แชร์

Bab 9

ผู้แต่ง: Safiiaa
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2024-10-29 19:42:56

Mas Rasyid membawaku ke kamar tidur kami. Ia memapahku hingga badanku benar-benar terbaring di atas ranjang. Kepala yang terasa berat, ditambah dengan hati yang sedang tak menentu membuatku pasrah menerima bantuannya.

"Naila mana, Mas! Bawa Naila ke sini, Mas! Jangan biarkan dia pergi bersama Ibu," ujarku lirih sambil menahan nyeri di kepala.

"Naila ngga akan kemana-mana, Dek. Kamu istirahat dulu." Mas Rasyid berujar sambil duduk di tepi ranjang, tepat di sebelahkuterbaring.

"Aku ngga butuh istirahat, Mas! Aku mau pergi dari sini! Jangan paksa aku untuk bertahan," racauku sambil mencoba bangkit. Tetapi Mas Rasyid menahan badanku untuk tetap terbaring.

"Istirahat dulu, Dek. Kamu sedang ngga baik-baik saja."

Aku terdiam, kemudian menuruti perintahnya. Sejenak mataku memejam, merasakan bahwa badanku memang tidak baik-baik saja. Aku lantas meringkuk menghindari pandanganku dari wajah Mas Rasyid yang kini makin kutatap makin memperparah nyeri di ulu hati.

Beberapa saat kemudian aku tertid
บทที่ถูกล็อก
อ่านต่อเรื่องนี้บน Application
ความคิดเห็น (7)
goodnovel comment avatar
D N
udah Bulik bawa aja Anita bersama mu.. jangan biarkan dia bertahan dg laki-laki bajingiiti.. masih sempat-sempatnya bermesraan ditelpon dengan PELAKOR itu,dasar laki laki brengsek
goodnovel comment avatar
Yunie
makin seru...
goodnovel comment avatar
Goresan Pena93
seruuu kak. lanjut
ดูความคิดเห็นทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

  • Setelah Perselingkuhan Suamiku Terbongkar    Bab 10

    "Dia memang laki-laki yang baik, tapi kamu jangan hanya lihat dirinya, lihat nasabnya juga. Bapaknya cerai dengan ibunya karena selingkuh dan ini tidak menutup kemungkinan kalau dia akan melakukan hal yang sama. Berbeda dengan Hasbi yang sama-sama dari keluarga sederhana seperti kita tapi garis keturunannya baik. Agamanya juga baik, pekerja keras pula.""Bagaimana mungkin Bulik memaksa untuk menikah dengan laki-laki yang sama sekali tidak Anita kenal, apalagi Anita cintai? Bagaimana rumah tangga Anita nanti?" elakku membela diri dan berharap Bulik mau menerima penolakanku itu."Ya kalau kamu mau, kalian bisa kenalan dulu. Sama-sama mendalami karakter masing-masing untuk proses pernikahan," papar Bulik tak mau kalah."Tidak, Bulik. Nita sudah terlanjur cinta dengan Mas Rasyid," elakku cepat. Aku tak mau melanjutkan pembahasan ini dan membuat Bulik makin menaruh harap denganku dan hubungan itu nantinya. Lebih baik menyudahi perdebatan ini agar tidak terjadi perdebatan panjang."Kalau me

  • Setelah Perselingkuhan Suamiku Terbongkar    Bab 11

    "Dek," panggil Mas Rasyid kaget. Wajahnya seketika berubah panik saat tahu aku turut keluar melihat tamu yang datang.Aku berjalan mendekati mereka bertiga yang berada di teras rumah."Nduk, ini nih, perempuan yang sudah jadi duri dalam rumah tanggamu! Berani-beraninya dia datang ke rumah ini! Sudah kayak ngga punya malu aja mereka berdua ini!" kesal Bulik sambil menunjuk wajah perempuan itu dengan jari telunjuknya.Mataku menatap wajah perempuan yang tampak lebih dewasa dariku itu dengan pandangan menyelidik. Wajah yang sedikit terlihat lebih lembut dari yang di foto kemarin. Melihat wajahnya di depanku dan ingatan tentang foto itu kembali menyelinap dalam kepalaku, membuat bahuku bergidik ngeri. Ngeri bercampur dengan rasa perih di dadaku."Mas memintanya datang kemari?" tanyaku penuh selidik. Seharusnya pagi ini kami berangkat ke kota tempat Mas Rasyid mengajar, tetapi kedatangan perempuan ini membuat rencana kami gagal. Dan luka ini, makin perih saat melihat keberaniannya datang k

  • Setelah Perselingkuhan Suamiku Terbongkar    Bab 12

    "Mbak!" panggil Aisyah yang seketika membuat langkahku terhenti. Aku menoleh sejenak, menunggu apa yang hendak diucapkannya."Aku sungguh minta maaf. Aku datang untuk mengajakmu tinggal bersama kami di Surabaya. Aku ingin kita menjadi saudara," pinta Aisyah seperti tidak memiliki rasa bersalah sedikitpun.Aku tersenyum sumbang. Bagaimana bisa dia berkata seperti itu?"Enak saja! Saudara macam apa yang merusak rumah tangga saudaranya sendiri?" sela Bulik tak terima. Ia pun turut bangkit dari duduknya dan menyusulku masuk ke dalam."Saya tahu, cara saya memang salah. Tapi tolong izinkan saya menebus kesalahan dengan menjadikan Mbak sebagai saudara saya." Aisyah berjalan mendekatiku."Sudahlah, jangan memaksa. Kamu pulang saja dulu, biar aku dan Anita bicara berdua," ucap Mas Rasyid mencegah Aisyah berjalan ke arahku."Sayang, izinkan aku berusaha bicara pada Mbak Anita. Aku sungguh ingin menjadi saudaranya.""Tapi saya yang tidak ingin menjadi saudara kamu. Tolong hargai keputusan saya.

  • Setelah Perselingkuhan Suamiku Terbongkar    Bab 13

    "Mengapa, Bu?" tanya Aisyah tak setuju."Biarkan mereka pergi tanpamu, kita tidak bisa mengukur dalamnya luka seseorang. Alangkah lebih baik jika kamu memberi kesempatan kepada Rasyid dan Anita untuk pergi tanpa ada seseorang yang menjadi sumber kekacauan ini," balas Ibu.Aisyah menghela napas panjang. Ada rasa berat untuk menuruti perintah Ibu. Ia menatap Mas Rasyid seperti sedang memohon pembelaan. Sayangnya, Mas Rasyid sepertinya enggan peduli."Tapi, Bu-""Hargai mereka. Sudah baik Anita berbaik hati menerima kehadiranmu, jangan menambah luka dalam hatinya semakin dalam."Aku membuang napas kasar. Percuma saja mengatakan hal itu pada perempuan yang urat malunya sudah dihilangkan oleh Allah. Dia tidak akan bisa mengerti apa yang menjadi tujuan Ibu melarangnya pergi bersama kami."Ngga apa-apa, Bu. Biarkan Aisyah ikut. Kasihan Mas Rasyid nanti kalau perjalanan balik ke sini ngga ada yang nemani," ucapku menengahi.Mengalah lebih baik dari pada merebut dia yang sudah dengan sadar mem

  • Setelah Perselingkuhan Suamiku Terbongkar    Bab 14

    Saat mataku terbuka aku sudah berada di ruangan dengan langit-langit ruangan berwarna putih. Aku berada di atas ranjang yang sisi kanan dan kirinya terdapat pagar pengaman disertai dengan tiang berselang yang terhubung dengan jarum di punggung tanganku. Di sekeliling ranjang yang kutempati ditutup dengan kelambu berwarna hijau sage sehingga aku tidak dapat melihat aktivitas di luar kelambu tersebut.Aku hanya bisa mendengar banyak suara di luar ruangan yang ditutup kelambu ini. Ada yang sedang merintih kesakitan, ada yang berbicara dan aku tak mampu untuk mendengar lebih jelas lagi karena kepalaku terasa berat."Nduk, kamu sudah sadar?" tanya Bulik saat aku tengah memijit kepala dengan tanganku sendiri."Kenapa Anita bisa ada di sini, Bulik? Apa yang terjadi? Seingatku tadi aku sedang mengantar Mas Rasyid balik bersama dia." Aku berujar dengan suara lirih, bahkan terkesan kupaksakan."Kamu pingsan. Dirawat di sini dulu yo? Badanmu pucat begitu." Bulik duduk di kursi besi berbentuk bul

  • Setelah Perselingkuhan Suamiku Terbongkar    Bab 15

    "Astagfirullah, Nduk! Istighfar Nduk, istighfar!" cecar Bulik saat melihat pergelangan tanganku sudah mengeluarkan darah segar bekas goresan silet yang kupegang. Dengan cepat tangan Bulik meraih silet yang sudah berlumuran darah dari tangan kananku. Bibirnya terus saja mengomel sambil bergerak cepat mengambil tisu untuk mengusap darah yang masih saja mengalir."Ros! Rosii!" teriak Bulik sambil terus memegang luka sayatan. "Ambilkan kotak p3k."Sementara aku diam saja, sedikit banyak darah yang keluar itu membuat tubuhku terasa lemas. Perihnya luka fisik bercampur dengan perih di hati membuatku makin erat memejamkan mata, menikmati rasa yang tak bisa kugambarkan dengan kata-kata.Rosi datang dengan cepat sambil membawa kotak obat. Ia merawat lukaku dengan baik tanpa banyak bicara seperti Bulik."Ngapain kamu kayak gini! Jalan hidupmu masih panjang, masa depanmu dan Naila juga panjang. Tanpa Rasyid atau dengan adanya Rasyid bersama perempuan itu kamu harus tetap kuat. Tidak ada yang bi

  • Setelah Perselingkuhan Suamiku Terbongkar    Bab 16

    "Cerai? Jangan bercanda, Dek!" ucap Mas Rasyid tak terima. Ia mengubah posisinya menjadi duduk di sebelah dan menghadapku. Binar matanya menyiratkan rasa cemas yang amat sangat.Ya, sengaja memang. Harus begini agar Mas Rasyid tahu rasanya kehilangan orang yang dicintainya. Ini juga sebagai pelajaran agar ia menjaga hati dan perasaannya untuk wanita yang telah mengabdi padanya. Jika pun kami telah bercerai, ini harusnya bisa jadi pelajaran untuk wanita yang akan hadir dimasa depannya.Dendam? Tidak. Aku hanya ingin dia belajar bagaimana caranya mensyukuri nikmat."Aku ngga bercanda, Mas!" pekikku seraya menatap matanya tajam. "Lalu bagaimana dengan Naila? Apa kamu tega membiarkan Naila hidup tanpa bapak?" Sorot mata itu kian sayu seiring dengan nada bicaranya yang mulai melemah. Tingginya nada suaraku rupanya cukup membuatnya sedikit tersadar."Naila pasti akan mengerti, Mas. Lagi pula aku tidak minta diceraikan sekarang, aku akan menunggu dua bulan lagi sampai Naila selesai ujian ak

  • Setelah Perselingkuhan Suamiku Terbongkar    Bab 17

    Sejak setelah sarapan, aku selalu mengamati gerak-gerik Mas Rasyid. Hatiku masih tak percaya dengan apa yang terjadi ini. Sungguhkah apa yang terjadi semalam adalah bagian dari rencananya untuk membuatku terikat padanya dan tetap berada di sisinya sekalipun badai sedang menerjang?Sungguh, egois jika memang benar demikian. Tapi sayangnya, aku sudah meminum obat penangkal yang akan menghentikan apa yang diharapkannya. Bukan aku ingin membunuh calon janin yang sudah terlanjur masuk ke dalam rahimku, hanya saja aku mencoba menghentikan apa yang seharusnya tidak terjadi sebab aku butuh waktu untuk menenangkan diri.Menambah momongan tidak bisa hanya diinginkan oleh satu pihak saja, harus berdasarkan keputusan bersama. Karena istri juga akan turut menanggung semuanya, terlebih jarak kami yang sudah terbentang jauh. Akan berat untukku menjalani jika memang benar-benar aku mengandung. Bahkan aku tak bisa membayangkan bagaimana kami akan merawat anak itu nanti setelah hatiku tak sepenuhnya u

บทล่าสุด

  • Setelah Perselingkuhan Suamiku Terbongkar    Bab 105

    "Mbak Anita balik sini lagi?" sapa Laili, tetangga sebelah rumah, saat Anita baru saja turun dari mobil yang ditumpanginya."Iya, Mbak. Bagaimanapun rumah sendiri lebih nyaman." Anita tersenyum setelah menjawab pertanyaan tetangganya. Di dalam gendongannya, Nata masih terlelap."Ah iya, Mbak bener. Apalagi diantara kalian belum ada anak."Anita hanya tersenyum untuk menjawab ucapan tetangganya itu. Ia pun lantas masuk ke dalam rumahnya setelah Pak Mahmud membantunya menurunkan koper, meninggalkan perbincangan yang tak berarti dengan tetangganya itu."Makasih ya, Pak," ucap Anita setelah menyelipkan amplop ke dalam genggaman tangan laki-laki yang telah menjemputnya."Sama-sama, Mbak."Selepas kepergian Pak Mahmud, Anita duduk bersandar di sofa ruang tengah. Matanya memejam, memikirkan langkah hidup selanjutnya. Kepergian Hamid yang tiba-tiba membuatnya harus berpikir keras, sama ketika ia baru saja menyandang status janda dulu.Kepala Anita kembali mengingat obrolannya dengan Nisa sebe

  • Setelah Perselingkuhan Suamiku Terbongkar    Bab 104

    Sindy bersama Anita berangkat menuju rumah sakit tempat Hamid dirawat. Rasa cemas tak henti-hentinya singgah dalam diri Anita membayangkan bagaimana keadaan sang suami.Ditambah dengan pertengkaran pagi tadi yang membuatnya benar-benar merasa bersalah karena telah membuat sang suami pergi bekerja dengan hati yang tidak nyaman."Semoga kondisi Mas Hamid tidak mengkhawatirkan," lirih Anita tak tenang."Semoga ya, Mbak. Baru kali ini Mas Hamid kayak gini, biasanya ngga pernah. Pasti ada sesuatu yang terjadi sampai dia nyetir mobil ngga konsentrasi begini.""Mbak juga ngga tau. Mas Hamid ngga pernah cerita masalah apapun yang terjadi sama usahanya. Biasanya kalau ada apa-apa, pasti dia duduk lama di ruang kerja. Kalau sudah begitu, Mbak ngga akan berani ganggu.""Mas Hamid memang begitu. Ngga pernah terbuka soal kerjaan sama istrinya. Baginya, masalah dia soal kerjaan adalah masalah dia sendiri.""Padahal Mbak malah senang kalau diajak diskusi.""Itulah, Mbak."Perjalanan pun tiba di ruma

  • Setelah Perselingkuhan Suamiku Terbongkar    Bab 103

    "Mbak belum pernah ke mall ini," ucap Anita setibanya mereka di lobby utama. Ia mengamati sekitar dengan dua bola matanya sambil membawa Nata dalam gendongan."Masak belum pernah, Mbak? Secara bapak duitnya banyak.""Bukan perkara duit, Sa. Tapi memang ngga ada waktunya kesini. Kalau sendirian juga Mbak ngga mungkin bisa pergi. Mana berani.""Mbak ngga ngajak aku sih," seloroh Nisa. Ia tertawa setelahnya."Ya mana kepikiran, Sa. Kamu di sana, Mbak disini.""Iya juga sih. Ya sudah, yuk jalan lagi." Nisa menggandeng tangan Anita menuju ke area mall. Mata Anita mengitari sekitar, betapa selama beberapa bulan ini ia hanya menghabiskan waktu di rumah saja tanpa sedikitpun berpikir untuk berjalan-jalan menikmati udara luar. Ia hanya pergi ketika akan mengunjungi Naila atau ke tempat bulik. Selebihnya, Anita hanya di rumah menunggu sang suami pulang kerja."Kemana, Sa?" tanyq Anita saat Nisa menggandengnya menuju eskalator."Cari makanan, Mbak.""Tadi di rumah ditawari makan ngga mau.""Bed

  • Setelah Perselingkuhan Suamiku Terbongkar    Bab 102

    "Halo," panggil suara di ujung panggilan. Suara bariton dari lelaki yang saat ini membuat hati Anita kebat-kebit."Sayang?"Anita terdiam. Ia masih belum ingin menjawab panggilan dari sang suami."Sayang masih di situ kan?" ucap Hamid lagi. Ia melihat ponselnya yang masih menampakkan layar panggilan."Sayang aku minta maaf," kata Hamid lagi. Ia tahu pasti sang istri merasa aneh dengan sikapnya tadi pagi. Ditambah dengan penolakannya atas permintaan Anita."Emm ... I-iya, Mas." Anita menjawab dengan ragu-ragu."Aku minta maaf ya, tadi aku buru-buru berangkat soalnya ada masalah yang harus Mas selesaikan." Hamid menurunkan nada suaranya. Ia paham dengan perasaan seseorang yang kini mulai memenuhi relung hatinya."Aku yang harusnya minta maaf. Aku terlalu banyak permintaan pada Mas.""Enggak, ngga apa-apa. Oh Iya, Mas cuma mau kasih tau kalau Mas nyuruh Sindy cari pembantu buat kamu.""Pembantu? Mas aku bisa kerjain semuanya sendiri.""Ngga apa-apa. Biar dia bantu kamu beres-beres sekal

  • Setelah Perselingkuhan Suamiku Terbongkar    Bab 101

    Anita terduduk melamun di ruang tengah. Ia masih belum bisa menerima penolakan Hamid terhadap permintaannya. Ada rasa kesal dan amarah yang mulai bergelut dalam dadanya. Akan tetapi, Anita sadar bahwa segalanya sudah terpenuhi di rumah ini. Ia tidak kekurangan apapun yang bisa dijadikan alasan untuk menjadi wanita mandiri.Dering telepon berbunyi dari ponsel yang ada di sampingnya. Anita pun segera meraih ponsel itu untuk menerima panggilan dari seseorang."Assalamualaikum," sapa suara di ujung sana."Waalaikum salam. Ciee manten baru," goda Anita setelah mendengar suara Nisa yang terdengar ceria. Suara Nisa itu menjadi hiburan tersendiri di saat hatinya sedang kesal."Hihihi, Mbak nih! Bikin malu aja," balas Nisa cengengesan. Wajahnya merona karena mengingat bagaimana rasanya menjadi pengantin baru."Nyesel kan, kenapa ngga dari dulu aja nikahnya.""Hahaha enggak juga. Ada sih dikit tapi lebih ke riweh nya, Mbak. Tapi alhamdulilah semua berjalan dengan lancar.""Alhamdulillah. Mbak

  • Setelah Perselingkuhan Suamiku Terbongkar    Bab 100

    Hamid membawa Anita duduk di teras samping rumahnya. Jam dinding yang berputar masih menunjukkan angka lima lebih tiga puluh menit, masih ada banyak waktu untuk bisa berbicara dengan istrinya soal semalam.Laki-laki yang memakai kaos polos dengan celana pendek itu menatap sang istri yang menunduk. Ia menunggu perempuan yang rambutnya dikucir kuda itu menjawab pertanyaannya yang baru saja dilempar."Ada apa denganmu?" tanya Hamid sekali lagi. Ia masih terus menikmati wajah Anita yang membisu."Mas bukan dukun, bukan pula orang pintar yang tahu isi hatimu tanpa harus bertanya lebih dulu. Kalau ada apapun, baiknya bicarakan pada Mas, untuk kita bahas bersama. Jangan tiba-tiba diam seperti ini." Hamid berusaha menjelaskan apa yang ia mau. Memulai hubungan tanpa perkenalan yang dekat memang harus ada salah satu pihak yang menjadi mengalah untuk memulai. Jika pihak perempuan tidak demikian, maka pihak laki-laki yang harus mengalah untuk memulai membangun komitmen kedepannya.Anita diam saj

  • Setelah Perselingkuhan Suamiku Terbongkar    Bab 99

    Hamid memperhatikan istrinya disela-sela konsentrasinya mengemudi. Ia merasa aneh sebab sejak kembali dari kafe istrinya lebih banyak diam.Suara musik instrumental menemani mereka dalam perjalanan, dan menjadi satu-satunya suara dalam kabin mobil tersebut. Konsentrasi Hamid terpecah, akan tetapi suara musik itu membuatnya tetap bisa mengemudi dengan baik sekalipun hatinya sedang tak biasa.Hari sudah larut. Tidak ada waktu untuk Hamid bisa bertanya perihal perubahan sikap istrinya dengan tenang. Ia harus fokus dengan jalanan yang lumayan lengang agar lekas sampai di rumah.Sekilas Hamid melirik sang istri lagi. Wajah wanitanya itu terus saja melihat ke arah jendela. Sejak mulai perjalanan sampai hampir sampai Surabaya wajah itu tak beranjak dari depan kaca dengan tatapan nanar ke sepanjang bangunan di pinggir jalan.Dalam hatinya, Hamid kepayahan menahan diri. Tapi ia tak punya banyak pilihan sebab khawatir akan terjadi pertengkaran jika grusah grusuh membahas masalah sensitif seperti

  • Setelah Perselingkuhan Suamiku Terbongkar    Bab 98

    Di sebuah klinik, Rasyid sedang menunggu dokter memeriksa kondisi Ratih. Ia menjambak rambutnya untuk melampiaskan rasa kesal yang terus saja hinggap di hidupnya."Gimana bisa kamu tabrak istri saya!" omel Fajar. Ia berjalan mondar-mandir di depan Rasyid."Saya ngga nabrak. Dia sendiri yang lari pas saya berusaha pergi. Perlu kamu tahu, antara saya dan Ratih tidak ada apa-apa. Kami dulu memang berteman baik, setelah itu terpisah sekian tahun karena kami sibuk dengan kehidupan kami masing-masing.Baru beberapa hari yang lalu kami kembali bertemu dan saat itu, saya melihat ada gelagat aneh dari Ratih pada saya. Jika saja saya tau rumah tangga kalian sedang tidak baik-baik saja, maka saya tidak akan pernah mau untuk berurusan dengan dia lagi.""Jangan bohong kamu! Ratih terlihat sekali kalau dia menginginkan kamu!" ucap Fajar bersungut-sungut."Menginginkan?" Rasyid menyahut. Dahinya mengerut tak paham dengan ucapan Fajar."Iya, dia terlihat memaksa kamu untuk menerima dia!"Rasyid teetaw

  • Setelah Perselingkuhan Suamiku Terbongkar    Bab 97

    Nata tidur dalam perjalanan pulang. Ia terlelap nyenyak dalam pelukan sang ibu. Sesekali jemari ibunya mengusap pipi mulus bayi yang terlelap itu.Ada rasa lega yang mejalari hati Anita. Bayi yang dulu ia khawatirkan akan kekurangan kasih sayang bapak, nyatanya kini malah mendapatkan limpahan kasih sayang dari dua bapak sekaligus.Hubungan Anita dengan Rasyid yang membaik itu merupakan diluar prediksinya. Ia bersyukur memiliki suami yang mampu menjadi penengah antara dirinya dan mantan suaminya."Kecapekan ya dia?" tanya Hamid saat melihat sang istri berulang kali memandangi wajah mungil itu.Anita menoleh ke arah sang suami. Bibirnya tersungging sedikit."Iya. Dari siang aktif terus. Tidur cuma sebentar aja." Lagi, Anita mendaratkan pandangannya pada bayi dalam dekapannya itu."Ya sudah biarkan dia tidur. Kasihan.""Iya, Mas. Mas ngga capek? Kalau capek kita nginep di rumah aja," balas Anita. Ia melihat perjalanan masih sampai di sekitar tempat tinggalnya yang lama. Tidak butuh waktu

DMCA.com Protection Status