Gisella, "tapi kenapa kalian memperlakukan mereka seperti itu?!"Terdiam
"Bu … ada tamu …," tegur Bik Jum menyela kegiatan yang tengah Falisha lakukan.Falisha yang tengah berlatih aerobik mengikuti tayangan televisi kontan menolehkan wajahnya yang berbalur keringat ke arah Bik Jum sekilas sebelum kemudian tetap melanjutkan gerakan yang sempat terjeda."Siapa, Bik?" tanya Falisha tanpa mengalihkan perhatiannya lagi, dengan lincah dirinya yang mengenakan kaos longgar itu berliuk-liuk menyamakan ritme.Falisha selama ini memang selalu berlatih sendiri saat Ameera tengah belajar di sekolah barunya, motivasinya untuk menjadi lebih kurus tidak berubah meski Matteo memanjakannya dengan segudang fasilitas.Sederhana saja pertanyaan Falisha tapi jelas mengundang tanya di kepalanya karena memang tadi dia sempat mendengar bunyi bel tapi tidak ia tanggapi sebab sudah pasti Bik Jum akan bergerak melakukan tugasnya.Jika Matteo yang datang mencarinya, Bik Jum tentu tidak akan repot-repot mengetuk pintu kamar ini hanya untuk memberitahukan kepadanya sebab Matteo biasany
"Mantan suami Anda terus menerus menghubungi Saya … dia berkata ingin berbicara secara pribadi dengan Anda tapi tidak tanpa kehadiran Ameera. Katanya dia berkali-kali mencoba menghubungi Anda tapi tidak bisa sehingga dia mencari Saya," beber Pak Ali berterus terang dengan begitu gamblangnya.Dingin sontak menjalar di kaki dan tangan Falisha ketika mendengarkan kalimat-kalimat yang baru saja terlontar dari mulut Pak Ali. Alis Falisha juga kontan berkerut sedikit karena tidak menyangka jika mantan suaminya itu mencarinya sedemikian rupa.Bukankah beberapa waktu lalu dirinya sengaja dibuang bahkan dicurangi karena tidak lagi diinginkan? Tapi mengapa sekarang Bramantyo mati-matian mencari cara untuk mengontaknya? Pertanyaan ini tidak bisa tidak timbul di pikiran Falisha.Falisha terdiam hampir sepuluh detik penuh dan tenggelam dalam pikirannya sendiri sampai dehemam dari Pak Ali menariknya kembali ke dunia nyata."Ehm … Bu Falisha … jika tidak berkenan bertemu, Saya bisa menjembatani untu
“Bagaimana para saksi? Sah?”Pertanyaan sederhana tapi sarat makna ini terdengar sedikit keras dari seorang pria berkacamata di ruangan yang terisikan kurang lebih sekitar dua puluhan orang tersebut.Gema kata sah yang mengiyakan balik pertanyaan itu pun segera menggaung memenuhi ruangan berdekorasi putih, semua orang yang ada di sana sepakat seiya sekata dengan si Pria berkacamata yang berprofesi sebagai seorang penghulu ini dan puji-pujian terhadap Tuhan yang Maha Esa pun terlantun kemudian.Benar, apa yang tengah berlangsung adalah pernikahan antara Falisha dan Matteo. Disaksikan langsung oleh keluarga inti masing-masing dan kerabat dekat saja, akad nikah keduanya berlangsung lancar tanpa kendala apapun.Oleh Falisha, ada selaput bening yang menyelimuti netranya. Yang mana, setengah mati Falisha tahan agar tidak jatuh bersama gelombang gejolak rasa. Falisha sama sekali tidak pernah menyangka jika ia akan menikah sampai dua kali bahkan suaminya seorang Matteo Saguna Taslim, teman ma
Sungguh, sekian tahun malang melintang di dunia bisnis, Matteo hampir tidak pernah kehilangan ketenangannya seperti sekarang ini.Bukannya sombong, akan tetapi di bawah tempaan langsung sang Kakek yang merupakan raja bisnis, Matteo memang sepiawai itu. Matteo sedari kecil selalu bisa mengendalikan diri, terutama emosi dan raut wajah hingga tidak bisa terbaca lawan bicaranya.Namun, sekarang semua jerih payahnya menmbentangkan pengendalian terasa sia-sia sebab segalanya dengan mudah digoyahkan oleh Teddy.Memang, keterkejutan yang dialami Matteo hanya sepersekian detik sebelum kemudian pria itu mampu mengontrol kembali emosinya tapi tetap saja dia merasa kecolongan.Kembali, Matteo menelan lagi salivanya demi mengusir gersang yang melanda tenggorokannya walau tak seberapa berguna dan dengan satu tarikan napas panjang tidak kentara diiringi dengan turunnya tangan Teddy yang menunjuknya ia pun berkata.“Apapun yang Saya rencanakan dengan Sasha, kesepakatan apapun yang terjadi antara kami
“Jadi … apa yang ingin Kamu bicarakan? Sampai-sampai mengganggu waktu istirahat Saya seperti ini!”Kalimat langsung yang begitu to the point dan tanpa basa-basi sedikitpun dari Teddy itu membuat Matteo merasa punggungnya kian berkeringat meski berada di ruangan berpendingin ini. Setelah kedatangannya diterima keduanya bertemu dan duduk bersama berhadapan, tapi di lima menit pertama mereka hanya duduk diam saling memandang satu dengan yang lainnya.Keterdiaman yang ada nyata sangat bisa menyebabkan suasana menjadi tegang hingga Matteo tidak berani buka suara terlebih dahulu untuk memulai percakapan.Tersentak Matteo tidak kentara ditegur demikian oleh Teddy, dia sangat jelas jika ayah dari Falisha itu pasti memiliki penilaian tertentu mengenai kehadirannya.“Begini Om …,” ujar Matteo menjawab pelan setelah sebelumnya terlebih dahulu menelan Saliva guna menentramkan ketegangan diri. Sungguh, Matteo rasanya membutuhkan sedikit ruang untuk meredam rasa dan terbersit setitik penyesalan men
Si Gendut Penakluk Bos - Bab 116 Jalur Keinginan Matteo“Kamu tahu, Mat … sudah Aku putuskan, percepat saja pernikahan kita. Biar semuanya jadi lebih terkendali aja. Aku nggak apa kok, nggak perlu resepsi atau akad atau apapun yang mewah-mewah, tinggal tanda tangan tanpa apapun juga Aku bersedia. Beneran, Aku bersedia dan Papa juga telah merestui ini!”Tidak bisa Matteo tidak tertegun dengan apa yang baru saja ia dengar, terutama kalimat terakhir yang terlontar dari bibir wanita yang ia pilih sebagai istri itu nantinya.Memang, pernikahan yang ingin dilakukan itu hanyalah pernikahan sebatas di atas kertas pun berjangka waktu tertentu meski belum ada pembicaraan mendetail dengan Falisha mengenai hal ini. Akan tetapi, bukan berarti Matteo ingin melangsungkannya dengan cara yang salah sebab dasar untuk menikah itu sendiri saja sudah tidak benar.Matteo ingin melalui jalur yang baik meski melewatkan momen lamaran dan sekelumit cinta yang seharusnya ada. Walau, ada banyak faktor yang harus
Si Gendut Penakluk Bos - Bab 115 Percepatan“Kamu nangis? Matamu bengkak gini! Katakan, siapa yang bikin Kamu nangis?”Sungguh, beberapa tahun terakhir ini Falisha jarang sekali menerima perhatian dari orang yang ada disekelilingnya termasuk dari suaminya sekalipun. Koreksi, mantan suami si Bramantyo Satya. Selalunya, Falisha yang menjadi pemberi bukan penerima. Kasus ini tentu dikecualikan untuk putri semata wayangnya Ameera.Kalau pun mendapatkan perhatian kecil, selalu ada embel-embel entah apapun itu juga penghinaan yang mengikuti di belakang. Contoh kecil, saat itu Falisha dalam keadaan sakit. Falisha dikira sengaja berpura-pura sakit karena malas atau manja serta tidak ingin membereskan pekerjaan rumah, tuduhan ini selalu disematkan kepada setiap kali wanita itu menderita flu atau demam. Ujung-ujungnya Falisha tidak dibawa ke dokter dan cuma diberikan obat murah yang beredar di pasaran.Oleh karena itu, apa yang baru saja dilakukan Matteo pada Falisha tak pelak membuat hati wani
Si Gendut Penakluk Bos - Bab 114 Restu Orang Tua (2)Teddy membalas pelukan Falisha erat, hatinya jelas menghangat atas perlakuan buah hatinya saat ini. Sungguh, Teddy merindukan saat-saat seperti sekarang, saat Falisha bermanja pada dirinya.“Sudah jadi seorang Ibu dan akan menjadi seorang istri lagi … Sasha harus lebih dewasa dan lebih bertanggung jawab lagi ya.”Kalimat yang baru saja digaungkan Teddy disertai dengan usapan lembut di bagian punggung sukses membuat mata Falisha kian memanas.Falisha tidak mampu menjawab Teddy, sebagai gantinya ia menganggukkan kepala dan bening pun tumpah tanpa bisa dicegah.“Papa nggak tahu ada apa sebenarnya antara Kamu dan Matteo, Nak … tapi, Papa sangat berharap jika pernikahan ini akan menjadi pernikahan terakhir untukmu …,” ujar Teddy lagi tanpa menjeda usapannya dan kembali pria paruh baya itu menghela napas berat.Kalimat yang terlontar dari mulut Teddy
Si Gendut Penakluk Bos - Bab 113 Restu Orang TuaDalam diamnya Falisha menilai ekspresi kedua orang tuanya. Mudah saja membaca raut wajah Miranda karena keterkejutan nyata tergurat serta tidak ada kemarahan atau keengganan sedikitpun di sana. Akan tetapi, tidak sedemikian mudah menilai ekspresi Teddy.Berbekal pengalaman Teddy di dunia bisnis selama puluhan tahun, pria paruh baya itu mampu mengontrol garis wajahnya sedatar mungkin, dia juga bisa mengendalikan emosi di balik topeng tanpa ekspresinya.Tidak ada yang bisa Falisha nilai pada Teddy kecuali wajah kaku seperti papan dan aura dingin kentara yang kian menciutkan nyalinya.Hanya Teddy sendiri dan Tuhan saja yang tahu keputusan apa yang telah diambil oleh Ayah kandung Falisha itu.Sampai pada akhirnya, Falisha tidak tahan lagi dan memecah kesunyian dengan berkata “Papa … Mama … maukah merestui pernikahan Sasha dengan Mamat?”Sungguh, menunggu jawaban seperti s
Si Gendut Penakluk Bos - Bab 112 Meminta RestuBerbeda dari rasa yang dialami di awal memasuki ruangan ini, Falisha sedikit menemukan keyakinan di dalam nada bicaranya meski tetap diselimuti oleh keragu-raguan.Kalimat telah terlanjur menggaung, keinginan Falisha juga semakin meneguh sehingga ia memantapkan hati untuk tetap memberitahukan keputusannya kepada Miranda dan Teddy.Dengan mata memerah dan wajah yang masih dirubung haru, Teddy memandang Falisha penuh arti. Begitu pula dengan Miranda yang langsung memberikan perhatiannya untuk Falisha. Pasangan suami istri ini mengkode jika mereka siap mendengarkan sang Anak.Falisha menelan salivanya kasar, berusaha dia sekuat tenaga menekan kegugupan yang melanda lalu angkat bicara di detik berikutnya.“Sasha ingin minta restu Papa dan Mama untuk menikah dengan Mamat.”Lancar jaya sebaris kalimat itu meluncur dari bibir Falisha, seakan apa yang baru saja ia sampaikan adalah hal yang remeh.Terdiam Teddy tanpa ada sepatah katapun yang teruc
Si Gendut - Bab 111 Permintaan Maaf (2)Tertegun Teddy dan Miranda saat mendengarkan apa yang baru saja diucapkan oleh putri kesayangan mereka.Sungguh, tidak terlintas di kepala mereka jika Falisha akan melayangkan permintaan maaf juga sedikit menyinggung masa lalu di situasi seperti sekarang ini.Bukan pasangan paruh baya ini tidak mengerti dengan maksud Falisha, tapi bukankah jika mereka telah bertemu kembali setelah sekian lama itu artinya semua sudah dianggap berlalu.Oleh Falisha, wanita yang telah berstatus janda dengan satu anak itu hanya mampu menundukkan kepala dengan air mata yang terus menitik jatuh. Tidak berani sedikit pun ia mengangkat wajah karena dirundung penyesalan dan rasa bersalah yang begitu kental sebab karena kesalahan yang diperbuatnya berujung pada rentetan masalah berbuntut panjang yang hampir saja mengoyak segala kerja keras orang tuanya.“Sasha … minta maaf … Ma, Pa ….”Bergetar bahu Falisha saat mengucapkan kembali sebaris kalimat tersebut. Ketakutan mulai