Ummi Zulfa membuka bola matanya perlahan. Arzan yang pertama melihat langsung memanggil dokter untuk memeriksa kembali umminya karena baru saja sadar.Setelah memanggil dokter, Arzan kembali menemui ummi Zulfa."Ummi,"Ummi Zulfa menggerakkan mulutnya seperti ingin berbicara, namun suaranya tertelan tidak bisa keluar sama sekali."Ummi mau ngomong sesuatu?" Tanya Arzan saat sang ummi terus menerus menggerakkan mulutnya.Ummi Zulfa terus menerus menggerakkan bibirnya , namun suaranya hanya tertelan di tenggorokan saja tidak bisa mengeluarkan suara sedikit pun."Biar saya periksa dulu," ijin dokter yang melihat interaksi anak dan ibu itu.Arzan meringsut berdiri agak jauh dari dokter san seorang perawat yang ikut memeriksa keadaan sang ummi.Beberapa menit setelahnya, "Pasien dinyatakan stroke. Hal itu yang menyebabkan pasien sulit berbicara, karena hampir seluruh anggota tubuhnya tidak dapat berfungsi."DegTubuh Arzan hampir limbung setelah mendengar penuturan dokter. Rasanya dadanya
Hati siapa yang tidak sakit melihat istrinya tak berdaya diatas ranjang seperti ini. Bahkan untuk berbicara saja ummi Zulfa tidak bisa. Mulutnya hanya bisa bergerak perlahan tapi tidak bisa mengeluarkan suara. Tangan dan kakinya tidak bisa digerakkan. Matanya berulang kali meneteskan cairan bening.Kyai Rofiq tergugu disana. Mengucapkan istighfar berulang kali, berdoa pada Allah agar istrinya menjadi sehat seperti sedia kala.Nabila yang melihat sang ummi dan abahnya menangis pun ikut meneteskan air mata. Dirinya tidak tega melihat keadaan umminya saat ini."Ummi, ummi yang sabar ya, Allah pasti kasih kesembuhan buat ummi. Kata dokter juga ummi bisa sembuh kok. Ummi yang sabar ya," ucap Nabila.Ummi Zulfa menitihkan air matanya lagi karena tidak bisa membalas perkataan anak gadisnya. Dirinya amat sangat sedih keadaannya seperti ini. Tapi mau bagaimana lagi, ini sudah takdir yang Allah berikan untuknya. Mau tidak mau ummi Zulfa harus ikhlas menerima semua ini."Ummi mau makan? Biar Bil
"Sayang," Arzan langsung turun dari mobil polisi dan menghampiri istrinya yang berdiri di dekat mobil polisi.Tanpa malu, Arzan menarik tubuh mungil Sheyza dan langsung memeluknya. "Ya Allah, bisa gila mas kalau kehilangan kamu Babby. Tadi mas sudah hampir lepas jantungnya karena mas pikir itu kamu." Ucap Arzan disela pelukannya.Sebenarnya Sheyza malu karena beberapa orang melihat adegan romantis mereka. Tapi Sheyza menikmati pelukan suaminya, rasanya sangat menenangkan sekali. "Mas lepas dulu, malu dilihat sama orang," bisik Sheyza di telinga sang suami.Arzan menggelengkan kepalanya, masih ingin memeluk istri rahasianya itu. Rasa khawatir mendominasi dirinya, takut jika istrinya lah yang menjadi korban kebakaran tadi."Mas, malah buat adegan drama Korea. Ini jadi lihat enggak kantong jenazahnya?" Celetuk polisi dari atas bak mobil, membuat Arzan melepaskan pelukannya. Arzan meringis melihat polisi yang masih berada di bak mobil tampak menggerutu sambil menatapnya dengan kesal."Ta
"Bagaimana Anisa? Kamu hanya perlu menemani ummi dan menyuapinya saat ummi makan saja. Kalau mandi dan yang lainnya biar Abah yang dan Nabila yang bergantian melakukanya." Ucap kyai Rofiq."Tapi bah, Anisa juga...emm,"'Ayo Anisa berpikir?!! Cari alasan! Jangan sampai kamu terjebak mengurus mertua yang tidak berguna seperti itu.' batin Anisa sebal."Anisa juga tidak bisa bah. Maaf abah, tapi Anisa juga harus mengecek konsumsi untuk para santri. Karena ummi sedang sakit, jadi Anisa yang harus gantiin tugas ummi. Abah juga paham kan kalau tugas ummi pada santri sangat banyak. Jadi kalau mengandalkan Anisa saja rasanya Anisa tidak bisa maksimal menjaga umminya." Ucap Anisa akhirnya menemukan alasan yang tepat.Kyai Rofiq menghembuskan nafas panjang, bingung kalau seperti ini keadaannya. "Jadi, bagaimana dengan ummi?""Emm bagaimana kalau kita cari perawat saja Abah? Kan sekalian bisa mengurus keperluan ummi yang lain juga. Jadi Abah sama Nabila tidak perlu kerepotan," usul Anisa.Kyai Ro
Terbawa perasaan? Jelas. Apa yang keluar dari bibir suaminya itu membuat hati Sheyza menghangat. Merasa dihargai walaupun status pernikahan mereka di rahasiakan. Terlebih kata cinta dan sayang yang selalu terucap membuat hati Sheyza tak kuasa menahan kebahagiaan nya. Juga perhatian yang selalu Arzan berikan nyatanya mampu meluluhkan hati Sheyza.Sheyza merasa diratukan oleh Arzan, hingga dirinya lupa kalau ada hati lain yang mungkin akan terluka saat mengetahui hubungan mereka.Jantungnya selalu berdebar saat dekat dengan suaminya. Bahkan Sheyza sampai melupakan sumpah serapahnya kepada sang suami yang pernah Sheyza lemparkan beberapa waktu yang lalu.Jangan salahkan Sheyza. Sheyza juga seorang perempuan. Jika diratukan dan diberi perhatian oleh pasangannya, siapa yang tidak terbawa perasaan. Ditambah Sheyza sudah lama tidak mendapatkan perhatian dan kasih sayang seperti ini. Anggap saja Sheyza haus kasih sayang. Tapi memang benar begitu kenyataannya. Sheyza mendambakan sosok seperti
"Enak banget ya sekarang sudah kayak nyonya besar, saking enggak ada kerjaan sampai ngutekin kuku kayak begitu."Sebuah suara membuat Anisa mengangkat wajahnya yang sebelumnya sibuk menguteki tangan. "Kenapa Nabila? Kamu mau mbak kutekin juga tangannya?"Nabila mendengus, dirinya tidak menyukai kakak iparnya itu. Menurutnya sikap Anisa sangat manipulatif. Abah dan umminya saja yang tidak melihat keburukan Anisa, mereka hanya melihat dari tipu muslihat perempuan itu."Kalau tidak mau tidak apa-apa, mendingan kamu lihat ummi kamu daripada cuma disini diam." Ucap Anisa sembari kembali menguteki kuku tangannya.Nabila geram sekali dengan tingkah laku Anisa yang seenaknya. Dia bahkan tidak merasa kalau dirinya hanya seorang menantu disini. "Emang mbak gak takut kalau sampai Abah sama Abang tahu mbak Anisa fitnah Bu Indah?" Mata Anisa melotot, tidak menyangka kalau adik iparnya tau tentang hal itu. "Nabila, kalau ngomong jangan sembarangan. Buat apa saya fitnah Bu Indah? Yang ada sekarang
Nabila sudah lebih dulu melengos, tak suka melihat Anisa bermanja-manja seperti itu dengan abangnya. Bukan karena Nabila cemburu, tapi Nabila tidak suka dengan perempuan yang berstatus sebagai kakak iparnya karena dirinya tahu bagaimana sifat asli perempuan itu, jahat dan tentunya pandai berkelit.Abang, Abah dan umminya saja yang selama ini dibohongi oleh Anisa. Padahal Nabila sudah pernah mengatakan tentang kejanggalan pada diri Anisa, tapi mereka tidak percaya padanya.Sheyza, perempuan itu juga ikut melengos ke samping, tak kuasa melihat pemandangan di depannya. Hatinya sakit, bagaimana pun dirinya juga bisa merasa cemburu. Tapi Sheyza harus sadar kalau perempuan itu lebih berhak daripada dirinya.Arzan melirik ke arah Sheyza. Dia tahu apa yang dirasakan oleh istri rahasianya itu. Langsung saja tangannya menyingkirkan tangan Anisa.Anisa melotot, "Mas kamu kenapa sih?!!" "Anisa, jaga bicara kamu. Malu dilihat orang lain,""Ck, cuma perawatnya ummi kan? Dia harusnya paham kalau k
"Sengaja mau genit sama ustadz-ustadz disini, iya?? Kenapa pakai berhenti segala hah? Padahal tinggal diabaikan dan langsung jalan terus juga bisa, ck." Arzan berkacak pinggang menatap tajam ke arah istri rahasianya. Saat ini Arzan baru bisa menemui istri rahasianya tengah malam setelah semua tertidur. Sebelumnya Sheyza juga sudah tertidur, tapi terbangun lagi karena Arzan mengirim pesan akan datang ke rumah."Kenapa ada yang ngajak kenalan malah diladenin?? Pakai mau kasih tau namanya segala lagi. Padahal bisa saja bilang sama Nabila kalau ingin cepat pulang, tidak perlu sampai merespon." Bibir Arzan masih saja mengomel, bahkan raut wajahnya ketara sekali kalau tengah badmood.Sheyza yang capek mendengar suaminya mengomel langsung mencubit pinggang suaminya."Kok mas dicubit sih Babby?" Protes Arzan.Sheyza mengerucutkan bibirnya kesal. "Gimana nggak dicubit orang mas ngeselin gitu. Datang-datang langsung ngomel nggak jelas, padahal tadi di ponsel juga sudah ngomel-ngomel kan. Kuran
"Wahh, cucu Oma ganteng banget. Hish, udah gak sabar ya mau nikah. Oma penasaran banget sama perempuan yang udah bisa naklukin hati cucu Oma ini," kata Oma Ina sambil merapikan dasi Noah.Noah tersenyum malu-malu, bahkan pipinya sudah memerah seperti tomat, "Oma...""Ini kan lamaran dulu, tapi jangan lama-lama ya nikahnya. Oma mau kalian segera menikah."Noah mengangguk, dirinya juga tidak akan lama-lama menikahi Nabila. Dia ingin segera menghalalkan gadis itu."Udah ganteng banget. Sekarang kita keluar. Mama sama papa kamu udah nungguin diluar." Oma Ina menggamit lengan Noah mengajak cucunya keluar dari kamar.Sesuai rencana Noah, malam ini mereka akan datang ke rumah Nabila. Sesuai alamat yang telah diberikan oleh gadis itu. Noah juga sudah tau letak pondok pesantrennya, karena sore tadi Noah menyuruh orang untuk melacak pondok pasantren tersebut.Beberapa hantaran telah disediakan oleh Noah. Itu juga Oma Ina yang menyiapkannya. Oma Ina sangat antusias mendengar cucunya ingin menika
FlashbackBeberapa hari sebelumnya."Mbak,"Sheyza yang sedang menimang Abyan langsung menoleh saat mendengar suara Nabila yang ada di samping kanannya. Dirinya saat ini sedang duduk disebuah kursi samping ndalem pondok pasantren. Abyas, kembaran Abyan itu saat ini sedang bersama dengan ummi Zulfa. Sheyza ingin mencari udara segar dan mengajak Abyan duduk disamping ndalem.Sheyza tersenyum manis. "Iya, Bila. Sini duduk,"Sheyza menepuk kursi di sebelahnya.Nabila tersenyum riang, lalu menghampiri kakak iparnya itu. "Gembul banget pipinya mbak. Hish gemesin banget deh." Ucap Nabila sambil menciumi pipi bayi itu yang anteng sekali.Sheyza terkekeh. "Iya, padahal baru beberapa hari juga kan? Cuman ASI doang, tapi masya Allah... Abyan sama Abyas sehat sekali sampai pada gembul gini.""Iya mbak. Jadi anak yang Sholeh ya sayang," ucap Nabila lagi. Sheyza hanya tertawa melihat tingkah adik iparnya itu yang sedang mengganggu Abyan. Sedangkan Abyan hanya diam saja, Abyan tidak mudah menangis
"Jangan aneh-aneh. Kamu itu selalu saja bercanda," Nabila menghubungi Noah karena tak tahan dengan pesan yang dikirim oleh pria itu.Noah terkekeh ditelpon sana. "Saya gak bercanda sama sekali. Saya ingin menikahi kamu, Nabila. Saya memang tidak bisa mengatakan ini cinta. Tapi saya tertarik dengan kamu. Saya ingin lebih mengenal kamu lagi, tapi pastinya dalam hubungan yang halal. Saya ingin menikahi kamu," kata Noah sungguh-sungguh.Nabila meneguk ludahnya susah payah, dirinya bingung sendiri jadinya."Saya, emm saya gak bisa.""Kenapa? Saya mengajak kamu ke jalan yang benar, bukan mengajak kamu maksiat.""Tapi tapi saya gak bisa. Abang dan Abah saya pasti gak akan beri ijin," kata Nabila sambil menggigit bibirnya dengan kuat. Perasaan bingung itu menyeruak di dalam dirinya. Dia juga tidak tau kenapa bisa merasakan hal seperti ini. Bisa saja kan dia menolak Noah, tapi hatinya malah menginginkan hal lain, seolah berat menolak Noah. Aneh! Nabila merasakan sesuatu yang lain didalam hatin
"Masya Allah, ganteng banget anak ayah." Arzan menciumi pipi Abyan dan Abyas secara bergantian. Keduanya dibaringkan ditepat tidur setelah tadi selesai mandi."Mirip banget sama ayah ya. Gak ada yang mirip sama bunda," Arzan terkekeh. Tak menyangka jika kedua anak kembarnya malah sangat mirip dengan dirinya."Ngomongin aku?" Tiba-tiba Sheyza keluar dari dalam kamar mandi dan langsung menghampiri ketiganya.Arzan menyambutnya dengan senyuman lebar. "Lihat sayang, bunda kalian udah cantik banget. Udah wangi lagi," Kata Arzan sambil menatap teduh ke arah Sheyza.Sheyza tersenyum malu-malu, berjalan menghampiri kedua bayinya lalu mengecup pipi keduanya dengan gemas."Lah, ayah kok gak dicium sih bunda. Masa Abyan sama Abyas doang!" protes Arzan dengan bibir yang mengerucut.Sheyza terkekeh kecil, mencubit dagu sang suami dengan gemas. "Nggak boleh cium didepan anak-anak, ayah.""Kenapa?" Arzan tampak tak terima."Mereka masih kecil. Beri contoh yang baik-baik untuk mereka ya.""Cium juga
"Tolong!!" Sinta berteriak nyaring didalam sebuah ruangam. Dia sangat ketakutan karena ruangan itu sangat gelap, tidak ada cahaya sedikitpun yang menyinari. Sinta juga tidak tau kemana teman-temannya berada, sedari tadi dirinya menjerit juga tidak ada yang meresponnya. Lantai yang dingin menusuk kulit Sinta yang tak mengenakan apapun."Orion!!" Sinta berteriak memanggil nama cowok yang bersama dengannya tadi, namun hanya ada keheningan yang menjawab didalam ruangan itu.Sinta meneguk ludahnya susah payah, berarti dirinya benar-benar sendirian didalam ruangan ini."Papa!! Mama!! Tolong Sinta! Sinta takut disini hiks hiks hiks." Tangis Sinta menggema didalam ruangan. Dirinya tidak tau harus berbuat apa, ingin berlari dan pergi dari tempat terkutuk ini, tapi tangan dan kakinya sama sekali tidak bisa di gerakkan, dia di ikat."Siapapun kalian, jangan jadi pengecut kayak gini! Gue gak akan pernah lepasin siapapun yang udah berani main-main sama gue!!" teriak Sinta kembali.Ceklekk Tidak l
Nabila menatapi Abangnya yang sibuk senyum-senyum sendiri, dirinya memutar otaknya bagaimana caranya agar sang Abang pergi dari ruangan yang ditempati olehnya ini. Karena dirinya tidak mau abangnya sampai melihat dirinya di datangi oleh seorang pria. Dirinya sangat tau seperti apa posesifnya sang Abang.Nabila menggigit bibir bawahnya dengan kuat. "Bang," panggil Nabila.Arzan menoleh. "Kenapa? Butuh sesuatu? Abang bisa ambilkan," ucap Arzan menoleh sebentar lalu pandangannya kembali lagi pada ponselnya yang masih hidup. Dirinya sibuk berbalas pesan dengan Sheyza.Nabila menggeleng. "Emm, Abang gak mau pulang aja?" Nabila bertanya dengan nada suara pelan hampir seperti berbisik."Apa? Apa? Abang gak denger yang kamu bilang. Coba suara kamu sedikit besar. Kamu udah kayak orang mau ngajak gosip aja ngomongnya pelan-pelan gitu," Nabila menghembuskan nafasnya kasar.Memberanikan diri. "Emm, Abang gak kangen sama si kembar? Udah beberapa jam Abang pergi, ummi sama Abah juga ada disini. Ab
"Astaghfirullah, siapa yang sudah tega melakukan hal ini sama Bila. Ya Allah," Ummi Zulfa memekik saat melihat kondisi Nabila yang tidak baik-baik saja. Apa lagi tadi dokter mengatakan jika ada beberapa luka memar yang ada disekitar tubuh putrinya. Mereka semua tak tau apa yang telah di alami oleh Nabila sampai seperti ini. Nabila sama sekali tidak bercerita apapun."Ummi tenang dulu," Arzan menangkap tubuh ummi Zulfa yang hampir limbung. "Sakit jantung ummi bisa kambuh kalau ummi gak tenang," timpal Arzan lagi.Ummi Zulfa menggeleng dengan air mata yang terus berlinang, sungguh melihat kondisi anak perempuannya tidak baik-baik saja seperti saat ini membuat hatinya hancur."Ummi tenang dulu. Dokter tadi udah periksa Bila, katanya Bila baik-baik aja. Sebentar lagi juga siuman," kata Arzan berusaha menenangkan sang ummi."Siapa yang sudah melakukan hal ini sama adik kamu, bang. Dari kapan adik kamu mengalami hal menyedihkan seperti ini? Dan kenapa Bila diam aja? Kenapa Bila gak pernah
Entah bagaimana perasaan Nabila sekarang, tapi yang jelas baru pertama kali ini dirinya merasakan perasaan aneh yang tiba-tiba muncul didalam dirinya."Ya Allah aku kenapa," monolog Nabila. Sejak meninggalkan ruangan pria itu tadi, Nabila tak berhenti tersenyum. Bahkan saat dosen menyampaikan materi kuliah, Nabila sama sekali tak mendengarnya.Brakk Tengah asik melamun, Nabila terlonjak kaget saat meja yang ditempati olehnya tiba-tiba digebrak oleh seseorang.Nabila mendongak, ternyata pelakunya adalah Sinta yang sudah berdiri didepannya sambil bersidekap dada bersama dengan antek-anteknya.Nabila meneguk ludahnya susah payah, apa lagi melihat wajah mereka yang sangat menyeramkan. Rasanya Nabila ingin kabur aja saat ini juga. Harusnya tadi Nabila pulang saja saat dosen selesai memberikan mata kuliah tadi, tapi karena terlalu larut akan perasaan anehnya, Nabila sampai lupa pada Sinta dan antek-anteknya yang bisa menggangunya kapan saja."Wuuu apa tuh," salah satu teman Sinta menunjuk
Ting[Masuk Nabila, saya tau kamu sudah ada didepan. Kamu mau saya bukain pintu dan menarik kamu? Dengan senang hati akan saya lakukan.]Nabila berkedip pelan membaca pesan yang baru saja masuk diponselnya itu. Baru saja dirinya membuka ponsel dan mendapati pesan dari pria aneh itu. Nabila menarik nafasnya untuk sesaat lalu membuangnya kasar. Tangannya terangkat mengetuk pintu berwarna cokelat di depannya ini.Tok tok tok"Masuk!"Suara itu langsung terdengar membuat Nabila mendengus dan langsung menarik hendle pintu dan masuk ke dalam ruangan itu."Jauh banget kayaknya ruangan saya ya. Ini sudah hampir tiga puluh menit kamu baru sampai. Padahal saya, hanya membutuhkan waktu satu menit saja untuk sampai disini." Sinis Noah matanya menyorot tajam ke arah Nabila."Saya berjalan,""Saya juga jalan, apa kamu pikir saya terbang sampai ke ruangan saya?"Nabila melengos, menggeram kesal. Berdebat dengan pria didepannya ini tidak akan ada ujungnya, yang ada dirinya akan capek sendiri."Waktu