Beranda / Fantasi / Shirea / Chapter 7

Share

Chapter 7

Penulis: Indah Riera
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-27 11:33:28

Aku berlatih bersama Velian menggunakan senjata yang ada di tempat penyimpanan senjata milik paman Thomas. Ia benar-benar terlihat serius untuk menjalankan misi dan masuk ke dalam istana. Aku tidak tahu apa yang ia pikirkan saat ini, tapi aku bisa merasakan sedikit ambisinya.

“Berhenti!”

Aku dan Velian menoleh dan menghentikan serangan kami.  Sarah menatapku lekat dengan wajah tidak suka.

“Aku ingin melawan mu.”

Aku hanya terdiam mendengar ucapannya yang lugas.

“Tapi Sarah-"

“Velian aku butuh teman berlatih juga.” Sarah melirik ke arahku. “Aku penasaran dengan kemampuannya.”

Velian menghela napas dan pada akhirnya ia bilang, “baiklah, kalian berlatih saja. Aku akan membantu paman Thomas.”

Sarah mengangguk, sementara Velian sudah menatapku. “Kau berlatih dulu dengan Sarah.”

Ya,” sahutku seadanya.

Aku dan Sarah saling menatap lekat, tapi aku masih tidak mengerti kenapa ia begitu sengit menatapku. Ia berjalan mengambil dua pedang kecil dan memainkannya dengan lihai.

“Kau ingin berlatih dengan pedang kecil itu?” tanyaku heran. “Aku akan mengambil topeng pengaman untukmu.”

Aku meraih dua topeng tembaga untuk melindungi wajah kami ketika berlatih. Aku sengaja menawarkan topeng karena aku tahu ada sesuatu dengan latihannya.

Aku memberikan topeng itu padanya dan ia langsung memakainya. Aku meraih dua pedang kecil yang sama dengannya.

“Kita mulai!” ucapnya.

Kami mulai saling serang dan pergerakan tangannya begitu cepat. Ia mendesakku dengan serangan bertubi-tubi dan aku hanya bisa menangkisnya. Suara desingan pedang terasa memekakkan telinga dengan sengit. Aku tidak tahu apa yang terjadi dengannya, dia begitu kesal denganku dan seperti membenciku.

Aku menahan serangannya dengan kedua tanganku, namun tangan satunya memukul wajahku dan menggores topengku dengan pedangnya. Dalam waktu sedetik, ia menjepit leherku dengan lengannya. Aku langsung melompat dan menendang dahinya yang masih terlindungi topeng hingga ia mundur beberapa langkah.

Kini gantian aku yang menyerangnya. Namun beberapa saat kemudian, ia bergerak memutar sambil menahan tanganku dan menohok ulu hatiku dengan sikunya, lalu menendang kakiku agar terjungkal kebelakang.

Tubuhku terpelanting dengan keras dan kepalaku terbentur lantai. Punggungku juga terasa nyeri karena langsung bertabrakan dengan lantai yang keras. Aku membuka topengku sambil terbatuk-batuk.

“Sebenarnya apa masalahmu denganku?” tanyaku sambil memegangi ulu hatiku yang terasa nyeri.

Sarah membuka topengnya dan berdiri angkuh di hadapanku. “Anggap saja itu peringatan karena sudah mendekati Velian.”

“Maksudmu?”

“Aku tidak suka kau berdekatan dengannya,” jawabnya sinis. “Kau pikir kau siapa? Kau orang tak dikenal yang tiba-tiba muncul di sisi Velian?” Ia menempelkan ujung pedang di daguku. “Aku memberimu kesempatan untuk pergi menjauhi Velian sebelum aku bertindak lebih.”

Aku mendengus tertawa, namun ulu hatiku terasa nyeri. “Jadi...kau cemburu?”

Alisnya terangkat dengan ekspresi dingin. “Asal kau tahu, Velian adalah milikku. Takan kubiarkan kau mendekatinya lebih dari ini.”

Aku menarik napas panjang sambil tertawa dalam hati. Ini...lucu sekali. “Yah, tanpa kau bilang pun aku sudah tahu kau begitu menyukainya, tapi...bagaimana perasaan Velian denganmu? Kau tidak bisa memaksakan perasaan orang lain terhadapmu jika dia tidak mau.”

Aku menyingkirkan ujung pedangnya dari daguku sambil mendorongnya, kemudian berusaha berdiri sambil menggenggam dua pedang kecilku.

Aku bisa mendengar dengus napasnya yang kesal dan Sarah bersiap untuk menyerangku lagi. Suara desingan kembali memekakkan telingaku. Pergerakan tangannya semakin cepat, aku bahkan bisa merasakan hasratnya yang ingin membunuhku.

Lagi-lagi ia bergerak memutar sambil memukul pergelangan kedua tanganku hingga semua pedangku terlepas. Tak tinggal diam, aku langsung melompat untuk menjaga jarak. Ia terus berusaha menyerang meskipun aku tak memegang senjata satu pun.

Kebetulan, sebuah barisan tombak terpajang tak jauh dariku. Aku langsung berlari kearahnya sambil menghindari serangan Sarah. Kucabut tombak itu dan Sarah langsung melempar pedangnya ke sembarang arah. Ia berlari untuk mengambil tombak di belakangnya.

Kami mulai saling mendekat sambil memainkan tombak di tangan masing-masing. Aku terus mengamati pergerakannya sambil menebak serangannya. Ini bukan lagi sebuah latihan, melainkan pertarungan melawan gadis yang sedang cemburu.

Suara letukkan kayu tombak mengiringi pergerakan kami yang masih beradu sengit. Kuakui dia memang cepat dan lincah, bahkan ia hampir mengalahkanku untuk kedua kalinya, namun untuk kali ini aku tidak ingin kalah darinya.

Napas kami mulai tersengal-sengal dengan tubuh yang sudah banjir keringat. Rasa nyeri di kepalaku juga cukup menggangu pertarunganku saat ini. Ia semakin keras mendesakku, hingga aku harus melompat ketika ia berusaha menyerang kakiku lagi dengan tombaknya.

Ketika aku terduduk di lantai, ia berusaha menyerang kepalaku. Aku menahannya sekuat tenaga dengan gagang tombak dalam posisi melintang, kemudian mendorongnya keras. Semakin lama, aku merasa gemas dan ingin segera mengakhirinya. Aku menyerangnya seketika, dan ia menahan seranganku dengan tombaknya.

Ini adalah kesempatanku, aku menarik tombaknya hingga terlepas dari tangannya kemudian aku melemparnya ke sembarang arah. Tak berhenti di situ, kini giliran aku yang menyerangnya ketika ia tidak memegang senjata sama sekali.

Aku menyerangnya sekali lagi dan ia menahan tombakku dengan tangan kosong. Aku langsung bergerak memutar dan mengangkatnya dengan bahuku, kemudian membantingnya ke lantai.

Sarah mengerang kesakitan dengan bunyi bergerutuk di punggungnya. Aku menghentikan pergerakanku ketika tombakku terhunus di depan wajahnya agar tidak terluka.

“Aku sama sekali tidak tertarik dengan hubunganmu dan Velian. Tapi satu hal yang perlu kau tahu.” Aku menatapnya dengan serius. “Waktu itu Velian menolongku, dan tanpa persetujuanku ia merekrutku secara sepihak. Aku juga awalnya tidak mau bergabung, tapi ia mengancam akan membunuhku jika aku melarikan diri.”

“Oh begitu?” Sarah tersenyum miring dengan tatapan sinis. “Akan lebih baik jika aku membuat Velian membunuhmu.”

Ia mencengkeram tombakku kemudian menggores lehernya sendiri dengan ujung tombak yang masih kugenggam.

“Hei!” teriakku spontan, kemudian mengamati lukanya. “Apa yang kau lakukan?”

Aku tidak tahu apa dia sekarat atau pura-pura sekarat, tapi darah yang mengalir di lehernya membuatku panik.

Tubuhku mematung ketika Velian dan paman Thomas datang. Mereka menatap kami nanar namun sedetik kemudian, mereka menatap Sarah yang masih terkapar di lantai dengan cemas.

“A-ayah, dia...ingin membunuhku,” ucap Sarah parau.

Aku langsung menjatuhkan tombak yang tanpa kusadari masih menggenggamnya.

“Aku tidak melakukannya. Sungguh!” sahutku membela dengan syok.

Tanpa pikir panjang Velian langsung menggendongnya, sementara paman Thomas langsung memanggil tabib untuk mengobati Sarah. Aku masih terdiam dengan pikiran kosong sambil meyakinkan diri bahwa aku benar-benar tidak bersalah.

Aku langsung berlari menyusul ke kamar Sarah setelah pikiranku mulai tertata. Kulihat mereka semua sedang sibuk untuk mengobati Sarah.

“Biar kubantu menumbuk tanamannya,” ujarku sambil mengambil langkah sigap, namun tanganku di tepis oleh Velian.

“Sebaiknya kau keluar,” ucapnya dingin.

“Tapi-"

“Keluar!”

Aku kembali mematung sejenak dengan bingung, namun sedetik kemudian, aku menarik napas panjang. “Baiklah.”

Aku langsung keluar dari kamar Sarah dan berjalan menuju pintu untuk ke luar rumah. Sudah tidak heran melihat Velian yang terlihat cemas seperti itu, namun bentakannya membuatku dilanda rasa bersalah.

Aku terduduk di bawah pohon rindang sambil memegangi ulu hatiku yang kulihat sudah memar dari luar. Bukan hanya itu, kepalaku juga terasa pusing akibat benturan dan punggungku masih terasa nyeri.

Sejenak aku berpikir untuk kembali ke goa karena mencemaskan Aleea dan Zealda. Kami sudah meninggalkan mereka seharian dan sekarang hari sudah hampir malam.

Perlukah aku minta ijin pada Velian untuk kembali terlebih dahulu? Lagi pula...sepertinya dia sedang sibuk mengobati Sarah.

Aku hendak berdiri, namun Velian sudah datang dan kini duduk di sampingku.

“Mau kemana kau?”

“Aku...hanya ingin pulang ke goa. Aku khawatir dengan Aleea dan Zealda. Jika kau masih ingin tinggal, aku akan pulang duluan.”

“Lalu bagaimana dengan kejadian hari ini? Kau tidak ingin mengatakan sesuatu?”

Aku menarik napas panjang. “Aku...tidak melakukan apapun untuk melukainya. Aku memang menghunuskan tombak itu padanya, tapi-"

“Dia menggores lehernya sendiri dengan ujung tombak yang kau hunuskan. Begitu maksudmu?”

Aku terdiam sejenak kemudian berkata, “Jika aku mengatakan ‘ya’ apa kau akan percaya?”

Velian terdiam sebelum menjawab, “Aku tidak menyalahkanmu.”

Aku hanya memiringkan kepala atas jawabannya. Jadi sebenarnya dia percaya padaku atau tidak?

Aku menghela dengan sedikit murung. “Baiklah, terserah padamu saja.”

“Valen.”

Aku menatapnya ketika memanggilku. Dari ekspresinya ia terlihat seperti ingin mengatakan sesuatu. “Ya?”

“Kau baik-baik saja?”

Keningku berkerut ketika melihat tatapannya yang seperti menyadari sesuatu.

“Aku...hanya sedikit pusing,” jawabku jujur. Kepalaku masih terasa nyeri akibat benturan. “Tapi tidak apa-apa. Mungkin akan membaik setelah istirahat dan tidur nanti.”

Dalam sekejap ekspresi Velian sudah berubah sedikit lega. “Kalau begitu istirahatlah! Aku akan membangunkanmu jika kita akan kembali.”

Velian mengusap-usap kepalaku layaknya anak kecil, namun ia terdiam seketika. Ia mengamati jemarinya yang telah menyentuh kepalaku.

“Darah.” Velian menatapku yang masih terdiam dengan ucapannya.

Aku menyentuh kepalaku yang nyeri dan rambutku terasa lengket. Kuakui benturannya tadi sangat keras, tapi aku tak menyangka bahwa akan berdarah.

“Valen, kau baik saja-saja?” Kini Velian terlihat cemas, namun ekspresi itu ditujukan padaku.

Aku tidak menjawab, tapi kuakui setelah menyadari kepalaku berdarah sakitnya begitu terasa. “Aku...tidak apa-apa,” jawabku berdusta. “Aku...harus kembali untuk memastikan kondisi Aleea dan Zealda.”

Aku tidak tahu apa yang kupikirkan, yang jelas aku tidak ingin melihatnya cemas sekaligus panik.

“Valen!”

Aku memacu kudaku tanpa mempedulikan panggilannya. Di tengah perjalanan, aku menggenggam tali kekang dengan erat sambil berharap bahwa kesadaranku takan pudar. Telingaku mulai berdengung dan suara kaki kudaku terasa samar.

Aku menarik tali kekang agar kudaku berhenti, lalu menuruninya dan terduduk di bawah pohon rindang yang sepi. Rahangku mengencang untuk menahan sakit di kepala dan bersandar dengan pasrah.

“Apa yang kulakukan? Kenapa aku lari?” racauku dalam hati.

“Valen!”

Aku mendongak keatas, kulihat Velian sudah di sampingku dan seperti mengatakan sesuatu. Telingaku masih berdengung dan aku tak bisa mendengar apa yang dia katakan. Tapi yang aku tahu dari gerak bibirnya, ia menyebut namaku berkali-kali.

“Velian?”

Dalam sekejap ia sudah terlihat kesal dan menggendongku tanpa persetujuanku terlebih dahulu, tapi aku juga tidak bisa memberontak darinya di saat seperti ini. Ditambah, kesadaranku mulai menipis perlahan dan aku hanya terkulai di bahunya.

“Jangan khawatirkan aku lebih dari ini,” ucapku melemah sebelum aku memejamkan mata.

_______To be Continued_______

Bab terkait

  • Shirea   Chapter 8

    Pening bergelayut ketika tubuhku mengerjap. Perlahan kesadaran ku mulai mengalir dan kulihat langit-langit goa ketika membuka mata. Aku terbaring di atas tumpukan jerami dan melihat perapian sudah menyala.Aku mencoba untuk duduk sambil memegangi kepala yang ternyata—sudah di perban. Kemudian aku menyentuh ulu hatiku yang terasa seperti ada yang mengganjal. Kulihat sebuah buntalan kain yang entah apa isinya namun terasa hangat di kulit. Apa—Velian tahu ada memar di perutku?“Kau sudah sadar rupanya.”Aku menoleh ketika sosok pria berambut perak masuk dari luar goa. Kulihat Aleea mulai membaik dan ia sudah segar kembali.“Tunggu sebentar,” ujarnya lagi kemudian keluar.Tak lama mereka bertiga masuk, wajah mereka begitu cemas melihatku namun aku juga melihat kelegaan di mata mereka setelah melihat kondisiku.“Valen, bagaimana kondisimu?” Zealda yang pertama kali bertanya.“Yah, aku m

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-24
  • Shirea   Chapter 9

    Rambutku berkibar diterpa angin malam ketika turun dari kereta kuda. Aku mengamati halaman istana yang begitu luas dan ramai hingga menuju ke pintu masuk. Aku mengenakan topeng pesta kemudian melangkah masuk perlahan dengan hati-hati agar kakiku tidak terkilir.Aku terduduk di sudut ruangan dengan santai sambil mengamati keadaan sekitar. Kupandangi sosok pria paruh baya dengan baju kebesaran seorang raja sedang duduk di kursi besar di atas sana, sementara di samping kiri dan kanannya sudah didampingi dua wanita dengan pakaian khas kerajaan juga.Tak jauh di sana, sudah berdiri seorang pemuda tampan yang jangkung memakai dengan jubah kebesaran seorang putra mahkota mengamati keadaan di sekitarnya. Aku tidak bisa mengawasi mereka dengan leluasa karena putra mahkota terlihat mengawasi para tamu undangan. Aku hanya sesekali melirik kearah mereka sambil berpura-pura menikmati pesta.“Maaf nona, silahkan ambil minuman anda.”Aku menoleh ke arah pria

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-24
  • Shirea   Chapter 10

    Cahaya api yang hangat memberikan kesan oranye pada dinding goa ketika kami berempat duduk berkumpul di tengah udara malam yang dingin. Hasil dari misi kemarin adalah sebuah buku tebal yang sepertinya dijaga dengan ketat.Di dalam buku itu terdapat penjelasan mengenai ritual dua puluh tahun yang lalu dan kami bertiga hanya mendengarkan ketika Velian membacakannya.“Di sini dijelaskan bahwa ritual dua puluh tahun yang lalu bertujuan untuk menyelamatkan keturunan-keturunan raja Victor Leys alias raja terdahulu, jadi—bisa disimpulkan waktu itu ada perebutan tahta antara raja Victor dengan adiknya. Raja Victor dibunuh dan kini tahta dialihkan ke adiknya, Herrian Leys, raja Axylon yang sekarang,” tutur Velian dan ia kembali membaca. “Raja Victor sengaja mengikat jiwa-jiwa keturunannya dengan orang lain yang bukan dari keluarga kerajaan, dan itu bertujuan agar penerusnya tidak bisa mati dibunuh. Dan jiwa-jiwa yang diikat dengan jiwa keturunannya dinam

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-24
  • Shirea   Chapter 11

    Aku membuka mata ketika fajar menyingsing, tidak ada seorangpun di sisiku seperti biasa. Sudah dua malam Velian menumpang tidur denganku meskipun awalnya aku mengira aku sedang bermimpi, tapi ternyata semua benar dan nyata.Aku tidak tahu mau sampai kapan Sarah akan tinggal di sini, ini sudah hari ketiga dan hidupku tidak tenang. Aku sudah menahan diri selama dua hari untuk tidak membuat masalah dengannya. Tapi jika dia terus saja berulah terhadapku, mungkin kesabaran ku akan menipis.Aku terduduk dan mengedarkan pandangan dengan malas. Semua masih terlelap kecuali—Velian yang sudah beranjak entah kemana. Itu tak membuatku merasa heran karena biasanya mereka bangun ketika matahari mulai tinggi, tapi di musim salju seperti ini—memang membuat raga enggan beranjak dari selimut hangat.Kulitku langsung meremang akibat dingin dan aku segera memakai jaket tebal ku saat keluar goa. Pagi ini aku berencana memburu ikan di sungai sekalian membasuh tubuhku mesk

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-29
  • Shirea   Chapter 12

    Aku duduk sambil mengoleskan obat untuk kulit terbakar yang terasa pedih. Aku meringis kesakitan sambil menggigit kain, menahan perih yang membuat tubuhku sedikit bergetar.Aku melarang mereka masuk sampai proses pengobatan ku selesai, karena aku tak memakai pakaian. Jika aku tidak berlari ke hamparan salju, mungkin aku akan sekarat dan mati. Tak lupa juga, aku membalut luka di bahu dan pinggang dan beberapa luka sayatan akibat pertarungan ku tadi.Meskipun sakit, tapi aku bersyukur karena luka bakarnya tidak terlalu fatal. Jaket tebal ku terbakar meskipun tak sepenuhnya hangus. Aku tidak bisa membayangkan jika aku tidak menggunakan pakaian tebal, mungkin kulitku akan terbakar api secara langsung. Luka terparah di bagian paha hingga kaki, karena posisiku di perapian waktu itu berlutut dan sedikit tersungkur dengan tangan yang juga ikut terbakar.Aku mengambil kain besar dengan susah payah, kemudian melilitkannya untuk menutupi tubuhku layaknya jubah yang tak mem

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-29
  • Shirea   Chapter 13

    Sunyi, itulah hal yang kurasakan ketika membuka mata. Hanya bara api yang mengeluarkan suara-suara kayu yang terbakar dan meninggalkan abu hangat di sekitarnya. Aku terduduk dengan susah payah sambil memegangi pinggangku, kemudian mengedarkan pandangan ke sekitar dengan bingung. Kemana mereka semua?Aku terdiam sejenak setelah menyadari luka di kulitku sudah mulai mengering, namun sudah diolesi obat baru dan juga—kain di tubuhku sudah di ganti dengan yang baru. Pikiranku langsung tertuju pada Velian dan sejenak aku teringat kejadian semalam.“Sepertinya semalam aku mimpi aneh yang menggelikan,” pikirku. “Mana mungkin Velian begitu.” Aku menggelengkan kepala cepat, berharap pikiran terkutuk itu menyingkir. “Itu pasti cuma mimpi.”Aku mencium kain yang ku kenakan dan sepertinya—kain ini miliknya. Aroma mint berbaur dengan udara lembab yang berarti—kain ini lama tidak dipakai.Aku tak sengaja melihat sepo

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-29
  • Shirea   Chapter 14

    Aku terduduk melamun di tepi sungai. Mencerna kenyataan yang begitu mengejutkan hingga napas ku terasa sesak. Kini aku tahu bahwa Velian adalah putra ke empat yang selama ini membuatku penasaran tanpa sempat kucari. Dia menyembunyikan identitasnya dengan baik selama ini sampai-sampai Zealda dan Aleea tidak menyadari betapa penting keberadaannya.Bahkan paman Thomas sendiri yang telah merawatnya sejak kecil tidak tahu menahu soal ini, yang berarti—aku adalah orang pertama dan satu-satunya yang mengetahui dirinya yang sejati.Tapi—bagaimana caraku untuk menyembunyikannya? Meskipun dia memintaku untuk bersikap biasa dan pura pura tak tahu, namun hati, pikiran bahkan ragaku tidak bisa berbohong bahwa dia seorang pangeran, dan itu membuatku canggung secara refleks.Mengingat ia yang menyentuhku untuk merawat lukaku telah membuat pipiku bersemu memalukan dalam sekejap, ditambah aku mengingat mimpi aneh yang terasa begitu nyata itu. Sialan, aku tak bisa men

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-29
  • Shirea   Chapter 15

    Aku masih terkejut dengan perubahan kulitku yang sudah sembuh total, bahkan pergelangan tanganku sudah pulih tanpa menyisakan rasa sakit. Aku harus segera menyelidiki gadis itu secepatnya, dikhawatirkan ini akan membahayakan Velian dan yang lainnya.“Valen.”Aku langsung mencelupkan diri hingga seleher untuk menutupi tubuhku meskipun terasa dingin. “Zealda?”Zealda terhenti sejenak ketika melihatku. “Aku akan mengambilkan kain untukmu.”“Jangan!” sergahku. “Tolong ambilkan pakaianku.”“Pakaian?” Zealda terlihat heran namun sedetik kemudian mengangguk kaku. “Baiklah, tunggu sebentar.”Tak lama Zealda kembali dengan membawa satu setel pakaianku kemudian kembali ke goa setelah aku memintanya mendahuluiku. Aku segera mengenakan pakaianku dan kembali ke goa dengan tergesa-gesa, membayangkan gadis itu masih di sana.Dan—benar saja, gadis itu terduduk d

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-29

Bab terbaru

  • Shirea   Chapter Bonus

    Di lorong gelap nan lembab seorang wanita dengan jubah kebesaran seorang ratu melangkah dengan penuh dendam. Seutas cambuk berduri tergenggam erat di tangannya. Masa lalu yang merenggut cintanya takan dilupakan begitu saja hanya dengan sebutir kata maaf dan ampun. Sakit hati yang dirasakannya begitu kuat hingga membuat emosinya tak terkendali. Di penjara bawah tanah, seorang wanita sudah berlumuran darah kering dengan pakaian koyak dan wajah yang dipenuhi jelaga. Tangannya diikat ke atas hingga membuatnya menggantung dalam posisi berdiri. Dia adalah wanita pembawa kekacauan tersebut, dengan seringai jahatnya yang seolah-olah menuntut balas atas nasib yang dialaminya, meskipun sebenarnya ia tak memiliki harapan apapun. "Lavina," gumamnya. "Kenapa kau tidak cepat-cepat membunuhku? Apa kau takut jika arwahku menghantuimu?" ucapnya menyeringai. Satu cambukan mendarat ditubuh wanita itu disertai tatapan tajam sang ratu bijak yang kini menjelma menjadi iblis. "Kematian hanya mempercepat

  • Shirea   Epilog 2

    Suara riuh di dalam ruangan membuatku tersadar bahwa aku telah meninggalkan pesta terlalu lama hingga akhirnya, kuputuskan untuk kembali dengan kaki pincang tanpa alas kaki. Saat memasuki ruangan, kulihat sudah ada putri Selena di sana.Malam ini ia mengenakan gaun beludru berwarna putih dengan hiasan bunga mawar berwarna biru yang membuatnya terlihat anggun. Penampilannya begitu sederhana dengan dandanan natural dan tidak berlebihan. Rambutnya pun hanya digelung dengan hiasan pita mungil.Aku hanya berdiri menyendiri di sudut ruangan dan terpisah dari keluargaku, menatap sosok anggun di sana dengan kagum. Ternyata acara sudah berjalan sejak tadi dan aku terlambat masuk. Sejenak aku teringat ucapan bibi Theony bahwa ia lebih mirip denganku daripada dengan yang mulia raja atau ratu.Sepertinya memang benar, dia memang tak mirip keduanya, aku justru seperti sedang bercermin saat melihat matanya. Dia...memiliki mata yang sama denganku.Aku segera menyingkirkan pikiran gila itu dari kepal

  • Shirea   Epilog 1

    ___23 Tahun Kemudian___Namaku Valen. Katanya, nama ini pemberian raja Zealda, tentu saja itu adalah sebuah kehormatan besar untukku dan keluargaku. Bahkan katanya, ratu Liz sempat menggendongku beberapa kali. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana kondisiku saat itu, semoga saja aku tidak melakukan hal aneh dalam gendongannya seperti mengotori gaunnya dengan muntahanku atau mengencinginya.Pada saat aku lahir, yang mulia ratu katanya sedang mengandung, usia kehamilannya masih sangat muda saat itu. Ayahku berharap bisa menikahkanku dengan pangeran. Namun ternyata yang mulia ratu melahirkan anak perempuan dan ayahku sedikit kecewa, walaupun begitu ia juga bahagia atas kelahiran tuan putri. Namanya putri Selena, gadis imut yang berhati dingin.Aku pernah bertemu tuan putri saat memergoki dirinya sedang menyamar menjadi laki-laki, entah apa yang dia lakukan. Saat penyamarannya terbongkar, dia ternyata memegang sebilah pedang di tangannya.Tuan putri mengangkat pedangnya ke arahku dan meng

  • Shirea   Chapter 35

    Kami berjalan menyusuri lorong gelap setelah melewati pintu rahasia yang selama ini belum kutahu. Udara dingin nan lembab membuat mentelku sedikit berembun, begitu pun dengan Velian yang berjalan mendahuluiku dengan membawa lentera.Aku tak menyangka bahwa mahkota itu di simpan begitu jauh dan tersembunyi. Entah dari mana Velian mengetahui lokasinya, tapi yang jelas lorong di sini membuatku sedikit sesak.Tunggu sebentar, tiba-tiba aku--ingin muntah. Langkahku terhenti sejenak seraya menutup mulut. Kepalaku sedikit pening diiringi rasa mual yang mengganggu."Kau baik-baik saja?" tanya Velian yang menyusulku di belakang. "Wajahmu terlihat pucat."Aku tak menjawab sampai kondisiku sedikit membaik. Mataku basah seiring pergolakan dari perutku. Rasanya--isi lambungku seperti ingin keluar semua.Kutarik napas panjang untuk menenangkan diri. Velian membantuku bersandar di dinding berlumut yang dingin."Aku baik-baik saja. Mungkin ini efek dari tidur panjangku karena aku tidak makan selama i

  • Shirea   Chapter 34

    Aku membuka mata perlahan dengan tubuh yang terasa lemah. Kepalaku masih nyaman untuk tetap tergeletak di pembaringan hingga rasanya aku enggan untuk terbangun. Velian sudah tak di sampingku entah sejak kapan dan kini masih ada satu sosok lagi yang masih mendekapku. Seonggok tubuh dingin yang masih utuh dengan cahaya orange yang berpendar di lapisan kulitnya.Aku memiringkan tubuh agar kami berhadapan. Tanganku bergerak menggapai wajahnya yang terlihat tenang. Air mataku menetes ketika pikiranku mulai mengenang tentangnya yang menyebalkan, berbahaya dan juga perasaannya yang membuatku terjerat di sisinya.Pikiranku menembus dimensi waktu dalam sekejap. Di pertemuan pertama, kami berdansa meskipun waktu itu gerakanku begitu kaku. Pikiranku kembali melayang pada saat ia menangkapku dengan seringai puas karena mengetahui kedokku, lalu pertarunganku dengan putri Chelia dan pernikahan kami yang di luar rencana.Aku juga mengenang ketika ia terluka setelah perburuan di hutan Stigrear, ketik

  • Shirea   Chapter 33

    Aku terbaring dengan nyaman di sebuah pembaringan yang entah bagaimana rupanya. Sorak bahagia nan ramai membuat suasana riuh di luar sana atas berhasilnya mengusir pasukan Vainea, bahkan mereka merasa bangga karena berhasil menumbangkan seorang putra mahkota dari kerajaan lawan.Aku tidak tahu apakah kabar kematiannya sudah sampai ke Vainea atau belum, yang jelas raja Vainea pasti akan murka dan menuntut balas.Meski saat ini aku tak merasakan apapun, tapi kesadaranku masih bisa kukendalikan bahkan telingaku terasa lebih peka dari biasanya. Aku mencium aroma wangi di pembaringanku dan saat ini aku terbaring dalam posisi elegan.Dua hari telah berlalu. Demi menyelamatkanku, Erick menyebarkan kabar kematianku pada semua orang termasuk bibi Athea dan yang mulia ratu, walau sebenarnya berita ini tidak berpengaruh pada Velian.Mereka yang sebelumnya bersorak atas kemenangan besar kini berkabung atas kematianku dan raja Herrian. Sorakan yang menyanjungi namaku sebagai tuan putri yang berani

  • Shirea   Chapter 32

    Suara desingan, erangan dan gemuruh yang diiringi aroma darah kini membanjiri tanah. Semua terpampang jelas di mataku saat melihat kerumunan dan hampir tiba. Aku menarik kedua pedangku yang sudah berlumuran darah dan bersiap untuk menyerang orang-orang dari Vainea.Sebagian dari mereka menatapku heran sekaligus takjub, seolah-olah baru pertama kali melihat wanita turun ke medan perang. Tentu saja, ini adalah kesempatan yang bagus untuk menghabisi mereka karena telah berani terpesona oleh kedatanganku."Fokus pada musuh dan lindungi diri kalian sendiri!" teriakku pada pasukan yang hendak membuat formasi untuk melindungiku. "Jangan pikirkan keberadaanku! Coba pikirkan diri sendiri untuk tetap bertahan hidup!"Satu persatu orang-orang Vainea tumbang, kedatanganku membuat semua pasukanku yang tersisa kembali bangkit dengan semangat dan mematuhi ucapanku."Menarik sekali! Benar benar menarik!" Seseorang bertepuk tangan.Sosok pemuda berkuda dengan jubah kebesaran seorang pangeran berwarna

  • Shirea   Chapter 31

    Aku berjalan menuju kediaman yang mulia ratu dengan langkah cepat, disusul bibi Athea. Para pasukan yang tersisa semua berkumpul di halaman dan beberapa ada yang sudah bersiaga di benteng istana dan pintu gerbang sesuai perintahku.Ketiadaan yang mulia raja dan beberapa petinggi istana membuat yang ada di sini kocar kacir dan bingung. Aku terpaksa mengatur berapa strategi untuk memanfaatkan jumlah yang tersisa.Kudengar Vainea sudah berhasil menerobos ibukota. Aku sudah meminta tim evakuasi untuk memindahkan seluruh warga ibukota ke kota Reydane yang tak jauh dari sini. Satu-satunya jalur yang masih aman adalah jalur selatan. Kuharap prosesnya berjalan lancar.Setelah mencari beberapa informasi selama ini, aku baru tahu jika ayahku adalah mantan petinggi istana yang memegang komando pertahanan, maka aku pun harus seperti dirinya sebagai putri Kanz. Aku mengatur rencana sedemikian rupa dalam waktu yang cukup mendesak. Pikiranku terus berputar hingga kepalaku terasa pening.Aku sengaja

  • Shirea   Chapter 30

    Sudah hampir lima belas menit Sarah tak sadarkan diri dan aku masih menunggunya dengan sabar. Aku hanya terdiam melihatnya terkulai dengan tangan terikat ke atas. Ruangan ini begitu berdebu dan tak tersentuh sama sekali. Saat aku meminta beberapa penjaga untuk menyiapkan penjara, ternyata mereka memberitahuku bahwa sebenarnya aku memiliki penjaraku sendiri. Lokasinya sama seperti penjara putra mahkota, tepatnya di bawah tanah, tapi di sini terasa kering dan dingin, tidak seperti penjara miliknya yang lembab dan bau darah di mana-mana."Bangunkan dia!" titahku dingin pada salah satu penjaga yang sedari tadi sudah siaga dan menunggu perintahku."Baik, yang mulia."Sarah akhirnya terbangun setelah guyuran air dingin menyirami tubuhnya. Ia seperti terkejut dan mengamati lingkungannya dengan tatapan tak percaya lalu tak lama, ia menatapku."Valen," gumamnya. Ia seperti baru menyadari tangannya terikat saat ia mencoba bergerak. "Kau--""Kenapa? Apa sekarang kau marah padaku karena memenjara

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status