"Berikan kalung itu padaku! Kau tidak pantas memakainya!" ucap Arta seraya menarik Kanaya dengan kasar.Salman terkejut dan marah melihat istrinya di perlakukan dengan kasar di depan matanya sendiri. Lelaki tampan itu mendorong kakak iparnya dengan kuat dan menarik Kanaya ke dalam pelukannya."Beraninya kau berbuat kasar pada istriku! Kakak macam apa kamu?" ucap Salman."Aku tidak sudi dianggap kakak oleh orang yang menyebabkan kematian ibuku!" ucap Arta dengan lantang.Air mata Kanaya yang sejak tadi di tahan akhirnya tak terbendung, mengalir di pipi putih wanita cantik tersebut. Sementara Arthur yang tadinya berjongkok di depan makam siap berdoa, kini berdiri dan sangat kesal dengan ucapan saudara kembarnya."Cukup Arta. Kau sudah keterlaluan! 21 tahun telah berlalu, tapi kau tidak bisa menerima kenyataan. Kanaya bukan penyebab kematian ibu, dia adik kita dan ibu mempertaruhkan nyawanya demi melahirkan anak bahkan saat melahirkan kita pun beliau melakukan hal yang sama," ucap Arthur
Arta berlari menuju mobilnya meninggalkan pemakaman setelah mengangkat telepon dari sang mertua. Rupanya Adli dengan cepat sudah mengirimkan surat pernyataan kepada perusahaan A&K food atas penarikan investasi dari perusahaan Salman.Hal itu membuat mertua Arta kebakaran jenggot, Arta yang bertanggung jawab tentang hal itu dan ia langsung diminta datang ke perusahaan untuk melakukan rapat besar."Sudah jangan menangis lagi, dia sudah tidak ada di sini. Akan ku pastikan dia tidak akan mengganggumu lagi, aku yang akan melindungimu dari orang-orang yang ingin berbuat jahat padamu," ucap Salman seraya mengelus kepala Kanaya."Terima kasih, Hubby," ucap Kanaya."Kita belum sempat berdoa untuk ayah dan ibu, sebaiknya sekarang kita doakan dulu!" ucap Salman seraya menghapus air mata di pipi sang istri.Kanaya mengangguk lalu kembali berjongkok di depan makam kedua orang tuanya, begitupun dengan Arthur, Cindy, dan Salman. Doa yang sempat tertunda karena kedatangan Arta, kini dilanjutkan dan
[Aku dengar Salman memutus investasi di perusahaanmu? Jika kau tak berhasil membujuk Salman kembali berinvestasi. Maukah bekerja sama denganku?]Arta mengerutkan keningnya membaca pesan masuk di ponselnya dari nomor tak di kenal, lelaki itu penasaran siapa orang yang mengirimkan pesan padanya dan kenapa bisa tahu masalah yang sedang dia hadapi.[Siapa kamu? Bagaimana kamu bisa tahu masalahku?][Datang ke Restoran A&F jika kau ingin tahu siapa aku.]Arta semakin penasaran ingin tahu siapa orang itu setelah membaca balasan pesan darinya. Setelah mengantarkan istrinya pulang, Arta pun pamit untuk keluar. Namun, tak mengatakan akan menemui seseorang yang misterius kepada sang istri."Tyas, aku pergi dulu. Ada yang harus aku urus, ini mengangkut Salman," ucap Arta."Ya sudah, hati-hati. Apapun yang kamu lakukan akan aku dukung asal kamu bisa membuat Salman kembali berinvestasi di perusahaan Papa," ucap Tyas.Arta menganggukkan kepala lalu kembali melajukan mobilnya menuju restoran A&F, ia
"Enggak lah, Habibati. Enggak ada sedikitpun niatan aku untuk poligami, kamu saja sudah cukup untuk aku," ucap Salman."Kirain pengen," ucap Kanaya.Kanaya berjalan menghampiri Syafana lalu membuka coklat dan membagi dua, setengah potong di berikan pada Syafana membuat gadis kecil itu tersenyum. "Biar adil," ucap Kanaya seraya memberikan setengah potong coklat itu."Makasih, Mama emang yang terbaik. Papa ingat ya kalau Papa gak adil lagi, aku marah sama Papa," ucap Syafana."Iya, princess. Papa janji akan berusaha adil," ucap Salman.Seperti biasa setelah pulang kerja Salman mandi dan Kanaya masak untuk makan malam, Ana jadi kakak yang sangat baik untuk Saddam. Selama Kanaya memasak gadis kecil itu menjaga adiknya."Makan malam sudah siap," ucap Kanaya.Hari-hari mulai terasa hangat dan bahagia, keluarga mereka terlihat sempurna. Syafana masih dengan kemanjaannya pada Kanaya dan meskipun karenanya sudah melahirkan anak kandungnya ia tak pernah berubah kepada Syafana, Kanaya menyayang
"Tentu saja aku masih peduli dengan Kanaya, sampai kapanpun dia adalah sahabatku. Memangnya apa yang terjadi dengan Kanaya dan apa yang harus aku lakukan untuknya?" tanya Aslan."Sepertinya kita harus membicarakan hal ini di tempat yang lebih privasi sebab ini menyangkut hal penting dan jangan sampai ada orang lain yang tahu," ucap Arta.Aslan menganggukan kepalanya, kebetulan hari ini dia punya banyak waktu sehingga masih bisa menemani Arta berbicara. Ia pun akhirnya memilih tempat yang lebih privasi dan mengikuti apa yang akan direncanakan Artha kepada Kanaya."Aku kasihan kepada Kanaya, tetapi aku sebagai Kakak pun tidak bisa membantunya," ucap Arta dengan mimik wajah yang dibuat sedih."Apa yang terjadi pada Kanaya sebenarnya? Sudah lama aku tidak bertemu dengannya, ketika aku mendatangi rumah kalian orang bilang rumah itu sudah dijual," ucap Aslan berpura-pura tidak tahu."Ya, semenjak Ayah kami meninggal rumah itu dijual. Ternyata Ayah memiliki hutang yang banyak dan kami tidak
"Ide mu bagus, tapi aku benci jika harus membiarkan kamu berdua-duaan dengan istriku," ucap Salman."Om tenang aja, aku nggak akan macam-macam pada Kanaya kok. Paling cuma pegang tangan," ucap Aslan terkekeh."Kau pasti akan mengambil kesempatan dalam kesempitan!" ucap Salman menatap Aslan dengan tajam."Jika kau tidak percaya padaku, maka percayalah pada istrimu. Dia wanita yang baik, tidak mungkin dengan mudah melakukan hal yang tidak-tidak dengan lelaki yang bukan suaminya," ucap Aslan.Salman menghela nafasnya dan akhirnya setuju dengan rencana yang Aslan katakan tadi. Meskipun rasanya akan sangat kesal untuk melihat Kanaya berduaan dengan Aslan, tetapi semua dilakukan untuk mengetahui siapa yang merencanakan itu bersama dengan Arta.Jika Arta ingin membalas Kanaya sendiri, tentu saja dia tidak perlu menggunakan cara seperti itu. tujuannya hanya Kanaya, sudah jelas Arta tidak ingin kanaya hidup bahagia.Setelah Salman dan Aslan setuju dengan rencana itu, Aslan pun pamit untuk kemb
"Pesan dari siapa?" tanya Salman saat melihat ekspresi wajah sang istri yang tak biasa saat melihat ponselnya."Aslan," jawab Kanaya singkat."Dia bilang apa?" tanya Salman."Aslan bilang aku dan dia harus sering bertemu agar Kak Arta yakin kami berdua berselingkuh di belakang kamu, Hubby," ucap Kanaya.Salman mengeraskan rahangnya, memang itu sudah di bahas Aslan tadi. Namun, rasanya Salman masih tidak rela jika istrinya harus sering bertemu Aslan sebab ia tahu Aslan memiliki perasaan khusus pada istrinya."Aku benci situasi ini, meskipun aku tahu Aslan itu baik. Namun, dia tetap membahayakan untukku," ucap Salman."Membahayakan bagaimana maksud kamu, Hubby?" tanya Kanaya."Ya bahaya misalnya Kalian sering bertemu, lalu Aslan bisa membuat kamu nyaman dan akhirnya kamu benar-benar berpaling dari aku, Habibati."Kanaya tersenyum mendengar ucapan sang suami, ia pun memeluk sang suami dan mengajaknya tidur. Sebelumnya ia sudah membalas pesan Aslan dan mengatakan jika laki-laki itu saja y
[Mungkin Anda salah orang, baru saja aku tanya istriku dan dia bilang sedang ada di rumah mengurus anak.] Salman memberi balasan pesan kepada Maya.[Aku yakin tidak salah orang, itu benar-benar istrimu. Mungkin dia berbohong untuk menutupi perselingkuhannya dengan lelaki lain.] Maya kembali membalas pesan Salman.Ting .Satu foto kembali dikirimkan Maya ke ponsel Salman, foto tersebut menunjukkan saat tangan Kanaya di genggam oleh Aslan. Salman mengepalkan tangannya saat melihat hal itu."Berani-beraninya dia tidak mengindahkan peringatanku, aku sudah bilang jangan coba cari-cari kesempatan. Namun, tetap saja dia cari-cari kesempatan dengan menggenggam tangan Kanaya," gumam Salman kesal saat melihat foto tersebut.Sementara di tempat lain Maya tersenyum, ia pikir Salman akan percaya jika Kanaya berselingkuh dan emosi setelah melihat foto yang dikirimkan olehnya. [Terima kasih informasinya, aku akan mengurus masalah rumah tanggaku sendiri. Aku orang yang paling tidak suka di permaink