Share

PART 27

Author: Aura Kisah
last update Last Updated: 2023-01-04 12:24:48

Bu Ratri dan Noni langsung menangis mendengar keterangan dokter itu.

“Tapi satu hal yang perlu kami sampaikan,” lanjut dokter yang merawat Nagita, “adalah bahwa kami gagal untuk menyelamatkan kandungan istrinya Bapak. Benturan di bagian perut menyebabkan pendarahan pada istri Bapak. Kami sampaikan turun berduka cita?”

Bukan saja Raditya yang kaget atas keterangan dokter itu, bahkan Bu Ratri pun sontak berhentik terisak dan mendongakkan wajahnya. Kabar itu benar-benar bagai gelegar petir di siang bolong.

“Istri saya hamil, Dok?”

“Iya, kandungan istri Bapak hampir berusia satu bulan.”

“Ya Allah ya Rabb,” ucap Radit sembari memejamkan matanya.

“A ... maaf, apakah yang laki-lakinya sauadaranya Bapak? Atau saudaranya pasien?” tanya dokter lagi.

“Laki-laki yang mana, Dok?”

“Yang bersama pasien. Waktu kecelakaan, dia yang mengemudikan kendaraan.”

Raditya langsung berpikir, bahwa laki-laki yang dimaksud oleh Pak Dokter adalah Dony Setiawa
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Sesungguhnya Aku Bukan Suami yang Miskin   PART 28

    Pak Karim mengangguk-angguk pelan dan berkata, “Lalu apa rencanamu selanjutnya. Apakah sudah waktunya membuka jati dirimu yang sebenarnya?” “Iya, Pap, karena aku pikir tak ada gunannya lagi aku harus menyembunyikan jati diri. Noni juga harus tahu, bahwa ia memiliki seorang kakek yang merindukannya.” “Alhamdulillah,” ucap Pak Karim Pambudi sembari menadahkan kedua tanganya ke atas dengan wajah sangat bahagia. “Tapi aku ingin memberi kejutan kepada laki-laki perusak pagar ayu yang bernama Dony Setiawan itu, Pap,” ucap Radit. “Hm, ya, ya,” ucap Pak Karim. “Sebenarnya, tanpa sepengetahuanmu, Papa telah melakukan audit terhadap keuangan di perusahaan kita di mana laki-laki itu dan Nagita bekerja. Hasilnya, ternyata manajer keuangan itu telah banyak melakukan korupsi melalui pengadaan-pengadaan barang secara fiktif serta penujualan-penjualan barang-barang di gudang perusaan di luar dari penjualan resmi perusahaan. Dari hasil kliring sementara, dia telah merugik

    Last Updated : 2023-01-08
  • Sesungguhnya Aku Bukan Suami yang Miskin   PART 29

    “Baiklah,” lanjut Pak Abdul karim Pambudi, “agar Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu sekalian tidak penasaran lagi dengan sosok putra dan pewaris tunggal saya itu, saya minta kepada putra saya agar berdiri dan duduk di kursi yang berada di samping saya ini.” Spontan, seluruh mata menembarkan pandangan mereka ke seluruh ruangan, ingin melihat siapakah gerangan ‘Sang Putra Mahkota” yang disebutkan itu? Ketika tiba-tiba Raditya Pambudi yang berdiri, sebagian menghela nafas panjang dan lega dan mengangguk-angguk, karena kini mereka telah mengetahui sosok ‘Sang Putra Mahkota’ dari Kerajaan Bisnis Grup Ekajaya Persada. Namun, bagi siapa pun yang telah mengenal Raditya Pambudi, mereka seperti terhenyak. Tentu yang paling dibuat kaget adalah Ningrum, lebih-lebih Nagita dan Dody Setiawan. Mulut kedua manusia terakhir melongo dengan mata membeliak. Keduanya seperti tengah berada dalam sebuah mimpi yang paling buruk dalam hidupnya. Jadi, selama ini mereka hanyalah pekerja dalam peru

    Last Updated : 2023-01-12
  • Sesungguhnya Aku Bukan Suami yang Miskin   PART 30

    Raditya Pambudi menghentikan ucapannya, membuat seluruh peserta rapat menjadi tegang dengan ekpresi gugup. Yang paling terlihat kegugupannya adalah Dody Setiawan dan Nagita. Keduanya adalah seorang manajer juga dalam perusahaan itu. “Saya minta maaf kepada Saudara Dody Setiawan, karena posisi Anda akan digantikan oleh beliau, Bu Ningrum.” Kalimat Raditya Pambudi itu membuat semua wajah terangkat lalu hening sesaat sebelum tepuk tangan pecah. “Saya terima, dan saya maklumi, mengapa saya diganti,” tiba-tiba Dody Setiawan berdiri. “Ini tentu berkenaan dengan urusan pribadi antara saya dengan Anda.” “Raditya Pambudi hanya tersenyum dan menjawab, “Anda salah besar, Pak Dody. Ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan urusan di luar perusahaan, tetapi menyangkut keberlanjutan perusahaan saya ini.” “Apa maksud Anda?” “Banyak maaf, Pak Dody, biarkan pihak kepolisian nantinya yang akan menjelaskannya. Security, buka pintunya.” Semua wajah langsung m

    Last Updated : 2023-01-13
  • Sesungguhnya Aku Bukan Suami yang Miskin   PART 31

    Apa yang dikatakan oleh Radit akhirnya terbukti beberapa hari kemudian. Pihak penyidik melakukan penyitaan terhadap rumah yang dibelikan oleh Dody Setiawan. Pada hari itu juga Nagita diminta untuk mengosongkan rumah. Tak ada yang mampu dilakukan oleh Nagita selain pasrah. Ia hanya mengambil barang-barang yang sangat diperlukannya dari dalam rumah itu. Saat itu ia merasakan bahwa dirinya tak ubahnya hanyalah seonggok sampah yang telah disingkirkan, dan ia tak tahu lagi apa yang bisa ia perbuat selanjutnya. Umpama ia besok atau lusa memasukkan lamaran ke sebuah perusahaan, bisa jadi Mas Radit mengirimkan ‘balck list’ tentangnya ke perusahaan-peruasaan yang tersebar di Jabodetabek. Bukankah ia adalah putra mahkota dari sebuah konglomerasi yang cukup besar? “Ya Tuhan, aku benar-benar terkena prank rumah tangga laki-laki itu. Andaikata aku bisa sedikit bersabar dan menghormatinya sebagai suamiku, tentu akan menjadi wanita yang paling beruntung di dunia ini. Ukh, betapa bod

    Last Updated : 2023-01-15
  • Sesungguhnya Aku Bukan Suami yang Miskin   PART 32

    Nagita langsung menaikkan kaca mobilnya. “Tidak, aku tidak boleh menyalahkan siapa pun! Ini murni kesalahanku sendiri!” ucapnya sembari menggeleng-gelengkan kepala. Ia pun terisak. Ada perasaan menyesal yang mulai merasuk ke dalam ruang batinnya. Hanya saja, saat itu bukan waktunya untuk dia lebih larut dalam sebuah penyesalan. Yang dibutuhkannya saat ini adalah uang untuk mengontrak rumah atau sebuah apartemen sederhana. Itu saja. Maka satu-satunya miliknya yang berharga yang bisa dia jual adalah mobil yang sedang dikendarainya. “Ya terpaksa, mobil ini harus kujual,” desahnya sembari mengusap air matanya. “Mungkin sebagian dari harganya aku bisa membeli sebuah mobil second yang murah,” batinnya pula. Dua jam kemudian, ia terlihat keluar dari sebuah showroom mobil second hand. Tujuan Nagita selanjutnya adalah kembali ke apartemen yang tadi pernah didatanginya dengan naik taksi. Sembari menunggu taksi di pinggir trotoar ia menyempatkan diri untuk mengecek ponselnya.

    Last Updated : 2023-01-19
  • Sesungguhnya Aku Bukan Suami yang Miskin   PART 33

    Nagita melangkah di halaman bekas rumahnya dengan hati-hati. Rumah itu terlihat sepi dan pintunya pun tertutup. Sebuah mobil BMW terparkir di halamannya. Berarti si pemilik baru rumah itu ada di dalam. Tiba-tiba pintu rumah terbuka bersamaan dengan munculnya seorang wanita yang berusia mungkin empat puluhan tahun dan langsung menatap ke arah Nagita dengan tatapan agak curiga. Mungkin pemilik baru rumah itu. “Maaf, Anda siapa dan mau bertemu siapa?” tanya wanita itu. “Sa-saya mau bertemu dengan pemilik rumah ini, ada?” sahut Nagita. Wanita itu tak menjawab tetapi membalikkan tubuhnya dan masuk ke dalam. Sesaat kemudian muncul wanita lain yang lebih muda dan tampak berkelas. “Maaf, Jeng siapa?” “Oh, Jeng pemilik baru rumah ini?” Nagita balik bertanya. “Ya, benar, kenapa?” “Oh iya, perkenalkan, nama saya Nagita, bekas pemilik rumah ini,” sahut Nagita. “Oh iya, terus gimana?” “Begini, Jeng. Cincin nikah saya tiba-tiba menghila

    Last Updated : 2023-01-20
  • Sesungguhnya Aku Bukan Suami yang Miskin   PART 34

    Untungnya, tak jauh dari komplek itu ada sebuah rumah sakit swasta yang cukup ternama. Noni langsung ditangani di ruang ICU. “Tolong Bapak tunggu saja di luar sini, putri bapak akan kami tangani dulu,” ucap Pak Dokter yang menangani Noni ketika Radit hendak ikut masuk ke dalam ruang ICU. Radit duduk di bangku panjang di depan ruang rawat itu. Suara tangisnya harusnya keluar, namun hanya air matanya saja yang tak mampu ia tahan. Ia hanya berharap, sang buah hatinya akan baik-baik saja. “Kamu harus menghubungi Nagita, Nak Radit,” ucap Bu Ratri sembari mengambil tempat duduk di samping Radit. “Karena bagaimana pun, Nagita tetaplah ibunya Noni, dan Noni tentu saja sangat butuh kehadiran mamanya. Beberapa hari ini, ia selalu bertanya tentang mamanya. Bahkan ia suka menangis sambil memanggil-manggil mamanya.” “Nomornya tak lagi aktif, Bu. Mungkin ia telah mengganti nomornya,” jawab Radit pelan, tanpa melihat pada Bu Ratri. “Harusnya kamu tahu, Dit, karena k

    Last Updated : 2023-01-21
  • Sesungguhnya Aku Bukan Suami yang Miskin   PART 35

    Suara itu membuat Radit sontak mengangkat wajahnya. Sekilas ia menoleh dan melihat Nagita yang terisak dengan kedua matanya yang sudah berkaca-kaca. “Iya,” jawab Radit singkat. Nagita dengan ekspresi merasa sangat bersalah mengambil tempat duduk di samping Radit. “Maafkan aku, Mas. Jika ini hukuman bagi aku, aku rela melakukan apa pun demi kesembuhan Noni.” Radit tertawa pendek. “Jangan khawatir. Aku sebagai papanya akan mengobati Noni hingga sembuh. Bila perlu, aku akan membawanya berobat ke rumah sakit terbaik di dunia ini, di mana pun itu.” “Bagaimana kata dokter yang menanganinya, Mas?” “Normatif. Saat ini leukemia yang diderita Noni sudah hampir stadium dua.” “Ya Allah,” desah Nagita lalu kembali terisak. “Noni ... maafkan Mama ....” Radit menghela nafas panjang dan menghembuskannya, “Kasihan, Noni,” gumamnya, “dia sangat kurang mendapatkan perhatian dari orang tuanya. Orang tuanya lebih memilih untuk melakukan kesibukan palsunya

    Last Updated : 2023-01-22

Latest chapter

  • Sesungguhnya Aku Bukan Suami yang Miskin   PART 52

    Dengan berbagai pertimbangan, Nagita pun memutuskan untuk mengajak Radit untuk bicara. Akan tetapi, ketika ia hendak membuka mulutnya, laki-laki yang telah berstatus sebagai mantan suaminya itu tiba-tiba membalikkan tubuhnya, dan tidur miring memeluk guling dengan posisi membelakangi Noni dan dirinya. Nagita menghela nafasnya lalu mengecilnya nyala lampu tidur. Selanjutnya ia berusaha untuk memejamkan matanya. Saat itu jarum jam dinding telah menunjukkan pukul 00.22. Namun pada keesokan harinya ia masih memikirkan tentang rencananya itu. Setelah memikirkannya secara berulang-ulang, Nagita pun memutuskan untuk menelepon Radit. Ia menyampaikan keinginannya untuk bicara itu dengan sangat hati-hati. “Ya silakan bicara saja, insha Allah aku akan mendengarkannya?” sahut Radit. Saat itu kebetulan ia baru saja selesai melakukan pengecekan terhadap file-file laporan yang masuk pada hari itu yang tertera pada layar laptop di hadapannya. “Aku ingin bicara empat mata d

  • Sesungguhnya Aku Bukan Suami yang Miskin   PART 51

    Beberapa bulan kemudian Noni sudah menemukan kembali keceriaannya. Pihak tim dokter yang menanganinya sudah memperbolehkan ia untuk check out dari rumah sakit. Artinya sudah diperbolehkan untuk dibawa pulang ke Indonesia. Hanya saja, gadis kecil itu selanjutnya masih harus menjalani terapi-terapi khusus di rumah sakit Indonesia secara berkala, terutama untuk mengetahui perkembangan dari kondisi penyakitnya. Namun dokter di Beijing itu berpendapat, bahwa Noni akan mendapatkan kesehatan kesehatannya secara optimal seiring waktu. Setelah di Indonesia, gadis itu lebih banyak tidur bersama kedua orang tuanya, Radit dan Nagita. Ia sangat bahagia karena ia bisa kembali tidur di antara kedua orang yang paling disayanginya. Ia memang selalu rindu pada dongeng-dongeng yang selalu dituturkan oleh kedua orang tuanya itu untuk mengantarkannya ke dunia mimpi. “Oh ya, Sayang,” ucap Radit suatu malam pada Noni, sebelum ia menuturkan sebuah dongeng pada sang putrinya, “sembari menungg

  • Sesungguhnya Aku Bukan Suami yang Miskin   PART 50

    Beberapa menit kemudian terdengar ketukan di pintu. “Ya, silakan masuk,” ucap Radit. “Selamat siang, Mas,” salam Ningrum sembari menutup kembali pintunya. “Silakan duduk.” “Terima kasih.” Raditya menatap wajah wanita di depannya dan tersenyum. “Bagaimana keadaanmu hari ini?” tanya Raditya. “Alhamdulillah baik, Mas.” “Tadi malam Ning punya mimpi apa?” “Mimpi?” Kedua Ningrum saling merapat. Terasa ada semacam kejanggalan yang ia rasakan dalam pertanyaan itu. “Malah aku nggak sempet mimpi kayaknya, Mas. Tidur saja baru jam dua dini hari baru bisa terlelap, trus bangun subuh. Kenapa, Mas?” “Ntar kujawab pertanyaanmu, aku ingin lanjut bertanya dulu,” ucap Radit. “Kenapa tidurnya terlambat?” “Hm, nggak tau juga, Mas. Terasa gelisah saja, padahal aku sedang tidak memikirkan sesuatu apa pun yang sifatnya berat.” “Hm, berarti itu pengganti mimpinya!” celetuk Radit. “Maksud, Mas?” “Begini, tadi papaku video ca

  • Sesungguhnya Aku Bukan Suami yang Miskin   PART 49

    Kondisi Raditya sudah dinyatakan pulih seratus persen setelah beberapa bulan pasca operasi transplantasi. Kondisi Noni pun makin mengarah ke kemajuan. Hanya saja ia masih terus menjalani siklus kemoterasi. Namun tim dokter memprediksi, bahwa kesembuhan Noni bisa lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya. Sebuah keajaiban. Setelah benar-benar klir dinyatakan sembuh sempurna, Raditya diperbolehkan oleh sang ayah, Abdul Karim Pambudi, untuk kembali mengurus perusahaan. Ia tidak hanya menangani secara online, namun juga pulang ke Indonesia. Seminggu di Indonesia dan seminggu di Beijing secara rutin. Sementara Pak Abdul Karim lebih betah mengendalikan kerajaan bisnisnya di Beijing dengan dibantu oleh beberapa tenaga ahlinya yang didatangkan ke Beijing, walau sekali-sekali beliau datang ke Jakarta. Laki-laki paruh baya itu terlihat lebih betah, terlebih karena beliau di Beijing ia selalu ada Bu Ratri untuk temannya bercerita. Begitu pun Bu Ratri, terlihat selalu c

  • Sesungguhnya Aku Bukan Suami yang Miskin   PART 48

    Setelah dua minggu dalam masa menunggu, tim dokter memberikan kabar yang menggembirakan kepada Radit bahwa telah ada seseorang yang menyatakan siap untuk menjadi pendonornya. “Hanya saja,” kata sang dokter yang diterjemahkan oleh Nona Lie, “dengan alasan tertentu, sang pendonor meminta agar kami merahasiakan dulu identitasnya kepada Tuan Raditya.” “Mengapa seperti itu? Harusnya aku tahu siapa orang yang mau mengorbankan dirinya untuk menolomng hidup aku, Pak?” Radit justru menatap dan bertanya pada papanya. “Ya, seperti Pak Dokter barusan bilang, dengan alasan tertentu sang pendonor minta identitasnya untuk dirahasiapakan pada kamu. Papa kira nggak masalah. Mungkin itu berkenaan dengan privacy-nya sang pendonor?” Radit menoleh pada Nagita, “Apakah kamu yang akan melakukannya?” Nagita menggeleng, “Bukan, Mas. Lagi pula ... aku belum lama mendonorkan sumsum tulang kepada Noni. Apakah seseorang boleh mendonorkan bagian tubuhnya yang berbeda s

  • Sesungguhnya Aku Bukan Suami yang Miskin   PART 47

    Setelah semua perencanaan telah disiapkan secara matang, seminggu kemudian, penerbangan menuju Negeri Tirai Bambu pun dilakukan. Perjalanan selama lebih dari tujuh jam dari Bandara Soetta menuju Beijing Capital International Airport terasa cukup melelahkan. Setiba di Beijing, Radit dan Noni langsung melakukan chek in di rumah sakit yang dirujuk untuk melakukan pemeriksaan klinis pertama. Untuk Radit masih dalam tahap dilakukan general chek-up. Dari situ akan dimulai riset klinis untuk menentukan calon pendonor. Dan hasilnya akan segera keluar dalam beberapa hari ke depan. Sementara Noni, kondisinya memang drop, jadi harus langsung dilakukan perawatan yang intensif. Dari hasil test darah, darahnya lumayan naik. Tim dokter yang menanganinya menyarankan agar pasien dirawat inap supaya mendapatkan penanganan medis yang maksimal. Kondisi dropnya Noni dipicu juga oleh kecapaian akibat perjalanan udara yang cukup lama dan kondisi dari penyakit leukemia yang diderit

  • Sesungguhnya Aku Bukan Suami yang Miskin   PART 46

    “Ketika Noni divonis mengidap penyakit leukemia dan melihatnya, dunia rasanya terbalik,” ucap Radit. ”Saat itu pun aku bertekad akan membawa Noni untuk berobat ke sebuah rumah sakit terbaik di dunia ini, di mana pun itu. Dan perasaan itu kini dirasakan juga oleh Papa. Jadi, jika Papa ingin membawa kami ke untuk berobat ke Tiongkok, maka tak ada alasan bagi aku untuk menolaknya, Pap. Tapi semuanya harus ada di sekitar kami. Semua harus ikut. Bahkan Bi Ifah pun harus ikut.” “Ya tentu, dong, Dit. Soal itu tak perlu Radit ucapkan lagi, paham jauh lebih paham arti sebuah keluarga bagi kehidupan seseorang. Jika ada keluarga kita yang lain lagi mau ikut, ya silakan. Jet pribadi Papa bisa memuat hingga sembilan belas penumpang.” “Terima kasih, Pap,” ucap Radit lalu bangkit dari duduknya dan melangkah ke ayah Papanya lalu memeluk tubuh laki-laki itu dengan erat dan terisak. “Papa adalah orang yang paling memahami aku di atas dunia ini. Entah bagaimana lagi aku harus mengu

  • Sesungguhnya Aku Bukan Suami yang Miskin   PART 45

    Pasca keluar dari rumah sakit, atas permintaan sang papa, Pak Abdul Karim Pambudi, setelah memberikan berbagai alasan yang sangat masuk akal, terutama alasan yang berkenaan dengan kondisinya dan Noni, Radit pun memutuskan untuk pindah ke rumah papanya. “Rumah itu terlalu luas untuk Papa diami seorang diri. Alangkah bagusnya jika rumah seluas itu ditempati oleh banyak orang,” begitu alasan lain yang dikemukakan oleh Pak Abdul Karim Pambudi. Radi memboyong semua keluarganya, termasuk sang asisten rumah tangganya. Bi Ipah. Kecuali Bi Ipah, Radit dan keluarga kecilnya, termasuk ibu mertuanya, menempati ruangan di lantai dua. Radit memenuhi janjinya pada sang buah hati, Noni, untuk selalu tidur bersamanya. Jadi, sejak saat itu mereka bertiga menempati satu kamar dan tidur di tempat tidur yang sama dengan Noni tidur di tengah. Namun demikian, kedekatan yang sesungguhnya antara Radit dan Nagita itu belum kembali. Jarak itu masih tercipta. Radit

  • Sesungguhnya Aku Bukan Suami yang Miskin   PART 44

    “Oh iya, Pak Radit. Dengan berat hati saya harus sampaikan, bahwa hasil test darahnya Noni ....” Radit tak mampu lagi mendengarkan kelanjutan dari kalimatnya Dokter Ediman. Ia terlanjur lemas dan tak sadarkan diri. Entah berapa lama ia pingsan. Hanya saja ketika siuman, ia telah berada di atas sebuah pembaringan dalam sebuah kamar yang berwarna serba putih dengan nasal kanul yang terpasang pada kedua lubang hidungnya. Selanjutnya Radit melihat dalam ruangan itu ada wajah papanya, Abdul Karim, Ibu Ratri, Nagita, Ningrum, dan Noni. Ia sedang dirawat di ruang VVIP di sebuah rumah sakit. Melihatnya siuman, semua spontan bangkit dari duduk mereka dan berdiri di sisi bed rawat. “Berapa lama aku pingsan?” tanya Radit dengan suara lemah, tanpa ditujukan secara khusus pada siapa pun. “Tadi siang kamu jatuh pingsan, sekarang sudah mau isya’,” yang menjawab Pak Abdul Karim Pambudi, papanya, dan, “Apa sebenarnya yang kamu rasakan, Dit?” Radit tak

DMCA.com Protection Status