Share

Keputusan Danisa

Penulis: Safiiaa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Setelah Sepuluh Tahun Pernikahan 41

Keputusan Danisa

"Ada apa ini?" Suara bapak membuatku mendongak memandang sumber suara. 

"Tidak ada apa-apa, Pak."

"Maafkan saya, Pak. Maafkan saya yang telah menyembunyikan fakta ini dari semuanya. Maafkan saya," ucap Ibu mertua seraya mengusap air matanya. Isak tangisnya sungguh pilu. Ia masih tetap berdiri di depan pintu di sebelah Mas Damar. Aku pun tak bisa mempersilahkannya masuk karena di dalam kamar penuh dengan kardus tempatku mengemasi baju-baju Mas Bima. 

"Maaf kenapa, Bu?" Wajah bapak tampak bingung. Maklum karena bapak belum mengetahui soal ini. 

Ibu kembali menceritakan apa yang baru saja terjadi. Bapak pun tampak merasa bersalah karena dulu telah menerima pinangan Mas Bima tanpa tahu alasannya lebih dulu. 

"Maafkan Bapak, Nduk. Bapak pun tak

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Setelah Sepuluh Tahun Pernikahan   Selamat Tinggal Kenangan

    Setelah Sepuluh Tahun Pernikahan 42Selamat Tinggal KenanganSetelah beberes semua peralatan bekas acara pengajian selesai aku merasakan ada hal yang berbeda dari diriku. Sesuatu yang rasanya tak bisa kujelaskan dengan kata-kata. Aku hanya mampu menikmati rasa ini dalam sunyi di dalam kamar yang pernah menjadi saksi kehidupan rumah tangga kami berdua. Tubuhku letih, pikiranku kacau dan hatiku kalut.Foto pernikahan yang terpasang di dinding kamar nyatanya malah membuat dadaku semakin sesak. Melihat itu membuat hatiku kembali mengenang kejadian saat itu yang sungguh tak pernah terbayangkan olehku.Aku duduk di atas pelaminan dengan orang yang sama sekali tak kucintai. Dengan memasang senyum terpaksa kepada setiap tamu yang datang untuk mengucapkan doanya pada kami."Terima kasih ya, kamu sudah mau menjadi pendamping hidupku," ucapnya kala itu. Aku h

  • Setelah Sepuluh Tahun Pernikahan   Keputusan Bapak

    Setelah Sepuluh Tahun Pernikahan 43Keputusan BapakSetelah semua pakaian Mas Bima dibawa pergi, aku lalu masuk ke kamar. Mengurung diri menata hati. Kubiarkan kedua orangtuaku juga Ibu mertua mengurus sisa pekerjaan rumah juga menjaga Kirani. Sedangkan aku, sibuk mengemasi luka yang tak kunjung mendapatkan penawarnya. Ternyata meskipun seluruh barang milik mas Bima kuberikan pada orang lain, bayang-bayang kesalahan Mas Bima tak lantas hilang begitu saja.Aku mengurung diri di dalam kamar. Menikmati rasa ini sendiri tanpa ingin orang lain melihat keadaanku yang menyedihkan ini. Beberapa kali Ibu memintaku untuk turut sarapan bersama mereka namun aku tak menjawab. Aku hanya ingin sendiri.Yang kuinginkan saat aku keluar dari kamar ini adalah hati dan pikiranku sudah lebih baik. Tak ada lagi bayangan Mas Bima dan segala rahasianya yang membuat dadaku sesak.

  • Setelah Sepuluh Tahun Pernikahan   Sungguhkah Ini Nyata?

    Setelah Sepuluh Tahun Pernikahan 44Sungguhkah Ini Nyata?Seorang perias datang pagi-pagi setelah kemarin dipesan khusus oleh Mas Damar untuk meriasku. Beliau membawa sekotak peralatan rias yang siap digunakan merubah wajahku. Tak lupa juga aku membersihkan diri sebelum wajahku diolesi dengan berbagai krim untuk menunjang penampilanku."Jangan terlalu menor ya, Bu? Saya tak mau terlihat mencolok. Yang natural saja." Aku meminta pada Ibu perias agar tidak meriasku seperti pengantin pada umumnya. Karena ini hanya pernikahan siri dan Mas Damar memintaku untuk terlihat berbeda makanya beliau memaksa untuk memakai jasa perias.Sebenarnya aku tak ingin dirias begini, tetapi biarlah aku terima untuk menghargai keputusan Mas Damar. Juga karena aku ingin membuat Mas Damar bahagia di hari pernikahan kami ini. Ya meskipun hanya secara siri, tapi ini yang pertama untuknya.

  • Setelah Sepuluh Tahun Pernikahan   Jangan Keluar!

    Setelah Sepuluh Tahun Pernikahan 45Jangan Keluar!"Bagaimana bisa kamu dengan cepat menebus sertifikat ini?" tanya Ibu mertua penuh selidik. Sebab beliau tak percaya dengan Mas Seno yang hanya dalam waktu beberapa bulan saja sudah bisa menebus kembali sertifikat rumah yang telah digadaikan."Saya gadaikan ini di teman saya, Bu. Jadi setelah punya uang bisa langsung diambil kembali. Beda lagi kalau digadaikan di koperasi atau di bank, ngga bisa ditebus dengan cepat." Wajah Mas Seno masih saja terlihat lesu. Entah apa yang sedang beliau pikirkan padahal sertifikat sudah berhasil ia kembalikan dan kini Ibu mertua pun mengembalikan sertifikat rumah yang ditempati Mas Seno."Bagus kalau begitu. Itu berarti kamu berhasil mendidik istrimu untuk tidak boros sehingga uangmu bisa dipakai untuk menebus kembali sertifikat ini.""Ibu salah." Wajah Mas Seno kia

  • Setelah Sepuluh Tahun Pernikahan   Malam Ini Milik Kita

    Setelah Sepuluh Tahun Pernikahan 46Malam Ini Milik Kita"Nggak mau, Pak. Malu katanya." Mas Damar tiba-tiba menyahut."Izin keluar ya, Pak." Lagi-lagi suamiku itu bersuara. Mendengar itu wajahku rasanya menghangat. Bibirku tiba-tiba saja menyunggingkan senyum. Senyum merekah yang keluar dengan sendirinya."Nggak usah minta izin, ya sudah buruan berangkat. Jangan khawatirin anak-anak mumpung masih ada Bapak dan Ibu di sini, puas-puasin berduaan dulu. Kalau Bapak dan Ibu sudah pulang beda lagi ceritanya," ucap Bapak sambil terkekeh. Beliau yang kebetulan lewat depan kamar langsung berhenti saat melihatku berada di luar kamar.Bapak pun kembali berlalu meninggalkan aku dan Mas Damar yang masih berdiri di depan pintu. Tatapan mata Mas Damar seakan mengejekku karena tak percaya dengan ucapannya tadi."Ya sudah buruan ganti ba

  • Setelah Sepuluh Tahun Pernikahan   Dua Hati Bersatu

    Setelah Sepuluh Tahun Pernikahan 47Dua Hati BersatuSebuah kamar tipe superior menjadi pilihan Mas Damar untuk kami menikmati indahnya malam. Kamar dengan singlebed berukuran besar yang berada persis di tengah ruangan. Di sisi kiri kasur itu terdapat sebuah kursi besar menghadap dinding kaca yang menampakkan pemandangan kota Surabaya malam ini.Dari dinding kaca itu dapat kunikmati kilatan cahaya lampu dari berbagai gedung yang menjulang. Cahaya bintang pun tak kalah berkilaunya, membuat mataku enggan beranjak dari sisi dinding ini.Sebuah kursi besar nan empuk menjadi tempatku meletakkan bobot tubuh untuk menikmati indahnya malam ini. Sungguh aku tak pernah melihat pemandangan segemerlap ini selama hidupku. Juga baru kali ini kuinjakkan kaki dalam sebuah gedung dengan banyak kamar di dalamnya. Bahkan saat dengan Mas Bima pun aku tak pernah diajaknya.

  • Setelah Sepuluh Tahun Pernikahan   Amarah Yang Mereda

    Setelah Sepuluh Tahun Pernikahan 48Amarah Yang Mereda"Tolong, Mas. Beri aku kesempatan sekali lagi!" Suara perempuan itu terdengar pilu. Air matanya tampak mengalir membasahi pipi mulusnya. Kata-katanya terbata karena isakan yang ditimbulkan oleh tangisannya.Aku menarik tangan Mas Damar untuk berhenti sejenak. Memberikan ruang pada dua orang di depan mataku untuk menyelesaikan pembicaraannya. Bukan menguping. Aku hanya tak ingin membuyarkan perasaan kedua orang tersebut yang sepertinya terlanjur hanyut oleh perasaan mereka masing-masing."Aku sudah memberimu waktu untuk berubah. Tapi ternyata kamu mengabaikan peringatanku. Aku cinta padamu tapi sikapmu membuatku tersiksa."Lelaki itu menundukkan kepalanya. Tampak kesedihan tergambar jelas dari raut wajahnya yang menunduk. Serpihan kaca memenuhi kedua kelopak matanya, namun kepala itu buru-buru mendongak aga

  • Setelah Sepuluh Tahun Pernikahan   Adaptasi

    Setelah Sepuluh Tahun Pernikahan 49Adaptasi"Saya balik dulu ya, Bu?" pamitku pada Ibu mertua. Wajah Ibu masih lemas, beliau hanya bisa pasrah saat aku pamit undur diri dari hadapannya."Iya, hati-hati ya?" jawabnya lemah.Mas Seno kemudian masuk bergabung bersama Ibu di kamar. Ia kemudian berdiri di sebelah ranjang tempat Ibu berbaring. Mas Seno yang sekarang tampak lebih tegas dari pada Mas Seno yang dulu. Dia yang dulu tampak tunduk pada kemauan istrinya. Sedangkan dia yang sekarang lebih terlihat tegas dan keras. Mungkin ini karena ujian dalam hidupnya yang telah membuatnya terpuruk dalam lembah hutang hingga kini ia mampu bangkit dan berbenah diri.Bagus begitu. Karena hanya dia satu-satunya harapan Ibu mertua sebagai tumpuan hidup. Meskipun Ibu sudah memiliki uang pensiunan tetapi harta saja tak cukup untuk menemani hari tuanya. Ibu masih bu

Bab terbaru

  • Setelah Sepuluh Tahun Pernikahan   Keluarga Bahagia

    Setelah Sepuluh Tahun Pernikahan 70Keluarga Bahagia"Maafkan Mama yang sudah emosi tanpa mengetahui alasan yang jelas," ujar Mama saat beliau baru saja datang ke tempat tinggal Ibu di kampung. Ia langsung saja memelukku begitu turun dari mobil. Ada gurat sesal yang tersirat dari wajahnya yang mulai menua. Binar kesedihan terpancar dari sinar matanya yang meredup. Mama kembali meraih tubuhku untuk direngkuhnya begitu sampai di dalam rumah. Aku terharu dengan sikap Mama. Beliau yang kusangka enggan untuk datang, nyatanya kini benar-benar ada di hadapanku dan meminta untukku agar kembali mendampingi putranya di kota. "Maafkan Mama, Nak. Mama salah. Mama terlalu percaya omongan teman yang kusangka baik ternyata punya niat jahat denganmu." Air mata Mama menganak sungai. Perlahan aku meminta Mama untuk duduk di kursi ruang tamu. Ia yang terlampau sedih butuh sandaran untuk menopang bobot tubuhnya karena tiba-tiba saja aku lemas. Mas Damar dan Papa hanya memandang kami sambil tersenyum.

  • Setelah Sepuluh Tahun Pernikahan   Bahagia Itu Akhrinya Kembali

    Setelah Sepuluh Tahun Pernikahan 69Bahagia Itu Akhirnya KembaliMenangis adalah jalan satu-satunya untuk meluapkan rasa yang begitu menyesakkan dada. Tak ada lagi yang mampu melegakan hati kecuali dengan menghabiskan sisa air mata hingga ia tak lagi mau menetes. Sesaknya dada seperti udara tak lagi bersahabat denganku. Seakan ia tak mau masuk ke dalam rongga hidungku untuk sejenak saja memberikan kesegaran dalam diriku. Pada akhirnya aku tahu bahwa rasa itu sudah masuk memenuhi dinding hati yang membuatku kian berat untuk melepasnya. Aku rindu. Ibu datang menghampiri saat aku tengah duduk termenung di ruang tamu malam ini. Beliau bisa merasakan keadaan anaknya tanpa banyak bertanya padaku. Benar saja. Orangtua sudah makan asam garam kehidupan. Tanpa banyak bertanya pun, dari ekspresi wajah yang terpancar dari wajahku beliau sudah paham perasaanku saat ini. "Menangislah hingga kamu tak lagi ingin menangis." Ibu mengusap bahuku pelan. "Maafkan Dewi, Bu. Ini berat," ujarku lirih. Ta

  • Setelah Sepuluh Tahun Pernikahan   Cinta Tak Harus Memiliki

    Setelah Sepuluh Tahun Pernikahan 68Cinta Tak Harus MemilikiMas, maaf jika aku pergi tanpa pamit. Maaf jika aku harus pergi secepat ini. Aku hanya tak ingin menjadi duri dalam keluargamu yang harmonis. Aku hanyalah wanita dari desa yang tak pantas menjadi pendamping seorang pengusaha seperti dirimu. Benar apa yang diucap Mama, jika aku adalah perempuan murahan karena aku telah membuatmu melepas Sindy begitu saja demi menikah denganku. Apapun masa lalu kita, tak seharusnya merubah masa depan yang akan kau rajut bersama dia yang sepadan. Maaf jika selama ini aku salah. Aku terlalu grusa-grusuh dalam mengambil keputusan. Maaf jika aku harus menyembunyikan masa laluku darimu juga Mama karena aku tak punya cukup nyali untuk menerima konsekuensinya. Dan sekarang terbukti, apa yang aku takutkan menjadi kenyataan. Aku memang tak pantas untukmu. Aku tak pantas jadi bagian dari keluarga besarmu. Lebih baik aku pergi, menjauh dari dirimu meskipun aku tahu ini sulit bagiku. Berusahalah untuk

  • Setelah Sepuluh Tahun Pernikahan   Hancur

    Setelah Sepuluh Tahun Pernikahan 67Hancur. Kebahagiaan yang sudah di depan mata tiba-tiba saja menepi dari pandangan. Rasanya aku ragu untuk bisa mereguk bahagia itu kembali jika sikap mertua tak baik padaku. Sejak dulu, memiliki mertua yang baik adalah idaman bagiku, namun siapa sangka sikapnya yang semula baik tiba-tiba berubah menjadi mengerikan seperti ini. Mana berani aku berharap banyak. Bisa bertahan menikah dengan putranya tanpa mendengar sindirannya saja sudah untung. Namun tetap saja ada yang mengganjal jika masalah ini tak segera diselesaikan. Aku tahu sikap Mama berubah karena sesuatu yang ditunjukkan oleh Mama Sindy padanya kemarin saat resepsi. Namun ucapannya yang menyakitkan bak bekas paku yang sekalipun telah dicabut, bekasnya tak akan bisa hilang. Berlubang. "Dek, jangan diambil hati ucapan Mama." Mas Damar menyusulku yang tengah terduduk lemas di teras rumah. Tiang penyangga atap ini kini menjadi sandaran punggungku untuk menikmati luka yang kembali menganga. I

  • Setelah Sepuluh Tahun Pernikahan   Ucapan Mama

    Setelah Sepuluh Tahun Pernikahan 66PoV. Damar: Ucapan Mama"Sebaiknya kamu ajak istrimu ke kamar, biar istirahat. Ucapan Mamamu jangan diambil hati," ujar Papa. Kulihat Dewi tengah menunduk dengan tangan yang beberapa kali mengusap sudut matanya. Ia pasti terluka karena ucapan Mama. "Yuk ke kamar?" ajakku yang langsung disambut anggukan olehnya. Dewi lantas bangkit dari tempat duduknya dan kugandeng menuju kamar untuk istirahat. Tubuhnya sudah lelah setelah seharian menjalani resepsi pernikahan kemarin, hari ini hatinya telah terluka karena ucapan Mama. Aku kasihan pada Dewi. Meskipun sebenarnya aku juga syok mendengar kabar yang baru saja kudengar namun aku masih bisa memaklumi. Tidak emosi seperti Mama. "Maafkan aku, Mas. Aku tak pernah jujur padamu sejak dulu." Dewi terisak di bibir ranjang. Ia menunduk sambil menelungkupkan kedua tangannya untuk menutupi wajahnya yang basah. Istri yang baru saja sah secara negara menjadi istriku itu kini tampak merasa bersalah. Aku pun tak t

  • Setelah Sepuluh Tahun Pernikahan   Salah Paham

    Setelah Sepuluh Tahun Pernikahan 65Salah PahamPov Damar"Jangan hiraukan sikap Mama, biar aku yang bicara setelah di rumah besok. Malam ini milik kita, aku tak mau ucapan Mama tadi merusak malam pengantin kita." Aku berucap pada istriku saat ia menikmati sepiring sate ayam. Ia makan dengan enggan, sepertinya ucapan Mama begitu menusuk hatinya. Aku harus berbuat sesuatu besok. Tak bisa dibiarkan. Acara resepsi sudah selesai digelar. Kini semua orang tahu bahwa aku telah beristri. Dia yang kunantikan kini nyata menjadi istriku. Sungguh, aku tak pernah menyangka. Kukira, ia hanya akan menjadi angan dalam ingatanku. Kukira dia hanya akan menjadi wanita penghias masa laluku yang sangat kudambakan kehadirannya. Sungguh takdir Allah membuatku tak bisa berkata apa-apa. Wanita cantik yang selalu kusebut dalam doaku kini telah sah menjadi pendamping hidupku. Meskipun aku tahu, kehadirannya tak sendiri. Ada dua anak yatim darinya yang harus kusayangi sepenuh hati. Cinta kami satu paket. Ak

  • Setelah Sepuluh Tahun Pernikahan   Pesta Pernikahan

    Setelah Sepuluh Tahun Pernikahan 64Pesta PernikahanHatiku kian berdebar menanti acara ini. Dua kali ijab qabul tak menjamin calon pengantin tak merasa resah. Aku pun demikian. Tak terbayang bagaimana indahnya dekorasi pelaminanku yang dalam proses pemasangan. Ah hidupku, sungguh mengesankan. Setelah sepuluh tahun aku berjuang membangun bahtera rumah tangga dengan lelaki yang tak kucintai, kini saat aku telah menerima takdir itu Allah ambil semuanya dan diganti dengan keinginan yang telah lama kupendam.Sungguh Allah Maha Baik karena telah memberi sesuatu yang kuinginkan setelah perjuanganku menerima kehendakNya. Rasa pahit yang dulu terpaksa kutelan perlahan menjadi nikmat dan mulai pudar berganti dengan rasa manis yang memabukkan. Kini akupun merasakan apa yang Mas Bima rasakan. Adakalanya masa lalu tetap menjadi rahasia antara aku dengannya. Akan tetap menjadi rahasia kami bagaimana awal mula pertemuan kami di sebuah tempat karaoke. Tuan Bram. Ya kini ia menjadi Papa mertuaku.

  • Setelah Sepuluh Tahun Pernikahan   Cinta Pertamaku

    Setelah Sepuluh Tahun Pernikahan 63Cinta Pertamaku"Ada apa, Bang?" tanya Mas Damar pada seseorang saat mobil kian dekat dengan keramaian. "Pak De Karman meninggal, Pak."Tubuhku lemas seketika mendengar nama yang disebut oleh lelaki itu. Tiba-tiba saja air mataku mengalir deras tanpa jeda. Getar hebat dalam jantungku tak lagi bisa kukendalikan. Aku limbung. Aku pilu mendengar kabar duka yang baru saja kudengar. Cinta pertamaku telah Allah ambil tanpa aku disisinya. Harusnya aku ada saat hembusan napas terakhirnya. Harusnya aku ada untuk membacakan doa sebelum nyawa itu lepas dari raga. Harusnya aku yang memeluknya saat ruhnya terlepas dari raga yang selama ini telah melindungiku dari segala mara bahaya hingga aku dewasa. Lelaki pertama yang memelukku kini telah pergi. Tak lagi bisa kugambarkan bagaimana rasanya. Aku seperti seonggok kain yang tak berguna. Aku merasa menjadi anak yang paling sial karena tak bisa membersamai Bapak berjuang melawan maut. Kupaksa kakiku untuk berjal

  • Setelah Sepuluh Tahun Pernikahan   Pulang

    Setelah Sepuluh Tahun Pernikahan 62Mendapati suami yang perhatian adalah sebuah kebahagiaan buatku. Namun terkadang perhatian yang ia berikan membuatku terikat. Susah untuk bebas. Mau ini ngga boleh, mau itu ngga boleh, saking perhatiannya. Ia mau segala sesuatu yang terbaik untukku. Cukup menyenangkan diperlakukan seperti itu, namun terkadang ada rasa kesal menelusupi hati. Aku jadi seperti memiliki satpam yang siap siaga menjagaku dari segala sesuatu yang kubutuhkan juga dari segala mara bahaya. Seringkali perhatiannya membuatku tersenyum senang. Senang diperlakukan bak ratu dalam istana. Setelah menginap semalam di rumah sakit, akhirnya dokter mengizinkan aku untuk pulang. Meskipun kakiku masih harus memakai perban namun itu tak jadi masalah. "Akhirnya aku boleh pulang, Mas," ujarku senang. Binar kebahagiaan tersirat dari bibirku yang sejak tadi tak lepas dari senyuman. Pun dengan Mas Damar. "Alhamdulillah. Setelah ini kamu cukup di rumah saja! Ngga boleh kemana-mana." Mata co

DMCA.com Protection Status