Home / Pendekar / Si Buta Dari Sungai Ular / 20. Siasat Si Buta dari Sungai Ular

Share

20. Siasat Si Buta dari Sungai Ular

last update Last Updated: 2023-09-05 18:26:55
Saat itu, rombongan kerajaan sudah memasuki mulut celah bukit. Dan...

“Maju” perintah Bajing Ireng pada anak buahnya, penuh nafsu.

Seketika dari bebatuan besar yang menyembunyikan tubuh mereka, Bajing Ireng dan anak buahnya berhamburan keluar. Bersama si Kembar dari Tiongkok, dia menghadang di depan. Sementara, empat anak buahnya yang lain menghadang di belakang.

Rombongan kerajaan kini benar-benar terjepit, tanpa dapat meloloskan diri lagi. Bagaimana mereka bisa meloloskan diri kalau di sisi-sisi adalah tebing terjal menjulang yang mustahil didaki. Sedangkan di depan dan di belakang mereka, musuh sudah siap merencah. Celah bukit sepi, maut yang akan menjemput. Hanya desir angin yang meluncur di antara dinding cadas.

“Bratasena. Akhirnya kau akan pergi juga ke dasar neraka” seru Bajing Ireng keras, namun dingin. Tak ada perubahan sedikit pun di wajahnya. Sementara, anak rambut dan ujung pakaiannya dipermainkan angin.

Tak ada jawaban dari pihak kerajaan.

“Bratasena. Apakah kau sud
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (2)
goodnovel comment avatar
KSATRIA PENGEMBARA
ok udah direvisi selamat membaca
goodnovel comment avatar
KSATRIA PENGEMBARA
Maaf saya salah upload bab seharusnya bab 20 jadi bab 29 sedang saya perbaiki sekali lagi maaf...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Si Buta Dari Sungai Ular   21. Manggala vs Bajing Ireng

    “Rhenata Apa-apaan kau ini?” kata Patih Ranggapati, bergetar.“Paman Guntur Selaksa, periksalah bahu kiri Patih Ranggapati. Sewaktu pulang bersamaku dulu, dia mengatakan kalau luka di bahunya adalah akibat serangan orang-orang Bajing Ireng. Sesungguhnya, luka itu akibat sayatan Kipas Naga milikku...,” sambung Rhenata pada Mahapatih Guntur Selaksa, tanpa mempedulikan keterkejutan Patih Ranggapati.Rupanya, Rhenata sudah mulai mempercayai siasat yang diterapkan Manggala, untuk membuktikan keterlibatan Patih Ranggapati dalam menebar bencana di Kerajaan Madangsewu.Lelaki tinggi besar bernama Mahapatih Guntur Selaksa menatap Patih Ranggapati dengan sinar mata tidak percaya. Bagaimana mungkin orang yang selama ini dikenal baik sebagai perwira kerajaan dengan kesetiaannya yang tak diragukan itu berkhianat? Namun mengingat yang memerintah adalah putri raja, mau tak mau Mahapatih Guntur Selaksa mengabulkannya.“Kemarilah, Patih Rangg

    Last Updated : 2023-09-06
  • Si Buta Dari Sungai Ular   22. Tenaga Inti Geledek yang dahsyat

    Setelah terlebih dahulu meliukkan tubuhnya menghindari jilatan cemeti.Ctar!Cemeti di tangan Bajing Ireng terlepas seketika. Sedangkan tubuh Si Buta dari Sungai Ular meluncur turun di belakang Bajing Ireng. Begitu mendarat, dengan satu gerakan sulit dihindari, tongkat pusakanya menyergap wajah Bajing Ireng saat masih di udara.“Aaakh!”Dalam keadaan begitu, mata Si Buta dari Sungai Ular melihat tubuh Rhenata melayang mengerikan. Rupanya, seorang dari si Kembar dari Tiongkok berhasil menghempaskan tubuh gadis itu dengan pukulan jarak jauh.“Rhenata!” teriak Manggala terkejut. Pada saat itu, perhatiannya pada Bajing Ireng buyar.“Hiaaat”Berbareng satu gerakan berputar, Bajing Ireng yang berjuluk Siluman Pencabut Nyawa berhasil melepaskan diri.Setelah tubuhnya menghadap ke arah Si Buta dari Sungai Ular, tangannya bergerak bergantian secara beruntun.Des! Des! Des! Des!Empat puk

    Last Updated : 2023-09-06
  • Si Buta Dari Sungai Ular   23. Dendam Gaja Ireng

    Gaja Ireng paham jika Mandrawata terpesona dengan kecantikan putrinya itu. Untuk tidak merusak suasana, Gaja Ireng tak menegur tamunya itu. Dan lagi, toh Sakawuni mengacuhkan pandangan Mandrawata."Kiranya yang mulia Gaja Ireng sudi menerima seluruh murid-murid saya bernaung di bawah Panji Hantu," lanjut Mandrawata."Bagus, bagus!" Gaja Ireng tersenyum senang."Dan saya sendiri siap mengabdi pada yang mulia," ujar Mandrawata lagi sambil melirik Sakawuni."Apakah pengabdianmu tidak ada maksud lain?" Pancing Gaja Ireng.Mandrawata terdongak. Gaja Ireng memang bermaksud menyindir. Mandrawata menangkap maksud itu. Dia pun menundukkan kepalanya. Kecantikan gadis itu telah membuatnya jadi dungu. Dia lupa kalau yang dihadapinya kini adalah Gaja Ireng."Ayah, beri dia ujian untuk pengabdiannya!" suara Sakawuni terdengar lembut dan halus, namun nadanya menyimpan kebengisan dan kekejaman."Kau dengar permintaan putriku, Mandrawata?" Gaja Ireng

    Last Updated : 2023-09-06
  • Si Buta Dari Sungai Ular   24. Panji Hantu

    "Saya mengaku kalah, dan berjanji akan mengabdi sepenuhnya demi Panji Hantu!"Sakawuni tertawa senang."Berikan penawar racunmu, Sakawuni." Kata Gaja Ireng sekali lagi.Sakawuni merogoh saku bajunya dan menyentil sebutir pil berwama merah. Dengan cepat Gaja Ireng menangkapnya dan menyodorkan kepada Mandrawata. Tanpa sungkan lagi, Mandrawata segera menelan pil merah itu.Seketika tubuhnya terasa terbakar. Keringat deras mengucur membasahi sekujur tubuhnya. Wajah tampan dan bengis itu berubah memerah tegang. Segera dirapatkan kedua telapak tangannya ke depan dada."Jangan berlaku bodoh!" bentak Sakawuni. "Hawa murni akan mempercepat kematianmu!"Mandrawata tersentak. Cepat-cepat dilepaskan kedua telapak tangannya. Dibiarkan hawa panas itu menjalari tubuhnya. Sungguh tak tertahankan. Ingin rasanya mengerahkan tenaga dalamnya, tapi peringatan tadi mengurungkan niat itu."Hoek!" Tiba-tiba saja cairan hitam meluncur dari mulut Mandrawata. K

    Last Updated : 2023-09-06
  • Si Buta Dari Sungai Ular   25. Di hadang

    "Berhenti...!"Mandrawata terkejut mendengar bentakan yang keras. Seketika dia menarik tali kekang kudanya. Kuda hitam itu meringkik sambil mengangkat dua kaki depannya, lalu berhenti. Mandrawata mengedarkan pandangannya.Tak ada seorang pun terlihat di sekitar situ. Mandrawata yakin pasti orang yang membentak itu mempunyai kepandaian yang tinggi. Segera dia waspada."Siapa pun adanya, keluar! Jangan seperti tikus busuk bersembunyi dalam got!" Teriak Mandrawata dibarengi penyaluran tenaga dalam yang besar sehingga menggema ke seluruh bukit.Begitu hebatnya tenaga dalam yang dimiliki Mandrawata, sehingga hembusan angin berhenti seketika. Matanya kembali beredar ke sekelilingnya."He he he..., ternyata Si Samber Nyawa hanya mengandalkan bacot!" terdengar suara ejekan menggema."Monyet buntung! Kalau punya nyali, keluar!" Mandrawata panas."Sejak tadi aku di sini, Mandrawata."Rasa terkejut Mandrawata bagai disengat ribuan tawon.

    Last Updated : 2023-09-07
  • Si Buta Dari Sungai Ular   26. Kelompok Panji Hantu

    "Tunggu!" sentak Empu Danuraga tiba-tiba. "Kau takut dengan Ajian Tapak Beracunku!" ejek Mandrawata. "Meski kau gunakan nama lain untuk ajianmu itu aku bisa kenali kalau ajian itu adalah gerakan 'Aji Racun Merah'! Ada hubungan apa kau dengan Setan Racun Merah?" "Apa pedulimu dengan tua bangka tolol itu?" Dengus Mandrawata. "Apa hubunganmu dengan Setan Racun Merah?" Desak Empu Danuraga. "Ha ha ha....'"Mandrawata hanya tertawa. Empu Danuraga mengkeretkan gerahamnya. Sinar matanya tajam menatap Mandrawata. Hampir sepuluh tahun dia tidak pernah mendengar kabar Setan Racun Merah. Dan sekarang, tiba-tiba saja jurus ampuh itu diperagakan Mandrawata. Walau dengan nama lain, tetapi Empu Danuraga masih bisa mengenali dengan baik. Lebih-lebih ketika melihat kedua telapak tangan Mandrawata memerah seperti terbakar. "Kau memiliki 'Aji Racun Merah', tentunya kau kenal baik dengan Setan Racun Merah. Katakan, di mana dia sekarang?" Dingin suar

    Last Updated : 2023-09-07
  • Si Buta Dari Sungai Ular   27. Lima Pari Emas

    "Simpan kalung itu, dan segera temui ayah!" Kata Sakawuni. Matanya masih menatap ke arah sudut ruangan."Di mana Gaja Ireng?" Tanya Mandrawata."Di penginapan Mawar Jingga."Mandrawata memakai kembali kalungnya kemudian melangkah keluar kedai.Penginapan Mawar Jingga berada di perbatasan antara dukuh Giring dengan dukuh Merang. Gaja Ireng selalu menggunakan penginapan itu jika keluar dari Lembah Hantu.Baru saja Mandrawata keluar, dia kembali la dan berdiri didepan pintu. Mukanya merah pada seperti menahan marah."Ada apa?" Tanya Sakawuni.Mandrawata tak menyahut. Dilemparkannya sebuah ruyung ke arah Sakawuni. Dengan tangkas gadis itu menangkapnya. Ruyung itu terbungkus selembar daun lontar yang diikat dengan pita merah.Sakawuni mendelik setelah mengetahui isinya Daun lontar itu bertuliskan sebaris kalimat, "Kalian anggota Panji Hantu, harus mampus di tangan kami!" Sakawuni segera menatap kelima orang yang masih acuh di sudut.

    Last Updated : 2023-09-07
  • Si Buta Dari Sungai Ular   28. Manggala datang membantu

    Sementara itu pertarungan lain masih terus berlangsung sengit. Pertarungan antara Mandrawata dengan Langlang Pari telah berlangsung di luar kedai. Disusul oleh Kanta Pari, Dadap Pari, dan Baga Pari yang bertarung melawan Tiga Serangkai Rantai Baja. "Jangan lari, Rahib Murtad!" seru Tatra Pari melihat Pradya Dagma melompat menembus atap kedai. Tatra Pari mengikutinya. Di atas atap kedai mereka kembali bertarung. Sakawuni yang kini sudah berada di luar kedai, mengawasi pertarungan tanpa mengedipkan mata. Hatinya agak khawatir melihat salah seorang dari Tiga Serangkai Rantai Baja terpojok melawan Baga Pari. Hingga tiba-tiba...."Crab!" Pedang Baga Pari menembus lawannya. Darah muncrat bersamaan dengan limbungnya salah satu dari Tiga Serangkai Rantai Baja. Tanpa bersuara sedikit pun, orang itu ambruk tidak bergerak lagi. Baga Pari berdiri tegang dengan pedang tergenggam erat di tangan kanannya. Ujung mata pedangnya berlumuran darah. Saat matanya melihat Tatra Pari bertempur melawan Rah

    Last Updated : 2023-09-07

Latest chapter

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1283. Part 20

    Roh Dewa Petir segera melayang ke atas dengan membawa batu hitam tadi. Kendati sinar-sinar hitam yang mencelat dari batu itu tak putus, namun bahaya mulai mereda karena semakin lama batu itu semakin tinggi dibawa terbang. Mendapati hal itu, Si Buta dari Sungai Ular menghela napas lega. "Rasanya... sudah berakhir ketegangan ini." Tetapi dia keliru! Rupanya bahaya belum berhenti sampai di Sana. Karena mendadak saja terdengar suara berderak yang sangat keras laksana topan hantam pesisir. Menyusul rengkahnya tanah di beberapa penjuru. Si Buta dari Sungai Ular seketika berseru seraya menyambar tangan Dewi Awan Putih, "Menyingkir!" Hantu Caping Baja yang semula tercengang tak percaya melihat Roh Dewa Petir raksasa yang keluar dari dada Manggala, segera bertindak cepat. Kedua kakinya dijejakkan di atas tanah, saat itu pula tubuhnya mumbul ke angkasa! Tanah yang rengkah itu bergerak sangat cepat, membujur dan memburu disertai suara menggemuruh yang mengerikan. Debu-debu beterbangan disert

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1282. Part 19

    Bukan hanya Manusia Angin yang palingkan kepala, Dayang Harum pun segera menoleh. Sepasang mata si gadis mendadak terkesiap, tatkala sinar hitam berkilat-kilat menggebah ke arahnya.Mendapati serangan yang ganas itu, salah seorang dari Dayang-dayang Dasar Neraka segera surutkan langkah tiga tindak ke belakang. Kejap itu pula dia siap lepaskan pukulan 'Kabut Gurun Es'!Namun sebelum dilakukan, mendadak saja terdengar suara letupan yang sangat keras dan muncratnya sinar hitam yang dilepaskan oleh Iblis Tanpa Jiwa. Menyusul kemudian tubuh lelaki itu mencelat ke belakang disertai seruan tertahan, "Keparat busuk!"Tatkala kedua kakinya hinggap kembali di atas tanah, kepalanya segera dipalingkan ke kanan dan ke kiri. Makiannya terdengar walau pelan, "Setan keparat! Siapa lagi orangnya yang hendak bikin masalah!"Bukan hanya Iblis Tanpa Jiwa yang heran mendapati putusnya serangan yang dilakukannya, Dayang Harum pun terkesiap kaget dengan mulut menganga. Gadis in

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1281. Part 18

    Buang Totang Samudero tak mau tinggal diam. Disertai teriakan keras, mendadak saja terdengar deru angin kencang yang disusul dengan berkelebatnya seberkas sinar kuning dan merah mengarah pada Iblis Tanpa Jiwa!Blaaar! Blaaarr!Terdengar letupan sangat dahsyat bersamaan muncratnya sinar hitam, kuning dan merah ke berbagai tempat! Masing-masing orang surut ke belakang. Sosok Iblis Tanpa Jiwa nampak bergetar. Hanya sekejap karena kejap lain kedua kakinya telah tegak berdiri.Di seberang, sosok Buang Totang Samudero bergetar kendati tubuhnya tetap berada sejengkal di atas tanah. Darah mengalir dari sudut-sudut bibirnya."Celaka! Rasanya aku tak akan mampu menghadapi manusia satu ini!" desisnya tegang. Tetapi di lain kejap sepasang matanya terbuka lebih lebar. "Peduli setan! Apa pun yang terjadi, aku akan tetap bertahan!"Habis membatin begitu, mendadak saja membersit sinar kuning dan merah dari tubuh Buang Totang Samudero. Menyusul sosoknya telah meles

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1280. Part 17

    Berpikir demikian, mendadak saja Manggala melepaskan diri dari rangkulan Dewi Awan Putih disertai dorongan keras. Gadis berbaju jingga itu terkejut. Seraya keluarkan pekikan tertahan, tubuh gadis itu terguling ke depan.Manggala langsung melompat ke udara, berputar dua kali guna hindari sambaran sinar hitam, lalu berdiri tegak di atas tanah dengan wajah tegang dan kesiagaan tinggi. Begitu berdiri tegak, dengan cepat diputar kedua tangannya ke atas, lalu ke bawah dan kembali ke atas. Menyusul diusapnya kedua tangannya satu sama lain. Lalu diusapkan tangan kanannya pada dadanya yang terdapat rajahan petir. Usai dilakukan semua itu, mendadak saja sebuah bayangan raksasa melesat dari rajahan petir yang terdapat pada kanan kiri lengannya. Melayang-layang tanpa mengeluarkan suara sama sekali. Rupanya Si Buta dari Sungai Ular telah mengeluarkan ilmu 'Inti Roh Dewa Petir'.Kejap kemudian, sambil dongakkan kepala, pemuda dari Sungai Ular ini berseru, "Dewa Petir! Angkat dan baw

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1279. Part 16

    "Ada satu kekuatan yang nampaknya melingkupi batu ini," Manggala membatin tatkala menyadari Dewi Awan Putih belum berhasil menggeser batu itu. Bahkan dilihatnya gadis itu sudah berkeringat.Hantu Caping Baja berkata, "Menyingkir! Biar aku coba untuk menggulingkannya!"Setelah Dewi Awan Putih menyingkir dengan masih tak mempercayai apa yang lelah dilakukannya, si nenek yang sebagian wajahnya ditutupi caping terbuat dari baja yang sangat berat namun si nenek kelihatan biasa-biasa saja, segera mendorong batu besar hitam itu. Yang terjadi kemudian, sama seperti yang dialami oleh Dewi Awan Putih. Batu itu tetap tak bergeser!Menjadi ngotot Hantu Caping Baja. Tetapi sekian lama mencoba mendorongnya dengan lipat gandakan tenaga dalamnya, batu itu tetap tak bergeser.Manggala membatin, "Benar-benar luar biasa. Kekuatan yang ada pada batu ini seperti mengisyaratkan satu bahaya lain." Lalu katanya, "Sebaiknya... kita bersama-sama mendorong batu ini. Dan bersiap bil

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1278. Part 15

    Pemuda dari Sungai Ular itu tak segera menjawab pertanyaan si nenek berpakaian putih gombrang. Pandangannya tertuju lekat ke depan."Menurut Dewi Awan Putih, di tempat yang bernama Bulak Batu Bulan akan terdapat sebuah batu yang disebut Batu Bulan. Di bawah batu itulah terdapat petunjuk di mana Kitab Pamungkas berada. Dan dikatakannya juga, kalau bahaya akan mengancam bila ada yang berhasil menggeser Batu Bulan. Bila memang tak jauh dari dua bukit itu adalah tempat yang disebut Bulak Batu Bulan, apakah Guru sudah berada di sana?" pikir Manggala.Si nenek yang sebagian wajahnya tertutup caping lebar terbuat dari baja namun sedikit pun tak merasa kepayahan mengenakannya, arahkan pandangannya pada Si Buta dari Sungai Ular yang masih terdiam, "Apakah kau memikirkan sesuatu?"Manggala mengangguk."Ya! Aku seperti... ah, sudahlah. Untuk memastikan apakah tempat itu yang disebut Bulak Batu Bulan, kita memang sebaiknya segera ke sana."Habis kata-kata itu

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1277. Part 14

    Pemuda berpakaian abu-abu ini terkesiap mendapati serangan perempuan bertopeng perak yang ganas. Segera dia membuang tubuh ke kiri. Bersamaan dengan itu tubuhnya langsung dihempos ke depan seraya mendorong kedua tangannya.Dewi Topeng Perak kertakkan rahangnya. Tubuhnya segera dienjot ke atas menghindari gebrakan Wulung Seta. Masih berada di udara, dia memutar tubuhnya. Kejap lain tubuhnya sudah menderu deras ke arah Wulung Seta.Terburu-buru murid mendiang Ki Alam Gempita ini menghindar dan mengangkat kedua tangannya.Des! Des!Dua pukulan bertenaga dalam tinggi itu berbenturan keras. Sosok Dewi Topeng Perak langsung melenting ke belakang dan tegak kembali di atas tanah dengan kedua kaki dipentangkan. Dari balik topeng perak yang dikenakannya, sepasang mata perempuan berpakaian kuning cemerlang ini menusuk dalam.Sementara itu, Wulung Seta surut tiga tindak ke belakang. Dadanya terasa nyeri dengan kedua tangan yang terasa remuk."Aku tak bo

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1276. Part 13

    "Aku juga belum dapat memastikan ke mana arah yang akan kita tempuh, Rayi. Sayangnya Raja Siluman Ular Putih tidak memberitahukan secara pasti. Rayi... apakah kau pikir Manggala sudah tiba di sana?""Aku tidak tahu. Tetapi mengingat waktu yang diberikan oleh Raja Siluman Ular Putih, seharusnya Kang Manggala sudah tiba di Bulak Batu Bulan. Bagaimana menurutmu sendiri?""Aku tidak tahu pasti."Di tempatnya sepasang mata Dewi Topeng Perak membuka cerah. "Hmmm... kedua remaja ini rupanya juga menuju ke Bulak Batu Bulan. Wajah keduanya nampaknya tak asing dalam ingatanku. Mendengar kata-kata keduanya, rupanya Raja Siluman Ular Putih juga melibatkan diri dalam urusan ini. Setahuku, lelaki itu adalah salah seorang dari guru Si Buta dari Sungai Ular. Peduli setan! Bila aku berhasil memiliki Kitab Pamungkas, semua keinginanku termasuk membunuh Si Buta dari Sungai Ular dan Buang Totang Samudero akan terlaksana dengan mudah."Karena terlalu gembira itulah tanpa seng

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1275. Part 12

    Berlutut dan menangis tersedu-sedu Dayang Pandan meratapi nasib sialnya. Beberapa saat kemudian terdengar teriakannya kalap, "Kubunuh kau! Kubunuh kau!"Tanpa membetulkan pakaiannya, gadis yang baru saja mengalami nasib sial ini berkelebat ke arah perginya Iblis Tanpa Jiwa dengan teriakan-teriakan keras.-o0o-DUA hari berlalu lagi dalam kehidupan manusia. Sesungguhnya, waktu kerap datang bertubi-tubi. Meluruk dan terkadang menikam dalam, hingga manusia yang lupa, khilaf ataupun mencoba tak perduli akan tergilas oleh waktu. Tetapi yang kerap menghargai waktu, maka dia akan berjalan lurus dan dapat mengendalikan waktu.Dalam hamparan malam yang pekat, tiga sosok tubuh menghentikan kelebatan masing-masing di sebuah jalan setapak yang dipenuhi semak belukar. Bintang gemintang yang biasanya bertaburan malam ini entah pergi ke mana. Sejenak sunyi mengerjap disertai suara binatang-binatang malam."Dua hari sudah kita mencoba melacak di mana

DMCA.com Protection Status