Share

Pesta Rakyat

Penulis: devarisma
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-30 12:30:11

Setelah melihat kedua cucunya tenang. Bu Mei pergi dari kamar mereka. “Mamak masak dulu!” ujarnya segera pergi. Setelah percaya kalau anaknya baru saja mie belepot.

“Mak masak lebih. Ayah dan pelayan sudah di Kuala Namu!” pinta Mahra.

“Oh , sudah di Kuala Namu? Kok telat kali bilang Mamak nggak belanja tadi!” Bu Mei tercekat.

“Nggak apa Mak! Mereka bertujuh sama ayah! Nggak usah repot-repot. Mungkin mereka langsung ke rumah yang di sana!” sahut Angga. Tujuannya agar para pelayan itu bisa istirahat dengan tenang. Karena di rumah mertuanya tidak akan cukup kamar.

“Mereka makan apa kalau rumah di sana? Nggak apa. Mamak masak nanti Angga bawa ke sana pakek rantang!” Bu Mei segera pergi.

Padahal Angga sedang mau jawab. Mereka bisa beli saja. Tapi, mertuanya selalu bersemangat kalau ada tamu. Entah dia nggak pernah capek. Angga mendekati istrinya, di pangkuannya masih ada Alifa.

“Gimana enak nggak mie belepotnya, sayang?” canda Angga.

“Apasih, Mas. Garing banget tahu candaannya!” Mahra men
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Setelah Hujan Bulan Desember   Tamu Tak Diundang

    Lira baru saja mendarat di Banda Sultan Iskandar Muda bersama putri kecilnya, Rea. Dia izin cuti dari kantor empat hari.“Pak izin cuti ya empat hari, boleh?!”pintanya pada peringgi perusahaan tempat dia bekerja.“Lamat amat cutinya?” Laki-laki itu menghentikan pulpennya.“Ada acara keluarga, Pak di Medan!” tambah Lira.“Baiklah! Tidak boleh lebih dari empat hari!” lelaki itu kembali melanjutkan pekerjaannya.Lira segera bergegas untuk menuntaskan misinya. Tidak lupa membawa anak haramnya Rea. Bahkan kini anak balita itu sudah berumur dua tahun. Lira tidak melakukan tes DNA untuk mencari tahu siapa ayahnya. Karena kini harapannya menjadikan Rea alat untuk memuluskan niatnya.Begitu tiba di Banda dia bingung mau kemana. Karena tidak tahu alamat Angga dan Muhar. Akhirnya dia menghubungi mantan mertuanya langusng. Karena kalau hubungi Saleha yang ada nggak dikasih tahu.“Ayah, Lira di Banda mau jumpa Ayah!” seakan dia sudah begitu diharapkan kedatangannya oleh Pak Muhar.“Dimana kamu Na

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-30
  • Setelah Hujan Bulan Desember   Fitnah Terbesar

    Setelah turun dari mobil, Angga langsung membantu ayahnya turun lalu kembali naik kursi roda. Teras rumahnya sengaja di buat menurun tidak bertangga. Agar mudah mendorong ayahnya dengan kursi roda. Mereka baru saja meninjau pembangunan perusahaannya yang kini sudah rampung. Tinggal merencanakan grand openingnya. Setelah emoat jam bepergian. Angga berharap kedatangannya di sambut hangat oleh istri dan si kembarnya.Begitu memasuki ruang tamu dia menemukan mantan istri dan anak istrinya. Matanya langsung melotot raut wajahnya masam. Lira begitu menyadari Angga dan Pak Muhar dia cepat-cepat berdiri.“Hei kalian sudah pulang!” Lira mendekat. “Ayo sayang salim sama Eyang dan Papa Angga!”“Untuk pemberitahuan. Jangan ajarkan anakmu memanggilku Papa!” tegas Angga dengan mata menjulur amarah.“Em maaf Mas. Aku hanya….”“Dan siapa yang mengundangmu ke rumah ini?” potong Angga dengan cepat.Pak Muhar pun sangat kesal. Karena dia tahu Angga akan marah kalau Lira ke rumah.“Mas, semalam Rea menan

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-30
  • Setelah Hujan Bulan Desember   Terusir

    “Sayang!” Angga mendekati istrinya. Perasaan bersalahnya terhadap kedatangan Lira sangat besar. Mahra memutar badannya kea rah sang suami. “Kenapa Mas?”“Maafin Mas ya!” Angga kembali mengucapkan kalimat itu. “Untuk yang tadi! Kalau seandainya Mas nggak baikin Lira kemarin. Dia nggak akan senekat ini muncul di depan kita”“Memangnya abang kasih dia apa?” tanya Mahra penasaran.Angga menghembus napas kasar. Sangat besar penyesalannya menganggap Lira sebagai kerabat. “Menjelang pernikahan kita, Mas ketemu Lira di Jakarta. Dia jadi sopir taksi online. Anaknya di tarok dalam box di samping. Rupanya dia kabur dari rumah karena orang tuanya memerasnya habis-habisan setelah mereka bangkrut. Dan disitu pula dia tahu, kalau sebenarnya itu bukan orang tua kandung.” Angga mulai bercerita.“Ribet ya Mas!” sahut Mahra.“Terus Mas bincang sama Ayah. Ayah bercerita tentang orang tua Lira yang sudah meninggal, yang merawat dia selama ini, pamannya. Lalu kami menghubunginya. Ayah bercerita banyak hal

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-01
  • Setelah Hujan Bulan Desember   Fitnah Terbesa

    Lira berjalan kaki cukup jauh. Sesekali dia mengumpat kesal. Namun, apapun terjadi dia harus menemukan keramaian. Setelah keluar dari jalan sepi. Dia melihat ada becak di sana. Walaupun gengsi dia harus naik becak. Apa boleh buat. Karena ketika memesan ojek taksi online tidak ada yang bisa ditemukan.“Setelah ini lihat saja, kalian akan menyesal sudah membuat aku seperti ini!” geram Lira.Anaknya merengek karena gerah dan lapar. “Sabar ya nak, kita harus berjuang agar bisa membalas dendam pada mereka!” Lira memeluk anaknya. Kini sudah lengkap. Pak Muharpun tak peduli padanya. Hanya Rea yang dia miliki sebagai senjata untuk menghancurkan Mahra dan Angga.Dia dan anaknya naik becak menuju sebuah hotel. “Hotel ini boleh Bu?” tanya tukang becak.“Boleh, Pak!” Lira langsung turun melihat hotel yang lumayan megah menurutnya. Setelah membayar dia langsung chek in. Untuk istirahat karena kacapean dan kecewa. Jauh-jauh hanya untuk diusir. Namun, bukannya menjadi pelajaran. Malah level dendam

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-01
  • Setelah Hujan Bulan Desember   Klarifikasi Refans

    “Lho ini kan Mbak Mahra dan Mas Angga? Kok menjadi bahan gossip gini sih?” Saleha yang sedang berselancar di sosial media berdecak kaget.“Ada apa Leha?” Pak Muhar yang sedang asyik membaca buku.Leha segera menunjukkan berita yang sedang seliweran di sosial medianya.Di ruang bagoan belakan para pelayan sedang menonton tv. Mereka semua juga kaget melihat seorang perempuan yang memberi penjelasan yang jelas itu fitnah. Kemudian tampil pula video penegasan dari Lira.“Lho itu Mbak Lira, ngapain dia ngomong gitu?” ujar Rohmah.“Wah fitnah ni!” tambah yang lain.“Tahu gini gue kurung aja di ruang bawah tanah kemarin!” sahut Rohmah geram.Saleha berlari menuju kamar Angga dan Mahra di lantai atas. Setelah Pak Muhar memintanya memberi tahu Angga.Angga dan Mahra sedang asyik bermain dengan bayi kembar mereka di kamar. Sehingga mereka mengabaikan ponselnya. Padahal sudah banyak sekali orang menghujatnya di sosmed. Juga beberapa kawan menghubungi mereka.“Mas, Mbak gawat ni!” Leha berujar sa

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-02
  • Setelah Hujan Bulan Desember   Pencemaran Nama Baik Yang Gagal

    “Wah kocak deh. Demi apa Mama dia playing victim gitu!”“Dari matanya terlihat banget, udah menyesal kehilangan istri dipermalukan lagi sama Maknya. Kasian banget si!”“Itulah laki-laki setelah talak baru sadar!”“Eh itu kan bos Refans yang dulu pengusaha di Bandung. Istrinya sering dimaki-maki depan orang ketika mereka di Bandung!”“Orang gila mana yang ngefitnah mantan menantu malah mempermalukan diri sendiri!.”“Ya ampun Bude kelakuanmu? Demi apa masih ngefitnah mantan menantu? Heran!”“Gue udah feeling sih. Kalau Mahra tu nggak mungkin selingkuh. Karen ague udah baca bukunya yang baru terbit. Gue yakin buku itu kisahnya!”“Halah bilang ya mantan mertuanya sirik karena Mahra udah dapat sultan!”“Ingat umur Bude! Bukannya taubat malah tebar fitnah!”“Untung anaknya klarifikasi! Kalau nggak udahlah pasangan itu dihujat seindonesi!”“Memang dasar pengen terkenal aja tu mak-mak makanya ngefitnah!”“Memangnya demi apa mereka ngefitnah penulis sehebat Mahra dan pengusaha setajir Angga Ku

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-02
  • Setelah Hujan Bulan Desember   Kebahagiaan Yang Tertunda

    Nama Mahra dan Angga kembali bersih. Kini justru nama Resa, Lala dan Lira yang dihujat netizen. Lala tidak sempat menutup akunnya, sehingga mereka diseret ke penjara. Berbagai komentar hujat-hujatan ditulis di kolom komentarnya.Sedangkan nama Mahra dan Angga semakin diagung-agungkan. Meskipu kedua pasangan ini tidak melihat sosial media. Mereka merasa tidak perlu mengklarifikasi apapun. Atau memposting apapun. Karena mereka bukan artis. Bukan public figure yang harus membagi segala momen di sosial media.Mahra semakin sibuk mengurus bayi kembarnya. Bahkan untuk menulis saja dia cuti hingga anak-anaknya sudah berumur tiga tahun. Meskipun ada karyanya yang sudah mengkrak di laptop. Namun, kini dia ingin membesarkan buah hati terlebih dahulu.Selama ini sudah menerbit banyak buku, bahkan kini terus dicetak ulang. Royaltinya cukup untuk perkembangan yayasannya. Kini seluruh waktunya hanya dihabiskan untuk mengurus suami dan bayinya.Setiap pagi, rutinitasnya sudah berbeda. Mandi sebel

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-03
  • Setelah Hujan Bulan Desember   Sakinah Bersama

    Sepuluh tahun kemudian.“Alifa, Alif, ayo cepat Papa sudah menunggu di depan Nak!” Mahra berdiri di depan pintu kamar si kembar sambil memegang perutnya yang sudah enam bulan. Mereka mengambil tas masing-masing lalu beranjak.“Mama kan sudah bilang, waktu sarapan tasnya langsung di bawa turun ke bawah!” Mahra membelai kepala kedua anak kembarnya.“Iya, Ma. Kita pikir akan diambil sama pelayan!” seru Alif. Setelah mencium tangan ibunya.Mahra susah payah mensejajarkan tubuh dengan anak laki-lakinya itu. “Nak jangan selalu bergantungan sama pelayan. Kalau untuk bawa turun tas sendiri bisa kan?”“Tapi, Mama. Mereka kan bekerja untuk kita? Begitu kata Mbak Rohmah!” sahut Alifa yang mengikat kuncir rambutnya dengan pita pink. Sangat menggemaskan.“Iya, tapi, nggak boleh manja. Kita harus mengurus diri sendiri. Nggak boleh bergantungan sama mereka. Gimana kalau mereka pulang kampung? Kan kita harus bisa mengerjaka sendiri!” Mahra kini memegang kedua bahu anak perempuannya.“Iya, Mama!” sahu

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-03

Bab terbaru

  • Setelah Hujan Bulan Desember   Pensiun Dini

    Lima tahun kemudian.Tidak terasa waktu bergulir begitu cepat. Kini anak-anak sudah tumbuh menuju dewasa. Si kembar sudah SMA menjelang tamat. Rasa-rasanya, Angga ingin segera pensiun dari pekerjaannya. Dia sudah mempercayai beberapa kerabat dekat untuk mengelola perusahaannya.“Sayang, rasanya aku di rumahnya. Pensiun lebih cepat!” ucap Angga pagi itu setelah anak-anak semua pergi sekolah. Mahra selama tidak memiliki bayi. Sudah kembali aktif menulis.“Terserah Mas! Mahra senang aja kalau Mas di rumah! Apalagi Mas sudah bekerja sejak muda. Pensiun dini lebih baik sebagai bonus kerja keras selama ini!” Mahra menghentikan pekerjaannya. Lalu duduk di sampingnya.“Kamu masih tetap cantik!” Angga menatap sang istri lebih lekat.“Mahra sudah tua, Mas! Sudah ada satu dua uban!” ujarnya tersipu.“Tapi, masih tetap cantik!” Angga menggamit tangan sang istri.“Mas juga masih gagah, orang tidak akan percaya Mas sudah menuju kepala lima!” Mahra membalas tatapan sang suami.“Karena Mas masih gant

  • Setelah Hujan Bulan Desember   Ustazah Alika

    “Total belanjaan Kakak seratus dua puluh ribu!” ucap Kasir.Alika merongong tasnya. Capek dia cari-cari dompet. “Duh kemana sih domper?” keluh Alika.“Kak?” panggil kasir. “Antriannya panjang sekali.”Dia baru sadar ada sepuluh orang sedang mengatri di belakang.“Aduh maaf bang, dompet saya tinggal! Saya transfer aja boleh?” tanya Mahrasambil menahan malu.“Tidak bisa kak, rekening toko lagi bersamalah!” ujar kasir.“Tapi, gimana bang saya nggak bawa dompet!” Alika sudah hampir menangis.Tiba-tiba seseorang meletakkan dua lembar pecahan dua ratus di sana. “Ini sekalian untuk bayaran ustazah ini!” ujar laki-laki itu dengan tenang. Sembari menunjukkan sebotol air mineral dan bisquit.“Oke!” kasir lamgsung mengerjakan tugasnya.Alika masih di sana terpaku. Mengingat sejenak sepertinya pernah jumpa. Tapi dimana? laki-laki dengan penampilan kasual nampak santai dengan celana training, baju kaos jersey dan sepatu olahraga.“Terima kasih Pak!” seru Alika cepat-cepat.“Sma-sama Ustazah!” lak

  • Setelah Hujan Bulan Desember   Potongan Karya Alika

    Bab 1Mengenal Makhluk HidupAlika merupakan siswa kelas III SD. Alika tinggal bersama Ayah dan Ibunya dan adiknya Affa. Affa masih berumur tiga tahun. Alika sangat menyayangi adik Affa.Setiap hari Alika ke sekolah dengan berjalan kaki dengan Dini dan Andi. Mereka tinggal di satu komplek Perumahan Hijau. Dini, Andi dan Alika berteman baik sejak kelas I.“Hari ini kita belajar apa?” tanya Andi sambil mengayun langkah.“Kita akan belajar tentang makhluk hidup,” sahut Alika.“Makhluk hidup itu seperti kita ini, Ka?’’ tanya Dini.“Iya, makhluk hidup seperti kita ini manusia, hewan dan tumbuhan,” jelas Alika sambil menunjuk ke arah pohon yang memayungi jalan yang mereka lewati.“Apa saja ciri-ciri makhluk hidup, Ka?” tanya Andi lagi.“Memerlukan makan dan minum, bernapas, tumbuh dan berkembang biak,” sahut Alika lagi.“Pintar sekali kamu, Ka. Tahu dari mana?” tanya Dini.“Aku baca buku, Dini. Ayah dan Ibuku selalu menghadiahkan aku buku dan mengajakku ke perpustakaan,” jawab Alika.“Nanti

  • Setelah Hujan Bulan Desember   Pengalaman Baru

    Danil sangat kikuk duduk diantara orang-orang yayasan. Dimana penampilannya sangat mencolok. Semua laki-laki di sana menggunakan peci, serta baju koko yang cukup sopan. Belum lagi yang perempuan, membuat dia menjerit seakan sedang terjebak ke dalam tempat yang sangat sulit dia dambakan.Sebelum rapat dimulai. Angga sengaja meminta Danil duduk di sampingnya.“Maaf sebelumnya, Ustaz Ustazah semua. Perkenalkan ini Danil tangan kanan saya di perusahaan. Hari ini kebtulan saya ajak ke sini, untuk mengenal dunia pendidikan lebih jauh!” jelas Angga. Membuat semua orang memperhatikan Danil dengan seksama. Laki-laki dengan postur tubuh proposional. Hitung mancung, alis tebal dan sekilas terlihat berkarisma. Buru-buru ustazah di sana menundukkan pandang. Karena spek laki-laki di depan mereka sangat memukau, bagai artis.Danil agak terkejut dengan penuturan bosnya. Apa ini cara bosnya mengenalkan dia pada ustazah di sana. Rapat berlangsung. Beberapa ustazah menyampaikan laporan mereka. Ada juga

  • Setelah Hujan Bulan Desember   Aku Percaya

    Angga pulang hampir larut. Tidak biasanya dia seperti itu. Namun, beberapa pekerjaan menjelang akhir tahun ini membuat semuanya sibuk. Apalagi dia baru memecat sekretarisnya.“Danil, tolong carikan sekretaris baru untukku! Ingat laki-laki ya!” perintahnya.“Baik, Bos. Akan segera saya dapatkan!” sahut Danil. Danil merupakan kaki tangan ANgga. Namun, dia punya jabatan yang besar di perusahaan itu.“Maafkan saya terkait Sela Bos. Saya menyesal terhadap kejadian yang menimpa Bos!” tambah Danil. Angga sedang bersiap hendak pulang.“Its Oke. Jadi kita lebih waspada ke depan!” sahut Angga. Sekali lagi dia melihat jam di pergelangan tangannya. Sudah menunjukkan jam 12 dini hari. Sudah lama dia tidak lembur selama ini.“Baik, Bos.” Danil menunggu Bosnya keluar dari ruangan.Lalu mereka berjalan beriringan untuk ke parkiran.“Danil, kalau nanti kamu bekerluarga usahakan, melindungi dan menjaga pernikahanmu. Banyak sekali wanita jalangyang mengincar kalau kita punya pekerjaan dan penghasilan y

  • Setelah Hujan Bulan Desember   Penjaga Mama

    Sela keluar dari gedung pencakar langit itu dengan berat hati. Mau gimana lagi, dia benar-benar dipecat secara tidak terhormat. Bahkan bodyguard menyeretnya dengan kasar.“Saya ingin mengambil barang-barang saya dulu!” pintanya memelas karena ada beberapa barang berharganya di sana.“Ingat hanya lima menit kamu sudah keluar dari gedung ini!” tegas bodyguard tersebut. Sela berjalan cepat menuju lift lalu ke ruangannya tepat di samping ruangan Angga, sang CEO.Saat menenteng sebuah kardus keluar dari sana. Dia berpapasan dengan kedua temannya Ani dan Dini. Bukan rasa kasihan yang ditunjukkan malah diejek habis-habisan.“Aduh Sela- sela baru setengah jam lalu, kita bilang apa. Kamu mimpi ketinggian. Kasian sekali. Padahal cita-citanya mau jadi simpanan bos!” ledek Dini.“Memang kamu itu terlalu kepedean tahu. Kamu bisa tuh, incarin om sana, tapi tidak dengan Bos Angga. Dia itu spek setia. Kamu belum lihat istrinya secantik dan sekeren apa. Dibandingkan kamu bukan apa-apa Sel!” tambah Ani

  • Setelah Hujan Bulan Desember   Perihal Sekretaris

    Angga berjanji akan segera memecat Sela pada kedua anaknya. Mereka akan melihat langsung proses itu. Begitu pulang sekolah, Angga menjemput sendiri kedua anak kembarnya itu yang kini sudah masuk sekolah Madrasah Tsanawiyah. Masih dengan baju sekolah mereka diboyong ke kantornya. Memang sejak pagi Sela merasa aneh, bahkan bosnya itu tidak menyapanya sama sekali. Pekerjaan pun tidak ada yang diansurkan padanya. Justru staf lain yang hilir mudik mengantar sendiri.“Kenapa sih Bos?” gumamnya.“Bos mau dibuatkan kopi?” tanya Sela dengan lancang masuk ke ruangnya.“Saya tidak minum kopi, kamu tahu itu kan?!” Angga terus sibuk memperhatikan berkas di depannya tanpa menoleh.“Maaf Bos, yang lain barang kali?” tanya Sela lagi.“Tidak perlu!” jawab Angga puntung.“Untuk makan siang bagaimana Bos?” perempuan itu mendekati meja kerja bosnya. Hari ini dia sengaja memakai kemeja yang agak ketat, dengan hijab dililit ke belakang. Menurutnya cukup membakar gairah seorang laki-laki. Sejak masuk ke san

  • Setelah Hujan Bulan Desember   Perkara Mimpi

    “Ma semalam Kakak mimpi buruk lagi!” seru Alifa setelah duduk di samping ibunya yang sedang memakai wangi-wangian pada anak bungsunya.Mahra menoleh, ini bukan kali pertama Alifa mimpi buruk. Tiga hari yang lalu putri kembarnya itu juga bermimpi buru. Dia bermimpi dililit ular sampai napasnya tersenggal-senggal. Itu dapat dia lihat langsung saat dia memeriksa kamar anaknya. Tiga hari sebelumnya lagi juga demikian. Itu pertama kali si kakak mimpi dikejar harimau besar.“Malam ini mimpi apa kak?” tanya Mahra dengan tenang. Dia bisa melihat putrinya seperti ketakutan.“Mimpi Papa nikah lagi, dan istri baru papa jahat!” Alifa berujar dengan penuh penyesalan.Mahra membeliakkan matanya. Dia memang sempat mencari internet perihal tafsir mimpi. Namun, dia ragu apakah anak remaja seusia alifa mimpinya bisa memiliki makna?“Apa-apa?” Angga yang hanya mendengar ujungnya saja tentu shock bukan main. Mata elangnya menatap sang ayah dengan ganas.“Kenapa Kakak lihat Papa begitu?” tanya Angga. Dia

  • Setelah Hujan Bulan Desember   Kebiasaan Lama

    Sudah dua jam, Mahra duduk di depan laptop. Menulis sebuah artikel. Selama beberapa tahun terakhir, dia membangun sebuah blogger parenting. Cukup berpenghasilan dan maju. Mahra sudah lama tidak menulis buku, karena anak-anaknya masih balita. Dia tidak ingin anak-anaknya kekurangan kasih sayangnya. Membangun blogger tidak begitu sulit dan menguras waktunya. Setidaknya dia masih menulis setiap 3 atau 2 kali seminggu.Dia menyisihkan sedikit waktu ketika putranya tidur atau bermain dengan orang lain. Seperti malam ini karena putra bungsunya sedang asyik bermain dengan Angga. Angga nampak piawai bermain dengan si bungsu yang baru bisa berdiri, bahkan sesekali sudah bisa mengangkat langkah dengan gemetar. Sedangkan ketiga anaknya lagi sedang belajar mengaji di mushalla rumahnya. Angga sengaja memanggil orang ke rumah. Ketiga anak itu punya guru yang berbeda. Berdasarkan tingkatan mereka belajar.Si kembar sudah belajar kitab kuning dan fasahah alquran. Sedangkan Alesya masih di iqra’. Sese

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status