"Tidak sama sekali. Tak ada dugaan itu padaku. Memang mengherankan sebenarnya. Tetapi inilah kenyataannya, kalau kau memang tak tahu benda apakah itu."
Iblis Cadas Siluman hanya menggeram. Dewi Bulan melanjutkan kata-katanya, "Banyak tanya yang harus ditemukan jawaban sebenarnya, karena persoalan ini cukup pelik dan penuh liku. Tetapi rasanya, kita tak bisa meneruskan cakap sementara kita tak tahu nasib murid masing-masing...."
"Jangan menjadi orang yang suka menunda urusan!"
"Tak ada rencana menjadi orang yang seperti kau katakan. Terlalu lama bicara pun saat ini tak ada guna, karena pokok urusan sudah kita ketahui, kalau beberapa prang golongan sesat sedang memburumu dan tentunya akan mencelakakanmu. Benda sakti apa yang mereka hendaki kita tak tahu sama sekali. Berarti yang tepat saat ini adalah, membiarkan mereka menemukan dirimu. Tetapi, persoalan tentang murid kita masing-masing belum tertuntaskan. Entah yang mana yang hendak kau dulukan, itu terserah pada
Keadaan itu membuat si nenek berhidung bulat ini yang sudah berhenti berkelebat kembali menjadi makin jengkel. "Lebih dungu lagi apa yang kubuat ini! Orang tadi tidak ketemu, justru aku semakin tersesat! Sinting! Tetapi..." Si nenek terdiam dengan kening dikernyitkan. Lalu terdengar desisannya pelan, "Mengapa kucium perubahan hawa di sini? Kalau sejak tadi yang tercium hanya bau bunga, pepohonan dan tanah, sekarang mengapa kucium sesuatu bau darah... Seperti terhalang oleh sebuah... Hmm... aku tahu, aku tahu!"Sambil pandangi sekitar tempatnya berdiri, si nenek bersuara keras, menggema karena suasana di sana begitu sunyi, "Kau mungkin pandai menyembunyikan diri! Tetapi siapa pun dan apa yang telah kau lakukan, kau tak bisa sembunyikan bau darah dari hidungku! Aku tak tahu apakah kau terluka ataukah kau membawa sesuatu yang berdarah! Tetapi... jelas sekali, ya... sangat jelas kalau kau terluka dalam. Karena darah yang kucium itu seperti terhalang sesuatu...."Sepi mengg
"Tunggu..."Seruan Beruang Mambang terputus karena perempuan tua bertelinga satu ini sudah menggerakkan kepalanya ke arah kanan. Dari tiga buah anting yang mencantel di telinga satu-satunya mendadak saja melesat tiga sinar hitam yang menggidikan.Mendapati serangan yang tidak terduga ini, Beruang Mambang tersentak Sambil keluarkan seruan terkejut, orang berkepala plontos ini cepat melompat ke samping. Blaaar! Tiga larik sinar hitam yang melesat dari tiga buah anting di telinga kiri si nenek itu menghantam sebatang pohon di belakang Beruang Mambang tadi. Seketika terdengar letupan keras bersamaan hangusnya pohon itu. Dedaunannya saat itu pula meranggas, jatuh luruh menjadi serpihan.Mendapati keadaan itu, Iblis Cadas Siluman tak mau bertindak ayal. Penculikan yang dilakukan orang tinggi besar bermata satu ini cukup menyakitkan hatinya. Apalagi mengingat kalau sampai saat ini muridnya belum juga ditemukan. Terlebih-lebih mengingat ucapan Beruang Mambang tadi kalau
Dua orang yang bercakap-cakap itu tak lain adalah Sindung Ruwit dan Hantu Kali Berantas, yang selain sedang mencari Iblis Cadas Siluman juga mempunyai rencana untuk mengkhianati Nenek Cabul, perempuan lanjut usia yang memerintahkan mereka untuk mencari Iblis Cadas Siluman.Lelaki berwajah lonjong itu mengalihkan pandangannya pada Hantu Kali Berantas. "Aku pun sudah tidak sabar untuk melakukan segala rencana! Tetapi sebelum kita menemukan Iblis Cadas Siluman dan mengetahui apakah benar benda yang kita cari itu sebuah benda yang teramat sakti, kita tak akan bisa melakukan rencana itu."Mendengar kata-kata kambratnya itu, Hantu Kali Berantas mendengus gusar. Dan tanpa sepengetahuan mereka, sepasang mata tajam memperhatikan dari atas sebuah pohon. Sosok orang yang sedang memperhatikan itu terhalang oleh rimbunnya dedaunan."Dua orang datang dan membicarakan soal benda sakti milik Iblis Cadas Siluman. Apakah mereka orang-orang yang dimaksud Raja Arak dan Naga Selatan
Hantu Kali Berantas cuma menganggukkan kepalanya. Sindung Ruwit tersenyum. "Dasar perempuan tua tolol! Kau tidak tahu rupanya apa yang kami rencanakan!" tawanya dalam hati.Tetapi hanya sekejap saja. Karena di kejap lain dia sudah melongo tatkala mendengar kata-kata Nenek Cabul, "Sindung Ruwit! Aku butuh kehangatan! Kebetulan tempat ini sepi! Ayo, layani apa yang kuinginkan!""Tetapi....""Sejak kapan kau menolak kutawarkan kenikmatan, hah!" putus Nenek Cabul dengan kedua mata mendelik Betapa geram sebenarnya Sindung Ruwit. Tetapi dia tak bisa melakukan apa-apa. Dalam hatinya dia berkata, "Suatu saat nanti. Ya, bila saatnya tiba."Sementara itu Hantu Kali Berantas hanya tersenyum-senyum saja. Tetapi senyumannya putus tatkala mendengar suara Nenek Cabul yang sudah menarik tangan Sindung Ruwit ke balik ranggasan semak belukar, "Kau tunggu di situ! Karena setelah lelaki keparat ini, kau harus melanjutkan yang tersisa!"Hantu Kali Berantas menekuk waja
"Apakah Nenek Cabul....""Tidak! Bukankah kau juga mendengar kalau perempuan cabul itu hendak menunggu Iblis Cadas Siluman di Gunung Lintang?"Hantu Kali Berantas terdiam beberapa saat. Lalu, katanya, "Kalau memang demikian, berarti di tempat sialan ini sebelumnya telah terjadi pertarungan. Sindung Ruwit... ke mana jalan yang kita tempuh sekarang?""Menilik keadaan, sangat sulit menentukan arah mana yang kita tuju bila maksudmu untuk mencari tahu siapa yang telah bertarung. Tetapi sebaiknya kita terus melangkah, tapi ke arah Utara."Hantu Kali Berantas terdiam. Dari wajahnya nampak sekali kalau lelaki berlengan lebih panjang dari lengan manusia layaknya berpikir. Kejap lain dia sudah berkata, "Kita teruskan langkah. Siapa tahu nasib baik datang. Kita dapat menemukan Iblis Cadas Siluman."Kedua tokoh sesat itu segera melanjutkan langkah. Setelah beberapa saat, Si Buta dari Sungai Ular yang bersembunyi di balik ranggasan semak belukar muncul dan berk
"Setan keparat!" maki Hantu Kali Berantas yang menyerang dengan kedua tangan lenturnya yang seperti dilempar. Dan setiap serangan yang dilakukan, hasilnya sungguh mengerikan. Dedaunan dari sebuah pohon langsung berguguran.Lelaki berkulit putih terang ini mundur tiga tindak seraya berseru, "Sindung Ruwit! Anting-anting di telinga perempuan tua keparat itu benar-benar dahsyat! Apakah memang benda-benda itu yang kita cari?"Sindung Ruwit yang mundur pula seraya mengatur napas menyahut dengan sorot mata tajam pada Nyi Randa Barong, "Rasanya memang benda-benda itu yang dimaksudkan Nenek Cabul. Tetapi, yang diinginkan Nenek Cabul hanya anting yang berada di tengah. Aku yakin, anting itu lebih dahsyat dari yang lainnya. Hanya saja, Iblis Cadas Siluman seperti tak mengetahuinya. Karena sejak tadi dia terus-terusan menyerang seperti itu.""Berarti, kita memang harus nekat mencecarnya.? Sebelum dia menyerang dengan sinar-sinar hitamnya itu, dia tak banyak bisa berbuat. T
"Biarkan mereka bermain-main sejenak. Bila kau ingin melemaskan otot, biar kulayani!" seru si pemuda berpakaian kulit ular sambil tersenyum.Semakin gusar Hantu Kali Berantas yang merasa keinginannya bersama Sindung Ruwit untuk mendapatkan benda sakti yang mereka inginkan sekaligus nyawa Iblis Cadas Siluman gagal. Tak mau menunggu lama, orang berkulit putih terang ini meluruk dengan kedua tangan disatukan kepada Si Buta dari Sungai Ular.Dari gerakan yang diperlihatkan lawan, Manggala yakin kalau serangan itu bukan serangan sembarangan. Segera saja dia menderu seraya mengalirkan tenaga surya pada kedua tangannya. Seketika menghampar udara panas yang menindih hawa dingin di tempat itu.Blaarr!Benturan keras terjadi dan menimbulkan suara letupan keras. Masing-masing orang mundur tiga tindak. Kedua tangan Si Buta dari Sungai Ular bergetar. Sementara Hantu Kali Berantas mengeluarkan darah di sela-sela bibirnya. "Celaka! Masih semuda itu tenaganya begitu heba
"Nek! Tadi kau katakan kau sendiri tidak tahu apa kesaktian anting di bagian tengah itu! Aku yakin kau merasa heran. Masa sih kau tak mau....""Jangan banyak omong! Belum saatnya kuceritakan tentang bagaimana aku mendapatkan anting-anting ini!" bentak Iblis Cadas Siluman keras, lalu menyambung dalam hati, "Karena ada sesuatu yang sangat kurahasiakan...."Manggala tak mau memaksa karena dia tahu kemarahan si nenek akan bertambah. Kendati demikian, dia sangat penasaran sekali."Bisa kuterima sebenarnya apa yang dikatakan Iblis Cadas Siluman. Hanya saja... yah, terpaksa aku harus menunggu waktu," batinnya.Sementara itu dilihatnya Iblis Cadas Siluman sudah melangkah. "Mau ke mana, Nek?""Jangan banyak tanya!" sambar perempuan tua berpakaian warna jingga ini tanpa menghentikan langkahnya.Manggala tersenyum. "Kau hendak mencari Angin Racun Barat, bukan?"Seketika Iblis Cadas Siluman menghentikan langkahnya. Pandangannya tak berkedip pada
Roh Dewa Petir segera melayang ke atas dengan membawa batu hitam tadi. Kendati sinar-sinar hitam yang mencelat dari batu itu tak putus, namun bahaya mulai mereda karena semakin lama batu itu semakin tinggi dibawa terbang. Mendapati hal itu, Si Buta dari Sungai Ular menghela napas lega. "Rasanya... sudah berakhir ketegangan ini." Tetapi dia keliru! Rupanya bahaya belum berhenti sampai di Sana. Karena mendadak saja terdengar suara berderak yang sangat keras laksana topan hantam pesisir. Menyusul rengkahnya tanah di beberapa penjuru. Si Buta dari Sungai Ular seketika berseru seraya menyambar tangan Dewi Awan Putih, "Menyingkir!" Hantu Caping Baja yang semula tercengang tak percaya melihat Roh Dewa Petir raksasa yang keluar dari dada Manggala, segera bertindak cepat. Kedua kakinya dijejakkan di atas tanah, saat itu pula tubuhnya mumbul ke angkasa! Tanah yang rengkah itu bergerak sangat cepat, membujur dan memburu disertai suara menggemuruh yang mengerikan. Debu-debu beterbangan disert
Bukan hanya Manusia Angin yang palingkan kepala, Dayang Harum pun segera menoleh. Sepasang mata si gadis mendadak terkesiap, tatkala sinar hitam berkilat-kilat menggebah ke arahnya.Mendapati serangan yang ganas itu, salah seorang dari Dayang-dayang Dasar Neraka segera surutkan langkah tiga tindak ke belakang. Kejap itu pula dia siap lepaskan pukulan 'Kabut Gurun Es'!Namun sebelum dilakukan, mendadak saja terdengar suara letupan yang sangat keras dan muncratnya sinar hitam yang dilepaskan oleh Iblis Tanpa Jiwa. Menyusul kemudian tubuh lelaki itu mencelat ke belakang disertai seruan tertahan, "Keparat busuk!"Tatkala kedua kakinya hinggap kembali di atas tanah, kepalanya segera dipalingkan ke kanan dan ke kiri. Makiannya terdengar walau pelan, "Setan keparat! Siapa lagi orangnya yang hendak bikin masalah!"Bukan hanya Iblis Tanpa Jiwa yang heran mendapati putusnya serangan yang dilakukannya, Dayang Harum pun terkesiap kaget dengan mulut menganga. Gadis in
Buang Totang Samudero tak mau tinggal diam. Disertai teriakan keras, mendadak saja terdengar deru angin kencang yang disusul dengan berkelebatnya seberkas sinar kuning dan merah mengarah pada Iblis Tanpa Jiwa!Blaaar! Blaaarr!Terdengar letupan sangat dahsyat bersamaan muncratnya sinar hitam, kuning dan merah ke berbagai tempat! Masing-masing orang surut ke belakang. Sosok Iblis Tanpa Jiwa nampak bergetar. Hanya sekejap karena kejap lain kedua kakinya telah tegak berdiri.Di seberang, sosok Buang Totang Samudero bergetar kendati tubuhnya tetap berada sejengkal di atas tanah. Darah mengalir dari sudut-sudut bibirnya."Celaka! Rasanya aku tak akan mampu menghadapi manusia satu ini!" desisnya tegang. Tetapi di lain kejap sepasang matanya terbuka lebih lebar. "Peduli setan! Apa pun yang terjadi, aku akan tetap bertahan!"Habis membatin begitu, mendadak saja membersit sinar kuning dan merah dari tubuh Buang Totang Samudero. Menyusul sosoknya telah meles
Berpikir demikian, mendadak saja Manggala melepaskan diri dari rangkulan Dewi Awan Putih disertai dorongan keras. Gadis berbaju jingga itu terkejut. Seraya keluarkan pekikan tertahan, tubuh gadis itu terguling ke depan.Manggala langsung melompat ke udara, berputar dua kali guna hindari sambaran sinar hitam, lalu berdiri tegak di atas tanah dengan wajah tegang dan kesiagaan tinggi. Begitu berdiri tegak, dengan cepat diputar kedua tangannya ke atas, lalu ke bawah dan kembali ke atas. Menyusul diusapnya kedua tangannya satu sama lain. Lalu diusapkan tangan kanannya pada dadanya yang terdapat rajahan petir. Usai dilakukan semua itu, mendadak saja sebuah bayangan raksasa melesat dari rajahan petir yang terdapat pada kanan kiri lengannya. Melayang-layang tanpa mengeluarkan suara sama sekali. Rupanya Si Buta dari Sungai Ular telah mengeluarkan ilmu 'Inti Roh Dewa Petir'.Kejap kemudian, sambil dongakkan kepala, pemuda dari Sungai Ular ini berseru, "Dewa Petir! Angkat dan baw
"Ada satu kekuatan yang nampaknya melingkupi batu ini," Manggala membatin tatkala menyadari Dewi Awan Putih belum berhasil menggeser batu itu. Bahkan dilihatnya gadis itu sudah berkeringat.Hantu Caping Baja berkata, "Menyingkir! Biar aku coba untuk menggulingkannya!"Setelah Dewi Awan Putih menyingkir dengan masih tak mempercayai apa yang lelah dilakukannya, si nenek yang sebagian wajahnya ditutupi caping terbuat dari baja yang sangat berat namun si nenek kelihatan biasa-biasa saja, segera mendorong batu besar hitam itu. Yang terjadi kemudian, sama seperti yang dialami oleh Dewi Awan Putih. Batu itu tetap tak bergeser!Menjadi ngotot Hantu Caping Baja. Tetapi sekian lama mencoba mendorongnya dengan lipat gandakan tenaga dalamnya, batu itu tetap tak bergeser.Manggala membatin, "Benar-benar luar biasa. Kekuatan yang ada pada batu ini seperti mengisyaratkan satu bahaya lain." Lalu katanya, "Sebaiknya... kita bersama-sama mendorong batu ini. Dan bersiap bil
Pemuda dari Sungai Ular itu tak segera menjawab pertanyaan si nenek berpakaian putih gombrang. Pandangannya tertuju lekat ke depan."Menurut Dewi Awan Putih, di tempat yang bernama Bulak Batu Bulan akan terdapat sebuah batu yang disebut Batu Bulan. Di bawah batu itulah terdapat petunjuk di mana Kitab Pamungkas berada. Dan dikatakannya juga, kalau bahaya akan mengancam bila ada yang berhasil menggeser Batu Bulan. Bila memang tak jauh dari dua bukit itu adalah tempat yang disebut Bulak Batu Bulan, apakah Guru sudah berada di sana?" pikir Manggala.Si nenek yang sebagian wajahnya tertutup caping lebar terbuat dari baja namun sedikit pun tak merasa kepayahan mengenakannya, arahkan pandangannya pada Si Buta dari Sungai Ular yang masih terdiam, "Apakah kau memikirkan sesuatu?"Manggala mengangguk."Ya! Aku seperti... ah, sudahlah. Untuk memastikan apakah tempat itu yang disebut Bulak Batu Bulan, kita memang sebaiknya segera ke sana."Habis kata-kata itu
Pemuda berpakaian abu-abu ini terkesiap mendapati serangan perempuan bertopeng perak yang ganas. Segera dia membuang tubuh ke kiri. Bersamaan dengan itu tubuhnya langsung dihempos ke depan seraya mendorong kedua tangannya.Dewi Topeng Perak kertakkan rahangnya. Tubuhnya segera dienjot ke atas menghindari gebrakan Wulung Seta. Masih berada di udara, dia memutar tubuhnya. Kejap lain tubuhnya sudah menderu deras ke arah Wulung Seta.Terburu-buru murid mendiang Ki Alam Gempita ini menghindar dan mengangkat kedua tangannya.Des! Des!Dua pukulan bertenaga dalam tinggi itu berbenturan keras. Sosok Dewi Topeng Perak langsung melenting ke belakang dan tegak kembali di atas tanah dengan kedua kaki dipentangkan. Dari balik topeng perak yang dikenakannya, sepasang mata perempuan berpakaian kuning cemerlang ini menusuk dalam.Sementara itu, Wulung Seta surut tiga tindak ke belakang. Dadanya terasa nyeri dengan kedua tangan yang terasa remuk."Aku tak bo
"Aku juga belum dapat memastikan ke mana arah yang akan kita tempuh, Rayi. Sayangnya Raja Siluman Ular Putih tidak memberitahukan secara pasti. Rayi... apakah kau pikir Manggala sudah tiba di sana?""Aku tidak tahu. Tetapi mengingat waktu yang diberikan oleh Raja Siluman Ular Putih, seharusnya Kang Manggala sudah tiba di Bulak Batu Bulan. Bagaimana menurutmu sendiri?""Aku tidak tahu pasti."Di tempatnya sepasang mata Dewi Topeng Perak membuka cerah. "Hmmm... kedua remaja ini rupanya juga menuju ke Bulak Batu Bulan. Wajah keduanya nampaknya tak asing dalam ingatanku. Mendengar kata-kata keduanya, rupanya Raja Siluman Ular Putih juga melibatkan diri dalam urusan ini. Setahuku, lelaki itu adalah salah seorang dari guru Si Buta dari Sungai Ular. Peduli setan! Bila aku berhasil memiliki Kitab Pamungkas, semua keinginanku termasuk membunuh Si Buta dari Sungai Ular dan Buang Totang Samudero akan terlaksana dengan mudah."Karena terlalu gembira itulah tanpa seng
Berlutut dan menangis tersedu-sedu Dayang Pandan meratapi nasib sialnya. Beberapa saat kemudian terdengar teriakannya kalap, "Kubunuh kau! Kubunuh kau!"Tanpa membetulkan pakaiannya, gadis yang baru saja mengalami nasib sial ini berkelebat ke arah perginya Iblis Tanpa Jiwa dengan teriakan-teriakan keras.-o0o-DUA hari berlalu lagi dalam kehidupan manusia. Sesungguhnya, waktu kerap datang bertubi-tubi. Meluruk dan terkadang menikam dalam, hingga manusia yang lupa, khilaf ataupun mencoba tak perduli akan tergilas oleh waktu. Tetapi yang kerap menghargai waktu, maka dia akan berjalan lurus dan dapat mengendalikan waktu.Dalam hamparan malam yang pekat, tiga sosok tubuh menghentikan kelebatan masing-masing di sebuah jalan setapak yang dipenuhi semak belukar. Bintang gemintang yang biasanya bertaburan malam ini entah pergi ke mana. Sejenak sunyi mengerjap disertai suara binatang-binatang malam."Dua hari sudah kita mencoba melacak di mana