Dengan tatapan terpaku pada kotak itu, suatu tempat di dalam hati Jimmy merasa tersentuh oleh hal ini.Terdapat selembar kertas yang kusut di samping ketiga kotak ini.Dia tanpa sadar mengambil kertas ini dan perlahan-lahan membukanya.Terdapat gambar sebuah vila berlantai tiga di atas kertas itu.Ada juga sebuah kalimat di sampingnya, Jimmy, ini adalah rumah kita di dalam mimpiku.Rumah mereka ....Tidak disangka beberapa kata ini membuat emosi yang aneh mengalir di dalam hati Jimmy.Hanya saja, ekspresi jijik muncul di wajahnya tak lama kemudian.Dia tidak boleh tertipu oleh lukisan wanita ini!Mungkin saja ini adalah salah satu triknya yang lain!Hanya saja ....Pandangannya kembali tertuju pada vila di atas kertas itu.Jika wanita itu bisa sedikit lebih tenang dan tidak lagi membuat masalah, dia sama sekali tidak keberatan untuk memperlakukannya dengan sedikit lebih baik.Rasa kesal di dalam hatinya seolah-olah mendapatkan pelepasan saat berpikir seperti ini....Agnes mulai bersia
Jimmy ....Kenapa dia juga berada di sini?Bagaimana bisa sekebetulan ini?Jimmy menatapnya seperti sedang menatap orang asing, tidak ada ekspresi di wajahnya, dia bahkan sedang merokok di sana.Seperti ini bagus juga.Lebih bagus daripada mencari masalah dengannya.Agnes dengan cepat menyusun kembali suasana hatinya dan menyapa dengan sopan, "Halo, Pak Mike! Aku adalah ...."Ucapannya yang masih belum selesai diucapkan dipotong."Sejak kapan pesta amal berubah menjadi acara yang bisa dihadiri oleh sembarang orang?"Jimmy dengan perlahan mematikan puntung rokoknya di samping, kemudian memandangnya sambil tersenyum kecil.Terdapat amarah yang berkobar di dalam hati Agnes, tapi dia harus mempertahankan etika dasarnya di hadapan Pak Mike.Dia bertanya sambil tersenyum, "Sembarang orang? Kalau begitu, orang seperti apa yang nggak termasuk sebagai sembarang di dalam mata Pak Jimmy? Apakah seperti pianis itu?"Ejekan dalam ucapannya dapat terdengar dengan jelas.Ekspresi Jimmy langsung mengg
Hanna yang berjalan mendekat menunjukkan ekspresi sedih."Apakah aku nggak boleh mencarimu kalau nggak ada masalah? Jimmy, sikapmu padaku sekarang ... benar-benar berbeda sangat jauh dengan sebelumnya."Ekspresi Jimmy masih terlihat datar. "Aku sudah menikah, jadi tentu saja harus membuat jarak tertentu denganmu."Sudut bibir Hanna berkedut dengan tak berdaya. "Jimmy, untuk apa kamu berpura-pura di hadapanku?"Jimmy kebingungan. "Apa maksud ucapanmu?""Kamu dan dia pada dasarnya nggak saling mencintai! Agnes adalah perisai yang kamu gunakan untuk mendorongku menjauh, 'kan? Aku sudah mendengar kabar bahwa kalian akan segera bercerai," ucap Hanna dengan ekspresi tidak nyaman.Tiba-tiba terdapat pergerakan pada ekspresi Jimmy yang awalnya datar.Dia bertanya dengan suara rendah, "Dari mana kamu mendengarnya?"Hanna berkata dengan pelan, "Dari Agnes."Jimmy tidak mengatakan apa-apa dan bibirnya berkerut menjadi sebuah garis lurus.Tangan yang berada di dalam saku celananya juga perlahan-la
Jimmy memerintah dengan dingin, "Buat dia menghilang."Asisten itu mengangguk. "Baik, aku akan segera mengaturnya.""Pak Jimmy, bagaimana jika aku mengantarmu kembali terlebih dahulu?" tanya asisten itu."Nggak perlu, kamu sudah bisa pulang kerja.""Baik, Pak Jimmy," balas asisten itu sambil tersenyum kecil, lalu berbalik dan pergi.Muncul secercah harapan di dalam hati Hanna, dia merasa sangat gembira.Jimmy menyuruh asistennya pergi karena ingin berduaan dengannya, 'kan!Memang benar bahwa Jimmy masih menyukainya!Hanna juga mengulurkan tangannya dan hendak membuka pintu di samping kursi pengemudi saat melihat Jimmy memutari mobil untuk berjalan ke kursi pengemudi.Ucapan Jimmy membuatnya seperti tersambar petir."Apa yang kamu lakukan?"Hanna merasa sangat malu tapi berusaha untuk membuat dirinya tersenyum. "A ... apakah kamu nggak ingin mengantarku pulang?""Bukankah ada mobil yang diatur untuk menjemput dan mengantar tamu pesta amal?" Maksud ucapan Jimmy adalah aku tidak berencana
Agnes berkata dengan singkat, "Nggak akan kembali lagi."Kepala pelayan tertegun sejenak lalu membujuknya, "Nyonya Muda, jangan marah lagi dengan Tuan. Tuan sudah nggak seperti sebelumnya yang nggak kembali ke rumah, dia kembali untuk tidur di sini setiap harinya."Agnes tidak akan lagi berharap dan berkata dengan nada bercanda, "Tentu saja dia bersedia untuk kembali karena aku sudah nggak ada di dalam rumah.""Nyonya Muda ...." Kepala pelayan masih ingin berbicara, tapi mereka mendengar suara mesin mobil yang dimatikan di depan halaman.Agnes dan kepala pelayan tanpa sadar menoleh ke arah pintu masuk.Mereka melihat Jimmy turun dari bagian belakang mobil dengan tidak tergesa-gesa.Dia selalu terlihat sangat memesona tidak peduli kapan pun itu.Setelah jas berwarna abu-abu tua yang disetrika dengan rapi dengan teliti, yang membuatnya terlihat sangat terhormat dan elegan.Wajah tampannya yang unik itu akan membuat orang-orang tidak bisa mengalihkan pandangannya.Dia berjalan ke sisi Agn
"Aku mengerti," kata Jimmy yang setelah itu perlahan-lahan berdiri.Kakinya menginjak kalung itu saat ingin melangkah.Terdapat tatapan tajam yang melintas di mata Jimmy saat mengingat kembali kejadian sebelumnya.Dia mengambil kalung itu dan meninggalkan ruang kerja.Jimmy langsung memberikan kalung itu pada kepala pelayan begitu tiba di lantai satu. "Buang benda ini!"Kepala pelayan tertegun sejenak, dia bisa melihat bahwa kalung ini sangat berharga meski tidak mengenal mereknya.Kenapa seuntai kalung yang indah ini ingin dibuang?Dia tidak tahu dan juga tidak berani bertanya.Saat hendak mengambil kalung itu, Hanna yang sedang duduk di sofa berkata, "Jimmy, jangan begitu boros, berikan saja padaku kalau kamu nggak mau."Dia berbicara sambil berdiri dan berjalan ke hadapan Jimmy.Kepala pelayan memberi tatapan bertanya pada Jimmy.Kalung ini harus dia buang atau tidak?Kedua mata Jimmy menatap kalung itu selama beberapa detik.Setelah itu, seperti sedang membuang sampah, dia melempar
Hanna menatapnya dengan ekspresi terluka. "Jimmy, kamu nggak pernah memperlakukanku seperti ini sebelumnya ....""Itu dulu!" Jimmy menatapnya sambil mengerutkan keningnya dan berkata, "Kamu nggak boleh masuk ke dalam kamar ini tanpa izinku!"Air mata Hanna sudah menggenang di rongga matanya.Ternyata benar ....Dia sudah memiliki perasaan terhadap Agnes.Kalau tidak, kenapa dia terus menunda perceraian mereka?Hanya saja, Hanna tidak berani berbicara terlalu banyak, dia hanya akan membuat Jimmy semakin membencinya jika mengatakan hal yang tidak seharusnya diucapkan."Kalau begitu aku akan kembali terlebih dahulu," ucap Hanna sambil menundukkan kepalanya, tidak ingin Jimmy melihat matanya yang memerah.Ponsel Jimmy langsung berdering begitu Hanna baru saja pergi.Ekspresi wajahnya mendingin saat melihat siapa yang meneleponnya.Untuk apa wanita ini meneleponnya lagi?Dia menjawab panggilan, tapi suaranya masih terdengar dingin, "Ada apa?""Datanglah ke Biro Urusan Sipil sekarang, aku ng
Mata Agnes dan Kakek Andre dipenuhi dengan rasa khawatir dan gugup meski masih duduk di kursi panjang.Dokter melepaskan maskernya dan berkata dengan ekspresi serius, "Operasinya sangat sukses, pasien sudah sadar sekarang. Pasien perlu tinggal beberapa hari di rumah sakit agar kami bisa memeriksa luka di otaknya dan sudah bisa keluar dari rumah sakit kalau kondisinya baik-baik saja."Ucapan dokter membuat mereka semua menghela napas lega.Jimmy berkata dengan tulus, "Terima kasih!""Kalian sudah bisa menjenguknya di kamar pasien," kata dokter sambil mengangguk kecil pada mereka dan melangkah menjauh.Kakek Andre menghela napas lega dan berkata, "Untung saja dia baik-baik saja, kalau nggak aku ...."Agnes segera memotong ucapannya, "Kakek, jangan berkata seperti itu, mari kita temui Nenek.""Hm."Kakek Andre berkata dengan penuh emosi dalam perjalanan mereka ke kamar pasien, "Agnes, tahukah kamu? Sebenarnya aku berutang banyak hal pada nenekmu dalam kehidupan ini."Agnes mengerutkan ken
"Kejahatanmu karena kekejaman Jordan. Jadi, aku bisa memaafkanmu. Jordan-lah yang gila. Dia takut kejahatannya terungkap, jadi dia mengurungmu. Demi mendapatkan apa yang diinginkannya, dia juga mengendalikan ayahnya." Clara menggelengkan kepalanya dengan tak berdaya."Aku nggak tahu berapa banyak orang yang akan dia sakiti kalau dia terus seperti ini. Kemampuanku nggak cukup, tapi setidaknya aku akan mencoba yang terbaik untuk menyelamatkan orang-orang yang dia sakiti. Nggak boleh membiarkan orang lain dirugikan demi ambisi dia."Yuri menatap Clara tanpa mengucapkan sepatah kata pun, seolah dia sedang menilai apakah perkataan Clara bisa dipercaya.Setelah beberapa saat, dia berbicara lagi, "Tapi, kalau kamu melakukan ini, apakah kamu nggak takut Jordan membalaskan dendam padamu? Kalau kamu melawannya, dia nggak akan mengampunimu.""Biarpun patuh padanya, aku tetap terjebak di dalam sangkar. Daripada begitu, aku lebih memilih melepaskan diri dari sangkar itu. Sekalipun aku harus membaya
Begitu sampai di dekat ruang duka, dia melihat sosok itu.Simon terlihat tidak berdaya dan sangat bingung.Kecelakaan ini pasti membuat Simon terpukul."Simon, ayo makan dulu." Bibi Rina berjalan ke ruang duka dan berkata dengan lembut.Baru saat itulah Simon menyadari kehadiran Bibi Rina. Dia perlahan menoleh untuk melihatnya, lalu menggelengkan kepalanya, "Aku nggak punya nafsu makan sekarang, nanti saja.""Kamu belum makan apa pun sejak tadi malam. Kalau terus begini, mana tahan? Bukankah kamu mau menemani Sily di sini? Kalau terus seperti ini, kamu nggak bakal tahan," bujuk Bibi Rina dengan sedih.Nasib sungguh kejam pada anaknya.Kenapa Simon tidak bisa hidup lebih bahagia?"Aku benar-benar nggak bernafsu makan ... kalau nggak, letakkan di sini dulu." Simon tampak seperti kehabisan energi.Meski Bibi Rina merasa prihatin, dia juga tahu bahwa saat ini Simon mungkin ingin sendiri.Oleh karena itu, Bibi Rina tidak berkata apa-apa lagi. Setelah dia meletakkan makanan, dia pun pergi.D
Melihat jam tangan dan catatan ini, Simon tidak bisa lagi menahan air matanya.Air mata pria dewasa itu tiba-tiba mengalir deras seperti mutiara pecah.Dia mengatakan bahwa dia seperti gasing, yang terus-menerus berputar di sekeliling Simon.Faktanya, dia benar-benar melakukan itu.Dia selalu berusaha melakukan sesuatu untuk Simon.Dia juga mengatakan bahwa dia tidak punya tujuan lain selain membuat Simon bahagia dan memberi tahu Simon bahwa di dunia ini Simon juga tak tergantikan di hati beberapa orang.Sekarang, gasing itu tidak lagi berputar dan tidak akan ada lagi orang yang berputar di sekeliling Simon dan mengatakan bahwa dia ingin Simon lebih bahagia.Dia juga berpikir untuk melakukan sesuatu untuk Sily.Tapi, sebelum dia melakukan apa pun, takdir sudah merampas kesempatan itu darinya."Karena dia memberikannya padamu, terima saja. Ini bisa dianggap ... benda terakhir yang Sily tinggalkan untukmu," kata Jimmy dengan suara tercekat.Adik sepupunya tidak pernah benar-benar merasak
Mata yang merah karena tidak tidur sepanjang malam itu penuh dengan harapan yang membara.Betapa dia berharap panggilan telepon ini akan membawa kabar baik baginya."Ada berita tentang Sily dari kantor polisi." Jimmy yang menelepon."Benarkah? Apa Sily sudah ditemukan?" Simon bertanya dengan penuh semangat."Ya, sudah ditemukan." Suara Jimmy terdengar agak aneh."Lalu di mana dia sekarang? Apakah dia di kantor polisi? Atau di mana?" tanya Simon lagi."Di rumah sakit. "Ada nada berat yang tak terlihat dalam nada bicara Jimmy."Kenapa dia berada di rumah sakit? Dia ...." Simon hanya ingin bertemu Sily secepatnya, jadi dia hanya berkata, "Rumah sakit yang mana? Aku pergi ke sana sekarang."Kalau dia ada pertanyaan, belum terlambat untuk bertanya langsung pada Sily saat melihat Sily."Rumah Sakit Taren. Kemarilah, kutunggu di lobi.""Oke." Simon berdiri sambil menutup panggilan telepon.Ketegangan wajahnya akhirnya mengendur dan kerutan di dahinya mengendur, "Sily sudah ditemukan. Aku akan
Sily mengangguk dengan tegas, "Tentu saja! Aku melihat sebuah album foto di kantor Simon terakhir kali, album foto itu berisi beberapa foto dia ketika masih kecil."Pada saat ini, dia merendahkan suaranya dan berkata dengan canggung, "Aku juga diam-diam mengambil dua lembar foto, jadi aku nggak akan salah kenal orang."Mata Bibi Rina perlahan memerah, emosi kompleks muncul di hatinya.Dia menunduk dan bergumam pada diri sendiri, "Bagus sekali ... bagus sekali!"Simon seharusnya adalah anaknya!Dia selalu membenci nasibnya.Tapi, kini dia sedikit bersyukur pada takdir yang mengizinkannya bertemu dengan anaknya seperti ini.Meski pertemuan ini agak terlambat, tapi tetap saja terjadi.Syukurlah, putranya masih hidup ....Ini benar-benar kejutan terbaik yang disiapkan oleh takdir!"Bibi Rina, apa yang kamu bicarakan? Kenapa hari ini Bibi aneh?" Sily bertanya dengan bingung.Bibi Rina mengangkat tangannya, mengusap matanya yang basah, menggelengkan kepalanya dan berkata, "Nggak ada apa-apa,
Arlyn tidak tahu bagaimana menjawab perkataan Jared, jadi dia tanpa sadar mempercepat langkahnya menuju tempat parkir.Setelah mengantar Arlyn pulang, Jared mulai mengurus beberapa hal yang berkaitan dengan Arlyn terlebih dahulu.Pertama-tama adalah beberapa duta merek milik Arlyn.Dia menghubungi Jimmy terlebih dahulu dan mengatakan bahwa dia memiliki sesuatu yang penting untuk dibicarakan dengan Jimmy.Jimmy memintanya untuk pergi kapan saja.Saat Jared tiba, Jimmy sedang membaca dokumen di kantor.Melihat dia datang, Jimmy bertanya, "Hal penting apa yang ingin kamu bicarakan dengan aku?""Tentang duta merek Arlyn ...." kata Jared sebelum Jimmy selesai berbicara.Jimmy berhenti membaca dokumen dan menyela Jared, "Untuk urusan inikah kamu datang ke sini?""Tentu saja! Duta merek milik Arlyn saat ini hampir dibatalkan semuanya! Aku harus membantunya mendapatkan kembali beberapa! Yang paling mudah kudapatkan kembali tentu saja adalah perusahaanmu!""Berdasarkan persahabatan kita, seharu
Arlyn pun tersenyum pahit, "Kembali ke puncak kejayaan? Sepertinya itu nggak mudah 'kan. Mungkin aku nggak akan bisa menghasilkan uang untuk membayar biaya pembatalan kontrak yang kamu bayar.""Arlyn yang kulihat selalu sangat percaya diri. Sekarang, apakah kamu nggak percaya diri sama sekali? Kalau kamu nggak percaya pada diri sendiri, kenapa nggak mencoba untuk percaya padaku sekali saja?" Jared melipat tangan di dada dengan penuh tekad dan percaya diri.Arlyn sedikit terharu, keraguan terpampang di wajahnya."Aku nggak akan membuat janji dengan mudah, tapi begitu aku membuat janji, aku akan berusaha sekuat tenaga untuk menepatinya." Ekspresi Jared tetap serius seperti biasanya.Saat itulah mata Arlyn bertemu dengan mata Jared dan mata Arlyn terasa perih."Seharusnya kamu sudah melihat beritanya, lalu kamu ... kenapa kamu nggak menjauh dariku seperti orang-orang itu?" tanya Arlyn sedikit risih.Setelah berita itu menyebar, pandangan banyak orang berubah saat melihatnya.Meskipun bebe
Melihat Arlyn diabaikan oleh perusahaan, wajah Ressy penuh kegembiraan, "Sepertinya perusahaan nggak memilih untuk menyelamatkanmu?"Arlyn tidak berniat menjawab dan hendak pergi tanpa menoleh.Bagaimana mungkin Ressy melewatkan kesempatan besar ini untuk mengejek Arlyn?Dia langsung menghalangi jalan Arlyn dan mencibir, "Dulu, kamu adalah tulang punggung perusahaan. Nggak masalah kalau kamu sombong. Tapi, sekarang ... kenapa kamu masih saja bersikap sombong?""Tiba-tiba aku penasaran ...." Senyuman menghina di wajah Ressy semakin dalam, "Kalau kamu menjadi gila dalam beberapa tahun, apakah sifatmu masih sama seperti ini?"Tangan Arlyn terkepal pelan.Perasaan ditusuk lukanya sungguh tidak nyaman.Tapi, tempat ini adalah perusahaan, dia tidak ingin membuat keributan besar, apalagi kehilangan kendali emosinya karena orang seperti Ressy."Apakah kamu memang suka menyodok luka orang lain?" Arlyn menatap Ressy tanpa ekspresi.Ressy tersenyum dingin, "Apa maksudmu? Aku hanya penasaran. Kare
Detik berikutnya, dia mengulurkan tangan dan memeluk Jordan lagi, "Syukurlah! Jordan, aku sangat menyesal kehilangan anak itu. Anak ini adalah kompensasi dan hadiah terbaik yang diberikan takdir kepada kita!""Ya, itu memang hadiah yang sangat bagus." Jordan melihat dia sangat bahagia sehingga hanya bisa mengiakan.Sebenarnya, dia sepertinya ... tidak terlalu bahagia dengan kedatangan anak ini.Sebab, Clara bilang biarpun dia melahirkan anak tersebut, warisan Keluarga Patrice tidak akan hubungannya dengan Jordan.Biarpun tak ada kegembiraan, dia tetap berharap anak tersebut bisa terlahir dengan selamat.Karena sudah hamil maka dia tidak boleh menelantarkan anak itu.Dia masih bisa melakukan ini.Karena ambil dia sebagai contoh, bukankah dia ditinggalkan oleh keluarganya sejak kecil?"Kamu sangat bahagia setelah hamil, tapi aku mengabaikanmu karena terlalu sibuk, jadi ... kamu agak kesal, kamu merajuk dan kembali ke Keluarga Patrice." Jordan membuat alasan itu untuk pertanyaan Clara tad