Jimmy menghentikan langkahnya dan menatap kedua mata Jared dengan tidak puas. "Kalau nggak? Aku bisa pergi ke mana?""Kalau gitu sekalian bawa aku! Rumahmu begitu besar, harusnya nggak masalah kalau aku tinggal di salah satu kamarmu, 'kan?" tanya Jared sambil tersenyum.Tentu saja Jimmy tidak bisa membiarkan Jared mengikutinya, jadi dia berkata, "Aku nggak pulang ke rumah.""Lalu pergi ke mana?" Senyuman di wajah Jared semakin melebar. "Aku nggak akan ganggu kalau kamu pergi cari Agnes. Jadi, kamu mau pergi cari dia atau bukan?"Jimmy merasa sedikit canggung karena isi hatinya dapat dengan mudah ditebak oleh Jared.Hanya saja dia tetap berkata pada akhirnya, "Hm."Setelah itu, Jimmy langsung berbalik dan pergi tanpa melihat ekspresi senang Jared."Jimmy, akui saja! Kamu sudah dikalahkan pada Agnes di kehidupan kali!" kata Jared sambil melihat kepergian Jimmy.Jimmy juga mendengar ucapan Jared.Langkah kaki Jimmy bahkan berhenti karena ini.Sebenarnya dia sudah merasa peduli pada Agnes
Pada tengah malam di dalam kantor polisi.Raut wajah Jimmy terlihat sangat buruk dan juga tidak senang.Jordan juga tidak tahu harus berkata apa saat melihat tampangnya saat ini.Jordan bahkan merasa agak terkejut saat menerima panggilan dari kantor polisi.Polisi itu berkata bahwa anggota keluarga Jimmy harus datang agar dia bisa dibebaskan.Jadi Jordan segera datang untuk menjemput Jimmy."Lain kali jangan ... bertindak bodoh seperti ini lagi," kata Jordan dengan tatapan simpati.Mungkin ini adalah hal paling memalukan yang pernah dialami Jimmy.Awalnya Jimmy ingin pura-pura mabuk dan mengambil kesempatan untuk menginap di rumah Agnes, tapi siapa sangka Agnes malah dengan kejam mengirim Jimmy ke kantor polisi, tidak hanya tidak bisa bermesraan, tapi Jimmy juga diberi pelajaran oleh polisi."Hubunganmu dan Agnes ... harus dijalani pelan-pelan. Mungkin ada beberapa masalah yang benar-benar merupakan sebatang duri di dalam hatinya dan butuh banyak usaha untuk mencabutnya," bujuk Jordan.
Terkait kabar penceraian Agnes dan Jimmy, Pak Mike juga sudah mengetahuinya.Saat mendengar jawaban dari Agnes, bisa dikatakan dalam dugaannya.Dia mengerutkan bibir dan menatap Agnes dengan ekspresi serius sambil berkata dengan perlahan, "Barusan tadi aku sudah bilang bahwa ini adalah keputusan perusahaan. Menurutmu ... apa kita yang sebagai karyawan dapat menolak keputusan perusahaan?"Dalam hati Agnes juga tahu akan itu.Meskipun kali ini dia telah lolos dalam Kompetisi Desain Alena dan menunjukkan kemampuan diri dalam bidang arsitektur bangunan, jika dia diusir dari Grup Solam karena hal ini, perkembangan kariernya akan sangat sulit.Dengan tidak mudah dia memiliki pekerjaan yang stabil sekarang ini, tentu saja dia tidak ingin terjadi perubahan apa pun pada kariernya."Kata atasan, kamu pegang proyek ini. Begitu desainnya berhasil, perusahaan bakal menaikkan gajimu, kelak juga bakal memberimu lebih banyak kesempatan untuk berkembang. Kalau kamu menolak ... situasinya bakal berbeda.
Jimmy menatapnya dengan tatapan dingin. "Kamu hanya pantas dijebak olehku."Irene tersenyum mengatupkan bibir, lalu mengangguk dengan patuh. "Baik, berkenaan dengan ini adalah keinginan dari Pak Jimmy, aku pasti akan menurutimu."Pokoknya, kelak masih banyak kesempatan.Jika dia benar-benar ingin menempati posisi tertentu dalam hatinya, masih memerlukan usaha besar.Dia juga harus membiarkan dirinya beradaptasi dengan situasi yang kemungkinan besar akan dilukai oleh Jimmy.Jimmy sudah tidak lagi menghiraukannya, melainkan mulai menundukkan kepala untuk mengurus dokumen di meja.Irene menatapnya dengan mendalam, barulah meninggalkan ruang kantornya.Kemudian, dia kembali ke ruang kantor dirinya, lalu membereskan barang-barang dirinya yang diperlukan.Sebelum pergi, dia menoleh ke sekeliling ruang kantor ini.Tidak bermasalah jika tidak bisa berada di ruang kantor ini.Apa yang dia inginkan bukanlah posisi sebagai pengacara utama di Grup Silnu, melainkan status sebagai istri Jimmy.Omong
Jimmy mengganti posisi duduk yang lebih santai dan menyunggingkan senyuman yang penuh makna. "Apa aku yang mau mengatasnamakan pekerjaan untuk membahas urusan pribadi atau Nona Agnes terlalu banyak pikir?"Agnes tertegun, lalu menatapnya dengan tatapan waspada.Apakah benar-benar dia yang terlalu banyak pikir?"Cepat duduk! Pembahasan proyek ini butuh waktu panjang," ujar Jimmy sambil memencet mouse.Pointer bergerak dan layar komputer di depan juga nyala.Agnes melirik ekspresi Jimmy yang serius, akhirnya percaya bahwa mungkin dia benar-benar ingin membahas masalah pekerjaan bersama dirinya.Saat melihat Agnes tetap berdiri diam, Jimmy tidak tahan bercanda, "Kenapa kamu masih bengong mulu? Apa kamu benar-benar lebih tertarik untuk membahas masalah pribadi?"Agnes menatapnya dengan canggung, lalu mengambil tempat duduk yang agak jauh darinya. "Kamu sudah boleh memulainya."Jelas Jimmy tidak puas dengan tempat duduk yang Agnes pilih.Jimmy mengerutkan kening sambil menatapnya. "Sebagai
"Bagaimana tanggapan dokter?" Jimmy juga ikut cemas.Mungkin karena dirinya pernah merasakan kepedihan karena kehilangan anak, sehingga dia enggan melihat tragedi itu terulang lagi.Saat mendengar kondisi ini, Agnes mulai merasa sakit hati.Dia tidak sabar menoleh ke arah ruang operasi. Meskipun berada di luar, samar-samar bisa mendengar suara erangan dari Clara.Namun, semoga semuanya berjalan lancar.Jika benar-benar terjadi sesuatu pada anak ini, akan menjadi pukulan besar bagi Clara.Bagaimanapun, dia sudah hamil selama 10 bulan.Sekarang anak ini sudah hampir tiba di sisinya.Bibinya menghela napas dan berwajah cemas. "Dokter bilang ... hanya bisa berusaha sedaya upaya, karena kondisi bayi dalam perutnya kurang stabil ....""Kenapa bisa seperti ini? Bukannya setiap kali pemeriksaannya menunjukkan janinnya nggak bermasalah?" tanya Jimmy dengan cemas.Selama 10 bulan ini, dia juga melihat kakaknya mencurahkan perhatian penuh pada bayi ini. Terakhir kali dia dengar bibinya berkata ba
"Tuan, harap tenang! Semua usaha yang kami lakukan juga demi menyelamatkan anak ini. Istri Anda juga bilang mau menyelamatkan anak ini, tapi anak ini ... mungkin sudah kehilangan nyawa saat berada di dalam perutnya." Dokter itu menjelaskan kondisi detail.Jordan memejamkan mata dan menyunggingkan ekspresi sakit hati dan sengsara.Namun, orang-orang di samping bisa menyadari bahwa dia merasa sakit hati karena kematian anak ini."Dokter, kalau begitu, bagaimana dengan kondisi ibunya?" Agnes benar-benar sudah tidak sabar, sehingga menanyakan kondisi Clara.Anaknya sudah mati, sehingga semua orang juga merasa sedih.Namun, saat ini semua orang seharusnya memberi perhatian pada Clara."Ibunya mengalami pendarahan besar, jadi sekarang kondisinya sangat lemah. Mungkin harus inap beberapa hari di rumah sakit untuk menjalani pemeriksaan." Dokter itu tertegun beberapa lama, lalu menyunggingkan tatapan aneh. "Selain itu ....""Selain itu, apa?" Agnes segera bertanya.Jujur saja, sekarang Agnes ju
"Kalau kali ini bukan karena satu orang yang sangat penting, mungkin aku juga nggak bakal pulang ke dalam negeri. Dengan begitu, aku juga nggak bakal diomelin." Saat Simon berkata seperti ini, jelas melontarkan tatapan pada tubuh Agnes.Agnes tersenyum. "Orang terpenting yang kamu maksud adalah wanita itu, 'kan?"Simon tidak menyangkal, melainkan mengaku secara berani, "Ya, dialah orangnya."Saat mengungkit hal ini, Agnes malah teringat sesuatu."Kamu tunggu dulu, aku mau memberikan sesuatu padamu!" Setelah tersenyum pada Simon, Agnes meninggalkan ruang kantornya.Tidak lama kemudian, dia kembali lagi dengan membawa sebuah kotak kecil yang cantik.Simon agak bingung dan berkata, "Apa itu?"Agnes tidak menjelaskan, tetapi meletakkan kotak itu di depannya. "Coba kamu buka kotaknya!"Simon sontak merasa suasana hatinya menjadi baik ketika melihat senyuman Agnes yang misterius.Berkenaan dengan Simon pulang ke dalam negeri karena Agnes, maka dia harus menenangkan suasana hatinya saat mengh
"Kejahatanmu karena kekejaman Jordan. Jadi, aku bisa memaafkanmu. Jordan-lah yang gila. Dia takut kejahatannya terungkap, jadi dia mengurungmu. Demi mendapatkan apa yang diinginkannya, dia juga mengendalikan ayahnya." Clara menggelengkan kepalanya dengan tak berdaya."Aku nggak tahu berapa banyak orang yang akan dia sakiti kalau dia terus seperti ini. Kemampuanku nggak cukup, tapi setidaknya aku akan mencoba yang terbaik untuk menyelamatkan orang-orang yang dia sakiti. Nggak boleh membiarkan orang lain dirugikan demi ambisi dia."Yuri menatap Clara tanpa mengucapkan sepatah kata pun, seolah dia sedang menilai apakah perkataan Clara bisa dipercaya.Setelah beberapa saat, dia berbicara lagi, "Tapi, kalau kamu melakukan ini, apakah kamu nggak takut Jordan membalaskan dendam padamu? Kalau kamu melawannya, dia nggak akan mengampunimu.""Biarpun patuh padanya, aku tetap terjebak di dalam sangkar. Daripada begitu, aku lebih memilih melepaskan diri dari sangkar itu. Sekalipun aku harus membaya
Begitu sampai di dekat ruang duka, dia melihat sosok itu.Simon terlihat tidak berdaya dan sangat bingung.Kecelakaan ini pasti membuat Simon terpukul."Simon, ayo makan dulu." Bibi Rina berjalan ke ruang duka dan berkata dengan lembut.Baru saat itulah Simon menyadari kehadiran Bibi Rina. Dia perlahan menoleh untuk melihatnya, lalu menggelengkan kepalanya, "Aku nggak punya nafsu makan sekarang, nanti saja.""Kamu belum makan apa pun sejak tadi malam. Kalau terus begini, mana tahan? Bukankah kamu mau menemani Sily di sini? Kalau terus seperti ini, kamu nggak bakal tahan," bujuk Bibi Rina dengan sedih.Nasib sungguh kejam pada anaknya.Kenapa Simon tidak bisa hidup lebih bahagia?"Aku benar-benar nggak bernafsu makan ... kalau nggak, letakkan di sini dulu." Simon tampak seperti kehabisan energi.Meski Bibi Rina merasa prihatin, dia juga tahu bahwa saat ini Simon mungkin ingin sendiri.Oleh karena itu, Bibi Rina tidak berkata apa-apa lagi. Setelah dia meletakkan makanan, dia pun pergi.D
Melihat jam tangan dan catatan ini, Simon tidak bisa lagi menahan air matanya.Air mata pria dewasa itu tiba-tiba mengalir deras seperti mutiara pecah.Dia mengatakan bahwa dia seperti gasing, yang terus-menerus berputar di sekeliling Simon.Faktanya, dia benar-benar melakukan itu.Dia selalu berusaha melakukan sesuatu untuk Simon.Dia juga mengatakan bahwa dia tidak punya tujuan lain selain membuat Simon bahagia dan memberi tahu Simon bahwa di dunia ini Simon juga tak tergantikan di hati beberapa orang.Sekarang, gasing itu tidak lagi berputar dan tidak akan ada lagi orang yang berputar di sekeliling Simon dan mengatakan bahwa dia ingin Simon lebih bahagia.Dia juga berpikir untuk melakukan sesuatu untuk Sily.Tapi, sebelum dia melakukan apa pun, takdir sudah merampas kesempatan itu darinya."Karena dia memberikannya padamu, terima saja. Ini bisa dianggap ... benda terakhir yang Sily tinggalkan untukmu," kata Jimmy dengan suara tercekat.Adik sepupunya tidak pernah benar-benar merasak
Mata yang merah karena tidak tidur sepanjang malam itu penuh dengan harapan yang membara.Betapa dia berharap panggilan telepon ini akan membawa kabar baik baginya."Ada berita tentang Sily dari kantor polisi." Jimmy yang menelepon."Benarkah? Apa Sily sudah ditemukan?" Simon bertanya dengan penuh semangat."Ya, sudah ditemukan." Suara Jimmy terdengar agak aneh."Lalu di mana dia sekarang? Apakah dia di kantor polisi? Atau di mana?" tanya Simon lagi."Di rumah sakit. "Ada nada berat yang tak terlihat dalam nada bicara Jimmy."Kenapa dia berada di rumah sakit? Dia ...." Simon hanya ingin bertemu Sily secepatnya, jadi dia hanya berkata, "Rumah sakit yang mana? Aku pergi ke sana sekarang."Kalau dia ada pertanyaan, belum terlambat untuk bertanya langsung pada Sily saat melihat Sily."Rumah Sakit Taren. Kemarilah, kutunggu di lobi.""Oke." Simon berdiri sambil menutup panggilan telepon.Ketegangan wajahnya akhirnya mengendur dan kerutan di dahinya mengendur, "Sily sudah ditemukan. Aku akan
Sily mengangguk dengan tegas, "Tentu saja! Aku melihat sebuah album foto di kantor Simon terakhir kali, album foto itu berisi beberapa foto dia ketika masih kecil."Pada saat ini, dia merendahkan suaranya dan berkata dengan canggung, "Aku juga diam-diam mengambil dua lembar foto, jadi aku nggak akan salah kenal orang."Mata Bibi Rina perlahan memerah, emosi kompleks muncul di hatinya.Dia menunduk dan bergumam pada diri sendiri, "Bagus sekali ... bagus sekali!"Simon seharusnya adalah anaknya!Dia selalu membenci nasibnya.Tapi, kini dia sedikit bersyukur pada takdir yang mengizinkannya bertemu dengan anaknya seperti ini.Meski pertemuan ini agak terlambat, tapi tetap saja terjadi.Syukurlah, putranya masih hidup ....Ini benar-benar kejutan terbaik yang disiapkan oleh takdir!"Bibi Rina, apa yang kamu bicarakan? Kenapa hari ini Bibi aneh?" Sily bertanya dengan bingung.Bibi Rina mengangkat tangannya, mengusap matanya yang basah, menggelengkan kepalanya dan berkata, "Nggak ada apa-apa,
Arlyn tidak tahu bagaimana menjawab perkataan Jared, jadi dia tanpa sadar mempercepat langkahnya menuju tempat parkir.Setelah mengantar Arlyn pulang, Jared mulai mengurus beberapa hal yang berkaitan dengan Arlyn terlebih dahulu.Pertama-tama adalah beberapa duta merek milik Arlyn.Dia menghubungi Jimmy terlebih dahulu dan mengatakan bahwa dia memiliki sesuatu yang penting untuk dibicarakan dengan Jimmy.Jimmy memintanya untuk pergi kapan saja.Saat Jared tiba, Jimmy sedang membaca dokumen di kantor.Melihat dia datang, Jimmy bertanya, "Hal penting apa yang ingin kamu bicarakan dengan aku?""Tentang duta merek Arlyn ...." kata Jared sebelum Jimmy selesai berbicara.Jimmy berhenti membaca dokumen dan menyela Jared, "Untuk urusan inikah kamu datang ke sini?""Tentu saja! Duta merek milik Arlyn saat ini hampir dibatalkan semuanya! Aku harus membantunya mendapatkan kembali beberapa! Yang paling mudah kudapatkan kembali tentu saja adalah perusahaanmu!""Berdasarkan persahabatan kita, seharu
Arlyn pun tersenyum pahit, "Kembali ke puncak kejayaan? Sepertinya itu nggak mudah 'kan. Mungkin aku nggak akan bisa menghasilkan uang untuk membayar biaya pembatalan kontrak yang kamu bayar.""Arlyn yang kulihat selalu sangat percaya diri. Sekarang, apakah kamu nggak percaya diri sama sekali? Kalau kamu nggak percaya pada diri sendiri, kenapa nggak mencoba untuk percaya padaku sekali saja?" Jared melipat tangan di dada dengan penuh tekad dan percaya diri.Arlyn sedikit terharu, keraguan terpampang di wajahnya."Aku nggak akan membuat janji dengan mudah, tapi begitu aku membuat janji, aku akan berusaha sekuat tenaga untuk menepatinya." Ekspresi Jared tetap serius seperti biasanya.Saat itulah mata Arlyn bertemu dengan mata Jared dan mata Arlyn terasa perih."Seharusnya kamu sudah melihat beritanya, lalu kamu ... kenapa kamu nggak menjauh dariku seperti orang-orang itu?" tanya Arlyn sedikit risih.Setelah berita itu menyebar, pandangan banyak orang berubah saat melihatnya.Meskipun bebe
Melihat Arlyn diabaikan oleh perusahaan, wajah Ressy penuh kegembiraan, "Sepertinya perusahaan nggak memilih untuk menyelamatkanmu?"Arlyn tidak berniat menjawab dan hendak pergi tanpa menoleh.Bagaimana mungkin Ressy melewatkan kesempatan besar ini untuk mengejek Arlyn?Dia langsung menghalangi jalan Arlyn dan mencibir, "Dulu, kamu adalah tulang punggung perusahaan. Nggak masalah kalau kamu sombong. Tapi, sekarang ... kenapa kamu masih saja bersikap sombong?""Tiba-tiba aku penasaran ...." Senyuman menghina di wajah Ressy semakin dalam, "Kalau kamu menjadi gila dalam beberapa tahun, apakah sifatmu masih sama seperti ini?"Tangan Arlyn terkepal pelan.Perasaan ditusuk lukanya sungguh tidak nyaman.Tapi, tempat ini adalah perusahaan, dia tidak ingin membuat keributan besar, apalagi kehilangan kendali emosinya karena orang seperti Ressy."Apakah kamu memang suka menyodok luka orang lain?" Arlyn menatap Ressy tanpa ekspresi.Ressy tersenyum dingin, "Apa maksudmu? Aku hanya penasaran. Kare
Detik berikutnya, dia mengulurkan tangan dan memeluk Jordan lagi, "Syukurlah! Jordan, aku sangat menyesal kehilangan anak itu. Anak ini adalah kompensasi dan hadiah terbaik yang diberikan takdir kepada kita!""Ya, itu memang hadiah yang sangat bagus." Jordan melihat dia sangat bahagia sehingga hanya bisa mengiakan.Sebenarnya, dia sepertinya ... tidak terlalu bahagia dengan kedatangan anak ini.Sebab, Clara bilang biarpun dia melahirkan anak tersebut, warisan Keluarga Patrice tidak akan hubungannya dengan Jordan.Biarpun tak ada kegembiraan, dia tetap berharap anak tersebut bisa terlahir dengan selamat.Karena sudah hamil maka dia tidak boleh menelantarkan anak itu.Dia masih bisa melakukan ini.Karena ambil dia sebagai contoh, bukankah dia ditinggalkan oleh keluarganya sejak kecil?"Kamu sangat bahagia setelah hamil, tapi aku mengabaikanmu karena terlalu sibuk, jadi ... kamu agak kesal, kamu merajuk dan kembali ke Keluarga Patrice." Jordan membuat alasan itu untuk pertanyaan Clara tad