Setelah Sepuluh Tahun Pernikahan 38
Mereka Tak Salah
Tiga kotak nasi ayam beserta sambalnya menjadi buah tangan untuk keluargaku di rumah. Terbukti Mas Damar ingat dengan kedua anakku juga mertuaku yang turut tinggal bersamaku.
Saat perjalanan pulang tah henti Mas Damar bercerita banyak tentang kehidupannya setelah kutinggal menikah.
"Aku telah membeli sebuah rumah sebelum aku datang ke rumah untuk melamarmu waktu itu. Namun bukan kabar bahagia yang kudapat malah kenyataan pahit yang harus kuterima."
Hatiku mendadak gerimis mendengar cerita Mas Damar mengenang masa lalunya. Bukan salahku juga karena ia pergi tanpa memberi kabar lebih dulu padaku. Ia juga tidak bicara pada bapak mengenai alasannya yang tak kunjung datang. Seandainya saja Mas Damar pamit, mungkin bapak akan menolak permintaan Mas Bima untuk meminangku.
Setelah Sepuluh Tahun Pernikahan 39Ponsel BaruTak ada asap jika tak ada api. Tak ada akibat jika tak ada sebab. Pun yang terjadi denganku adalah karena Mas Damar terlalu sering datang kemari. Bahkan saat pengajian tujuh hari Mas Bima, Mas Damar senantiasa datang turut mendoakan almarhum suamiku.Mana orang tahu jika Mas Damar adalah orang yang pernah hadir dalam masa laluku dan akupun tak mungkin menceritakan pada semuanya atas apa yang sudah terjadi diantara kami. Aku hanya bisa mengurut dada agar hati ini tabah mendengar semua suara-suara sumbang yang kadang menyesakkan dada, membuat hati ini perih.Aku kembali ke dalam rumah dengan hati yang remuk. Siapa yang mau menjadi janda diusia yang terbilang muda. Siapa yang mau ditinggal pasangan hidup yang dengan susah payah telah kita perjuangkan cintanya. Namun apa daya jika takdir sudah memilih jalannya. Aku hanya bisa pasra
Setelah Sepuluh Tahun Pernikahan 40Fakta Yang TerungkapHari berganti hari, minggu berganti minggu hingga mencapai hari dimana aku mengadakan syukuran seratus hari meninggalnya Mas Bima. Hari-hari kulewati dengan perasaan yang tak menentu. Rasa cinta yang terlanjur tumbuh untuk Mas Bima nyatanya tak hilang begitu saja setelah kepergiannya.Aku masih sering menangis dalam diam saat malam hari. Mengenang sosok yang setiap harinya menemaniku di sisi. Dia yang begitu tulus mencintaiku hingga tak pernah membiarkanku sedikitpun tersakiti.Namun Tuhan berkehendak lain dengan memberikan ujian padaku berupa perjuangan untuk merawatnya. Sembilan tahun ia selalu membahagiakanku tak sebanding dengan perjuanganku yang harus merawatnya selama beberapa bulan. Meskipun begitu aku tak mengeluh, aku tahu Tuhan adil padaku. Tuhan mau lihat seberapa besar pengorbananku untuk suami yang telah m
Setelah Sepuluh Tahun Pernikahan 41Keputusan Danisa"Ada apa ini?" Suara bapak membuatku mendongak memandang sumber suara."Tidak ada apa-apa, Pak.""Maafkan saya, Pak. Maafkan saya yang telah menyembunyikan fakta ini dari semuanya. Maafkan saya," ucap Ibu mertua seraya mengusap air matanya. Isak tangisnya sungguh pilu. Ia masih tetap berdiri di depan pintu di sebelah Mas Damar. Aku pun tak bisa mempersilahkannya masuk karena di dalam kamar penuh dengan kardus tempatku mengemasi baju-baju Mas Bima."Maaf kenapa, Bu?" Wajah bapak tampak bingung. Maklum karena bapak belum mengetahui soal ini.Ibu kembali menceritakan apa yang baru saja terjadi. Bapak pun tampak merasa bersalah karena dulu telah menerima pinangan Mas Bima tanpa tahu alasannya lebih dulu."Maafkan Bapak, Nduk. Bapak pun tak
Setelah Sepuluh Tahun Pernikahan 42Selamat Tinggal KenanganSetelah beberes semua peralatan bekas acara pengajian selesai aku merasakan ada hal yang berbeda dari diriku. Sesuatu yang rasanya tak bisa kujelaskan dengan kata-kata. Aku hanya mampu menikmati rasa ini dalam sunyi di dalam kamar yang pernah menjadi saksi kehidupan rumah tangga kami berdua. Tubuhku letih, pikiranku kacau dan hatiku kalut.Foto pernikahan yang terpasang di dinding kamar nyatanya malah membuat dadaku semakin sesak. Melihat itu membuat hatiku kembali mengenang kejadian saat itu yang sungguh tak pernah terbayangkan olehku.Aku duduk di atas pelaminan dengan orang yang sama sekali tak kucintai. Dengan memasang senyum terpaksa kepada setiap tamu yang datang untuk mengucapkan doanya pada kami."Terima kasih ya, kamu sudah mau menjadi pendamping hidupku," ucapnya kala itu. Aku h
Setelah Sepuluh Tahun Pernikahan 43Keputusan BapakSetelah semua pakaian Mas Bima dibawa pergi, aku lalu masuk ke kamar. Mengurung diri menata hati. Kubiarkan kedua orangtuaku juga Ibu mertua mengurus sisa pekerjaan rumah juga menjaga Kirani. Sedangkan aku, sibuk mengemasi luka yang tak kunjung mendapatkan penawarnya. Ternyata meskipun seluruh barang milik mas Bima kuberikan pada orang lain, bayang-bayang kesalahan Mas Bima tak lantas hilang begitu saja.Aku mengurung diri di dalam kamar. Menikmati rasa ini sendiri tanpa ingin orang lain melihat keadaanku yang menyedihkan ini. Beberapa kali Ibu memintaku untuk turut sarapan bersama mereka namun aku tak menjawab. Aku hanya ingin sendiri.Yang kuinginkan saat aku keluar dari kamar ini adalah hati dan pikiranku sudah lebih baik. Tak ada lagi bayangan Mas Bima dan segala rahasianya yang membuat dadaku sesak.
Setelah Sepuluh Tahun Pernikahan 44Sungguhkah Ini Nyata?Seorang perias datang pagi-pagi setelah kemarin dipesan khusus oleh Mas Damar untuk meriasku. Beliau membawa sekotak peralatan rias yang siap digunakan merubah wajahku. Tak lupa juga aku membersihkan diri sebelum wajahku diolesi dengan berbagai krim untuk menunjang penampilanku."Jangan terlalu menor ya, Bu? Saya tak mau terlihat mencolok. Yang natural saja." Aku meminta pada Ibu perias agar tidak meriasku seperti pengantin pada umumnya. Karena ini hanya pernikahan siri dan Mas Damar memintaku untuk terlihat berbeda makanya beliau memaksa untuk memakai jasa perias.Sebenarnya aku tak ingin dirias begini, tetapi biarlah aku terima untuk menghargai keputusan Mas Damar. Juga karena aku ingin membuat Mas Damar bahagia di hari pernikahan kami ini. Ya meskipun hanya secara siri, tapi ini yang pertama untuknya.
Setelah Sepuluh Tahun Pernikahan 45Jangan Keluar!"Bagaimana bisa kamu dengan cepat menebus sertifikat ini?" tanya Ibu mertua penuh selidik. Sebab beliau tak percaya dengan Mas Seno yang hanya dalam waktu beberapa bulan saja sudah bisa menebus kembali sertifikat rumah yang telah digadaikan."Saya gadaikan ini di teman saya, Bu. Jadi setelah punya uang bisa langsung diambil kembali. Beda lagi kalau digadaikan di koperasi atau di bank, ngga bisa ditebus dengan cepat." Wajah Mas Seno masih saja terlihat lesu. Entah apa yang sedang beliau pikirkan padahal sertifikat sudah berhasil ia kembalikan dan kini Ibu mertua pun mengembalikan sertifikat rumah yang ditempati Mas Seno."Bagus kalau begitu. Itu berarti kamu berhasil mendidik istrimu untuk tidak boros sehingga uangmu bisa dipakai untuk menebus kembali sertifikat ini.""Ibu salah." Wajah Mas Seno kia
Setelah Sepuluh Tahun Pernikahan 46Malam Ini Milik Kita"Nggak mau, Pak. Malu katanya." Mas Damar tiba-tiba menyahut."Izin keluar ya, Pak." Lagi-lagi suamiku itu bersuara. Mendengar itu wajahku rasanya menghangat. Bibirku tiba-tiba saja menyunggingkan senyum. Senyum merekah yang keluar dengan sendirinya."Nggak usah minta izin, ya sudah buruan berangkat. Jangan khawatirin anak-anak mumpung masih ada Bapak dan Ibu di sini, puas-puasin berduaan dulu. Kalau Bapak dan Ibu sudah pulang beda lagi ceritanya," ucap Bapak sambil terkekeh. Beliau yang kebetulan lewat depan kamar langsung berhenti saat melihatku berada di luar kamar.Bapak pun kembali berlalu meninggalkan aku dan Mas Damar yang masih berdiri di depan pintu. Tatapan mata Mas Damar seakan mengejekku karena tak percaya dengan ucapannya tadi."Ya sudah buruan ganti ba