Setelah selesai berbicara, Agnes melihat ke dokter dan bertanya dengan serius, "Apa ada yang perlu aku perhatikan?"Dokter melirik Jimmy dan bekerja sangat kooperatif untuk mendapatkan lebih banyak manfaat bagi Jimmy. "Aku akan memberikan perawatan rehabilitasi untuk luka-luka Pak Jimmy. Sedangkan untuk memar lainnya, aku harus meminta Nona Agnes untuk membantu mengoleskan obatnya."Dokter berkata sambil menyerahkan sebotol obat. "Oleskan obat ini dua kali sehari. Pijat setelah mengoleskannya untuk hasil yang lebih baik."Jimmy tersenyum senang,Sebenarnya saat dipukul oleh orang-orang itu hari ini, Jimmy tidak terlalu merasakan rasa sakit.Semua pikirannya tertuju pada Agnes.Jimmy mendengar teriakannya.Dari teriakan itu, Jimmy mendengar kekhawatiran dan kepeduliannya terhadapnya.Jimmy berpikir mungkin dia menghindarinya dan mendorongnya menjauh karena ikatan yang menjerat hatinya.Jika demikian, Jimmy bersedia menemukan cara untuk melepaskan ikatan di hatinya dan membuat Agnes rela
"Kalau melakukan sesuatu yang membuat kamu timbul ilusi seperti ini, aku bakal mengubah." Agnes berkata dengan ekspresi datar.Ketika terjatuh ke dalam bak mandi, rambutnya basah kuyup. Saat ini air merendam pipinya malah membuat ekspresinya tampak cuek dan asing."Kalau begitu, kenapa kamu peduli sama aku yang sedih? Kenapa khawatir sama aku?" Jimmy menatap Agnes dengan tatapan yang membara dan hendak saja membaca hatinya, lihat siapa isi hatinya."Aku hanya sekadar nggak mau berutang padamu! Apalagi membuat kalu melekat padaku karena hal ini! Hanya sesederhana itu!" Ekspresi Agnes tetap dingin dan tegas seperti biasa.Jimmy mengangakan mulut, tetapi tak kunjung berkata.Ketika dia menundukkan kepala, tatapannya penuh kesedihan.Agnes menyadari dia tidak percaya, sehingga segera berdiri dari bak mandi.Saat dia ingin keluar dari kamar mandi, Jimmy bertanya lagi, "Kalau begitu, apa yang harus aku lakukan agar dalam hatimu ada aku?"Suaramu agak ringan, juga agak serak.Agnes tidak yaki
"Apa dia yang menyuruhmu mencariku?" Jimmy duduk di sofa sambil bertanya dengan santai."Jimmy, bagaimanapun, kita adalah sekeluarga, apa perlu berbuat seperti ini? Kondisi Ayah sekarang ... benar-benar sangat sulit." Jordan berkata secara terbuka.Jimmy tersenyum sinis, "Saat dia melakukan hal-hal itu, apa pernah memikirkan orang lain juga sangat sulit?""Aku tahu bahwa tindakan Ayah terhadap Kakek telah melampaui garis kesabaranmu, tapi sekarang gara-gara kamu berbuat seperti ini, perusahaan Ayah sudah nggak dapat beroperasi lagi dan setumpuk proyek mangkrak. Kalau semua proyek ini nggak bisa dijalankan sesuai jadwal, Ayah juga harus menghadapi ganti rugi akibat pelanggaran kontrak. Saat itu ... kemungkinan akan bangkrut." Jordan menatap Jimmy tanpa mengedipkan mata.Dia ingin melihat apakah kata-kata ini dapat membaut Jimmy tersentuh.Akan tetapi, ekspresi Jimmy malah sangat tenang."Jimmy, selama ini aku yang sebagai kakakmu juga nggak pernah memohon padamu. Kamu setujui hal ini, o
Agnes seketika tertegun.Apa dia salah lihat?Kenapa dia bisa melihat ekspresi yang dingin dan penuh niat membunuh dari ekspresi Jordan yang biasanya anggun."Kakak ...." Agnes menyapanya dengan gagap.Jordan juga tidak sangka bisa bertemu sama dia, sehingga menyunggingkan ekspresi terkejut.Akan tetapi, dengan segera ekspresinya kembali normal.Saking cepatnya, membuat Agnes merasa dirinya sedang ilusi."Ternyata kamu juga menjenguk Halpin?" tanya Jordan dengan ramah."Ya, aku juga membawa beberapa dimsum untuknya," ujar Agnes dengan senyuman tipis."Halpin dibawa dokter untuk menjalani pemeriksaan, tapi Yuri berada di dalam kamar. Aku masih ada urusan, pamit dulu." Setelah mengangguk Jordan, meninggalkannya tanpa menoleh ke belakang.Saat menatap punggung kepergian Jordan, Agnes selalu merasa Jordan memberi orang semacam perasaan yang sangat asing.Akan tetapi, Agnes tetap mengalihkan pandangan dan mendorong pintu masuk.Di dalam kamar pasien, Yuri seperti sedang menyeka air mata.Me
Saat Agnes ingin meletakkan ponselnya, pesan dari Jimmy masuk lagi.Meskipun melalui layar ponsel, dia bisa membayangkan rasa angkuh dan tinggi diri dari Jimmy saat mengirim pesan ini."Aku merasa agak lapar, kamu cepat pulang dan memasak untukku!"Setelah melihat pesan itu, Agnes tidak membalas.Tidak sangka, pesan Jimmy masuk lagi, "Apa kamu melihat pesanku?""Sudah ....""Kalau begitu, kenapa nggak balas?""Malas mau balas." Agnes mengerutkan kening dan membalas dengan singkat."Kelak, kamu mesti membalas setiap pesanku, jangan merasa malas!"Agnes menatap pesan di ponsel dengan bingung.Bukankah sebelumnya orang ini jarang mengirim pesan sebanyak ini?Akan tetapi, sekarang dia yang tidak memahami Jimmy.Sepertinya orang ini berubah menjadi orang yang melekat padanya ....Agnes baru saja masuk ke rumah, pembantu rumah langsung menghadapnya dan berkata sambil tersenyum, "Nyonya ...."Panggilan ini membuat mereka merasa agak canggung.Pembantu rumah itu segera berdeham, lalu berkata,
Sepertinya Jimmy sama sekali tidak merasa terkejut dengan mobil yang datang secara mendadak ini. Dia berkata dengan tenang, "Kita turun saja.""Siapa itu?" Agnes tidak tahan rasa penasaran dan bertanya."Hanna." Suara Jimmy tetap begitu ringan, tetapi malah membuat Agnes terasa menakutkan.Agnes hanya tertegun, lalu dengan segera memapah Jimmy ke lantai bawah.Baru saja turun ke lantai bawah, Hanna sudah dibawa masuk oleh anak buah Jimmy.Pengawal mendorong Hanna dengan kuat, lalu Hanna terjatuh ke lantai dengan menyedihkan."Ah!" Reaksi Hanna saat terjatuh adalah menatap Jimmy dengan kasihan.Akan tetapi, mungkin dia sudah lupa bahwa sekarang dia sudah tidak bisa mendapat simpati dari Jimmy.Jimmy duduk di sofa dan menatap Hanna dengan tatapan tenang sambil berkata, "Aku dengar kakakmu sudah mati?"Sejak seminggu yang lalu, kakak Hanna yang bernama Ilham sudah hilang.Sampai 2 hari yang lalu, polisi menemukan mayat Ilham di tepi sungai.Setelah serangkaian pemeriksaan, Anton menjadi t
"Dia yang bertindak tanpa sepengetahuanmu? Apa penganiayaan terhadap anakku dan kematian nenekku adalah tindakan dia sendiri?""Tentu saja! Bagaimana mungkin aku berpartisipasi ke dalam hal seperti ini?"Ekspresi Anton berubah secara perlahan. Meskipun dia berusaha untuk mempertahankan ketenangannya, matanya yang merah telah menunjukkan kebohongannya."Tapi, orang lain bilang kalian berdua punya hubungan yang nggak sederhana.""Bagaimana mungkin aku berhubungan dengannya? Selama ini dia yang rela bekerja untukku! Kamu jangan sengaja mengadu domba agar Jimmy salah paham padaku! Anton menyukaiku adalah urusannya! Sekarang Anton seketika ceroboh dan melakukan hal yang mencelakai orang lain, kenapa aku harus bertanggung jawab?"Rekaman habis diputar.Agnes menyimpan ponselnya dengan santai.Sementara ekspresi Anton saat ini sedang menunjukkan suasana hati yang sangat kacau. Ada ekspresi sakit hati, merasa sulit dipercaya, sindiran terhadap diri, juga ada kekesalan."Apa kamu sudah mendenga
"Memangnya penting aku percaya atau nggak?" tanya Agnes dengan acuh tidak acuh.Jimmy sedikit mengerutkan alisnya dan memiliki tampang seperti tidak ingin berbicara lebih banyak dengannya.Jimmy kembali berkata setelah kembali berbaring di atas tempat tidur, "Tolong ambilkan kertas dan pulpen.""Buat apa?" tanya Agnes dengan bingung."Ambil saja, nggak usah tanya panjang lebar."Agnes dengan cermat menatap wajah Jimmy, tapi tidak bisa melihat apa-apa dari wajahnya, jadi Agnes pergi mengambil kertas dan pulpen.Jimmy menulis dengan cepat setelah mengambil kertas dan pulpen.Agnes sama sekali tidak tahu apa yang sedang dia tulis dan tidak memedulikannya.Hanya saja hal yang mengejutkan Agnes adalah Jimmy membuang pulpen ke samping setelah selesai menulis dan menyerahkan kertas pada Agnes, "Ambillah."Agnes menatap Jimmy dengan bingung dan tidak segera mengambil kertas itu.Jimmy mendesak dengan tidak sabar, "Cepat ambil! Lalu baca isinya dengan teliti."Agnes dengan bingung mengambil ker
"Kejahatanmu karena kekejaman Jordan. Jadi, aku bisa memaafkanmu. Jordan-lah yang gila. Dia takut kejahatannya terungkap, jadi dia mengurungmu. Demi mendapatkan apa yang diinginkannya, dia juga mengendalikan ayahnya." Clara menggelengkan kepalanya dengan tak berdaya."Aku nggak tahu berapa banyak orang yang akan dia sakiti kalau dia terus seperti ini. Kemampuanku nggak cukup, tapi setidaknya aku akan mencoba yang terbaik untuk menyelamatkan orang-orang yang dia sakiti. Nggak boleh membiarkan orang lain dirugikan demi ambisi dia."Yuri menatap Clara tanpa mengucapkan sepatah kata pun, seolah dia sedang menilai apakah perkataan Clara bisa dipercaya.Setelah beberapa saat, dia berbicara lagi, "Tapi, kalau kamu melakukan ini, apakah kamu nggak takut Jordan membalaskan dendam padamu? Kalau kamu melawannya, dia nggak akan mengampunimu.""Biarpun patuh padanya, aku tetap terjebak di dalam sangkar. Daripada begitu, aku lebih memilih melepaskan diri dari sangkar itu. Sekalipun aku harus membaya
Begitu sampai di dekat ruang duka, dia melihat sosok itu.Simon terlihat tidak berdaya dan sangat bingung.Kecelakaan ini pasti membuat Simon terpukul."Simon, ayo makan dulu." Bibi Rina berjalan ke ruang duka dan berkata dengan lembut.Baru saat itulah Simon menyadari kehadiran Bibi Rina. Dia perlahan menoleh untuk melihatnya, lalu menggelengkan kepalanya, "Aku nggak punya nafsu makan sekarang, nanti saja.""Kamu belum makan apa pun sejak tadi malam. Kalau terus begini, mana tahan? Bukankah kamu mau menemani Sily di sini? Kalau terus seperti ini, kamu nggak bakal tahan," bujuk Bibi Rina dengan sedih.Nasib sungguh kejam pada anaknya.Kenapa Simon tidak bisa hidup lebih bahagia?"Aku benar-benar nggak bernafsu makan ... kalau nggak, letakkan di sini dulu." Simon tampak seperti kehabisan energi.Meski Bibi Rina merasa prihatin, dia juga tahu bahwa saat ini Simon mungkin ingin sendiri.Oleh karena itu, Bibi Rina tidak berkata apa-apa lagi. Setelah dia meletakkan makanan, dia pun pergi.D
Melihat jam tangan dan catatan ini, Simon tidak bisa lagi menahan air matanya.Air mata pria dewasa itu tiba-tiba mengalir deras seperti mutiara pecah.Dia mengatakan bahwa dia seperti gasing, yang terus-menerus berputar di sekeliling Simon.Faktanya, dia benar-benar melakukan itu.Dia selalu berusaha melakukan sesuatu untuk Simon.Dia juga mengatakan bahwa dia tidak punya tujuan lain selain membuat Simon bahagia dan memberi tahu Simon bahwa di dunia ini Simon juga tak tergantikan di hati beberapa orang.Sekarang, gasing itu tidak lagi berputar dan tidak akan ada lagi orang yang berputar di sekeliling Simon dan mengatakan bahwa dia ingin Simon lebih bahagia.Dia juga berpikir untuk melakukan sesuatu untuk Sily.Tapi, sebelum dia melakukan apa pun, takdir sudah merampas kesempatan itu darinya."Karena dia memberikannya padamu, terima saja. Ini bisa dianggap ... benda terakhir yang Sily tinggalkan untukmu," kata Jimmy dengan suara tercekat.Adik sepupunya tidak pernah benar-benar merasak
Mata yang merah karena tidak tidur sepanjang malam itu penuh dengan harapan yang membara.Betapa dia berharap panggilan telepon ini akan membawa kabar baik baginya."Ada berita tentang Sily dari kantor polisi." Jimmy yang menelepon."Benarkah? Apa Sily sudah ditemukan?" Simon bertanya dengan penuh semangat."Ya, sudah ditemukan." Suara Jimmy terdengar agak aneh."Lalu di mana dia sekarang? Apakah dia di kantor polisi? Atau di mana?" tanya Simon lagi."Di rumah sakit. "Ada nada berat yang tak terlihat dalam nada bicara Jimmy."Kenapa dia berada di rumah sakit? Dia ...." Simon hanya ingin bertemu Sily secepatnya, jadi dia hanya berkata, "Rumah sakit yang mana? Aku pergi ke sana sekarang."Kalau dia ada pertanyaan, belum terlambat untuk bertanya langsung pada Sily saat melihat Sily."Rumah Sakit Taren. Kemarilah, kutunggu di lobi.""Oke." Simon berdiri sambil menutup panggilan telepon.Ketegangan wajahnya akhirnya mengendur dan kerutan di dahinya mengendur, "Sily sudah ditemukan. Aku akan
Sily mengangguk dengan tegas, "Tentu saja! Aku melihat sebuah album foto di kantor Simon terakhir kali, album foto itu berisi beberapa foto dia ketika masih kecil."Pada saat ini, dia merendahkan suaranya dan berkata dengan canggung, "Aku juga diam-diam mengambil dua lembar foto, jadi aku nggak akan salah kenal orang."Mata Bibi Rina perlahan memerah, emosi kompleks muncul di hatinya.Dia menunduk dan bergumam pada diri sendiri, "Bagus sekali ... bagus sekali!"Simon seharusnya adalah anaknya!Dia selalu membenci nasibnya.Tapi, kini dia sedikit bersyukur pada takdir yang mengizinkannya bertemu dengan anaknya seperti ini.Meski pertemuan ini agak terlambat, tapi tetap saja terjadi.Syukurlah, putranya masih hidup ....Ini benar-benar kejutan terbaik yang disiapkan oleh takdir!"Bibi Rina, apa yang kamu bicarakan? Kenapa hari ini Bibi aneh?" Sily bertanya dengan bingung.Bibi Rina mengangkat tangannya, mengusap matanya yang basah, menggelengkan kepalanya dan berkata, "Nggak ada apa-apa,
Arlyn tidak tahu bagaimana menjawab perkataan Jared, jadi dia tanpa sadar mempercepat langkahnya menuju tempat parkir.Setelah mengantar Arlyn pulang, Jared mulai mengurus beberapa hal yang berkaitan dengan Arlyn terlebih dahulu.Pertama-tama adalah beberapa duta merek milik Arlyn.Dia menghubungi Jimmy terlebih dahulu dan mengatakan bahwa dia memiliki sesuatu yang penting untuk dibicarakan dengan Jimmy.Jimmy memintanya untuk pergi kapan saja.Saat Jared tiba, Jimmy sedang membaca dokumen di kantor.Melihat dia datang, Jimmy bertanya, "Hal penting apa yang ingin kamu bicarakan dengan aku?""Tentang duta merek Arlyn ...." kata Jared sebelum Jimmy selesai berbicara.Jimmy berhenti membaca dokumen dan menyela Jared, "Untuk urusan inikah kamu datang ke sini?""Tentu saja! Duta merek milik Arlyn saat ini hampir dibatalkan semuanya! Aku harus membantunya mendapatkan kembali beberapa! Yang paling mudah kudapatkan kembali tentu saja adalah perusahaanmu!""Berdasarkan persahabatan kita, seharu
Arlyn pun tersenyum pahit, "Kembali ke puncak kejayaan? Sepertinya itu nggak mudah 'kan. Mungkin aku nggak akan bisa menghasilkan uang untuk membayar biaya pembatalan kontrak yang kamu bayar.""Arlyn yang kulihat selalu sangat percaya diri. Sekarang, apakah kamu nggak percaya diri sama sekali? Kalau kamu nggak percaya pada diri sendiri, kenapa nggak mencoba untuk percaya padaku sekali saja?" Jared melipat tangan di dada dengan penuh tekad dan percaya diri.Arlyn sedikit terharu, keraguan terpampang di wajahnya."Aku nggak akan membuat janji dengan mudah, tapi begitu aku membuat janji, aku akan berusaha sekuat tenaga untuk menepatinya." Ekspresi Jared tetap serius seperti biasanya.Saat itulah mata Arlyn bertemu dengan mata Jared dan mata Arlyn terasa perih."Seharusnya kamu sudah melihat beritanya, lalu kamu ... kenapa kamu nggak menjauh dariku seperti orang-orang itu?" tanya Arlyn sedikit risih.Setelah berita itu menyebar, pandangan banyak orang berubah saat melihatnya.Meskipun bebe
Melihat Arlyn diabaikan oleh perusahaan, wajah Ressy penuh kegembiraan, "Sepertinya perusahaan nggak memilih untuk menyelamatkanmu?"Arlyn tidak berniat menjawab dan hendak pergi tanpa menoleh.Bagaimana mungkin Ressy melewatkan kesempatan besar ini untuk mengejek Arlyn?Dia langsung menghalangi jalan Arlyn dan mencibir, "Dulu, kamu adalah tulang punggung perusahaan. Nggak masalah kalau kamu sombong. Tapi, sekarang ... kenapa kamu masih saja bersikap sombong?""Tiba-tiba aku penasaran ...." Senyuman menghina di wajah Ressy semakin dalam, "Kalau kamu menjadi gila dalam beberapa tahun, apakah sifatmu masih sama seperti ini?"Tangan Arlyn terkepal pelan.Perasaan ditusuk lukanya sungguh tidak nyaman.Tapi, tempat ini adalah perusahaan, dia tidak ingin membuat keributan besar, apalagi kehilangan kendali emosinya karena orang seperti Ressy."Apakah kamu memang suka menyodok luka orang lain?" Arlyn menatap Ressy tanpa ekspresi.Ressy tersenyum dingin, "Apa maksudmu? Aku hanya penasaran. Kare
Detik berikutnya, dia mengulurkan tangan dan memeluk Jordan lagi, "Syukurlah! Jordan, aku sangat menyesal kehilangan anak itu. Anak ini adalah kompensasi dan hadiah terbaik yang diberikan takdir kepada kita!""Ya, itu memang hadiah yang sangat bagus." Jordan melihat dia sangat bahagia sehingga hanya bisa mengiakan.Sebenarnya, dia sepertinya ... tidak terlalu bahagia dengan kedatangan anak ini.Sebab, Clara bilang biarpun dia melahirkan anak tersebut, warisan Keluarga Patrice tidak akan hubungannya dengan Jordan.Biarpun tak ada kegembiraan, dia tetap berharap anak tersebut bisa terlahir dengan selamat.Karena sudah hamil maka dia tidak boleh menelantarkan anak itu.Dia masih bisa melakukan ini.Karena ambil dia sebagai contoh, bukankah dia ditinggalkan oleh keluarganya sejak kecil?"Kamu sangat bahagia setelah hamil, tapi aku mengabaikanmu karena terlalu sibuk, jadi ... kamu agak kesal, kamu merajuk dan kembali ke Keluarga Patrice." Jordan membuat alasan itu untuk pertanyaan Clara tad