"Dia yang bertindak tanpa sepengetahuanmu? Apa penganiayaan terhadap anakku dan kematian nenekku adalah tindakan dia sendiri?""Tentu saja! Bagaimana mungkin aku berpartisipasi ke dalam hal seperti ini?"Ekspresi Anton berubah secara perlahan. Meskipun dia berusaha untuk mempertahankan ketenangannya, matanya yang merah telah menunjukkan kebohongannya."Tapi, orang lain bilang kalian berdua punya hubungan yang nggak sederhana.""Bagaimana mungkin aku berhubungan dengannya? Selama ini dia yang rela bekerja untukku! Kamu jangan sengaja mengadu domba agar Jimmy salah paham padaku! Anton menyukaiku adalah urusannya! Sekarang Anton seketika ceroboh dan melakukan hal yang mencelakai orang lain, kenapa aku harus bertanggung jawab?"Rekaman habis diputar.Agnes menyimpan ponselnya dengan santai.Sementara ekspresi Anton saat ini sedang menunjukkan suasana hati yang sangat kacau. Ada ekspresi sakit hati, merasa sulit dipercaya, sindiran terhadap diri, juga ada kekesalan."Apa kamu sudah mendenga
"Memangnya penting aku percaya atau nggak?" tanya Agnes dengan acuh tidak acuh.Jimmy sedikit mengerutkan alisnya dan memiliki tampang seperti tidak ingin berbicara lebih banyak dengannya.Jimmy kembali berkata setelah kembali berbaring di atas tempat tidur, "Tolong ambilkan kertas dan pulpen.""Buat apa?" tanya Agnes dengan bingung."Ambil saja, nggak usah tanya panjang lebar."Agnes dengan cermat menatap wajah Jimmy, tapi tidak bisa melihat apa-apa dari wajahnya, jadi Agnes pergi mengambil kertas dan pulpen.Jimmy menulis dengan cepat setelah mengambil kertas dan pulpen.Agnes sama sekali tidak tahu apa yang sedang dia tulis dan tidak memedulikannya.Hanya saja hal yang mengejutkan Agnes adalah Jimmy membuang pulpen ke samping setelah selesai menulis dan menyerahkan kertas pada Agnes, "Ambillah."Agnes menatap Jimmy dengan bingung dan tidak segera mengambil kertas itu.Jimmy mendesak dengan tidak sabar, "Cepat ambil! Lalu baca isinya dengan teliti."Agnes dengan bingung mengambil ker
Agnes kebingungan dan tidak lagi memotong ucapan Sally, melainkan membiarkan Sally berbicara sampai habis.Sally dengan perlahan mengalihkan pandangannya ke gedung bagian rawat inap dan berkata, "Kakakku menderita penyakit gangguan koagulasi. Hari ini dia tiba-tiba mengalami pendarahan dan bank darah rumah sakit sangat butuh darah. Ibuku menemuiku dan mau aku bersiap memberikan transfusi darah kapan saja pada kakakku yang belum pernah kutemui."Karena darah kakak Sally adalah RH negatif, setiap rumah sakit tidak memiliki stok darah jenis ini dalam jumlah banyak.Menurut ucapan dokter, kondisi kakak Sally sangat parah.Pendarahannya untuk sementara sudah dihentikan.Hanya saja masih ada kemungkinan untuk mengalami pendarahan lagi.Rumah sakit tidak memiliki darah yang cukup untuk diberikan pada kakak Sally jika tiba-tiba terjadi pendarahan.Nyawanya akan berada dalam bahaya jika kekurangan banyak darah."Pada dasarnya aku memang bisa menyelamatkan nyawa seseorang. Tapi hatiku terasa san
Benny masih terus menempelinya dan berkata betapa dia tidak bisa hidup tanpa Sally pada beberapa waktu yang lalu.Sudah beberapa hari ini Benny setiap hari akan datang untuk menjemputnya pulang kerja.Sally pasti akan melihat sosoknya setiap kali keluar dari perusahaan tidak peduli dia lembur sampai jam berapa pun.Bahkan Benny sampai tidak makan malam demi menunggunya dan perutnya sakit.Hati Sally melunak saat melihat dia berjongkok di sana dengan ekspresi kesakitan, bahkan berpikir mungkin Benny benar-benar memedulikannya.Tidak disangka, hari ini Sally akan melihatnya memperjuangkan sesuatu demi cinta pertama di dalam hatinya.Segala hal di masa lalu tiba-tiba terasa konyol pada saat ini.Mungkin saja Benny sama sekali tidak akan meliriknya jika dia tidak memiliki wajah yang hampir sama dengan Lenna.Lenna sudah kembali saat ini.Bagaimana mungkin dia akan memedulikannya yang merupakan seorang pengganti?"Sally, aku lagi berusaha cari orang buat kasih transfusi darah untuk Lenna. K
"Agnes? Agnes!" Sally bergegas menuju Agnes."Agnes!" Simon yang sedang terburu-buru, juga berlari dengan cepat....Dua jam kemudian, di rumah sakit.Simon mengikuti Agnes dan keluar dari klinik satu demi satu.Sambil melirik luka di samping telinga Agnes, Simon memperingatkan, "Lain kali jangan terlalu gegabah.""Tapi saat itu, sepertinya aku nggak punya pilihan lain selain menerkam Sally." Mustahil bagi Agnes untuk menyaksikan Sally terluka.Agnes dengan cepat berkata dengan nada meremehkan, "Tapi nggak apa-apa, nggak ada luka yang serius, hanya beberapa luka kulit saja."Lukanya memang tidak serius. Agnes baru saja jatuh ke tanah dan berpura-pura menunjukkannya kepada sekelompok orang itu.Kalau tidak, kelompok orang itu tidak akan pergi begitu saja.Dia tidak ingin lelucon ini berlanjut.Pada akhirnya, hanya dia dan Sally yang menderita.Sally yang begitu mabuk, tidak diizinkan menemaninya ke rumah sakit dan Agnes memanggil sopir untuk mengantarkannya pulang.Simon menatapnya dala
Agnes berbalik, memandangnya dengan serius dan mengoreksi, "Bukannya aku ingin menjauh darimu, tapi kita nggak perlu terlibat satu sama lain lagi. Kamu nggak bisa memberikan apa yang aku mau.""Apa yang kamu mau?" Jimmy menatapnya dengan serius.Hati seorang wanita sungguh sulit ditebak.Jimmy tidak mengerti.Tidak mengerti sama sekali."Yang aku mau adalah ada yang menemaniku selama sisa hidupku. Yang aku mau adalah hubungan jangka panjang yang bisa memberiku rasa nyaman, tapi ... menurutku kamu nggak bisa memberikannya padaku.""Kalau kamu nggak memberiku kesempatan, mana mungkin tahu bahwa aku nggak bisa?" Jimmy memandangnya dengan tulus.Untuk pertama kalinya, Jimmy merasa bahwa peluang bukanlah sesuatu yang bisa diperoleh dengan mudah walaupun dirinya mau.Dulu, dia tidak keberatan menyakiti hati Agnes karena sudah memperkirakan bahwa apa pun yang dirinya lakukan, Agnes akan menunggunya di sana.Sampai Nova memberikan surat perjanjian cerai ....Baru pada saat itulah Jimmy menyada
Ketika mendengar suara yang familier ini, Agnes berhenti makan dan menoleh ke TV di samping.Orang yang berdiri di antara sekumpulan kamera adalah Yuri!Hari ini, Yuri memakai riasan tipis, seluruh auranya terlihat berbeda, sedikit lebih dingin dan kuat.Agnes merasa sedikit bingung. Apa yang ingin Yuri katakan setelah memanggil begitu banyak reporter?Jimmy tidak menganggapnya serius lalu segera membuang muka dan mulai makan."Aku berdiri di sini hari ini karena aku punya sesuatu yang sangat penting untuk diumumkan pada kalian. Aku sudah menyimpan rahasia ini selama bertahun-tahun, benar-benar sangat sulit dan melelahkan. Namun sekarang aku menyadari bahwa rasa bersabarku ini nggak akan membuat orang itu sadar. Sebaliknya, dia semakin nggak menganggapku.""Cepat makan, makanannya akan dingin." Jimmy memperhatikan bahwa Agnes sepertinya fokus pada berita, jadi segera mendesak, "Hal-hal membosankan seperti itu terjadi setiap hari.""Kamu makan dulu, aku nggak terburu-buru," jawab Agnes
Beberapa jam berlalu.Tidak ada kabar sama sekali dari Halpin.Agnes menyadari bahwa Yuri sudah berada di ambang kehancuran.Yuri benar-benar berpikir, apa dirinya melakukan kesalahan? Jadi Tuhan ingin menghukumnya seperti ini?Kenapa Tuhan begitu kejam padanya?Hanya tersisa Halpin di hidupnya?Haruskah Tuhan mengambil satu-satunya kerabatnya?"Di mana lagi aku bisa menemukannya?" Yuri memandang ke jalan yang ramai dengan bingung.Agnes ingin menghiburnya, tapi tidak tahu harus berkata apa.Kata-kata apa pun tampak terlalu mengenaskan saat ini."Halpin, kamu di mana? Jangan menakuti ibu ... segera kembali ke ibu, oke?" kata Yuri sambil berjongkok sambil memeluk lututnya dan menangis.Agnes memandang Yuri seperti ini dengan sedih. Saat hendak mengangkat tangannya untuk menghiburnya, Agnes mendengar ponsel Yuri berdering.Yuri segera mengeluarkan ponselnya untuk menjawab dengan suara yang bergetar, "Halo? Polisi ....""Benarkah? Oke! Oke! Aku akan segera ke sana!" jawab Yuri sambil berd
"Kejahatanmu karena kekejaman Jordan. Jadi, aku bisa memaafkanmu. Jordan-lah yang gila. Dia takut kejahatannya terungkap, jadi dia mengurungmu. Demi mendapatkan apa yang diinginkannya, dia juga mengendalikan ayahnya." Clara menggelengkan kepalanya dengan tak berdaya."Aku nggak tahu berapa banyak orang yang akan dia sakiti kalau dia terus seperti ini. Kemampuanku nggak cukup, tapi setidaknya aku akan mencoba yang terbaik untuk menyelamatkan orang-orang yang dia sakiti. Nggak boleh membiarkan orang lain dirugikan demi ambisi dia."Yuri menatap Clara tanpa mengucapkan sepatah kata pun, seolah dia sedang menilai apakah perkataan Clara bisa dipercaya.Setelah beberapa saat, dia berbicara lagi, "Tapi, kalau kamu melakukan ini, apakah kamu nggak takut Jordan membalaskan dendam padamu? Kalau kamu melawannya, dia nggak akan mengampunimu.""Biarpun patuh padanya, aku tetap terjebak di dalam sangkar. Daripada begitu, aku lebih memilih melepaskan diri dari sangkar itu. Sekalipun aku harus membaya
Begitu sampai di dekat ruang duka, dia melihat sosok itu.Simon terlihat tidak berdaya dan sangat bingung.Kecelakaan ini pasti membuat Simon terpukul."Simon, ayo makan dulu." Bibi Rina berjalan ke ruang duka dan berkata dengan lembut.Baru saat itulah Simon menyadari kehadiran Bibi Rina. Dia perlahan menoleh untuk melihatnya, lalu menggelengkan kepalanya, "Aku nggak punya nafsu makan sekarang, nanti saja.""Kamu belum makan apa pun sejak tadi malam. Kalau terus begini, mana tahan? Bukankah kamu mau menemani Sily di sini? Kalau terus seperti ini, kamu nggak bakal tahan," bujuk Bibi Rina dengan sedih.Nasib sungguh kejam pada anaknya.Kenapa Simon tidak bisa hidup lebih bahagia?"Aku benar-benar nggak bernafsu makan ... kalau nggak, letakkan di sini dulu." Simon tampak seperti kehabisan energi.Meski Bibi Rina merasa prihatin, dia juga tahu bahwa saat ini Simon mungkin ingin sendiri.Oleh karena itu, Bibi Rina tidak berkata apa-apa lagi. Setelah dia meletakkan makanan, dia pun pergi.D
Melihat jam tangan dan catatan ini, Simon tidak bisa lagi menahan air matanya.Air mata pria dewasa itu tiba-tiba mengalir deras seperti mutiara pecah.Dia mengatakan bahwa dia seperti gasing, yang terus-menerus berputar di sekeliling Simon.Faktanya, dia benar-benar melakukan itu.Dia selalu berusaha melakukan sesuatu untuk Simon.Dia juga mengatakan bahwa dia tidak punya tujuan lain selain membuat Simon bahagia dan memberi tahu Simon bahwa di dunia ini Simon juga tak tergantikan di hati beberapa orang.Sekarang, gasing itu tidak lagi berputar dan tidak akan ada lagi orang yang berputar di sekeliling Simon dan mengatakan bahwa dia ingin Simon lebih bahagia.Dia juga berpikir untuk melakukan sesuatu untuk Sily.Tapi, sebelum dia melakukan apa pun, takdir sudah merampas kesempatan itu darinya."Karena dia memberikannya padamu, terima saja. Ini bisa dianggap ... benda terakhir yang Sily tinggalkan untukmu," kata Jimmy dengan suara tercekat.Adik sepupunya tidak pernah benar-benar merasak
Mata yang merah karena tidak tidur sepanjang malam itu penuh dengan harapan yang membara.Betapa dia berharap panggilan telepon ini akan membawa kabar baik baginya."Ada berita tentang Sily dari kantor polisi." Jimmy yang menelepon."Benarkah? Apa Sily sudah ditemukan?" Simon bertanya dengan penuh semangat."Ya, sudah ditemukan." Suara Jimmy terdengar agak aneh."Lalu di mana dia sekarang? Apakah dia di kantor polisi? Atau di mana?" tanya Simon lagi."Di rumah sakit. "Ada nada berat yang tak terlihat dalam nada bicara Jimmy."Kenapa dia berada di rumah sakit? Dia ...." Simon hanya ingin bertemu Sily secepatnya, jadi dia hanya berkata, "Rumah sakit yang mana? Aku pergi ke sana sekarang."Kalau dia ada pertanyaan, belum terlambat untuk bertanya langsung pada Sily saat melihat Sily."Rumah Sakit Taren. Kemarilah, kutunggu di lobi.""Oke." Simon berdiri sambil menutup panggilan telepon.Ketegangan wajahnya akhirnya mengendur dan kerutan di dahinya mengendur, "Sily sudah ditemukan. Aku akan
Sily mengangguk dengan tegas, "Tentu saja! Aku melihat sebuah album foto di kantor Simon terakhir kali, album foto itu berisi beberapa foto dia ketika masih kecil."Pada saat ini, dia merendahkan suaranya dan berkata dengan canggung, "Aku juga diam-diam mengambil dua lembar foto, jadi aku nggak akan salah kenal orang."Mata Bibi Rina perlahan memerah, emosi kompleks muncul di hatinya.Dia menunduk dan bergumam pada diri sendiri, "Bagus sekali ... bagus sekali!"Simon seharusnya adalah anaknya!Dia selalu membenci nasibnya.Tapi, kini dia sedikit bersyukur pada takdir yang mengizinkannya bertemu dengan anaknya seperti ini.Meski pertemuan ini agak terlambat, tapi tetap saja terjadi.Syukurlah, putranya masih hidup ....Ini benar-benar kejutan terbaik yang disiapkan oleh takdir!"Bibi Rina, apa yang kamu bicarakan? Kenapa hari ini Bibi aneh?" Sily bertanya dengan bingung.Bibi Rina mengangkat tangannya, mengusap matanya yang basah, menggelengkan kepalanya dan berkata, "Nggak ada apa-apa,
Arlyn tidak tahu bagaimana menjawab perkataan Jared, jadi dia tanpa sadar mempercepat langkahnya menuju tempat parkir.Setelah mengantar Arlyn pulang, Jared mulai mengurus beberapa hal yang berkaitan dengan Arlyn terlebih dahulu.Pertama-tama adalah beberapa duta merek milik Arlyn.Dia menghubungi Jimmy terlebih dahulu dan mengatakan bahwa dia memiliki sesuatu yang penting untuk dibicarakan dengan Jimmy.Jimmy memintanya untuk pergi kapan saja.Saat Jared tiba, Jimmy sedang membaca dokumen di kantor.Melihat dia datang, Jimmy bertanya, "Hal penting apa yang ingin kamu bicarakan dengan aku?""Tentang duta merek Arlyn ...." kata Jared sebelum Jimmy selesai berbicara.Jimmy berhenti membaca dokumen dan menyela Jared, "Untuk urusan inikah kamu datang ke sini?""Tentu saja! Duta merek milik Arlyn saat ini hampir dibatalkan semuanya! Aku harus membantunya mendapatkan kembali beberapa! Yang paling mudah kudapatkan kembali tentu saja adalah perusahaanmu!""Berdasarkan persahabatan kita, seharu
Arlyn pun tersenyum pahit, "Kembali ke puncak kejayaan? Sepertinya itu nggak mudah 'kan. Mungkin aku nggak akan bisa menghasilkan uang untuk membayar biaya pembatalan kontrak yang kamu bayar.""Arlyn yang kulihat selalu sangat percaya diri. Sekarang, apakah kamu nggak percaya diri sama sekali? Kalau kamu nggak percaya pada diri sendiri, kenapa nggak mencoba untuk percaya padaku sekali saja?" Jared melipat tangan di dada dengan penuh tekad dan percaya diri.Arlyn sedikit terharu, keraguan terpampang di wajahnya."Aku nggak akan membuat janji dengan mudah, tapi begitu aku membuat janji, aku akan berusaha sekuat tenaga untuk menepatinya." Ekspresi Jared tetap serius seperti biasanya.Saat itulah mata Arlyn bertemu dengan mata Jared dan mata Arlyn terasa perih."Seharusnya kamu sudah melihat beritanya, lalu kamu ... kenapa kamu nggak menjauh dariku seperti orang-orang itu?" tanya Arlyn sedikit risih.Setelah berita itu menyebar, pandangan banyak orang berubah saat melihatnya.Meskipun bebe
Melihat Arlyn diabaikan oleh perusahaan, wajah Ressy penuh kegembiraan, "Sepertinya perusahaan nggak memilih untuk menyelamatkanmu?"Arlyn tidak berniat menjawab dan hendak pergi tanpa menoleh.Bagaimana mungkin Ressy melewatkan kesempatan besar ini untuk mengejek Arlyn?Dia langsung menghalangi jalan Arlyn dan mencibir, "Dulu, kamu adalah tulang punggung perusahaan. Nggak masalah kalau kamu sombong. Tapi, sekarang ... kenapa kamu masih saja bersikap sombong?""Tiba-tiba aku penasaran ...." Senyuman menghina di wajah Ressy semakin dalam, "Kalau kamu menjadi gila dalam beberapa tahun, apakah sifatmu masih sama seperti ini?"Tangan Arlyn terkepal pelan.Perasaan ditusuk lukanya sungguh tidak nyaman.Tapi, tempat ini adalah perusahaan, dia tidak ingin membuat keributan besar, apalagi kehilangan kendali emosinya karena orang seperti Ressy."Apakah kamu memang suka menyodok luka orang lain?" Arlyn menatap Ressy tanpa ekspresi.Ressy tersenyum dingin, "Apa maksudmu? Aku hanya penasaran. Kare
Detik berikutnya, dia mengulurkan tangan dan memeluk Jordan lagi, "Syukurlah! Jordan, aku sangat menyesal kehilangan anak itu. Anak ini adalah kompensasi dan hadiah terbaik yang diberikan takdir kepada kita!""Ya, itu memang hadiah yang sangat bagus." Jordan melihat dia sangat bahagia sehingga hanya bisa mengiakan.Sebenarnya, dia sepertinya ... tidak terlalu bahagia dengan kedatangan anak ini.Sebab, Clara bilang biarpun dia melahirkan anak tersebut, warisan Keluarga Patrice tidak akan hubungannya dengan Jordan.Biarpun tak ada kegembiraan, dia tetap berharap anak tersebut bisa terlahir dengan selamat.Karena sudah hamil maka dia tidak boleh menelantarkan anak itu.Dia masih bisa melakukan ini.Karena ambil dia sebagai contoh, bukankah dia ditinggalkan oleh keluarganya sejak kecil?"Kamu sangat bahagia setelah hamil, tapi aku mengabaikanmu karena terlalu sibuk, jadi ... kamu agak kesal, kamu merajuk dan kembali ke Keluarga Patrice." Jordan membuat alasan itu untuk pertanyaan Clara tad