Padahal, awalnya Karina dan Arjuna ingin membiasakan Shanum dengan kehadiran pasangan Chen dan mendekatkan mereka sebelum akhirnya jujur tentang semuanya. Namun, sepertinya yang terjadi tak sesuai harapan. Alih-alih terbiasa dan dekat, Shanum malah nampak tak nyaman.Apa yang salah?Shanum kenapa?Kenapa sekarang anak itu mudah curiga?Apa ini masih ada dampak dari traumanya pada keluarga Reksa?Menyadari hal itu, Arjuna dan Karina pun gegas mengambil keputusan. Nampaknya, semua memang sudah tak bisa di tutupi lagi. Karena rencananya, pada acara akikah Baby Nata nanti, Shanum akan sekalian diperkenalkan sebagai salah satu dari pewaris keluarga Chen. Keluarga taipan di negeri China. Semua bertujuan agar Shanum tak lagi di pandang sebelah mata hanya karena statusnya yang menjadi anak angkat di keluarga Setiawan dan tidak jelas asal usulnya. Tidak! Shanum tidak serendah itu. Tanpa keluarga Setiawan pun, Shanum tetap harus di hormati. Karena garis keturunan yang Shanum miliki tidaklah
Sakit itu kembali terasa mencengkram perut bawah Shanum, dan kali ini rasanya lebih menyakitkan dari siang tadi. Shanum pun berusaha mengatur napas, agar rasa sakit itu sedikit berkurang.Setelah sakitnya terasa berkurang, Shanum segera menyelesaikan acara mandinya, kemudian mengambil baju ganti yang lebih nyaman. Lalu keluar dari walk in closet yang tersambung dengan kamar mandi di kamarnya. Secara perlahan-lahan dan sambil perpegangan pada tembok dia berjalan tertatih "Akh!" Shanum meringis pelan sepanjang perjalanan. Jarak kamar mandi dan ujung walk in closet tiba-tiba terasa melebar puluhan kilometer untuknya.Sakit! Sakit sekali! Perutnya terasa diremas-remas oleh seribu tangan. Sepertinya, Shanum memang harus segera ke Rumah sakit sekarang. Firasatnya benar-benar tidak enak akan sakit yang kerap dia rasakan sejak siang tadi. Kali ini, bahkan lebih sakit lagi.Ceklek!Akhirnya, Shanum sampai pada pintu yang menghubungkan walk in closet dan kamarnya. Saat wanita itu membuka pintu
"Maaf, kami tidak bisa menyelamatkan janinnya."Kalimat itu bagai vonis kematian untuk Shanum. Sukses meluluh lantahkan hati dan kekuatan terakhirnya. Apa yang Shanum takutkan terjadi juga. Hati Shanum hancur sehancur-hancurnya. Dua tahun sudah Shanum menunggu kehadirannya. Setelah hadir, dia malah pergi lagi. Sialnya tanpa Shanum sadari keberadaannya.Shanum sedih, sekaligus kecewa pada dirinya. Bagaimana mungkin dia tidak menyadari keberadan sang buah hati beberapa minggu ini? Shanum sungguh kecewa. Ibu macam apa dia ya Tuhan?Dan yang lebih membuat Shanum makin sedih. Suaminya tak kunjung datang jua, padahal sudah dikabari oleh Diva. Bahkan, ponselnya mendadak tidak aktif dan tidak bisa dihubungi. Sementara saat ini, Dokter memerlukan tanda tangan sang suami untuk tindakan kuret. Beruntung ada ayah mertua yang bersedia menggantikan tanggung jawab Reksa. Shanum semakin kecewa dengan suaminya itu.***"Ayo, buka mulutnya. Aaa ...."Shanum memalingkan wajahnya, menghidari sendok yan
Shanum sudah tidak tahu lagi harus menyebut Reksa seperti apa. Tidak tahu malu? Tidak punya hati? Atau malah tidak punya otak?Sudah tahu kondisi Shanum masih berduka paska keguguran. Masih sensitif dan masih sangat marah pada apa pun yang mengingatkannya pada penyebab dukanya tersebut. Khususnya terhadap Ayu. Seharusnya, sebagai seorang suami Raksa mengerti hal itu dan berusaha menjaga perasaannya dengan menjauhkan Ayu darinya. Tetapi yang terjadi malah, pria itu membawa Ayu kehadapan Shanum tanpa dosa sama sekali. Membuat Shanum makin muak di tempatnya. Masih pantaskah Reksa disebut sebagai seorang suami?"Hai, Shanum. Bagaimana kabarmu? Aku ... turut berduka untuk bayimu." Ayu memasang wajah sendu menatap Shanum. Entah benar-benar tulus, atau hanya modus karena di sana ada Reksa. "Aku juga minta maaf untuk semalam. Aku tidak tahu jika akhirnya akan begini. Kalau aku tahu, sudah kularang temanku menghubungi Reksa."Shanum tetap bergeming. Membungkam mulutnya serapat mungkin, ser
Biasanya, Shanum akan membela diri jika merasa memang tidak bersalah. Meski akan berakhir percuma, Shanum akan tetap mencoba menjelaskan duduk masalah sebenarnya pada Reksa. Tetapi kali ini berbeda. Mendengar tuduhan Reksa yang seenaknya. Shanum memilih diam dan memalingkan wajah ke arah lain. Seolah memang sudah tak sudi melihat wajah suaminya lagi. "Sikap macam apa ini, Shanum? Jawab aku!" Reksa pun semakin marah, lalu mencengkram dagu Shanum lumayan keras, dan memutarnya agar menatap Reksa.Sakit sebenarnya. Namun, Shanum tetap memilih diam. Hanya membalas tatapan tajam Reksa dengan dingin. Memang ada bedanya jika Shanum jelaskan?"Shanum? Jangan diam saja. Katakan sesuatu. Kenapa kamu suka sekali mengadu?" cecar Reksa lagi. Seraya menguatkan cengkramannya pada dagu Shanum. Shanum pun menghela tangan itu kasar hingga terlempar lumayan kuat. Namun, tetap mempertahankan tatapan dinginnya pada Reksa. "Kalau aku bilang, aku tidak melakukannya, kamu percaya?""Tidak!" jawab Reksa c
Shanum tahu, sebagian dari kalian pasti mengatainya bodoh, tolol, goblok atau apalah itu. Padahal punya kesempatan mengadu, tapi malah tidak melakukannya, bahkan sengaja menutupi semuanya. Ya, Shanum akui. Dia memang bodoh. Namun, pernahkah kalian mempunyai prinsif hidup? Nah, sebenarnya itulah yang sedang Shanum lakukan saat ini, yaitu memegang prinsif hidup yang sudah dia pilih. Reksa adalah pilihannya. Pun pernikahan ini. Jadi seburuk dan seperih apa pun yang ia jalani saat ini. Shanum hanya mencoba menerima, karena ini adalah resiko atas pilihannya. Terlebih, Shanum sudah pernah bilang, kan? Dia sudah membuat janji pada Reksa, tak akan pernah meninggalkan pria itu selama dia tidak memukul dan memiliki istri lain. Karenanya, meski sakit, Shanum terpaksa tetap bertahan."Astaga! Kak Reksa ngapain?" Diva tiba-tiba hadir di ambang pintu. "Lepasin! Jangan sakiti Kak Shanum lagi!" Diva bahkan menarik Reksa agar segera menjauh dari Shanum. "Awas, ya, kalau Kak Reksa macam-macam lagi s
Sebenarnya enggan sekali untuk Shanum kembali ke rumah keluarga Reksa, setelah akhirnya diperbolehkan keluar dari Rumah sakit. Namun, akan kemana lagi ia jika bukan ke rumah itu. Di kota ini Shanum tidak punya siapa pun selain suami dan keluarganya. Kebodohan Shanum lainnya yang baru ia sesali akhir-akhir ini. Ya, ia memang sebodoh itu. Nekad hidup jauh dari keluarga dan sanak saudara. Hanya demi bisa hidup dengan sang pujaan hati. Tak pernah sekalipun ia memikirkan hal buruk pada rumah tangganya, yang akan membuatnya membutuhkan sandaran lain selain sang suami. Tidak, Shanum tidak berniat kekanakan dan ingin kabur-kaburan jika ada masalah dalam rumah tangganya. Hanya saja, memang kadang kita butuh orang lain untuk sekedar berbagi dan mencari solusi untuk segala pelik yang tak bisa kita pikirkan sendiri. Memang curhat dan membagi aib keluarga sendiri itu tidak boleh. Namun, kalau memang tak sanggup memikirkannya sendiri. Tidak ada salahnya bertanya pada yang lebih paham, kan? Selain
*Happy Reading*"Kamu ... menjual perhiasan?" beo Reksa terkejut. "Kenapa?" tanyanya kemudian penasaran.Shanum tersenyum mencemooh di tempatnya. "Kamu kira, memang dari mana aku bisa menambal semua bolong biaya keluarga ini, kalau bukan dari hasil jual perhiasan.""Tapi ... kenapa bisa begitu? Bukannya biaya rumah ini masih dibantu Papa dan Kak Rendi. Kita udah sepakat untuk hal itu. Papa untuk biaya dapur. Listrik dan air dari Kak Rendy." Reksa masih tak bisa percaya begitu saja. Shanum menaikan bahu acuh seraya meraih bukunya sendiri. "Untuk hal itu. Kamu tanya kan saja pada orang-orang yang bersangkutan," ucap Shanum ambigu.Reksa terdiam lagi. Menatap Shanum lekat seolah mencari tanda kebohongan dari wanita itu. Namun, dari gestur dan rona wajahnya. Jelas tidak ada resah dan kepanikan yang biasanya bisa dilihat dari seseorang yang tengah berbohong. Itu berarti. Shanum jujur. Istrinya tidak sedang berbohong atau apalah itu. Akan tetapi, kenapa bisa begini? Siapa yang harus Reksa
Padahal, awalnya Karina dan Arjuna ingin membiasakan Shanum dengan kehadiran pasangan Chen dan mendekatkan mereka sebelum akhirnya jujur tentang semuanya. Namun, sepertinya yang terjadi tak sesuai harapan. Alih-alih terbiasa dan dekat, Shanum malah nampak tak nyaman.Apa yang salah?Shanum kenapa?Kenapa sekarang anak itu mudah curiga?Apa ini masih ada dampak dari traumanya pada keluarga Reksa?Menyadari hal itu, Arjuna dan Karina pun gegas mengambil keputusan. Nampaknya, semua memang sudah tak bisa di tutupi lagi. Karena rencananya, pada acara akikah Baby Nata nanti, Shanum akan sekalian diperkenalkan sebagai salah satu dari pewaris keluarga Chen. Keluarga taipan di negeri China. Semua bertujuan agar Shanum tak lagi di pandang sebelah mata hanya karena statusnya yang menjadi anak angkat di keluarga Setiawan dan tidak jelas asal usulnya. Tidak! Shanum tidak serendah itu. Tanpa keluarga Setiawan pun, Shanum tetap harus di hormati. Karena garis keturunan yang Shanum miliki tidaklah
Hari pun berlalu. Shanum kembali menjalani waktu tenangnya sambil menikmati momen menjadi ibu pemula. Ia dibantu oleh Bunda dan Umi Hasmi dalam parenting nya. Meski kadang, dua orang itu jadi berdebat konyol karena perbedaan kebiasaan. Maklum, yang satu menggunakan kebiasaan di kampung, yang satu di kota. Jadi ya ... begitu. Perihal bedong, gurita, dan sarung tangan bayi saja permasalahkan. "Udah tahun berapa ini? Masih saja bayik kamu bungkus macam lontong begitu. Kalau orang kicer mah, nanti malah di kukus, loh!""Itulah gunanya kaca mata, Dokter? Lagian di bedong itu biar tangan sama kakinya nggak ngejebrak gitu loh. Jalannya juga lebih rapet nanti pas udah gede.""Halah, mitos! Kamu juga di bedong pasti, kan, pas bayik? Tapi kok jalannya masih ngangkang, tuh?""Ya gimana nggak ngangkang. Orang saya tiap malam di cangkul si Aa. Nggak berenti kalau belum lemes. Wajarlah kalau paha saya jadi jaga jarak gini!"Allahu robbi ... Shanum hanya bisa menggeleng putus asa jika bercanda dua
Selepas kepergian Keluarga Hardikusuma, Arjuna menyuruh Shanum kembali ke kamarnya tanpa menjelaskan apa pun. Shanum yang awalnya ingin bertanya pun mengurungkan niatnya ketika melihat wajah sang ayah yang agak dingin. Di antar Frans, Shanum akhirnya patuh untuk kembali ke kamarnya. Terserahlah. Mau dinikahkan sama siapa pun, asal menurut Daddynya baik, Shanum pasrah saja. Bagaimana lagi? Dia pernah memilih sendiri dengan begitu yakin, akhirnya di kecewakan, kan? Siapa tahu kalau dipilihkan orang, rumah tangganya akan langgeng. Aamiinn ....Akan tetapi, Shanum harap mereka tidak memaksa di waktu terdekat ini. Karena Shanum masih ingin menikmati status singlenya juga fokus pada tumbuh kembang Baby Nata. Menjelang malam, Shanum kembali keluar kamar. Ia ingin mengambil air minum untuk jaga-jaga jika haus tengah malam. Sekalian ia ingin meminjam salah satu buku di ruang baca Bunda untuk menemaninya tidur nanti."Oh, iya. Yang kamu katakan tadi itu, beneran?"Beberapa langkah dari ruanga
Shanum tertegun mendengar ucapan Arjuna barusan. Apa katanya? Daddy sudah punya calon untuknya? Siapa? Kenapa Daddy nggak pernah mengatakan apa pun selama ini?Mungkin pertanyaan itu bukan hanya ada dalam benak Shanum saja. Tetapi semua yang ada di sana. Khususnya Shaki. Pria itu pun lantas menanyakan siapa pria yang sudah menyalipnya itu?"Siapa pun dia, nanti juga kalian akan tahu jika sudah saatnya." Daddy ternyata memilih merahasiakan pilihannya tersebut. "Loh, nggak--""Yang harus kamu ingat, Shaki." Daddy sengaja menyela ucapan Shaki. "Pria pilihanku itu lebih bisa dipercaya ucapan dan janjinya. Tidak seperti kamu, ngakunya cinta sama Shanum dan mau berubah, tapi masih saja kencan dengan model-modelmu itu dibelakangnya. Bahkan sampai keluar masuk hotel!"Shaki langsung gelagapan mendengar ucapan Daddy. Mungkin dia tak menyangka Daddy akan tahu rahasianya itu. Ah, Shaki terlalu meremehkan Arjuna.Sementara di tempatnya, Shanum hanya bisa mendesah berat. Benar kata bunda, tidak m
"Shaki!" pekik pelan Arletta ketika sudah sampai di sumber suara, menemukan salah satu dari anak kembarnya sedang setengah di seret oleh Frans agar mengikuti langkahnya. Frans hanya menoleh sejenak, tapi tetap melanjutkan langkah menuju ruang keluarga di mana sang Daddy dan Bunda tengah berada. Gegas saja Shanum dan Arletta mengikuti langkah Frans dibelakang.Bruk!Sesampainya di ruangan itu, Shaki di dorong agak keras hingga pria itu pun bersimpuh tepat di hadapan Daddy Arjuna. "Dia ketahuan mengendap ke kamar Nona besar di atas." Frans melapor tanpa diminta.Sementara Shanum makin bingung dengan laporan Frans. Daddy Arjuna sediri malah menatap Shaki dengan sorot jengah. Lalu melempar tatapan pada Arletta. "Bagaimana, Let? Menurutmu harus kuapakan anakmu ini?" tanya Daddy kemudian. Arletta mendesah berat lalu memijat keningnya yang mendadak pening. Anaknya yang satu itu memang susah sekali di atur."Shaki, Shaki, sebenernya kamu tuh bisa patuh nggak, sih? Mama capek loh ngomong s
Seiring dengan tersiarnya kabar 'Putri Sulung Keluarga Setiawan telah melahirkan', semakin ramai pula tamu yang datang berkunjung.Tak hanya dari kalangan keluarga dan sahabat mereka saja. Rekan bisnis, atau sekedar kenalan pun seolah tak ingin ketinggalan. Seperti yang kalian tahu, jangankan dalam negeri, diluar negeri pun nama besar Keluarga Setiawan lumayan di perhitungkan.Tak ingin sampai anak dan cucunya terganggu, juga demi menghindari bahaya yang mungkin saja tengah mengintai. Arjuna pun lantas membatasi kunjungan dan memperketat pengamanan di sekitar rumah sakit tempat Shanum berada. Tidak dibiarkannya orang sembarangan mendekat. Hanya yang karib dan orang-orang tertentu saja pokoknya. Itu pun setelah melewati pengecekan ketat dari Frans. Shanum tahu semua yang di lakukan Daddynya, dan dia tidak keberatan. Ia mengerti sang Daddy hanya ingin yang terbaik untuknya dan si buah hati. Namun, yang ia tidak mengerti adalah ... Kenapa Mr Chen menjadi salah satu dari yang diijinkan
Setelah hampir tiga jam tak sadarkan diri setelah dibawa ke ruang perawatan. Shanum akhirnya membuka matanya. Hal itu pun di sambut penuh suka cita dari keluarganya yang sudah berkumpul di ruangan tersebut."Sayang, bagaimana perasaanmu?" Karina bertanya dengan lembut dan perhatian. Shanum menggeleng lemah. Meski sebenarnya badannya terasa lemas dan nyeri di beberapa bagian. Shanum menganggap itu wajar. Bukankah dia baru saja mengalami sebuah insiden. Ah, benar juga! Mengingat itu, lengan Shanum sontak terangkat dan mengusap perutnya, yang tadinya membukit, kini telah rata."Bun, bayiku?" tanyanya agak panik. Bunda Karina tersenyum hangat. "Tenang, sayang. Bayimu ada. Sekarang masih di kamar bayi.""Nanti Daddy suruh orang untuk membawanya ke sini." Arjuna menambahkan. Membuat desah lega terdengar dari Shanum. "Tapi ... dia baik-baik saja kan, Bun?" ternyata kekhawatiran Shanum belum sepenuhnya hilang.Bunda tersenyum lagi. "Dia baik-baik saja, sayang. Sehat dan sempurna.""Juga t
Syukurlah Shanum akhirnya bisa melewati masa kritisnya berkat Mr Chen. Dia sudah dipindahkan ke ruang perawatan, tinggal menunggu untuk siuman. Karina pun sudah bertemu Mr Chen dan mengobrol banyak hal. Pria itu menunjukan banyak bukti tentang keterikatan darahnya dengan Shanum. Membuat Karina akhirnya bisa menerima kenyataan jika putrinya memiliki keluarga lain selain mereka. Arjuna sendiri tahu fakta barusan beberapa hari setelah pertemuan di kantornya, yang melahirkan kecurigaan pada sikap Mr Chen terhadap sang putri. Sebagai seorang ayah, dia tentu tak ingin sampai anaknya jadi buruan penjahat birahi. Karenanya, ia segera meminta anak buahnya melakukan penyelidikan di bantu Raid untuk penyelidikan lebih dalam. "Jangan membuatku cemburu dengan melihat putriku seperti itu Mr Chen. Anda tahu, saya ini sangat posesif sebagai kepala keluarga. Saya tak segan mematahkan leher orang jika sudah sangat cemburu," tegur Arjuna dengan nada bercanda. Meski begitu, tetap ada ketegasan dan p
Arjuna langsung meninggalkan ruang rapat setelah mendengar laporan tentang Shanum. Tak perduli rapat sebenarnya masih berlangsung, Arjuna tetap pergi begitu saja. Toh, ada Arsen yang pasti akan menyelesaikan semuanya."Antarkan aku ke Setiawan Healty secepatnya!" titahnya pada sang sopir. Tak menunggu perintah dua kali, sopir tersebut pun langsung tancap gas. Sementara itu Arjuna segera menelepon kepala pelayan di rumahnya dan meminta rekaman cctv di rumah. Ia ingin tahu kenapa Shanum sampai mengalami pendarahan hari ini? Padahal saat kemarin ditinggalkan putrinya itu masih baik-baik saja. Arjuna juga ingat jika sekarang belum HPL kandungan Shanum.Sepanjang perjalanan Arjuna tak bisa tenang sedikit pun. Otaknya terus saja mengingatkan dirinya pada kenangan kelam di masa lalu. Saat Karina kritis dan kehilangan anak pertama mereka. Rasanya dejavu. Kekhawatiran ini. Rasa takut ini semua sama. Arjuna benar-benar tak ingin berada di posisi itu kembali.Setelah melakukan perjalanan yang