Share

Part 133

Penulis: Lis Susanawati
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Arvan's POV

Dan terjadi juga apa yang aku takutkan. Rama, dia adalah separuh jiwaku yang terpisah. Aku kehilangan sebelum mendapatkan pengakuan.

"Bang, kenapa diam saja. Kenapa nggak dilawan," tanya pelayan kafe.

"Nggak apa-apa. Memang saya yang salah," jawabku. Aku kembali duduk di kursi yang sudah kembali disusun oleh pelayan kafe. Bibirku pecah mengalihkan darah.

"Pak Arvan, kenapa dengan Bapak ini?" Anggun yang tiba-tiba muncul mendekati dengan panik.

"Nggak apa-apa."

"Kok nggak apa-apa. Bibir Bapak berdarah gitu, lho!" Dia menunjuk bibirku.

"Abang ini tadi di hajar oleh seorang laki-laki tinggi besar, Mbak. Tapi dia nggak mau membalasnya." Seorang pelayan menjelaskan pada Anggun.

"Aku memang yang salah. Jadi sudahlah, nggak apa-apa."

Aku mengambil tisu dan mengelap bibir.

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ani Baru
cerita yg apik... author keren...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Setelah Lima Tahun   Part 134 Terkuaknya Rahasia

    Vi Ananda's POVJarum jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Aku masih duduk bersandar pada kepala ranjang sambil melihat-lihat foto anak-anak di galeri ponsel. Tadi sudah banyak artikel yang kubaca, sampai bosan menunggu. Abian juga tidak terdengar menangis. Dia pasti kelelahan setelah main seharian dan tidak mau tidur siang pula.Capek. Akhirnya aku menarik selimut dan memutuskan untuk tidur. Baru juga memejam, pintu kamar perlahan terbuka. Mas Ilham tersenyum."Mau tidur, ya?" tanya Mas Ilham sambil melepaskan jaketnya.Aku bangun dan kembali duduk. Mas Ilham mendekat, memberikan ciuman di keningku. Kemudian dia masuk kamar mandi. Saat dia sibuk membersihkan diri, aku bergegas membuka lemari. Mencari lingerie ditumpukkan baju. Belum sempat ketemu, lengan kokoh itu telah melingkar di pinggang.Embusan napasnya di tengkuk menimbulkan denyar seperti biasanya saa

  • Setelah Lima Tahun   Part 135

    Melinda's POVAku segera membersihkan diri dan ganti baju. Kemudian kami melaksanakan Salat Isya berjamaah. Dalam doaku andai rahasia ini terbongkar, aku ingin semua tetap baik-baik saja seperti sebelumnya. Aku tidak ingin Rama berubah."Sayang, mau cerita apa?" Bang Petra menepuk ruang di sebelahnya, setelah aku selesai melipat mukena.Kami sama-sama bersandar di kepala ranjang. Aku mulai cerita tentang kemarin. Pertemuan Bang Dodi dan Arvan. Kecurigaan Bang Dodi, pengakuan Arvan, perkelahian mereka, dan ancaman Bang Dodi pada Arvan.Lagi-lagi air mataku tak bisa kubendung. Aku terisak. Andai Bang Petra tanya kenapa aku menangis, aku tidak tahu jawabannya. Bagiku semua sangat pedih.Dia merangkul pundakku. Menenangkan dengan tidak berkata apa-apa. Setelah mulai tenang. Bang Petra baru bicara. "Apapun yang terjadi kita hadapi sama-sama.""Ya."

  • Setelah Lima Tahun   Part 136 Kegelisahan Seorang Ibu

    Melinda's POVGerimis turun sore itu. Anak-anak tidak pergi mengaji. Vita, Puspa, dan Pasya asyik bermain lego di karpet depan TV. Sedangkan Rama membaca buku di sofa ruang tamu. Seminggu setelah dia tahu yang sebenarnya, Rama menjadi pendiam. Dia hanya bicara seperlunya saja. Walaupun masih tetap menemani adiknya bermain.Aku berdiri dan mendekatinya. Duduk tepat di sebelahnya. Rama menoleh dan tersenyum."Kakak, belajar apa?" tanyaku hati-hati."Biologi, Ma. Besok ada ulangan harian." Dia menunjukkan buku yang dipegangnya."Tapi Kakak, nggak apa-apa, 'kan? Kakak banyak diam sekarang."Rama meletakkan buku di pangkuannya. "Rama nggak apa-apa, Ma. Mama, nggak usah khawatir."Aku mengusap rambutnya pelan. Aku bisa tahu apa yang sedang dia rasakan. Kenyataan ini tentu saja tidak mudah baginya. Setelah selama ini nyaman tanpa t

  • Setelah Lima Tahun   Part 136b

    Arvan's POVWaktu terus berlalu. Seminggu, dua minggu, sebulan, tapi masih belum ada kabar dari Melinda. Benarkah Rama membenciku?Di tengah kebimbangan dan kekalutan pikiran, aku makin dekat dengan Anggun. Intensitas kebersamaan kami hampir setiap hari, karena pekerjaan. Hingga aku berani menceritakan tentang kisah hidupku. Dia tidak serta merta menghakimi, justru dia salut dan simpati. Sebab ada sebagian orang tidak lagi peduli apalagi tanggung jawab kepada anak dari wanita yang telah dihamilinya.Pernah suatu hari aku mengajaknya mampir ke rumah setelah mengurus keuangan di Bank. Malamnya Ibu mengatakan ketertarikannya dengan wanita itu. Memberiku semangat agar mendek

  • Setelah Lima Tahun   Part 137 Father and Son

    Jemariku mengetuk-ngetuk permukaan meja kayu hingga menimbulkan suara yang berirama. Kulakukan ini hanya untuk menutupi rasa gelisahku.Aku memang sengaja datang lebih awal di sebuah kafe pinggiran kota. Kafe tempat aku pernah bertemu dan bicara berdua dengan Melinda. Aku memilih duduk di gazebo samping kafe yang tertutup dinding bambu berplitur cokelat setinggi pinggang.Dadaku berdebar dan tangan mulai gemetar setelah melihat jam tangan dan tentunya sebentar lagi mereka akan datang.Aku memandang hamparan sawah dan perbukitan di kejauhan sana. Semilir angin menyejukkan tubuhku yang mulai berpeluh. Dalam angan aku berekspektasi tentang pertemuan kali ini. Kami sepakat bertemu jam dua sore.Detak jantungku makin melaju saat kulihat sebuah mobil Pajero warna hitam memasuki halaman parkir yang luas itu. Tidak lama kemudian turun tiga orang yang kutunggu. Pak Petra memakai setelan santai kaos berkerah war

  • Setelah Lima Tahun   Part 137 B

    Arvan's POV Setelah makan aku mengajaknya ke mall. Dia membantuku memilihkan baju untuk Rama juga adik-adiknya. Aku memberitahu Anggun dengan mengamati anak-anak pengunjung mall. Kira-kira sebesar itu adik-adiknya Rama. Aku tidak tahu pasti karena hanya melihat beberapa kali dari kejauhan. Ketika aku sengaja lewat depan rumahnya. Anggun menolak saat aku menawarkan untuk membeli sesuatu. Bahkan waktu aku memilihkan blouse yang menurutku sangat bagus. "Nggak, Pak. Terima kasih," tolaknya. Dari mall, Anggun mengajakku mampir ke toko orang tuanya. Kami masih menunggu karena mereka sedang sibuk. Ada satu orang pemuda yang membantu di toko itu. "Ayo, duduk sini, Nak Arvan!" Ayahnya Anggun mempersilakan duduk di bangku semen sebelah kiri depan toko mereka. Anggun keluar sambil membawakan teh botol untuk kami. Hampi satu jam aku dan ayahnya Anggun berbincang-bincang. Mengenai p

  • Setelah Lima Tahun   Part 138 Pernikahan

    Arvan's POVMinggu siang itu seperti janjinya, Bang Petra dan Melinda datang ke rumah mengajak anak-anaknya.Kebahagiaan terpancar dari wajah Ibu. Netra tuanya mengembun ketika Rama menyalami dan mencium tangannya. Disusul ketiga adiknya. Mereka anak-anak yang manis dan pintar."Vita, Puspa, ini Om Arvan." Bang Petra bicara pada dua putrinya. Aku tersenyum pada dua gadis kecil yang imut dan cantik itu. Tentunya mereka belum tahu kalau antara mereka bertiga dengan Rama beda ayah.Kami berbincang-bincang sambil menikmati kue dan cemilan yang disediakan ibu. Wanita yang melahirkanku itu tidak henti memandang cucu lelakinya dan Melinda. Wanita yang gagal kubawa untuk jadi menantunya.Pembicaraan kami membuat adik-adiknya Rama mulai bosan. Akhirnya Bang Petra mengajak ketiga anaknya bermain di luar. Kebetulan cuaca sedang redup. Mereka berlarian di halaman. Tinggal

  • Setelah Lima Tahun   Part 139

    Arvan's POVAku menolak saat Bang Petra meminta agar aku dan Ibu ikut di mobilnya. Aku memilih naik mobilku sendiri yang di sopiri temanku. Jujur saja aku tidak ingin tenggelam dalam kenangan bersama Melinda. Sebagai laki-laki aku bisa merasakan, dibalik keramahan Bang Petra, dia juga menyimpan cemburu padaku. Tapi dia pria dewasa yang bijaksana. Dia tahu bagaimana mengendalikan perasaannya.Kendaraan beriringan di jalan protokol menuju rumah mempelai wanita. Dadaku kian berdebar kencang ketika mobil hampir mendekati rumah Anggun. Meski telah lebih dari cukup usia untuk menikah, tapi tak bisa kupungkiri gemuruh dalam dada menghadapi acara sakral ini.Aku tidak menyangka menemukan jodoh di sini. Jauh beribu-ribu kilometer dari kampung halamanku. Pernikahan yang tidak lagi aku pikirkan setelah berpisah dengan Melinda. Namun aku dipertemukan pendamping hidup setelah bisa menjalin hubungan baik dengan putra dan wanita yang p

Bab terbaru

  • Setelah Lima Tahun   Part 151 Ending

    Vi Ananda's POV"Mas, tidur saja. Biar aku yang jaga Abrisam," ucapku sambil memandangnya. Dia kelihatan capek malam ini."Nanti kamu bisa bangunin Mas kalau butuh sesuatu."Aku mengangguk. Perlahan mata yang selalu bersorot tajam itu terpejam. Tidak lama kemudian terdengar dengkur halusnya.Sebulan ini Mas Ilham kurang tidur karena Abrisam sering mengajak begadang. Kami bergantian menjaganya. Tapi sudah dua hari ini si bungsu tidak lagi begadang. Dia nyenyak tidurnya, terbangun dan menangis kalau mau susu saja.Betapa capeknya Mas Ilham. Siang sibuk dengan pekerjaan, malamnya bergantian jaga Abrisam. Ini tidak pernah dilakukan pada dua anak sebelumnya.🌺🌺🌺Sore yang cerah. Aku mendorong stroller Abrisam menyusuri jalan berpaving yang menghubungkan jalan ke bangunan hotel dan sebuah kafe. Di depanku Abian berlarian

  • Setelah Lima Tahun   Part 150 Pulang

    Vi Ananda's POV"I love you," bisik Mas Ilham di telinga saat aku sedang menyusui Abrisam. Kedekatan kami membuat suster yang bertugas tersipu malu, lantas izin ke luar kamar.Salah satu fasilitas yang kami dapat adalah adanya seorang suster yang stand by selama dua puluh empat jam."Didit ngirim pesan kalau akan datang ke sini agak siang. Hari ini guru home schooling-nya Abian mulai ngajar, jadi Didit nunggu sekalian.""Ya, nggak apa-apa."Home schooling. Sebenarnya ini seperti les yang dilakukan Syifa setiap hari. Abian memang sudah waktunya masuk PAUD. Meski start belajar secara formal masih dua bulan lagi, tapi sekarang sudah di mulai. Aslinya, yang mengajar Homeschooling memang orangtua, bukan guru privat. Tapi beda buat kami, Pak Broto yang memfasilitasi semuanya, gaji guru privat plus uang tranport-nya.Akan tetapi setelah ini aku d

  • Setelah Lima Tahun   Part 149

    Ilham's POV"Ibu, mau pergi ke hajatan, ya?" godaku bercampur jengkel karena khawatir.Wanita di hadapanku tersenyum santai. "Ayo, kita berangkat!" ajaknya sambil menggamit lenganku. Persis seperti pasangan model yang akan melewati red karpet."Kenapa pakai sandal seperti ini?" protesku sambil menunjuk ke arah kakinya."Nggak apa-apa, kita kan mau naik mobil."Sudahlah. Dituruti saja, habis ini aku bisa mencuri sandal itu untuk kusingkirkan.Mobil meluncur pergi di bawah tatapan dua satpam yang sempat mendoakan agar proses kelahiran putra kami lancar.Aku duduk di bangku belakang bersama Vi. Tangannya yang memegang lenganku kadang terasa mencengkeram, mungkin mulasnya kembali datang. Namun saat kupandang dia hanya tersenyum. Tanpa memedulikan adanya Didit, aku menciumi pipi Vi. Pikiranku serius tegang kali ini.

  • Setelah Lima Tahun   Part 148 Kelahiran yang Indah

    Ilham's POV"Pak Ilham, ini berkas yang Bapak minta tadi." Seorang staf bernama Wita menahan langkahku yang hendak keluar kantor."Taruh di meja. Biar nanti saya periksa."Aku segera bergegas keluar ruangan, berjalan lurus ke arah utara menuju ruang pribadiku. Beberapa hari ini aku memang tidak bisa tenang menjelang persalinan anak ketiga kami."Papa," sapa Abian yang sedang asyik bermain di depan TV ditemani Arum. Aku mendekat dan mencium rambut putraku. Lantas aku masuk kamar, Vi sedang duduk di ranjang sambil menyusun baju bayi dan beberapa perlengkapannya sendiri ke dalam travel bag ukuran sedang."Mas, kok pulang lagi?" tanya Vi heran karena sepagi ini aku sudah dua kali menemuinya."Nggak usah cemas gitu. HPL-nya kan masih sepuluh hari lagi. Lagian kalau aku terasa mau lahiran, bayinya juga nggak langsung nongol. Masih ada prosesnya.

  • Setelah Lima Tahun   Part 147

    Vi Ananda's POVSiang itu aku duduk menemani Abian dan Arum yang bermain dengan si kucing hitam. Suasana redup, mendung mengantung menutupi sang surya.Hari ini hatiku berdebar-debar menunggu hasil pembicaraan Mas Ilham dan Pak Broto. Sebenarnya hak Mas Ilham untuk menolak, karena perjanjian awal hanya sampai pada dua bulan ke depan lagi. Tapi aku tahu bagaimana suamiku, terkadang dia terbawa oleh rasa tak enak hati. Mungkin karena dia juga nyaman kerja di sini.Perhatianku beralih pada mobil Fortuner yang memasuki lokasi. Itu kendaraan Pak Petra. Tiba-tiba aku berharap kalau ada Bu Melinda ikut serta, tapi aku kecewa. Yang turun justru Pak Broto, Pak Rony, dan di susul perempuan itu. Perempuan masa lalu suamiku. Dia memakai gamis dan jilbab yang ujungnya dimasukkan ke kerah gamisnya.Pak Petra mendekatiku dan menyalami. "Apa kabar?""Alhamdulillah, kabar baik Pak.

  • Setelah Lima Tahun   Part 146 My Sexy Wife

    Vi Ananda's POVPagi yang dingin, jaket tebal yang kupakai masih membuatku menggigil. Tapi Mas Ilham yang berdiri di sebelahku sudah mandi keringat. Aku sedang menemaninya jogging di tepi pantai sepagi ini. Hanya berdua, karena Abian belum bangun.Dia menenggak habis air mineral di tangannya. Kami berdiri menghadap laut lepas."Kita akan merindukan tempat ini, Mas," kataku.Mas Ilham merangkulku. "Suatu hari nanti kita bisa liburan ke sini ngajak anak-anak," ujarnya sambil tersenyum. Lantas dia terdiam, memandangku lalu tersenyum lagi. Seperti ada yang ingin dibicarakan tapi dia masih tampak bingung."Pak Alex kapan datang?" tanyaku."Kemungkinan dua bulan lagi."Diam. Kami menikmati indahnya pemandangan, sejuk dan berkabut. Angin pagi berembus membuat bergo yang kupakai berkibar. Mas Ilham menahan dengan tangannya aga

  • Setelah Lima Tahun   Part 145

    Ilham's POVAbian masih bermain di depan TV bersama Arum. Gadis umur delapan belas tahun itu telaten menjaga jagoanku. Sementara aku duduk agak ke belakang sambil menyimak email yang masuk. Signal di sini sudah lancar sejak enam bulan terakhir ini. Lima belas menit yang lalu Vi baru masuk kamar setelah menemani Abian bermain.Sebenarnya ada yang ingin aku bicarakan dengannya. Mengenai bos yang ingin agar aku tetap bertahan mengurus proyek ini sampai finish. Inilah yang membuatku bingung beberapa hari, nanti Alex hanya akan sesekali saja ke sini karena akan ada design interior dari sini saja, tapi tetap dalam pantauan Alex.Tidak tega aku menyampaikan ini pada Vi. Dia sudah bahagia mau pulang dan berkumpul lagi dengan putri kami. Abian tahun depan juga masuk PAUD. Vi mau melahirkan di sana dan tinggal di rumah kami yang sudah selesai direnovasi. Kusandarkan punggung di sofa dan menarik napas dalam-dalam. Dil

  • Setelah Lima Tahun   Part 144 Bagaikan di Surga

    Ilham's POV"Janin Ibu sudah berumur delapan minggu," kata dokter Etik sambil menunjukkan layar USG."Alhamdulillah," ucapku. Vi tersenyum lantas kembali menatap layar USG dan memerhatikan ucapan dokternya.Dulu waktu Vi hamil Syifa, aku yang terkejut karena tidak menyangka kalau dia akan hamil secepat itu. Bulan ini menikah bulan depannya dia sudah mengandung.Terus kehamilan kedua yang keguguran karena dia tidak tahu dan aku benar-benar kehilangan. Waktu itu kami lagi berada di puncak masalah. Hamil kali ketiga aku yang merencanakan, disaat dia belum siap, tapi aku yang memaksa diam-diam, karena itu peluang besar kami bisa hidup bersama lagi. Dan kehamilan keempat ini yang benar-benar kami persiapkan berdua."Sayang, mau makan apa? Siang belum makan, 'kan?" tanyaku setelah kami masuk mobil."Apa ya? Ada yang jual lontong sayur nggak ya,

  • Setelah Lima Tahun   Part 143

    Vi Ananda's POVHari ini cuaca sangat terik. Matahari serasa berada tepat di atas kepala. Abian merenggek minta main ke luar, tapi aku melarangnya. Kadang kasihan sama Abian, tidak punya teman bermain. Kalau cucunya Bu Asti diajak ke proyek, Abian baru punya teman. Tapi pasti berujung drama, cucunya Bu Asti -anak lelaki umur enam tahun- itu tidak mau diajak pulang dan Abian sendiri juga nangis kalau ditinggal. Senang dan susah jadinya."Mama, ayo!" Abian kembali menarik tanganku."Jangan, Sayang. Ini jam dua belas lho, panas banget di luar. Abian makan siang terus bobok, nanti sore baru kita jalan-jalan ke pantai sama Papa." Perlahan kutarik lengannya dan kupangku.Abian masih merengek dan diam ketika pintu kamar di ketuk dari luar. Aku bergegas membuka pintu. Bu Asti tersenyum, ditangannya ada semangkuk besar kolak pisang. "Mau nganterin kolak pisang, Bu.""Iya, Bu Asti. T

DMCA.com Protection Status