Share

36. Ingin Berubah

Penulis: pramudining
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Happy Reading

*****

"Mas kamu baik-baik saja, kan?" tanya Risma. Tak tahan melihat tingkah laku suaminya yang terbilang di luar kebiasaan.

"Sangat baik, Sayang." Tak disangka-sangka, Riswan menangkupkan tangannya di atas tangan Risma. Menelusupkan jemarinya, tersenyum begitu manis dan mengecup tangan itu sepenuh perasaan.

Risma diam mematung. Bukannya bahagia, dia malah bingung. Menatap ke arah Farel, memainkan dagu dan mata. Seolah perempuan itu bertanya pada sang dokter, ada apa sebenarnya dengan suaminya.

Farel mengedikkan bahu dan tersenyum. Lalu, berdeham keras. "Bisa kali, mesra-mesraannya di rumah atau di kamar saja. Ada jomblo lho di sini."

"Makanya nikah," seloroh Riswan tak terima, "aku percaya kalian berdua nggak akan mengkhianatiku, jadi mulai sekarang aku nggak akan marah atau cemburu lagi."

"Benarkah itu? Gimana kalau Risma malah memilihku karena kamu nggak kunjung memberikan hak sebagai istri sepenuhnya?" Farel menatap Risma. Perempuan itu sudah melotot terlebih dahulu.
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Binti Suciati
mungkin Risman lemaah syahwat,alias ga bisa bangun JD ga bisa menunaikan kewajiban memberikan nafkah batin ke istri nya,
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Setahun Tanpa Sentuhanmu   37. Menyesal

    Happy Reading*****Meluapkan emosi dan juga kesedihannya, menangis adalah salah satu cara Risma. Perempuan itu menelungkup di ranjang kamar dengan menggunakan daster batik. Baju baru itu sudah dia singkirkan ke dalam koper bersama tumpukan pakaian yang telah digunakan untuk menggoda suaminya, tetapi tidak berhasil. Biarlah semua pakaian itu menjadi saksi betapa selama ini usaha Risma selalu gagal. Bukan dia yang memiliki masalah, tetapi suaminya. Bahkan kejadian tadi sungguh sangat menyakiti harga diri sebagai istri. Riswan yang memintanya sendiri untuk berpakaian menarik, serta berdandan dan mendatanginya, tetapi mengapa lelaki itu juga yang menolak. Risma manatap tampilannya pada cermin. Sedikit mendongakkan kepala. Harus dengan cara apalagi dia mendekati suaminya. Apakah tampilannya benar-benar menjijikkan. "Aku nggak mungkin seperti ini terus. Aku harus tahu apa sebenarnya yang terjadi dengan Mas Riswan." Risma bangkit dari pembaringan. Walau indera penglihatannya terasa bengk

  • Setahun Tanpa Sentuhanmu   38. Menyesal 2

    Happy Readig*****Riswan meminum air dingin di hadapannya kembali. Helaan napasnya terdengar keras. "Susah buat aku mengakui semua kesalahan itu, Rel. Sampai saat ini aku berusaha keras untuk keluar dan nggak terjebak lagi dengan keputusan salah itu.""Tak pikir-pikir, kamu tuh aneh. Hidup cuma sekali kenapa dibikin ribet. Sebagai lelaki kamu itu sudah memiliki kriteria idaman semua orang. Punya usaha yang mapan, ganteng iya, punya istri cantik dan baik. Apalagi yang membuatmu nggak bisa keluar dari keputusan salah itu. Lingkungan dan keluargamu pastinya selalu mendukung apa pun yang kamu putuskan.""Kapan-kapan, aku cerita lagi saat sudah siap. Nge-game yuk! Sudah lama nggak mabar."Ucapan Riswan tak urung membuat Farel gemas. Dilemparnya buah anggur di meja pada sahabatnya itu. "Beneran edan kamu. Capek-capek nungguin pengen denger curhatanmu. Eh, sekarang malah ngajak mabar. Pulang sana! Sudah malam, lagian kita bukan anak-anak lagi besok aku dinas pagi di RS umum," bohong Farel.

  • Setahun Tanpa Sentuhanmu   39. Libur Bareng Iklima

    Happy Reading*****Setelah kepergian suaminya, Risma menghubungi Iklima. Tadi pagi, dia sudah sempat mengatakan akan datang ke rumah ibu satu anak itu. Cuma sedetik menunggu, balasan chat-nya sudah terlihat."Aku tunggu di rumah. Kebetulan lagi free pagi ini, tapi siang aku harus ke rumah sakit," tulis Iklima, "nggak papa, ya, Say.""Santai, Mbak. Dibolehin main ke sana aja udah seneng banget. Kangen deh sama si imut Dara."Apa yang ditulis Risma adalah ungkapan hati. Betapa dia merindukan sosok mungil nan menggemaskan putri Iklima. Pertemuan mereka beberapa waktu lalu terasa sangat kurang karena terlalu singkat.Baik Iklima maupun Risma dikejar waktu. Ya, keduanya sempat bertemu di suatu rumah makan sederhana bersama dengan Farel. Awal mula ketemuan juga karena dokter muda itu mengatakan rindu pada Dara, tetapi karena panggilan darurat dari klinik. Farel mengajak Risma segera kembali dan melanjutkan pekerjaan."Udah nggak sabar pengen ketemu si kecil yang menggemaskan," gumam Risma

  • Setahun Tanpa Sentuhanmu   40. Libur Bareng Iklima 2

    Happy Reading*****"Kenapa ketawa, sih, Dok?" tanya Risma, "apa yang tak omongin tuh beneran. Saking lancarnya acara semalam sampai pengen amnesia, deh."Saat itu ada Mbak Yeni, asisten rumah tangga Iklima datang membawakan minum dan stoples kue kering. Istri Riswan itu langsung mengambil minuman dan memindahkan ke kerongkongan hingga tersisa setengah gelas. Si dokter beserta Iklima menatap Heran."Jadi kamu nggak tahu kalau suamimu keluar rumah? Pantesan dia ngajakin aku begadang semalam. Ternyata kamu tinggal tidur?" Farel terus saja tertawa.Dalam hati, Risma menyesal telah berpikir negatif semalam. Ternyata Riswan malah bersama sahabatnya. "Ngapain begadang sampai malam, Dok?""Mau ngapain lagi selain nge-game.""Ish, kalian berdua itu. Nggak inget umur apa kok masih nge-game aja?" sela Iklima ditengah percakapan Farel dan Risma."Ris, kayaknya kamu harus lebih sabar, deh, ngadepi tingkah Riswan," kata Farel bersungguh-sungguh. "Aku nggak tahu apa yang terjadi sama suamimu, tapi

  • Setahun Tanpa Sentuhanmu   41. Mulai Penyelidikan

    Happy Reading*****Sebelum jam dua belas siang, Risma sudah kembali ke rumah. Terngiang perkataan Iklima tadi. Salah satu hal yang tak pernah dibayangkan dan terpikirkan olehnya. Aktivitas Riswan pada ponsel dan juga laptop sangatlah tinggi. Hampir seluruh pekerjaannya dilakukan pada dua benda canggih itu. Entah pengetahuan dari mana, perkataan Iklima tadi membuat Risma takut. Jaman semakin canggih dan segala hal yang tidak mungkin bisa terjadi. Sesampainya di rumah, istri Riswan itu tak langsung ke dapur, tetapi berjalan masuk ke kamar tempat suaminya bekerja. Kamar yang menjadi saksi bisu betapa kecewa hatinya semalam. Risma, mencari laptop suaminya. Namun, tak juga ditemukan. Laci yang tidak tertutup sempurna memperlihatkan ada benda pipih milik Riswan tertinggal di sana. Risma mencoba membuka layar, tidak terkunci. Sepengetahuannya, ponsel Riswan selalu memiliki pola untuk membuka layarnya, tetapi ini tidak. Perempuan itu membalik ponsel berwarna silver menelitinya dengan seks

  • Setahun Tanpa Sentuhanmu   42. Kejutan Baru

    Happy Reading*****Risma berbalik arah ketika mendengar teriakan suaminya. "Aku memang sangat menginginkan ini, Mas. Karenanya yakinkan hatimu bahwa Mas sanggup melakukannya. Bukan coba-coba seperti yang sudah-sudah dan berakhir kekecewaan mendalam." Dia pun melanjutkan langkahnya menuju kamar. Ketakutan akan kekecewaan yang terulang membuat Risma memberanikan diri menolak suaminya. Tahu betul apa konsekuensi yang akan diterimanya nanti, Risma beristigfar sepenuh hati. Kemarahan menguasai Riswan. Dia kembali masuk kamar kerjanya. Membanting pintu hingga berdebum keras. Risma terjingkat, dia yakin suaminya marah besar.Sekitar setengah jam kemudian, Riswan ke kamar yang sama di mana Risma berada. Melewati begitu saja istrinya yang tengah membaca buku sambil rebahan. Masuk ke kamar mandi. "Kenapa Mas Riswan lama sekali mandinya?" Risma mulai bertanya-tanya. Sudah setengah jam lebih, lelaki itu belum keluar. Suara gemericik air yang disiramkan ke tubuh pun tak terdengar. Risma begit

  • Setahun Tanpa Sentuhanmu   43. Penuh Rahasia

    Happy Reading*****Risma menutup aplikasi chat dengan cepat. Beralih pada aplikasi sosial media lainnya. Sebuah akun dengan aplikasi berlogo kamere warna pink, di pencet. Bukan nama Riswan yang muncul, tetapi nama lain."Ini tuh beneran HP-nya Mas Riswan bukan, sih? Kenapa nama akunnya bukan dan ini apa profilnya kok aneh banget." Risma makin penasaran. Dia mencoba login, tetapi terkendala pasword yang harus dimasukkan.Mencoba peruntungan dengan mengetikkan tanggal lahir suaminya, tetapi gagal. Risma tampak berpikir dan berbicara sendiri. Mencoba tanggal lahirnya juga salah. Komposisi nama dan juga tanggal lahir Riswan juga salah."Duh, akun siapa ini sebenarnya kenapa susah banget dibuka." Risma meremas rambutnya. Lama mengutak-atik ponsel itu, tetapi belum ketemu komposisi pasword yang pas.Putus asa, Risma mencatat nama akun itu. Akan mencoba membuka isinya lewat akun miliknya. Risma keluar kamar dan meletakkan kembali posel itu.Sebelum berselancar di dunia maya, Risma menyempat

  • Setahun Tanpa Sentuhanmu   44. Akun Alter

    Happy Reading*****Sebuah pesan pribadi dikirimkan Risma pada akun alter suaminya. Tinggal menunggu balasan apa yang akan dikirimkan Riswan nantinya. Sebelum suaminya pulang, Risma membereskan semua kekacauan. Menyiapkan makan malam dan juga mengepel dan acara beres-beres rumah lainnya.Tak akan Risma mempertanyakan tentang akun alter itu pada Riswan. Biarlah lelako itu sendiri yang akan mengungkap kebenarannya. Selesai dengan semua pekerjaan dan kewajiban pada Sang Pencipta, Risma dudu di sofa depan televisi ditemani secangkir susu cokelat hangat dan kukis chococip.Semua yang ada di hadapan Risma berbau cokelat. Sangat cocok untuk mengembalikan mood-nya yang memburuk. Tak berapa lama suaminya mengetuk pintu disertai salam. Risma bersikap senormal mungkin. Memberikan senyum terbaiknya ketika membuka pintu dan saat itu juga matanya mendelik melihat benda pipih yang berada dalam genggaman tangan kanan Riswan.'Mengapa Mas Riswan bawa HP-nya? Lalu, yang di kamar tadi HP siapa? Fix, dia

Bab terbaru

  • Setahun Tanpa Sentuhanmu   2 14. Kebahagiaan Sesungguhnya

    Happy Reading*****Pagi-pagi sekali, selesai salat subuh, Risma sudah disibukkan dengan antusias anak-anaknya agar dia dan Riswan bersiap-siap. Selesai sarapan Fattah dan Hirawan mengantar orang tuanya ke bandara."Pokoknya Papa sama Mama kudu seneng-seneng di sana. Nggak usah mikirin apa pun. Mas sama adik yang akan mengurus semua pekerjaan Papa selama liburan. Manfaatkan waktu seminggu buat berduaan dan happy-happy," kata Fattah meyakinkan kedua orang tuanya. "Bener kata Mas Fattah. Setelah liburan satu minggu, baru mikir lagi tentang rencana pernikahan," Hirawan menambahkan perkataan saudaranya. Kedua pasangan itu cuma tersenyum menanggapi semua perkataan putra-putranya. Tak bermaksud menjawab ataupun membantah apa yang meraka katakan. Sampai masuk bandara dan para pengantar tidak bisa masuk lagi. Sebelum berpisah dengan kedua orang tuanya, Hirawan membisikkan sesuatu pada Risma. "Ma, jangan lupa pesen Adik semalam. Pulang-pulang harus ada kabar baik bahwa Awan bakalan punya adi

  • Setahun Tanpa Sentuhanmu   213. Ulang Tahun Pernikahan 2

    Happy Reading*****Mengendari kendaraan dengan kecepatan di atas rata-rata. Wajah Fadil membayangi pikiran Riswan. Tak sampai sepuluh menit, mereka sudah berada di depan gerbang. Suara klakson dibunyikan agar keluarganya tahu bahwa dia sudah tiba saat ini. Namun, suasana rumah sangat sepi dan sunyi, hanya ada mobil Fattah.Risma turun dengan kaki gemetaran, takut sesuatu yang buruk terjadi. Apalagi melihat mobil si bungsu tidak terparkir di halaman. Lampu ruang tamu sudah padam. Mungkinkah mereka sedang pergi dengan mengendarai mobil Hirawan. Risma menoleh pada suaminya. "Pa, rumah sepi. Apa yang terjadi pada Ayah?" "Masuk, saja." Tanpa mengetuk, Riswan memutar knop pintu, dengan mudah dia membukanya karena memang tidak terkunci. "Happy anniversary, Mama, Papa," teriak Fattah, Hirawan, dan menantu mereka. Riswan dan Risma saling pandang. Keduanya maju dan memukul lengan anak-anak mereka. Tak luput juga Rosma dan Senja yang memegang kue bertuliskan selamat ulang tahun pernikahan.

  • Setahun Tanpa Sentuhanmu   212. Ulang tahun Pernikahan

    Happy Reading*****Pulang dari rumah keluarga besannya, Riswan membelokkan kendaraan ke arah lain. Sang istri rupanya belum menyadari hingga sampai di persimpangan yang cukup jauh dari rumah mereka. "Lho, Pa, kita mau ke mana?" tanya Risma sedikit heran saat suaminya berbelok ke sebuah restoran tempat anak-anak remaja nongkrong. Restoran modern yang sedang viral di sosial media. "Papa lapar, Ma. Boleh, dong, mampir sebentar dan ngicipi makanan yang lagi viral saat ini. Turun, yuk," ajak Riswan. Lelaki itu sengaja membantu sang istri untuk membukakan sabuk pengaman yang dikenakan. "Kok lapar lagi, Pa? Kan, tadi sudah makan di rumah Mbak Iklima," tanya Risma heran. "Ya, gimana. Emang masih lapar. Ah, Mama kayak nggak tahu napsu makan Papa akhir-akhir ini." Riswan turun terlebih dahulu, lalu membukakan pintu untuk istrinya. Hati Risma kembali menghangat. Sudah puluhan tahun berlalu, tetapi sikap suaminya masih saja seperti ini. Janji di awal penikahan untuk tetap setia dan mencinta

  • Setahun Tanpa Sentuhanmu   211. Rencana Pernikahan masal

    Happy Reading*****Hilmi mengikuti mobil Dara dengan motornya. Hari ini, jadwalnya memang kosong. Kuliahnya tinggal menunggu sidang skripsi dan kerjaannya lagi libur, jadi ada banyak waktu untuk mengunjungi calon mertuanya. Hilmi sedikit tegang saat berkendara. Pikirannya berputar apa yang akan dikatakan oleh orang tua sambung Dara. Mungkinkah akan menolak lamaran atau bahkan lamarannya akan diterima. Namun, opsi pertama lebih dipilih oleh lelaki itu. Pasalnya, sejak lamarannya saat itu tak sekalipun Dara menghubungi. Hirawan dan Rosma yang sering ditanya pun tak pernah memberikan jawaban yang memuaskan. Bukan sekali ini, Hilmi bertemu Dara di tempat kajian. Sering bertemu, tetapi sikap perempuan itu selalu cuek dan terkesan menjauh. Lima belas menit kemudian, Dara menghentikan kendaraannya. Membuka pintu pagar serta memberi kode agara Hilmi mengikutinya masuk. Dia juga meminta Hilmi duduk menunggu di ruang tamu. "Assalamualaikum. Yah," panggil Dara pada orang tuanya."Waalaikum

  • Setahun Tanpa Sentuhanmu   210. Keberanian Hilmi

    Happy Reading*****"Kak, tenang dulu," kata Farel. Dia menatap Hilmi. "Sekarang katakan pada Om. Mengapa kamu sampai kepikiran buat melamar Dara. Bukankah kamu tahu keadaan putri Om akhir-akhir ini? Nggak ada yang baik dalam dirinya. Apa kamu nggak akan menyesal nantinya, Hil?"Hirawan, Rosma dan juga Iklima masih diam. Mereka juga ingin tahu apa alasan Hilmi sampai ingi melamar Dara. Padahal jelas-jelas dia tahu bahwa gadis itu tidak suci lagi. "Bismillah," ucap Hilmi, "saya, hanya ingin membina rumah tangga yang sesuai dengan tuntunan syariat, Om. Nggak ada niat lain kecuali ingin mencari keridaan Allah dalam rumah tangga yang akan dibina. Tentang masa lalu Dara, saya tahu betul dan keluarga nggak keberatam untuk menerima kehadiran Dara sebagai calon istri. Bukankah semua orang pasti punya masa lalu. Entah itu buruk ataupun baik. Manusia juga nggak ada yang sempurna. Memang tempatnya salah dan lupa. Hilmi yakin Dara sudah menyadari semua kesalahannya dan bukankah sekarang dia suda

  • Setahun Tanpa Sentuhanmu   209. Kebahagiaan Datang

    Happy Reading*****"Kok, Mas malah senyum. Ada yang lucu, ish," tanya Rosma mulai sedikit marah, "Adik bingung, situ malah senyum. Nggak jelas banget."Hirawan mendekatkan wajah pada istrinya. Lalu, mencolek gadu dan berkata. "Adik nggak ngeh sama kode yang dilempar Ayah? Kayaknya Mas Hilmi sudah ngasih tahu Ayah tentang niatnya. Kalau nggak, mana mungkin Ayah berkata gitu."Perempuan itu memainkan bola matanya, seperti sedang memikirkan sesuatu. "Kayaknya, Mas bener, deh. Kalau Mas Hilmi belum ngasih tahu. Mana mungkin Ayah langsung paham saat Adik bilang tentang dia. Ih, masku pinter banget." Satu kecupan mampir di pipi Hirawan membuat lelaki itu membalasnya dengan ciuman di bibir sang istri. "Kalau nggak pinter mana mau Dokter Farel menerima lamaranku ini," kata Hirawan mulai jumawa. "Mulai dah sombongnya.""Bukan sombong, tapi emang kenyataan.""Ayo cepet sarapannya. Nanti telat ke kampus." "Siap, Bos," kata Hirawan disertai hormat. Keduanya tertawa. Pagi yang sungguh menyena

  • Setahun Tanpa Sentuhanmu   208. Rencana Masa Depan

    Happy Reading*****"Kok, bisa nyusul ke sini, Pa?" tanya Hirawan pada Riswan, tetapi matanya malah menatap Rosma. "Bisalah. Apa sih yang nggak bisa dilakuin buat mantu kesayangan Papa," sahut Risma setengah menggoda putranya. Bukan berarti dia tidak bersedih dengan kematian bayi Dara, tetapi lebih kepada memberikan sedikit hiburan pada dua lelaki yang wajahnya terlihat sedih dan sangat lelah. "Hmm, ternyata anak ayah udah kangen sama suaminya. Baru juga nggak ketemu sehari kemarin," tambah Farel. Dia memeluk sahabatnya itu dan menyalami Risma serta Fattah. "Bukan gitu, Yah. Adik kepikiran sama Kak Dara, makanya minta Papa sama Mama buat nganter ke sini," jelas Rosma merasa tak enak hati. Tak ingin semua orang salah paham dengan kehadirannya sekarang. "Beliau semua bercanda, Yang. Nggak perlu diambil serius gitu," kata Hirawan. Segera menarik sang istri dalam pelukan dan menciumi wajah serta keningnya. "Banyak orang, woy," teriak Fattah tak terima jika pasangan muda itu berbuat d

  • Setahun Tanpa Sentuhanmu   207. Terguncang

    Happy Reading*****Hirawan segera membangunkan ayahnya."Ada apa, Mas?""Kak Dara lari, Yah.""Astagfirullah. Lari ke mana?" Farel berdiri dan langsung mencari putrinya. "Ke arah mana dia tadi pergi?""Kanan, Yah." Hirawan mulai panik. Pergerakan Dara sungguh cepat. Mereka berdua berpisah di persimpangan lorong. Hirawan sudah hampir mencapai pintu keluar khusus tamu pengunjung. Keadaan larut malam dan sepi membuatnya mudah mengenali sosok Dara yang hampir mencapai gerbang. "Kakak," panggil Hirawan, Dara menoleh. Namun, perempuan itu malah sengaja mempercepat langkah. Tak mau terjadi apa-apa dengan kakak iparnya, Hirawan berlari dan menarik pergelangan tangan Dara. Si perempuan mendelik sebal. "Lepas, Wan. Kakak mau nyari orang yang sudah nabrak tadi. Kakak bakalan tuntut dia karena sudah membunuh anakku," teriak Dara di tengah sepinya malam. "Kak, jangan seperti ini. Kasusnya sudah ditangani pihak berwenang. Kakak nggak boleh main hakim sendiri," peringat Hirawan. Dia masih meme

  • Setahun Tanpa Sentuhanmu   206. Janin Dara

    Happy Reading*****Risma mendelik mendengar cerita Iklima. Sedikit berteriak ketika memanggil Hirawan. Suami Rosma itu pun setengah berlari mendekati mamanya. "Ada apa, Ma?""Cepatan ambil perlengkapanmu dan segera temani ayahmu, Dik," kata Risma panik. Tanpa bertanya, Hirawan berbalik arah dan segera mengambil perlengkapannya di kamar. "Ada apa sebenarnya, Ma?" tanya Riswan pada sahabatnya, Iklima. "Dara, Wan. Sekali lagi, aku teledor menjaga anak itu," kata Farel menjawab pertanyaan besannya karena sang istri masih sesenggukan. Riswan mengembuskan napas panjang. Dia merangkul sahabatnya. "Tenangkan Dirimu, Rel. Kamu akan menempuh perjalanan panjang."Beberapa menit kemudian, Hirawan muncul di depan kedua orang tua dan mertuanya. "Ayo, Yah. Kita berangkat sekarang."Tanpa bertanya ada masalah apa, sang menantu mengajak mertuanya pergi. Riswan dan Risma menganggukkan kepala, tanda mereka setuju. Demikiam juga Rofikoh dan Fadil yang baru saja bergabung. Setelah bersalaman, Hiraw

DMCA.com Protection Status