Share

715. Part 2

last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-12 01:02:40

"Hei! Kalian dua monyet tua kesasar dari Gunung Perahu, tidak boleh mendahuluiku. Hanya Jiwo Langgenglah yang pantas jadi suami Angkin Maut! Bukan kalian, tahu!" bentak pemuda berpakaian ringkas warna jingga yang ternyata bernama Jiwo Langgeng, lantang.

"Bedebah! Kau berani merendahkan kami, Sepasang Manusia Jubah Merah dari Gunung Perahu, he! Di atas langit, masih ada langit! Jadi jangan jual lagak di hadapan kami, tahu!" bentak Badar Angin garang.

"Kalian tak lebih dua ekor monyet tua dari Gunung Perahu. Tak perlu ada yang ditakutkan," ejek Jiwo Langgeng dingin.

"Jahanam! Kau memang layak modar di tanganku, Bocah!" dengus Badar Angin penuh kemarahan, seraya mengerahkan tenaga dalamnya ke kedua tangan. Kedua telapak tangan lelaki tinggi besar itu telah berubah merah menyala. "Terimalah pukulan 'Menggulung Angin Topan'!" teriak Badar Angin.

Namun baru saja, Badar Angin mengangkat kedua telapak tangannya, tiba-tiba....

"Minggir! Siapa pun juga yang

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Si Buta Dari Sungai Ular   716. Part 3

    Sementara Jiwo Langgeng tadi yang menjadi sasaran, sudah mendarat manis di tanah. Namun baru saja menegakkan tubuhnya, mendadak Datuk Wanoro sudah kembali meluruk untuk menuntaskan urusannya. Begitu cepat gerakan lelaki berwajah monyet ini, sehingga Jiwo Langgeng tak sempat menghindarinya. Sehingga....Bukkk! Bukkk!Telak sekali dua pukulan Datuk Wanoro mendarat di dada Jiwo Langgeng. Seketika tubuh pemuda itu terjajar beberapa langkah ke belakang. Dadanya yang terkena pukulan terasa mau jebol. Mulutnya meringis menahan sakit tak terkira."Bagus! Memang sebaiknya kita cincang bocah bermulut ular ini rame-rame!" teriak pula Badar Topan. Memang, lelaki kurus kering ini juga merasa gemas sekali dengan ucapan Jiwo Langgeng. Maka segera diserangnya pemuda itu. Kedua telapak tangannya yang telah berubah merah menyala pun segera menghentak, melepas pukulan 'Menggulung Angin Topan'.Pada saat yang demikian, agaknya Jiwo Langgeng tak mau kecolongan lagi. Maka begi

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-12
  • Si Buta Dari Sungai Ular   717. Part 4

    Sejenak Badar Angin mengalihkan pandangannya ke arah Badar Topan. Lelaki kurus itu mengangguk. Lalu tanpa banyak cakap, Sepasang Manusia Jubah Merah dari Gunung Perahu berkelebat cepat meninggalkan tempat itu."Ah...! Aku pun juga tidak ingin kalah cepat," kata Datuk Wanoro, segera berkelebat pula."Aku juga. Selamat tinggal, Calon Istriku!" kata Jiwo Langgeng, segera pula meninggalkan tempat itu.Angkin Maut sejenak memperhatikan keempat tamu undangannya yang berkelebat cepat, hingga menghilang di kerimbunan hutan di depan sana. Lalu dengan wajah menegang, kepalanya mendongak. Tampak awan hitam bergulung-gulung di angkasa, pertanda sebentar lagi akan turun hujan lebat."Maafkan aku, Manggala! Terpaksa aku melakukan ini. Kaulah yang membuat hatiku merana. Dan, kau pulalah yang harus menebus akibatnya...!" gumam Angkin Maut dengan mata mulai mengembang oleh air mata.-o0o-PAGI CERAH. Matahari di ufuk timur seolah tersenyum dengan sinarnya ya

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-12
  • Si Buta Dari Sungai Ular   718. Part 5

    "Sialan! Hari ini kok sial banget, sih! Sudah dituduh pencuri, dikatakan berotak miring lagi!" rutuk Manggala kesal. "Apa tadi kau bilang, Kunyuk buta? Berani kau menuduh kami pencuri, he!" bentak pemuda berompi putih lantang saat mendengar gumaman Manggala tadi. "Ah...! Aku tak mungkin berani berkata begitu. Tapi kalau melihat sikap kalian yang uring-uringan begini, jangan-jangan malah kalianlah yang telah mencuri kerbau milik petani yang tadi kutemui!" "Keparat! Jangan sembarangan main tuduh, Kunyuk!" bentak pemuda berompi putih lantang seraya mencabut pedangnya. "Kalau bukan pencuri, kenapa kalian membawa kerbau-kerbau melewati hutan? Bukankah di seberang hutan ini ada jalanan desa yang lebih dekat dengan kadipaten, kalau memang ingin menjual kerbau-kerbau ini? Hayo, jawab!" goda Manggala. "Setan Alas! Kerbau-kerbau ini mau dibawa melewati hutan kek, lewat jalan desa kek, itu bukan urusanmu! Kenapa kau usil amat!" bentak pemuda berompi puti

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-12
  • Si Buta Dari Sungai Ular   719. Part 6

    "Tunggu!" teriak Jiwo Langgeng tiba-tiba. "Menilik ciri-ciri mu, benarkah kau pemuda yang bergelar Si Buta dari Sungai Ular?"Langkah Manggala terpaksa berhenti. Sejenak dipandanginya pemuda gagah berpakaian ketat warna jingga di hadapannya saksama. Lalu keningnya berkerut dalam."Aku tidak tahu siapa kau. Dan aku juga tidak tahu, apa maksud bicaramu tadi," sahut Manggala asal bunyi. Jiwo Langgeng tertawa bergelak. Kepalanya mendongak tinggi-tinggi. Selang beberapa saat, wajah garang Jiwo Langgeng memandang tajam pada Manggala."Bodoh! Aku tahu, kaulah pemuda buta sinting yang bergelar Si Buta dari Sungai Ular. Sekarang cepat tanggalkan kepalamu mumpung kesabaranku belum habis!" desis Jiwo Langgeng."Heran! Heran! Sebenarnya yang sinting itu aku atau kau? Tadi aku dituduh pencuri kerbau dan dituduh berotak miring. Kini malah ada orang yang menginginkan kepalaku! Heran-heran! Apa sekarang dunia ini makin banyak dijejali orang berotak miring. Atau, memang z

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-13
  • Si Buta Dari Sungai Ular   720. Part 7

    "Lihat, Pawit! Itu kerbau-kerbau milik kita!" pekik ayah Pawit gembira, kala sepasang matanya melihat Manggala tengah menggiring kerbau-kerbau milik mereka, diikuti dua pemuda berpakaian rompi putih dan pemuda berpakaian hitam."Benar, Ayah! Itu kerbau-kerbau milik kita!" pekik Pawit kegirangan, lalu cepat berlari menghampiri Manggala."Benar kerbau-kerbau ini milikmu, Adik Kecil?" tanya Manggala begitu Pawit berada di dekatnya."Benar, Kak. Kerbau-kerbau ini memang milik ayahku. Tapi..., tapi kenapa pencurinya jadi tiga orang?" tanya bocah kecil itu lugu. Sebentar sepasang matanya yang berbinar memperhatikan dua orang pemuda berambut gondrong di kanan kiri Manggala. Sebentar pandangannya telah beralih ke arah Manggala."Ah...! Kau masih menuduhku pencuri, Bocah?" tukas Manggala."Eh...! Bukan! Bukan kau pencurinya, Kak. Yah-yah...! Kedua orang itulah yang telah mencuri kerbauku!""Syukur kalau kau masih ingat, Dik. Sekarang kita menemui aya

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-13
  • Si Buta Dari Sungai Ular   721. Part 8

    Hebat bukan main serangan-serangan Datuk Wanoro kali ini. Begitu hebatnya, sehingga setiap tangannya berkelebat terdengar kesiur angin dingin yang menampar-nampar wajah Si Buta dari Sungai Ular!Si Buta dari Sungai Ular cepat mengerahkan jurus sakti 'Terjangan Maut Ular Putih'. Kedua telapak tangannya yang membentuk dua kepala ular cepat bergerak di antara gulungan-gulungan serangan Datuk Wanoro. Dan pada satu kesempatan, dari sungai ular ini dapat melepas patukan tangan kanan ke dada.Bukkk! Bukkk!Dua kali dada Datuk Wanoro terkena patukan telak tangan Si Buta dari Sungai Ular. Tubuhnya yang tinggi besar kontan terjajar ke belakang. Wajahnya menegang. Dadanya yang terkena patukan terasa mau berguncang. Gerahamnya berkerut-kerut, menahan luka dalam dadanya."Heaaa...!"Tanpa menghiraukan rasa sakit, Datuk Wanoro kembali menerjang Si Buta dari Sungai Ular. Kedua telapak tangannya yang telah berubah kuning berkilauan segera melontarkan pukulan 'Gada

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-13
  • Si Buta Dari Sungai Ular   722. Part 9

    "Hea...! Hea...!"Diiringi teriakan-teriakan memekakkan gendang telinga, Si Buta dari Sungai Ular merangsek maju. Perlahan namun pasti, pemuda dari sungai ular itu mulai dapat mendesak kedua lawan. Bahkan sepuluh jurus kemudian, Badar Angin dan Badar Topan hampir tidak dapat membalas. Jangankan untuk membalas. Untuk keluar dari gempuran-gempuran dari sungai ular itu rasanya sulit! Sambil bersiul-siul Si Buta dari Sungai Ular terus mendesak kedua orang pengeroyoknya. Hingga pada suatu kesempatan baik, tiba-tiba kedua tangannya yang membentuk kepala ular disusupkan secara bergantian di antara serangan-serangan balik Badar Angin dan Badar Topan. Dan....Bukkk! Bukkk!"Aaakh...!"Telak sekali patukan tangan kanan-kiri Si Buta dari Sungai Ular menghantam dada kedua lawannya. Seketika Sepasang Manusia Jubah Merah memekik keras dengan tubuh terjajar beberapa langkah ke belakang! Wajah mereka meringis kesakitan."Kubilang apa! Untung saja dadamu tidak jebo

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-13
  • Si Buta Dari Sungai Ular   723. Part 10

    Si Buta dari Sungai Ular sejenak masih memandangi ke arah Badar Angin yang lenyap tadi. Sebenarnya, ia ingin mengejar. Namun ketika melihat Badar Topan masih tergeletak di tanah, niatnya lantas diurungkan."Tak ada pilihan lain. Aku harus mengorek keterangan dari manusia kerempeng itu. Aku penasaran sekali. Siapa sebenarnya yang berdiri di balik semua ini" Kenapa banyak orang yang menginginkan nyawaku?" gumam Manggala dalam hati.Manggala lalu berjalan mendekati Badar Topan yang terkapar di tanah. Namun baru beberapa langkah....Wesss...!Tiba-tiba Si Buta dari Sungai Ular merasakan berkesiurnya angin dingin menyerang dirinya dari belakang!Maka secepatnya ia berpaling ke belakang."Heh...!"Seketika itu Manggala tersentak, berpuluh-puluh sinar kuning keemasan berkeredepan menyerang dirinya bak air hujan dicurahkan dari langit!"Uts...!"Tanpa pikir panjang, Si Buta dari Sungai Ular segera membuang tubuhnya ke samping sa

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-13

Bab terbaru

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1283. Part 20

    Roh Dewa Petir segera melayang ke atas dengan membawa batu hitam tadi. Kendati sinar-sinar hitam yang mencelat dari batu itu tak putus, namun bahaya mulai mereda karena semakin lama batu itu semakin tinggi dibawa terbang. Mendapati hal itu, Si Buta dari Sungai Ular menghela napas lega. "Rasanya... sudah berakhir ketegangan ini." Tetapi dia keliru! Rupanya bahaya belum berhenti sampai di Sana. Karena mendadak saja terdengar suara berderak yang sangat keras laksana topan hantam pesisir. Menyusul rengkahnya tanah di beberapa penjuru. Si Buta dari Sungai Ular seketika berseru seraya menyambar tangan Dewi Awan Putih, "Menyingkir!" Hantu Caping Baja yang semula tercengang tak percaya melihat Roh Dewa Petir raksasa yang keluar dari dada Manggala, segera bertindak cepat. Kedua kakinya dijejakkan di atas tanah, saat itu pula tubuhnya mumbul ke angkasa! Tanah yang rengkah itu bergerak sangat cepat, membujur dan memburu disertai suara menggemuruh yang mengerikan. Debu-debu beterbangan disert

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1282. Part 19

    Bukan hanya Manusia Angin yang palingkan kepala, Dayang Harum pun segera menoleh. Sepasang mata si gadis mendadak terkesiap, tatkala sinar hitam berkilat-kilat menggebah ke arahnya.Mendapati serangan yang ganas itu, salah seorang dari Dayang-dayang Dasar Neraka segera surutkan langkah tiga tindak ke belakang. Kejap itu pula dia siap lepaskan pukulan 'Kabut Gurun Es'!Namun sebelum dilakukan, mendadak saja terdengar suara letupan yang sangat keras dan muncratnya sinar hitam yang dilepaskan oleh Iblis Tanpa Jiwa. Menyusul kemudian tubuh lelaki itu mencelat ke belakang disertai seruan tertahan, "Keparat busuk!"Tatkala kedua kakinya hinggap kembali di atas tanah, kepalanya segera dipalingkan ke kanan dan ke kiri. Makiannya terdengar walau pelan, "Setan keparat! Siapa lagi orangnya yang hendak bikin masalah!"Bukan hanya Iblis Tanpa Jiwa yang heran mendapati putusnya serangan yang dilakukannya, Dayang Harum pun terkesiap kaget dengan mulut menganga. Gadis in

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1281. Part 18

    Buang Totang Samudero tak mau tinggal diam. Disertai teriakan keras, mendadak saja terdengar deru angin kencang yang disusul dengan berkelebatnya seberkas sinar kuning dan merah mengarah pada Iblis Tanpa Jiwa!Blaaar! Blaaarr!Terdengar letupan sangat dahsyat bersamaan muncratnya sinar hitam, kuning dan merah ke berbagai tempat! Masing-masing orang surut ke belakang. Sosok Iblis Tanpa Jiwa nampak bergetar. Hanya sekejap karena kejap lain kedua kakinya telah tegak berdiri.Di seberang, sosok Buang Totang Samudero bergetar kendati tubuhnya tetap berada sejengkal di atas tanah. Darah mengalir dari sudut-sudut bibirnya."Celaka! Rasanya aku tak akan mampu menghadapi manusia satu ini!" desisnya tegang. Tetapi di lain kejap sepasang matanya terbuka lebih lebar. "Peduli setan! Apa pun yang terjadi, aku akan tetap bertahan!"Habis membatin begitu, mendadak saja membersit sinar kuning dan merah dari tubuh Buang Totang Samudero. Menyusul sosoknya telah meles

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1280. Part 17

    Berpikir demikian, mendadak saja Manggala melepaskan diri dari rangkulan Dewi Awan Putih disertai dorongan keras. Gadis berbaju jingga itu terkejut. Seraya keluarkan pekikan tertahan, tubuh gadis itu terguling ke depan.Manggala langsung melompat ke udara, berputar dua kali guna hindari sambaran sinar hitam, lalu berdiri tegak di atas tanah dengan wajah tegang dan kesiagaan tinggi. Begitu berdiri tegak, dengan cepat diputar kedua tangannya ke atas, lalu ke bawah dan kembali ke atas. Menyusul diusapnya kedua tangannya satu sama lain. Lalu diusapkan tangan kanannya pada dadanya yang terdapat rajahan petir. Usai dilakukan semua itu, mendadak saja sebuah bayangan raksasa melesat dari rajahan petir yang terdapat pada kanan kiri lengannya. Melayang-layang tanpa mengeluarkan suara sama sekali. Rupanya Si Buta dari Sungai Ular telah mengeluarkan ilmu 'Inti Roh Dewa Petir'.Kejap kemudian, sambil dongakkan kepala, pemuda dari Sungai Ular ini berseru, "Dewa Petir! Angkat dan baw

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1279. Part 16

    "Ada satu kekuatan yang nampaknya melingkupi batu ini," Manggala membatin tatkala menyadari Dewi Awan Putih belum berhasil menggeser batu itu. Bahkan dilihatnya gadis itu sudah berkeringat.Hantu Caping Baja berkata, "Menyingkir! Biar aku coba untuk menggulingkannya!"Setelah Dewi Awan Putih menyingkir dengan masih tak mempercayai apa yang lelah dilakukannya, si nenek yang sebagian wajahnya ditutupi caping terbuat dari baja yang sangat berat namun si nenek kelihatan biasa-biasa saja, segera mendorong batu besar hitam itu. Yang terjadi kemudian, sama seperti yang dialami oleh Dewi Awan Putih. Batu itu tetap tak bergeser!Menjadi ngotot Hantu Caping Baja. Tetapi sekian lama mencoba mendorongnya dengan lipat gandakan tenaga dalamnya, batu itu tetap tak bergeser.Manggala membatin, "Benar-benar luar biasa. Kekuatan yang ada pada batu ini seperti mengisyaratkan satu bahaya lain." Lalu katanya, "Sebaiknya... kita bersama-sama mendorong batu ini. Dan bersiap bil

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1278. Part 15

    Pemuda dari Sungai Ular itu tak segera menjawab pertanyaan si nenek berpakaian putih gombrang. Pandangannya tertuju lekat ke depan."Menurut Dewi Awan Putih, di tempat yang bernama Bulak Batu Bulan akan terdapat sebuah batu yang disebut Batu Bulan. Di bawah batu itulah terdapat petunjuk di mana Kitab Pamungkas berada. Dan dikatakannya juga, kalau bahaya akan mengancam bila ada yang berhasil menggeser Batu Bulan. Bila memang tak jauh dari dua bukit itu adalah tempat yang disebut Bulak Batu Bulan, apakah Guru sudah berada di sana?" pikir Manggala.Si nenek yang sebagian wajahnya tertutup caping lebar terbuat dari baja namun sedikit pun tak merasa kepayahan mengenakannya, arahkan pandangannya pada Si Buta dari Sungai Ular yang masih terdiam, "Apakah kau memikirkan sesuatu?"Manggala mengangguk."Ya! Aku seperti... ah, sudahlah. Untuk memastikan apakah tempat itu yang disebut Bulak Batu Bulan, kita memang sebaiknya segera ke sana."Habis kata-kata itu

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1277. Part 14

    Pemuda berpakaian abu-abu ini terkesiap mendapati serangan perempuan bertopeng perak yang ganas. Segera dia membuang tubuh ke kiri. Bersamaan dengan itu tubuhnya langsung dihempos ke depan seraya mendorong kedua tangannya.Dewi Topeng Perak kertakkan rahangnya. Tubuhnya segera dienjot ke atas menghindari gebrakan Wulung Seta. Masih berada di udara, dia memutar tubuhnya. Kejap lain tubuhnya sudah menderu deras ke arah Wulung Seta.Terburu-buru murid mendiang Ki Alam Gempita ini menghindar dan mengangkat kedua tangannya.Des! Des!Dua pukulan bertenaga dalam tinggi itu berbenturan keras. Sosok Dewi Topeng Perak langsung melenting ke belakang dan tegak kembali di atas tanah dengan kedua kaki dipentangkan. Dari balik topeng perak yang dikenakannya, sepasang mata perempuan berpakaian kuning cemerlang ini menusuk dalam.Sementara itu, Wulung Seta surut tiga tindak ke belakang. Dadanya terasa nyeri dengan kedua tangan yang terasa remuk."Aku tak bo

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1276. Part 13

    "Aku juga belum dapat memastikan ke mana arah yang akan kita tempuh, Rayi. Sayangnya Raja Siluman Ular Putih tidak memberitahukan secara pasti. Rayi... apakah kau pikir Manggala sudah tiba di sana?""Aku tidak tahu. Tetapi mengingat waktu yang diberikan oleh Raja Siluman Ular Putih, seharusnya Kang Manggala sudah tiba di Bulak Batu Bulan. Bagaimana menurutmu sendiri?""Aku tidak tahu pasti."Di tempatnya sepasang mata Dewi Topeng Perak membuka cerah. "Hmmm... kedua remaja ini rupanya juga menuju ke Bulak Batu Bulan. Wajah keduanya nampaknya tak asing dalam ingatanku. Mendengar kata-kata keduanya, rupanya Raja Siluman Ular Putih juga melibatkan diri dalam urusan ini. Setahuku, lelaki itu adalah salah seorang dari guru Si Buta dari Sungai Ular. Peduli setan! Bila aku berhasil memiliki Kitab Pamungkas, semua keinginanku termasuk membunuh Si Buta dari Sungai Ular dan Buang Totang Samudero akan terlaksana dengan mudah."Karena terlalu gembira itulah tanpa seng

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1275. Part 12

    Berlutut dan menangis tersedu-sedu Dayang Pandan meratapi nasib sialnya. Beberapa saat kemudian terdengar teriakannya kalap, "Kubunuh kau! Kubunuh kau!"Tanpa membetulkan pakaiannya, gadis yang baru saja mengalami nasib sial ini berkelebat ke arah perginya Iblis Tanpa Jiwa dengan teriakan-teriakan keras.-o0o-DUA hari berlalu lagi dalam kehidupan manusia. Sesungguhnya, waktu kerap datang bertubi-tubi. Meluruk dan terkadang menikam dalam, hingga manusia yang lupa, khilaf ataupun mencoba tak perduli akan tergilas oleh waktu. Tetapi yang kerap menghargai waktu, maka dia akan berjalan lurus dan dapat mengendalikan waktu.Dalam hamparan malam yang pekat, tiga sosok tubuh menghentikan kelebatan masing-masing di sebuah jalan setapak yang dipenuhi semak belukar. Bintang gemintang yang biasanya bertaburan malam ini entah pergi ke mana. Sejenak sunyi mengerjap disertai suara binatang-binatang malam."Dua hari sudah kita mencoba melacak di mana

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status