Setelah sekian lama Renggin Ang mendaki, anak itu belum menemukan satu bahan pun untuk dijadikan pil. Hingga malam tiba, dia menginjakan kaki di puncak gunung, matanya melebar menatap takjub. Di sana anak itu melihat berbagai jenis tanaman dan tumbuhan. Lahan di atas gunung itu, terlihat seperti kebun. Banyak kunang-kunang berkeliaran menerangi gelapnya malam. "Woaah! Apakah semua ini adalah tanaman obat?""Hati-hati! Sebagian dari tanaman yang ada di sini mengandung racun!" cegah sang leluhur.Kemudian, mata Renggin Ang tertuju pada sebuah pohon berwarna abu-abu tua. Pohon itu berbau khas, kayunya berwarna merah coklat muda dengan daun tunggal, kaku seperti kulit, letak berseling, panjang tangkai daun 0,5 – 1,5 cm, dengan 3 buah tulang daun yang tumbuh melengkung."Kakek Leluhur, bukankah ini pohon kayu legi?" tanya Renggin Ang menunjuk pohon itu."Benar. Ambil beberapa jika kau memerlukannya, dan lihatlah ke arah sana!" Duata Hun mengacungkan telunjuknya ke arah sebuah tanaman berdau
Tiga bulan kemudian ....Berkat bantuan Li Lin, Ampy Ang berhasil mengumpulkan tiga buah batu spiritual dengan warna yang berbeda. Pemuda itu bahkan pernah menjelajah ke Daerah Itsnen demi mencari ketenangan untuk mempelajari teknik-teknik yang diajarkan ayahnya. Dia mengajak Ampy Ang berkeliling di daerah itu, hingga mereka kembali ke perbatasan wilayah kekuasaan Keluarga Ci."Maaf, sepertinya kita harus berpisah di sini. Terima kasih atas semua bantuan yang telah kau berikan. Aku sangat senang bisa mengenalmu dan Kakakmu. Aku akan kembali setelah cukup kuat melawan para pembunuh itu," ucap pemuda buta dengan sebuah topeng hitam emas terpasang di wajahnya."Kau ... mau ke mana?" tanya Ampy Ang merasa tak rela."Mencari ilmu hingga ke ujung Benua Ni."Ampy Ang terdiam."Ini ...." Li Lin memberikan sebuah giok berwarna biru muda kepada Ampy Ang. Giok itu berbentuk seperti cangkang keong dengan titik putih di tengah. "Saat ayahku masih hidup, beliau memintaku agar memberikan giok ini k
"Tidak ada celah!" gumam Ampy Ang dikelilingi oleh para pembunuh bayangan. "Huh, aku harus memikirkan cara untuk menyelamatkan mereka."Dua orang pembunuh bayangan menangkap Ampy Ang dan membawanya ke hadapan Pang Ling. Gadis itu cepat-cepat membuang muka berharap lelaki yang berada di hadapannya tidak mengenalinya."Hoho. Kita lihat, siapa yang berani menyusup ke wilayahku!" ucap Pang Ling menjambak rambut Ampy Ang dan memutar kepalanya. Betapa terkejutnya Pang Ling, ternyata penyusup itu adalah gadis idamannya. "Kau ...""Adik Ketua!" seru Go Yang memotong ucapan Pang Ling. "Kalian saling mengenal?" tanya Pang Ling."Tidak," jawab Ampy Ang cepat."Heh! Kau pikir aku akan percaya?!" Pang Ling tersenyum tipis. "Pengawal! Bawakan aku sebuah golok untuk memotong kepala mereka berdua."Kau!" Ampy Ang menggertakkan gigi."Kenapa? Bukankah kau tidak mengenalinya?Jadi, untuk apa kau peduli." Pria itu menekan dagu Ampy Ang, hingga menyetuh ujung bibirnya. "Aku kira, kau sudah mati." Tiba-ti
Cuuuur!Cairan ekstrak bawang mengucur deras dari botol ke botol. Renggin Ang membuat segelondong bawang dan mengekstraknya menjadi lima botol. Cairan ini termasuk ramuan herbalis tingkat pertama. Manfaatnya yaitu, jika dioleskan dapat menyembuhkan luka luar separah apapun dalam waktu sehari semalam. Jika diminum, dapat menyembuhkan organ dalam separah apapun."Kau telah menguasai dasar-dasar pembuatan pil dan ramuan. Untuk tingkatan selanjutnya akan sedikit lebih sulit tingkat pembuatannya," jelas Duata Hun."Seperti pil penawar yang ibu buat untuk Ampy Ang waktu itu. Aku masih mengingatnya, pembuatan buah ajw harus menggunakan nyala api yang kecil agar tidak merusak kasiat buah tersebut," ucap Renggin Ang."Benar sekali."Setelah itu, Renggin Ang memberikan sebotol ramuan bawang kepada Go Yang. "Oleskan cairan ini ke seluruh tubuh kakakmu dan minumlan juga untuk menyembuhkan organ dalamnya.""Terima kasih, Ketua," timpal Go Yang mengambil ramuan tersebut. "Ingat, jangan sampai kau
"Kau herbalis yang membuat pil itu?" tanya Rin Ci nyelonong maju ke depan."Benar, Nona. Namanya adalah Renggin Ang," tunjuk Gon Tai memperkenalkan seorang pemuda di sampingnya."Astaga ... aku pikir, seorang herbalis yang berada di benakku adalah seorang kakek tua renta yang sudah bau tanah.""Pffft ...." Renggin Ang tertawa."Anda benar, Nona. Beberapa herbalis yang pernah berkunjung ke kedaiku, mereka semua sudah beruban dan keriput. Kecuali anak ini." Gon Tai merangkul Renggin Ang selayaknya anak sendiri."Tapi, umurku sudah 10 tahun. Dan aku juga semakin hari akan bertambah semakin tua," celoteh Renggin Ang."Bbbuahahahaha!" Pe Ci tertawa lepas. "Sudah 10 tahun? Astaga ... benar-benar masih tengil."Namun, dari pandanga Rin Ci, Renggin justru terlihat sangat mengagumkan. Dirinya yang saat ini juga baru saja menginjak usia 10 tahun, merasa ingin lebih dekat dengannya."Ehem. Jadi, bantuan apakah yang Anda butuhkan dari bocah tengil sepertiku, Senior?" tanya Renggin Ang melipat kedu
Semua orang yang berada di dalam ruangan itu, seketika diam mendengar teriakan Ampy Ang. Kelin Ci dan Kun Ci saling memandang. Kemudian Kun Ci berkata."Apa kau benar-benar tahu apa yang sedang terjadi pada ayah kami?""Bagus! Lanjutkan aksimu, Nak," Puji sang leluhur. "Bilang kepada mereka bahwa di dalam tubuh Tuan Ci terdapat cacing parasit merah. Hewan spiritual kecil, tapi sangat mematikan. Cacing parasit ini menyedot habis tenaga dan energi spiritual inangnya, sehingga sang inang tempat bersemayam mereka, terlihat tidak bertenaga dan tidak dapat menggunakan energi spiritualnya. Semakin cacing parasit itu ditekan dengan energi spiritual, maka mereka akan semakin berkembang biak. Energi spiritual ini adalah makanan yang sangat bergizi bagi mereka."Ampy Ang menjawab pertanyaan Kunci. "Tentu saja aku mengetahuinya." Kemudian, gadis itu memberitahu kepada mereka persis seperti apa yang dikatakan sang leluhur kepadanya.Mereka terbengong mendengar penjelasan Ampy Ang."Astaga, apa yan
"Mereka yang mengobatiku?" Kurca Ci mengulangi pertanyaannya. Dia merasa tidak percaya dua anak itu bisa mengobatinya.Keempat anaknya pun mengangguk meyakinkannya.Braaak! Tiba-tiba, seseorang mendobrak pintu dengan keras. Tampak seorang pria berdiri di ambang pintu mengenakan pakaian putih abu-abu menampakan wajah cemas."Kakak! Aku mendengar kabar burung, bahwa kau terjangkit penyakit yang sulit disembuhkan. Benarkah?" tanya Kwe Ci kepada Kurca Ci.Kemudian, pria itu menoleh dan mendapati dua anak kakak beradik berdiri tidak jauh darinya."Kalian?! Bagaimana bisa kalian ada di sini?" seru Kwe Ci kepada Renggin Ang dan Ampy Ang."Kau mengenal mereka?" sahut Kurca Ci bertanya Kwe Ci."Mereka adalah anak didik temanku.""Temanmu Tetua Mo?""Benar.""Ckck. Aku pikir, orang itu tidak akan mengambil seorang murid pun.""Jadi, apa yang membuat kalian berdua datang ke Kediaman Ci ini?" ucap Kwe Ci kembali bertanya kepada Renggin Ang dan Ampy Ang."Sst ... Kakak. Ada orang yang diam-diam m
Saat Ampy Ang sedang dalam perjalanan menuju Pegunungan Cincing dengan Kwe Ci, dia mengatakan bahwa dirinya telah berbohong kepada Pemimpin Keluarga Ci. Gadis itu melakukan hal tersebut, karena dia merasa ada gerak-gerik mencurigakan dari seorang yang berjaga di depan ruangan Pemimpin Keluarga Ci."Aku melihat pengawal itu mulai bertingkah aneh. Dia menempelkan telinganya ke dinding ketika tidak ada seorang pun di sekitarnya. Aku merasa dia sedang menguping pembicaraan kami. Kemudian, aku membuat rencana dengan Kakaku. Kakaku bertugas memberitahu rencana ini kepada Tuan Muda Ketiga Keluarga Ci secara diam-diam. Ini bertujuan agar Tuan Muda Ketiga menyampaikan kepada saudara-saudarinya dan juga Pemimpin Keluarga Ci, bahwa yang aku katakan tadi adalah sebuah kebohongan untuk mengelabui para penyusup itu," jelas Ampy Ang.Terik matahari, kini telah condong ke arah barat. Langit biru yang cerah seketika berubah menjadi jingga karena sang cahaya yang mulai meredup. Ampy Ang menarik napas p
Renggin Ang berada di tingkat master tahap pertama, Ampy Ang berada di tingkat jendral tahap pertama, sedangkan Sina Hun berada di tingkat master tahap sembilan. Mereka melawan Master Yu yang barada di tingkat legend tahap ketiga."Kakak, bukankah kau bilang tadi punya rencana?" tanya Ampy Ang."Ah, itu. Aku memiliki racun pencuci otak. Aku tidak yakin ini akan berhasil jika digunakan kepada Master Yu.""Itu tidak akan berhasil! Master Yu telah mencapai tingkat legend dan telah membentuk kekebalan tubuh anti racun. Jadi itu akan sia-sia," kata Sina Hun. "Aku memiliki cara yang lebih ampuh untuk mengalahkannya.""Apa itu?" tanya Renggin Ang dan Ampy Ang bersamaan."Kau sudah mendapatkan buku itu kembali bukan?"Renggin Ang mengangguk."Buka bab teknik penggabungan roh hewan spiritual khusus untuk orang yang memiliki energi spiritual panas dan dingin!" ucap Sina Hun."Adakah teknik seperti itu?" tanya Renggin Ang. "Aku pernah mendengarnya dari kakekku.""Kakek buyut?""Benar."Renggin A
Saat sedang mengobrol dengan Pemimpin Keluarga Dong, Tu Lung Dong mendengar kerang ajaibnya bersiul. Dia mendapat kabar dari para mermaid bahwa Laut Pelangi bagian selatan sedang diserang pasukan monster ular putih yang dipimpin oleh ratu siluman ular putih, Shi Yue. Mendengar kabar tersebut, Tu Lung Dong tidak bisa diam. Dia pun menyampaikan hal tersebut kepada Ampy Ang."Pergilah, Tuan! Tidak perlu mengkhawatirkan kami di sini. Para mermaid itu membutuhkan Anda sekarang," ujar Ampy Ang kepada Tu Lung Dong.Selang beberapa detik kemudian setelah Tu Lung Dong pergi, datang seorang wanita yang tampak sangat lemah. Bahkan menjalankan kakinya pun harus dibantu. Ampy Ang melihat seorang gadis yang tadi mendahuluinya saat hendak menghampiri Renggin Ang, dia bergegas menyambut wanita lemah itu seraya berseru."Ibu!""Ibu? Apakah itu raga Ibu? Mengapa Sera Yu memanggilnya ibu?" tanya Renggin Ang kepada Meriy Ang mencari kejelasan."Itu memang raga Ibu. Tapi, dalam tubuh itu ada jiwa seseorang
Master Yu tampak tidak menikmati pertandingan. Kemudian, pria itu mengeluarkan sebuah buku yang menjadi masih menjadi sebuah misteri baginya. Biasanya pria itu hanya menaruhnya di atas rak pada tumpukan buku-buku yang berdebu."Cih! Aku tidak menyangka buku ini akan tertulis dengan tulisan yang tidak bisa kumengerti. Baru kali ini aku mendapatkan tulisan serumit ini! Hah, sial! Sia-sia saja aku merebut buku ini dari bocah itu. Bagaimana bisa Master Wang memahaminya? Tidak hanya itu, dia bahkan bisa mempelajari segala isi buku ini hingga mengaktifkan formasi tujuh bintang untuk menyegel jiwa Meriy Ang," ucap Master Yu menggerutu.Master Wang adalah salah satu murid kakek buyut Renggin Ang dari generasi kelima Keluarga Hun. Dia yang telah menghasut para keturunan generasi keenam Keluarga Hun, sehingga menimbulkan pertikaiaan perebutan buku kuno itu. Lelaki itu juga yang telah berpura-pura menyarankan agar buku kuno itu disembunyikan. Dengan begitu, dia bisa dengan mudah merebut buku kuno
"Ada apa?" tanya Shi Kiel Dong."Aku melihat bayangan seseorang di luar!" Renggin Ang bangkit dari ranjang dan membuka jedela kamarnya. "Kakak San, Tetaplah di sini bersama Tuan Muda Kiel! Aku akan pergi mengeceknya. Kalian boleh tidur terlebih dahulu jika aku tak kunjung kembali." Dia melompat dari jendela mengikuti bayangan itu.Tampak seseorang berpakaian serba hitam dan hanya terlihat matanya saja. Dia bergerak, lari, dan melompat dengan cepat. Tiba-tiba berhenti di sebuah pekarangan yang cukup lapang. Kemudian, dia duduk di bawah sebuah pohon yang rindang dan lebat. Dia pun melepas kain penutup wajahnya.Fiuh!Hembusan napas kasar menyertainya. Tampak seorang gadis yang berumur setahun lebih muda dari Renggin Ang sedang mendongakkan kepala bersandar pada pohon besar di belakangnya."Sera Yu!"Suara Renggin Ang sangat rendah, sehingga hanya terdengar oleh dirinya sendiri."Apa yang ia lakukan di tengah malam begini di sana?"Renggin Ang menghampiri gadis itu dan duduk di sampingnya
"Kau memiliki rubah yang bagus, Tuan Muda Kiel." Fen Yu berjalan memutari mereka sembari terus memandang ke arah Gu Rhi San. Dia tampak terkagum-kagum dengan bentuk tubuh rubah Gu Rhi San yang bersih dan berbulu lebat. "Rubah ini sangat cantik, aku menyukainya. Bisakah kau memberikannya kepadaku sebagai hadiah?" ucapnya memaksa."Cih! Aku bukan betina!" celetuk Gu Rhi San kesal."Ka-kau bi-bisa bicara?" Fen Yu kaget."Tentu saja. Aku tidak mau memiliki Tuan bodoh sepertimu. Kau bahkan tidak bisa membedakan jenis kelamin! Huh!""Apa kau bilang!" Fen Yu menggertak.Datang seorang gadis dari belakang Fen Yu mendekati pemuda itu dan menjewernya."Paman mencarimu. Kau membolos latihan lagi, Kakak Sepupu! Bukanya meningkatkan kultivasi malah bermain-main! Dasar pemalas!" ucap gadis itu memarahi Fen Yu."Aargh! Ayolah Sera Yu! Sekali-kali kau juga harus menikmati hidup. Tidak perlu kau terlalu memperdulikan ocehan ayahmu yang semakin hari semakin tua itu. Lagipula, kompetisi Benua Yu masih t
Renggin Ang yang awalnya berencana untuk berlatih di akademi Gendon, sang kakek malah menyuruhnya berlatih di Akademi Dongu di Benua Yu. Demi merebut kembali buku kuno sang leluhur, Renggin Ang pun mengikuti saran sang kakek. Dia keluar dari kamar melewati jendela bersama Gu Rhi San. Lagi-lagi anak itu mengambil jalur belakang."Kakak San, ayo!" ajaknya telah bersiap untuk terbang bersama Cai Cing.Renggin Ang mengubah dirinya menjadi Chen Tong dan memakai kalung yang diberikan Kakek Mo kepadanya. Dia mendarat di sebuah wilayah sebelah selatan Benua Yu. Anak itu berjalan dari pantai hingga mendapati keramaian di pemukiman."Maaf, Ki Sanak. Kalau boleh tau, apa nama wilayah ini?" tanya Renggin Ang kepada seorang kakek tua."Ini ... emm." Kakek tua itu tampak berpikir."Bukankah tinggal menyebutkannya saja? Apakah kakek ini sudah pikun?" gumam Renggin Ang.Kemudian kakek tua itu menoleh ke sana ke mari seperti sedang memastikan sesuatu. Lalu, dia mendekat kepada Renggin Ang dan berbisik.
Di Hutan Mblesek tempat Kakek Mo dan Gu Rhi San berada. Kakek Mo bersi kukuh ingin kembali ke akademi."Hey, Kakek! Bagaimana nanti jika anak itu kembali?" ucap Gu Rhi San mengikuti langkah kaki Kakek Mo."Kau tunggu saja di sini! Biarkan aku kembali sendiri!""Bagaimana mungkin! Anak itu menyuruhku untuk menjagamu! Bagaimana jika sesuatu terjadi padamu, apa yang harus kukatakan padanya?""Haish! Berisik sekali!" Kakek tua itu mendengus.Gu Rhi San pun pada akhirnya mengekor hingga tiba di akademi."Woah! Ini kah akademi? Sangat berbeda dengan Perguruan Rasa di Wilayah Cang. Tempat ini tampak lebih megah!" ujar Gu Rhi San kagum."Tentu saja. Akademi ini tempat untuk berlatih para kultivator hingga menuju puncak. Sedangkan perguruan hanya mengajarkan keahlian tertentu sesuai bakat."Setelah Kakek Mo sampai di kediamannya, para murid-muridnya menyambut dengan hangat."Tetua Mo kembali!" teriak Go Yang girang."Apakah aku tidak salah melihat? Itu benar-benar Tetua Mo!" ucap San Tai membe
Selangkah demi selangkah, perlahan Renggin Ang dan Gu Rhi San mendekati semak-semak itu."Aaaaargh!"Dia mengerang semakin keras."Grrrrrrrr!"Renggin Ang merasa sedikit akrab dengan suara itu. Dia pun menyingkirkan semak-semak yang menutupinya dan mendapati seorang pria tua sedang meringkuk sembari meremas dadanya."Ka-kakek Mo!"Renggin melihat menyentuh pria itu, badannya dingin seperti es dan tubuhnya sangat pucat "Kau mengenalnya?" tanya Gu Rhi San."Dia adalah guruku di akademi sekaligus paman dari ayahku.""Sepertinya, dia terkena racun dingin," kata Gu Rhi San."Duduklah, Kakek!" Renggin Ang membangunkan pria tua itu dan mendudukkannya."Si-siapa kau?" tanya pria tua itu samar-samar melihat seorang anak lelaki dan seorang pria."Renggin Ang.""Ka-kau!""Iya Kakek, ini aku. Aku memakai topeng pengubah itu."Kemudian, Renggin Ang menekan penggungnya dengan kedua telapak tangan, lalu menyalurkan energi spiritual ke seluruh tubuhnya. Anak itu menekan racun tersebut dan mengumpulka
Tak disangka, di malam harinya, mereka mendapat kabar dari penjaga perbatasan Wilayah Han, bahwa benteng pertahanan telah diratakan. Setelah Pangeran Bing Kai kembali ke kediamannya, rupanya Kaisar Kerajaan Kai menolak perdamaiaan dan langsung bergerak menyerbu Wilayah Han."Kakak, sepertinya kau harus menunda kepergianmu ke akademi," ucap Ampy Ang kepada Renggin Ang."Baiklah! Aku bersama Kakak San dan Ampy Ang akan pergi ke Wilayah Han untuk mengatasi pasukan Kerajaan Kai." Renggin Ang berubah wujud menjadi dirinya yang asli.Mereka pergi ke Wilayah Han, dengan membawa 500 pasukan. Untung saja, saat itu para penduduk masih berada di tenda ungsian di ibu kota, sehingga tidak perlu dikhawatirkan akan adanya korban di antara mereka.Setelah pasukan Kerajaan Kai meratakan benteng pertahanan, mereka bergerak menuju Kediaman Han dan mengobrak-abrik tempat itu."Tidak ada siapapun di kediaman ini, Ayah," ujar Mhe Lu Kai, Pangeran Pertama Kerajaan Kai."Tuan Tu Lung Dong telah mengungsikan m