Beranda / Romansa / Setelah Menonton Video / 38. Syarat dari Mayang

Share

38. Syarat dari Mayang

last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-25 22:02:37

Jarak rumah Sri dan rumah orang tua David yang berseberangan membuat orang tua David pagi ini memutuskan untuk berkumpul di rumah Sri. Tentu saja yang dilakukan ini tidak lepas dari keinginan mereka untuk bisa bersama dan berkumpul dengan si kembar.

Pagi-pagi sekali Eva sudah membuatkan sarapan untuk Sri. Sarapan pagi itu benar-benar makanan sehat ada sop daun katuk, perkedel jagung, dan juga ayam goreng andalan Eva.

"Pokoknya hari ini kamu harus makan banyak. supaya nanti ASI kamu itu bisa keluar dengan lancar buat di kembar." Eva mengatakan itu dengan sumringah penuh perhatian, seraya membawakan piring berisi nasi dan juga ayam goreng untuk Sri.

"Biar saya bawa sendiri Bu." Sri merasa tak enak, D

ia kemudian bangkit dan mengambil itu dari tangan Eva. "Iya Ibu, Terima kasih."

"Udah jangan malu-malu. Kamu kan masih lemah habis melahirkan. Butuh asupan energi yang banyak." Eva menepuk pundak Sri, iya juga kemudian mengambilkan sayur daun katuk ke piring nasi Sri.

"Iya bener banget,
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Setelah Menonton Video   39. Orang tua Mayang VS Orang tua David

    "Sayang, aku.... " Mayang tertawa sinis. Wanita itu bisa menebak bahwa sang Suami tidak bisa begitu saja meninggalkan bayi kembarnya. "Anakku yang lebih berhak atas kamu. Karena ia lahir atas nama pernikahan yang sah di mata agama. Buku nikah resmi masih ada padaku dan dia punya hak penuh atas kamu sebagai papanya. Dia juga pewaris, sedangkan anak Sri, bukan siapa-siapa. Dia anak hasil zin4, zin4, zin4----""Aku yang membuat mereka ada di dunia ini, Mayang. Tolong jangan sebut hal mengerikan itu lagi. Aku sudah benar-benar bertaubat dari khilaf ku itu," sela David cepat. "Jika saja mau, dia bisa lapor polisi dan aku lebih ikhlas kamu di penjara untuk mempertanggungjawabkan perbuatan kamu. Lagian, kenapa dia gak lari saat kamu ajak berc!nta? Kenapa dia gak lapor p0lisi? Semakin mengingatnya, semakin aku gil4, Mas!" Napas Mayang kembali naik turun. David tahu ini bukan waktu yang tepat karena dokter mengatakan bahwa Mayang tidak boleh stres, tapi karena terlanjur, maka ia teruskan. "

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-25
  • Setelah Menonton Video   40. Dipanggil Bos

    "Kami bukan membela Sri karena Sri adalah korban dan bukan salahnya. Jika dia mau, sejak awal dia pantang mengungkapkan kelakuan jahat anak kami. Mungkin lapor polisi, tapi Sri gak melakukan itu. Dia malah kabur. Bapak ibu tahu, saya ke kampung Sri untuk melamarnya, tetapi Sri lari karena gak mau. Siapa yang sangka ia ternyata memang hamil. Jadi, saya minta tolong, ibu dari cucu saya, jangan dipandang hina. Kalau memang Mayang mau cerai dari anak saya. Cerai saja!" "Mama!" Deni menahan tangan istrinya. "Biarin aja, Pa. Mama gak terima kalau cucu kita seolah-olah terlahir dari wanita murahan! Merek gak mau, ya sudah! Ayo, pulang!" Eva telanjur emosi. Deni terpaksa meminta maaf berkali-kali karena kemarahan sang Istri. Niat hati ingin meminta maaf, sudah pupus karena keduanya keluarga tidak ada yang mau sedikit mengendurkan egonya. "Ma, kenapa tadi gak bisa nahan diri, sih? Kita ke sini mau jenguk Mayang'kan?" "Tahu gitu gak usah dijenguk. Gini, Pa. Anak yang lahir dari Sri dan Maya

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-27
  • Setelah Menonton Video   41. Perempuan Murahan

    David syok untuk beberapa saat. Teman-teman kerja mengelilinginya mencoba bersimpati, tetapi ada juga yang senang akan kemalangan yang diterima lelaki itu. Belum lagi panggilan telepon dari mama, papa, dan juga saudara-saudaranya terus bergantian. Ada banyak pertanyaan yang muncul dari teman-teman satu ruangannya, tetapi lelaki itu tidak bisa menjelaskan karena video tiktok yang sedang FYP itu adalah rekaman percakapan antara dirinya dengan Mayang. Di sana juga ada screenshot pesan percakapan keduanya. Mau menjelaskan juga percuma karena pasti banyak yang tidak percaya. "Gue turut prihatin, Vid," kata Heru yang ikut mengantar David sampai di lobi parkir. "Maafin gue, gara-gara gue semuanya jadi berantakan. Gue awalnya iseng doang, Vid. Gue gak tahu kalau video itu berakibat buruk banget buat lo yang notabene masih perjaka. Gue salah, Vid." Heru terus meminta maaf pada teman baiknya itu sambil membantu membawakan kardus berisi barang-barang David yang ada di mejanya. "Udah terjadi

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-27
  • Setelah Menonton Video   42. Teman Sial4n

    "Gara-gara kamu, anakku kehilangan suaminya. Bayi di perut anakku, kehilangan papanya. Kamu biang masalah, Sri! Dasar perem---""Ya, Allah, Sri! Bu Nindi!" Sambil menggendong bayinya, rambut Sri ditarik oleh Nindi. Wanita itu penuh amarah mengerjai Sri yang sedang menggendong putranya sekuat tenaga. "Mbak Nindi, apa yang Mbak lakukan? Astaghfirullah!" David berhasil menarik tangan ibu mertuanya. Sri menggigil ketakutan. Eva langsung membawa Sri masuk ke dalam rumah. "Perusak rumah tangga orang! Kenapa kamu harus muncul lagi?!" "Mama, apa yang Mama lakukan? Mama bisa melukai bayi saya!""Dia bukan bayi kamu. Itu anak hasil zin4! Dia anak ibunya. Nasabnya ikut ibunya. Kamu gak perlu tanggung jawab pada perempuan itu dan bayinya. Yang harus kamu berikan tanggung jawab penuh adalah Mayang dan bayi dalam perutnya, David! Apa yang kamu lakukan ini pasti akan ada balasannya dari Tuhan!" David tergugu dengan mulut setengah terbuka. "Harusnya kamu mikir, pasti kamu dijebak oleh pembantu it

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-27
  • Setelah Menonton Video   43. Karma

    Lisa duduk di pinggir jalan. Ia tidak tahu mau ke mana karena tidak punya uang sepeser pun. Cincin emas yang diberikan oleh Heru sudah ia buang karena ternyata bukan emas, melainkan imitasi. Langit semakin malam dan angin berembus sangat kencang. Lisa mengambil kain panjang dari dalam tasnya untuk menutupi tubuhnya yang kedinginan. Lampu sorot mobil perlahan mendekat ke arahnya. Seorang pria keluar dari dalam mobil dan menghampiri Lisa yang tidur sambil bertumpu pada kedua tangannya. "Hei, Mbak!" Lisa tersentak. "Maaf, saya ketiduran." Lisa segera bangun tanpa melihat siapa yang bicara padanya. "Jangan ditangkap, Pak. Saya bukan gelandangan!" Suara Lisa bergetar menahan tangis. "Hei, Mbak saya yang di toko emas tadi." Lisa yang sedang ketakutan akhirnya mengangkat wajahnya untuk memastikan wajah pria yang bicara padanya. "Kenapa di sini? Ini sudah jam sebelas malam," tanya pria dewasa itu. "Saya gak punya tempat tujuan, Pak. Udah diusir mertua dan lelaki yang menikah saya. Nia

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-28
  • Setelah Menonton Video   44. Menghilang

    PoV Sri"Bu, ini obatnya udah ada. Ayo, diminum dulu," kataku pada ibu yang sudah terbaring lemah di ranjang selama dua bulan ini. "Dari mana kamu punya uang untuk beli obat Ibu? Pinjam lagi sama juragan Nengsih ya?" aku tersenyum getir. Sudah dua bulan sejak ibu sakit, aku tidak bekerja. Dua anak kembarku juga harus aku urus. Tadinya aku bekerja sebagai admin di sebuah klinik di pinggir kota, saat anak-anak diurus oleh ibu, tetapi sejak ibu sakit, aku benar-benar libur bekerja. Untung saja Dokter Desi menolongku dengan memberikan sembako beras satu karung yang lima kilogram, telur, gula, mi instan, dan juga sarden. Makan kami hanya mengandalkan dari pemberian dokter Desi. Tidak tahu juga berapa lama dokter Desi bisa memberi sedekahnya pada kami untuk itu aku harus putar otak untuk mendapatkan rejeki. "Ibu gak usah pikirin duit Sri dari mana? Ini dari dokter Desi. Katanya obat ini bisa sedikit meringankan nyeri di dada Ibu. Sakit Ibu ini sakitnya orang kaya. Jadi obatnya agak mahal

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-28
  • Setelah Menonton Video   45. Terpaksa Melayani

    Badan ibu mendadak panas. Belum sembuh sakit sesak karena jantungnya, kini badan ibu kembali panas. Jika saja aku punya uang, pasti aku ikut program BPJS, sayang sekali, baik ibu, aku dan anak-anak tidak ada yang ikut BPJS. Pernah ikut BPJS saat masih bekerja di bu Eva, tapi setelah itu aku tidak bisa membayar lagi. Setelah melahirkan si Kembar, pembayaran BPJS-ku mandek karena uang gajiku dari bagian administrasi klinik hanya cukup untuk makan dan susu si Kembar. "Nenek sakit ya, Bu. Nenek anget," kata Aji. "Iya, tunggu di sini jagain nenek ya. Ibu ke rumah Pak Suroto minta obat untuk nenek." Si Kembar mengangguk paham. Aku bergegas keluar rumah meski dalam keadaan gerimis. "Pak, Pak!" Duda beranak lima itu membuka pintu dan menatapku heran. "Saya kalau udah kamu yang ketuk pintu, pasti langsung gak enak perasaan saya. Ada apa? Mau minjem duit lagi?""Pak, ibu mendadak panas badannya. Apa saya boleh pinjem sepeda, mau panggil Mak Yah di kampung sebelah.""Oh, minjem sepeda. Ya ud

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-28
  • Setelah Menonton Video   46. Baju Tidur Seksi

    "Sri, kamu gak punya baju yang bagus?" tanya Mak Yah sambil memperhatikan penampilanku dari atas sampai bawah."Gak ada, Mak. Adanya ini saja. Saya emang gak pernah punya baju cakep orang urusannya di dapur terus," jawabku sambil tersenyum. Padahal saat ini detak jantungku tidak beraturan. Semakin lama mobil melaju meninggalkan rumah Mak Yah, maka semakin cepat pula detaknya."Duh, takutnya keburu gak selera orangnya." Mak Yah mengigit bibir seperti sedang memikirkan sesuatu."Pak Sopir, janjian sama Pak Bos jam berapa ya?""Oh, bapak bilang jam tiga sore, Mak. Ini baru jam sebelas. Mau mampir dulu?""Iya, Pak, mampir ke mall yang di dekat sini saja. Obatnya pak bos biar saya rapihin dulu. Mana mau minyak telon kamu, Sri." Mak Yah menggelengkan kepala. Mana pernah aku pakai parfum. Pernah punya, diberikan oleh Robi, tapi aku tinggal saat aku keluar dari rumahnya. Sering sekali aku mengingat keluarga Bu Eva, apakah mereka juga sama? Jujur, aku rindu suasana rumah besar Bu Eva, tetapi m

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-29

Bab terbaru

  • Setelah Menonton Video   79. Menjenguk Bayi

    Somay gondrongPecel lele stasiun SenenNasi uduk tanah abangAsinan BogorAlpukat mentega metik langsung di kebunAneka kukisRendang asli dari PadangAku merasa sedikit sakit kepala saat membaca list makanan yang diinginkan istriku. Ini tidak mudah, tapi akan aku usahakan terpenuhi. "Mas, gimana?" tanyanya manja sambil menyandarkan kepalanya di lenganku. "Sayang, ini sih, kecil. Kemarin temenku ada yang istrinya hamil, ngidam suaminya lompat ke jurang dan harus dilakukan kalau nggak, istrinya yang mau lompat." Sri terbahak sambil memukul gemas lenganku. "Ih, serem banget, Mas. Ini gak sulit kan?" tanyanya lagi. "Tidak sayang. Ini sangat mudah. Tapi gak mungkin semua dapat hari ini, Sayang. Harus pesen tiket ke Padang dulu kan?""Dua hari ya. Rendang Padang boleh besok, sisanya hari ini. Anggap saja ini rapelan dengan kembar. Waktu hamil kembar, saya kan sendirian." Aku bergeser ke kanan untuk menatap wajah istriku. Aku membingkai wajahnya dengan kedua tanganku. "Siapa suruh ka

  • Setelah Menonton Video   78. Resep Obat

    "Maaf ya, Sayang." Lagi dan lagi aku mengecewakan istriku. Sungguh malu rasa hati, tapi mau bagaimana lagi. Aku sudah rajin olahraga raga, sudah makan makanan yang benar, menjauhi junkfood dan juga tidak merokok. Kenapa masih saya terlalu fast respon? "Gak papa, Mas. Adanya emang gitu." Sri tersenyum mafhum. Ia seperti baik-baik saja, tapi aku tidak tahu di dalam hatinya seperti apa. Masa sudah bangun, malah jadi pengangguran. Ya ampun, bikin rusak harga diriku saja! "Iya, Mas minta maaf ya. Mas gak tahu lagi mau gimana?" "Gak papa, Mas. Mungkin olah raganya digencarin lagi. Biar baru bangun, gak langsung pengen rebahan lagi." BT sekali rasanya. Sudah enam bulan berlalu dan aku masih belum sembuh juga. Sudah konsultasi ke dokter, hasilnya masih sama. Apa minum obat kuat? "Sayang, hari ini aku mampir ke dokter Arman ya." Sri menuangkan teh ke dalam cangkirku."Bapak sakit apa?" tanya Aji yang duduknya persis di sampingku. "Bapak pusing, mau minta obat ke dokter. Jadi pulangnya ma

  • Setelah Menonton Video   77. Cuma Sebentar

    Malam ini rasanya berbeda. Aku menghitung sudah tiga bulan lebih tujuh hari menikah dengan Sri, tetapi kali ini Sri yang akhirnya mau menolongku. Benar kata mama, usaha ini bukan hanya dari aku sendiri saja, tetapi support istriku juga penting. Syukurlah Sri orang yang nurut sama orang tua, sehingga ia patuh. Patuh untuk mencoba saran dari mamaku dan juga mak Yah. "Jika sakit, aku akan berhenti," bisikku di telinga Sri. Wanita itu menggelengkan kepala sambil menutup mata. Sejak awal matanya terus terpejam, bukan karena ia jijik, tapi karena ia malu. Sepanjang aktivitas kami pun, rona merah di pipinya tak lekang. Aku bisa merasakannya karena pipi itu menghangat. Sebagai awalan sudah cukup. Dedeknya bisa bangun, hanya saja tidak bisa lama. Aku menarik selimut untuk menutupi tubuh istriku yang masih polos. "Segitu aja ya, Mas?" aku merasa harga diriku kembali dihempaskan ke got. Tidak ada yang salah dari pertanyaan Sri, aku juga paham. "Iya, untuk saat ini segitu dulu, Bu, soalnya di

  • Setelah Menonton Video   76. Suami Gak Berfaedah

    "Hati-hati ya.""Iya, Mas, makasih udah anter saya." Sri menciyum punggung tanganku. Aku menghela napas kasar saat harus melepaskan Sri kuliah offline hari ini. Padahal aku gak papa kalau Sri tidak sarjana. Aku tetap menghargainya dan sayang sebagai ibu anak-anakku, tapi Sri tetap ingin kuliah. Ia bahkan sangat semangat. Bagaimana nanti kalau di kampus ada mahasiswa yang naksir Sri? Atau gimana kalau ada dosen yang naksir dia? Bisa saja kan? Ditambah aku belum bisa memberikan nafkah batin untuk istriku, makin takut saja jadinya.Aku memutuskan tidak langsung berangkat ke sekolah milikku, tetapi aku masuk ke area parkir kampus. Ya, aku ingin tahu kelas Sri dan teman-temannya. Ruangan kelasnya ada di lantai dua. Aku pun bergegas ke sana. Namun, langkahku terhenti saat melihat Sri sedang bercakap-cakap dengan lelaki muda berkaca mata. Terlihat tampan dan gagah. Mau apa lelaki itu? Aku mengendap-endap mendekat ke arah keduanya. Sri tersenyum, lelaki itu terpesona. Apa ia tidak tahu Sri i

  • Setelah Menonton Video   75. Nonton Video Lagi

    PoV David"Halo, Her, lu masih nyimpen vide0 yang waktu itu?""Gak tahu deh, kayaknya udah aku hapus. HP juga udah gue ganti, kenapa emang?""Ck, gue perlu nih! Belum ada tanda-tanda gue sembuh.""Ya ampun, kasihan sekali kita.""Ya, elu masih bangun, gue? Lelap banget. Aduh, gue gak enak banget sama istri. Kirimin lagi deh! Cari di gdrive!""Oke, Oke, nanti gue cari.""Jangan nanti, gue perlunya sekarang." "Ih, bawel! Iya, gue cari!"Sambungan itu langsung diputuskan oleh Heru. Sri masih ada di dalam kamar mandi, sedang bersih-bersih sebelum tidur. Untung saja anak-anak sudah mau tidur di kamar berdua, sehingga aku dan Sri tidak harus satu kamar dengan anak-anak. Hanya saja, bila malam tiba, aku bingung mau bicara apa lagi dengan Sri. Mau melakukan apa karena kami sama-sama terbatas. Sri terbatas dengan trauma, lalu aku terkendala sakit dari bagian paling penting dalam hidupku sebagai seorang lelaki. "Mas." Aku menoleh dengan terkejut. Sri rupanya sudah selesai mengganti pakaiannya

  • Setelah Menonton Video   74. Pengantin Baru

    "Mas, ada apa? Lagi melamun apa?" tanya sang Istri sambil menggerakkan telapak tangannya di depan wajah David. Pria itu tersentak. Di dalam bayangannya, Sri memakai baju terbuka dan sedang duduk di pangkuannya. Mereka berciyuman dengan sangat bergairah, tapi ternyata.... "Mas, kenapa?" tanya Sri lagi. "Ah, gak papa, Sri. K-kamu sudah selesai di kamar mandi?" Sri mengangguk. Wanita itu langsung naik ke ranjang yang masih dipenuhi kelopak bunga. "Mau langsung tidur?" tanya David lagi. Sri mengangguk, lalu detik kemudian ia menguap lebar. "Sini, Mas! Kita tidur!" Sri menepuk sisi sampingnya. Meminta David untuk berbaring juga. Akhirnya David ikut saja. Jika di dalam hayalannya ia begitu berani menyentuh Sri, sebaliknya Sri pun juga senang dengan sentuhannya, maka di saat nyata seperti ini, nyalinya tidak sebesar gairahnya. Apalagi Sri memakai pakaian lengkap. Pasangan piyama dengan celana panjang. "Kamu beneran udah ngantuk?" tanya David lagi. "Belum terlalu, Mas, cuma capek aja."

  • Setelah Menonton Video   73. Sebuah Kenyataan

    "Kalau suaranya merdu, berarti enak, Mbak. Kalau suaranya serak, berarti enak banget ha ha ha huk! huk! huk!""Kualat sama anak itu namanya! Malah gibah di depan kamar pengantin anak sendiri!" Deni menarik tangan Eva udah segera beranjak dari depan kamar anaknya. "Ayo, pulang! Dasar emak-emak! Kayak gak pernah muda aja! Untung gak dilihat karyawan hotel!" Asih tersenyum melihat besannya yang berjalan masuk ke dalam lift. Ponselnya berdering karena Robi yang menelepon. "Halo, Robi.""Halo, Bu, kembar udah nunggu di mobil sama Robi, Ela, sama bibik. Ibu ikut pulang gak?""Eh, iya, Ibu ikut, Robi. Tungguin ya!""Iya, Robi jemput di lobi ya, Bu. Ibu tunggu di depan aja!" "Iya, makasih ya." Asih segera berjalan cepat untuk masuk ke dalam lift yang kebetulan terbuka. Ia tidak mau sampai ditinggal pulang oleh Robi dan kedua cucunya. Apalagi ia diamanahi Sri untuk mengurus si Kembar kurang lebih tiga hari. "Asih." Wanita itu mengangkat kepalanya saat menyadari siapa yang baru saja masuk k

  • Setelah Menonton Video   72. Apa Boleh Menyentuhmu?

    "Ma, bagaimana? Ampun, deh, ini nanti kitab terlambat, Ma! Emang belum selesai juga?" David terus mengomel karena Sri belum juga siap, sedangkan mereka harus segera berangkat ke tempat acara akad nikah yang disambung dengan acara resepsi. "Sudah, Nak David. Sri sudah selesai. Katanya Nak David duluan, nanti Sri menyusul dengan mobil yang satunya. Malu katanya," jawab Asih sambil tersenyum. "Malu gimana? Orang udah tahu aslinya!" Lelaki itu mendengus. Gara-gara pesan yang tidak pernah dibaca dan dibalas oleh Sri sejak semalam, David benar-benar kesal dan gemas. "Sudah, nanti kalau kamu ngambek, Sri malah kabur." Eva meledek. David akhirnya memutuskan masuk ke dalam mobil sang Mama yang sudah disulap menjadi mobil pengantin. Ia mengira bisa naik mobil bersama Sri menuju tempat akad, tapi ternyata ia harus berdua mamanya duduk di kursi penumpang. Lalu Sri, naik di mobil yang dikendarai oleh Robi. Mereka pun tiba bersamaan. Lagi-lagi Sri tidak mau melihat calon suaminya, sedangkan lel

  • Setelah Menonton Video   71. Posesif

    "Ibu kenapa?" tanya Sri yang memperhatikan ibunya sejak tadi diam saja. Sepulang dari fitting baju, ibunya tidak banyak bicara dan tetap di dalam kamar saja. "Ibu, Ibu kenapa?" tanya Sri lagi sambil menyentuh pundak ibunya. "Eh, gak papa, Sri. Ibu cuma terharu aja, anak Ibu akhirnya menikah juga." Sri memeluk ibunya. "Semua berkat doa Ibu.""Ya sudah, Sri temani anak-anak main dulu." Asih tersenyum sambil mengangguk. Sri pun keluar dari kamarnya.Setelah melewati aneka rangkaian perawatan pra nikah, Sri akhirnya memiliki waktu untuk bermain bersama si Kembar. Ia memperhatikan wajah dan gerak-gerik buah hatinya yang sejak kejadian kelam lima bulan lalu, kini sudah pulih dan semakin membaik. Anak-anak terlihat lebih berisi dan juga sehat. Aktif dan juga baik hati untuk itu oma dan opa si Kembar sangat senang bermain bersama cucu mereka. Ponselnya berdering. Papanya kembar. Itulah nama kontak yang muncul di layar ponselnya. Sri mengambil benda pipih yang tergeletak begitu saja di ata

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status