“Bagaimana caranya aku menyelamatkan perusahaan?”
Sarah berpikir keras. Dia harus menemukan jalan keluar sebelum perusahaannya di ambang kolaps. Terdengar beberapa kali dia merutuk Morgan, penyebab dari semua ini.
“Kira-kira perusahaan mana yang bisa membantu melakukan investasi sebanyak itu.”
Sarah melihat daftar perushaan yang bekerja sama dengan perusahaannya. Di antara begitu banyak perusahaan, terpampang nama Adam Persada Group. Perusahaan yang berkembang cukup pesat. Meski tidak sebesar perusahaannya, tapi potensi dari perusahaan itu cukup mumpuni. Sangat bisa membantu keuangan Hartanto Internasional.
“Aku harus bekerja sama dengan perusahaan itu.”
Sementara di lain tempat, Jacob sedang berkutat dengan laptopnya ditemani Angeline di sampingnya. Semenjak pertengkaran hebat malam itu, mereka terpisah untuk sesaat. Namun, dengan mudah Angeline bisa memenangkan hati Jacob kembali. Entah Angeline yang piaw
“Morgan, datanglah ke tanah Karo. Kita melakukan pertemuan keluarga besar di sana.”Morgan yang semula merebahkan diri dengan santai langsung bangkit tatkala mengetahui siapa yang mengirim pesan. Jacob, ayahnya mengajaknya untuk melakukan pertemuan keluarga. Awalnya Morgan ragu, sampai dia mengecek kebenaran nomer itu dengan melacak siapa pemiliknya dan ternyata memang benar Jacob.Pertemuan besar keluarga batak? Itu artinya hubungan Jacob dengan Marriam membaik. Karena Jacob masih bersedia menjalin silaturahmi dengan keluarga besar ibunya itu. Angin segar seolah berhembus di wajah Morgan.Morgan ingat dengan perkataan Markus untuk berdamai dengan Jacob. Walau sejujurnya dia masih sakit hati. Namun, setelah melihat tindakan Jacob kemaren. Terlebih kini, Jacob sendiri yang mengajaknya bertemu. Sepertinya Morgan harus melapangkan hati dengan memberikan Jacob kesempatan kedua.“Siap, Pa.” Cukup kikuk Morgan membalasnya.“
Satu tahun kemudian, “Morgan, masih lama ya?” tanya seorang wanita cantik yang sedang jongkok di sebelah Morgan yang sedang berbaring. Cukup lama pria bertubuh berotot dan sekal itu mengutak-atik bagian bawah mobil BMW itu. Sesekali terlihat dia yang menggeser posisinya untuk memperbaiki bagian yang lain. Wanita cantik bernama Jihan itu menggigit bibir sedari tadi melihat sesuatu yang menonjol di balik celana jeans lusuh yang sedang dipakai Morgan. Terlihat padat berisi berkuasa di antara paha kokoh pria itu. Ingin rasanya dia menyentuh, atau bahkan kalau perlu mendudukinya. “Tolong, ambilkan kunci 15 Sayang,” pinta Morgan. Sambil menggerutu, Jihan mengambil alat bengkel yang berceceran di sekitarnya dan menyodorkannya ke Morgan. Beberapa saat, Morgan kembali mengacungkan alat itu ke Jihan. “Bukan obeng, Sayang? kunci 15?” Jihan mendecak. Wanita yang masih dalam keadaan rapi menggunakan baju formal itu terlihat jengkel kar
"Sebentar Sayang, aku mau mandi dulu," ungkap Morgan yang kegelian karena Jihan yang menjilat rahangnya yang keras. Ditumbuhi jambang yang halus di sekitarnya."Tidak usah," gumamnya sambil mendorong Morgan di atas kap mobil. Morgan tidak kuasa menolak. Dia bahkan membiarkan Jihan naik ke atas tubuhnya lagi. Bergoyang-goyang dengan liar di atas sana.Morgan membayangkan seandainya Jihan benar menjadi istrinya. Tentu hidupnya akan terasa lengkap. Hanya saja, hubungan mereka tidak semulus keliatannya. Orang tua Jihan kurang suka dengan Morgan mengingat dia hanya berprofesi sebagai montir. Bahkan pernah dia dimaki-maki saat beriktikad baik untuk silaturahmi ke rumah Jihan.Sampai akhirnya, Jihan terkulai lemas tidak berdaya di atas tubuhnya. Morgan bisa merasakan bulatan indah itu menempel ketat di dadanya. Terlihat tubuh Jihan bergetar. Merasakan sisa-sisa klimaks yang terasa nikmat.Tiba-tiba terdengar suara ponsel berdering."Ponselmu berdering, Sa
Seketika Morgan langsung teringat dengan adegan pemerkosaan di film layar lebar antara perampok dan juga gadis cantik. Sekarang Morgan berada di posisi itu.Dia melihat tubuh mulus yang sedang terbaring di hadapannya. Siap untuk disantap.Morgan terlupa dengan tujuan awal. Kemolekan gadis itu sangat aduhai. Jika dibandingkan dengan Jihan jelas jauh. Dia bisa menebak kalau gadis itu masih virgin. Tidak ada tangan liar yang menjamah tubuh yang masih ranum nan kencang itu, kecuali ayah tirinya yang mungkin berusaha untuk menodainya.Morgan mendekat. Dari balik dinding kaca, dia bisa melihat dengan jelas. Gadis itu tengah menggeliat dengan gelisah di sela Isak tangisnya. Morgan tercenung, tapi itu yang membuat dirinya tidak berhenti menjilat bibir.Karena terlalu fokus, Morgan kehilangan keseimbangannya. Kepalanya kepentok dengan Dinding kaca."Siapa itu?" teriak gadis itu. Cepat-cepat Morgan bersembunyi di balik dinding. Tidak usah ditanya Jantungnya
Morgan sudah merenggut kesucian gadis itu? Hal yang pantang dia lakukan selama ini.Sebrengsek-brengseknya Morgan, dia tidak mau menjamah gadis yang masih virgin. Berani merusaknya berani juga bertanggung jawab. Sama halnya dengan Jihan, Pada awalnya Morgan enggan untuk merenggutnya, tapi karena terikat dengan komitmen ke pernikahan. Jihan rela melepas keperawanannya kepada Morgan.Selama ini, semua wanita yang dia jejaki sudah tidak perawan. Mereka dengan senang hati memberikan tubuhnya kepada Morgan. Melakukannya suka sama suka. Morgan sangat menjaga untuk tidak menodai yang masih segel. Menghormati wanita suci yang menjaga kehormatannya.Dan sekarang, Morgan berani-beraninya menggagahi gadis itu. Bahkan, benihnya menyembur deras di dalam sana yang akan menghasilkan kehidupan baru.Untuk sesaat Morgan termenung. Cukup lama sampai dia tersadar tujuan awalnya datang ke sini."Bodoh! Apa yang aku lakukan! harusnya aku merampok bukannya berdiam diri,
Harapan tidak sesuai dengan kenyataan, begitulah yang dialami Morgan sekarang.Tatkala sampai di kosannya Jihan, dia dibuat terkejut karena berpas-pasan dengan keluarga Jihan yang membawa Jihan ke sebuah mobil."Selamat malam, Bapak, Ibu, Bang," sapa Morgan ramah, tapi sama seperti sebelumnya, perlakuan keluarga itu selalu tidak mengenakan hatinya. Sinis dan memandang rendah."Wah, ada gembel datang nih," celetuk Rory, Abang Jihan. Penampilannya bisa dibilang trendy, meski tidak terlalu tampan."Mau ngapain kamu malam-malam ke sini hah?" Kali ini Benny, ayah Jihan yang berbicara. Dari balik kaca matanya plus nya, dia menyoroti tubuh kekar berbalut baju biasa seperti melecehkan.Morgan menghela nafas. Dia tahu kalau sampai kapanpun keberadaannya akan sulit diterima di keluarga ini. Namun, dia yakin kalau iktikad baiknya bisa meluluhkan hati mereka."Ada kabar baik yang ingin saya sampaikan. Saya siap untuk mempersunting anak bapak."Me
Morgan berjalan ke kamar kosnya dengan langkah lunglai. Tipikal orang seperti Morgan kalau stress berat biasanya larinya ke diskotik. Bergumul dengan banyak wanita dan minuman keras. Sayangnya kebiasaan itu sudah jauh Morgan tinggalkan.Pintu kamar terbuka. Kepalanya semakin pusing saat melihat kamarnya yang berantakan gara-gara ulahnya tadi."Bisa-bisanya tasku raib begitu saja. Awas saja kalau sampai ketemu pencurinya, aku akan membuat perhitungan dengannya,"Tepat ketika dia mengatakan itu tiba-tiba tubuhnya didorong. Morgan terjengkang sampai tersungkur di atas lantai. Morgan langsung membalikan badan hendak marah.Namun, dia menahan diri saat melihat pria sangar yang menyunggingkan senyum kecut. Pria itu bertubuh sedang. Menggunakan jaket kulit biasa. dahinya terdapat bekas luka, menandakan kerasnya kehidupannya di jalanan.Di belakangnya ada dua anak buahnya yang bertumbuh tinggi gempal. Sekalipun secara penampilan mereka lebih besar nyatanya
Dengan perbekalan seadanya, Morgan bersiap untuk pergi, tapi di depan pintu dia dihadang oleh Santo, pemilik bengkel di mana dia bekerja."Sudah jam berapa ini? Kamu niat kerja enggak sih?""Maaf Bos, saya kesiangan," sahut Morgan sekenanya. Padahal, tinggal sedikit lagi dia kabur menjauh dari kota itu, tapi langkahnya terhambat oleh bosnya yang tiba-tiba datang."Bawa tas segala? Jangan bilang kamu mau kabur. hutangmu kepadaku belum lunas," sergah Santo. Morgan tidak berkutik. Kalau dia memaksakan kabur, dia tahu resiko yang dihadapi. Bosnya yang terkenal bar-bar itu sudah siap dengan parang yang selalu dia bawa ke mana-mana."Enggak, Bos." Morgan mendesah. Tidak ada pilihan lain selain bekerja kembali hari ini. Dia meletakan tasnya. Kemudian mengikuti bosnya ke bengkel.Perasaan was-was menghantui. Sepanjang jalan ke bengkel, dia merasa banyak pasang mata yang memperhatikannya. Was-was kalau ada diantara mereka polisi yang akan menyergapnya. Kala
“Papa kenapa?” tanya Jordan saat bertemu di ruang makan. Dia menunjuk kening ayahnya yang memar.“Habis jatuh semalam, Nak,” sambar Nala yang mengambil posisi duduk di dekat anaknya. Dia mengusap rambut anaknya yang sedikit berantakan.“Iya, Papa jatuh karena berantem sama monster,” ucap Morgan sambil memperagakan gerakan ultraman.“Monster di mana, Pa? Wah Papa hebat?” sambut Jordan antusias. Imajinasi anak kecil tentang tokoh superhero memang sangat kental. Makanya ketika ada cerita seperti itu, dia terlihat sangat bersemangat.“Mas!” tekan Nala sambil melotot. Morgan tergelak. Namun tak lama, karena Jordan yang memandangnya aneh.“Nanti setelah pulang sekolah, main Ultramen sama Papa ya, kamu jadi Ultramen, Papa jadi monsternya,” Rona wajah anak itu berubah cerah. Dia berdiri di atas kursi sambil tertingkah seperti supe
Morgan kembali menegakkan kepalanya. Kepuasan terlihat saat melihat wajah erotis Nala yang menginginkan dirinya. Istri yang sangat sempurna. selain cantik dan sexi, kepribadiannya juga menarik. Membuat Morgan beruntung memilikinya.Nala tersenyum genit sambil meliukkan tubuhya. Dia sedikit memutar badan. Memencet sabun di atas busa dan meremasnya. Kemudian dengan gerakan pelan, dia menyapukannya ketubuh Morgan. Setelah area depan selesai, Nala menempelkan tubuh bagian depannya dengan Morgan untuk menggapai area punggung. Terlihat mereka saling melempar senyum, pertanda bahwa mereka sangat menyukai momen seperti ini.“Turun, Sayang.”Kaki Nala kembali menapaki lantai. Dia menurunkan tubuhnya untuk membersihkan kedua kaki kokoh Morgan. Sedangkan Morgan terlihat memperhatikan Nala dengan wajah nakalnya, sungguh keseksian Nala tiada tara. Membuatnya selalu ingin berbuat hal yang buas.
Setelah selesai area muka, dia beralih ke kaki Morgan yang berbulu. Di saat yang bersamaan dia terhenyak saat melihat sesuatu yang menyembul keras.Morgan hampir tertawa saat melihat rona muka dari Nala. Hampir tidak tertebak, namun matanya tidak berkedip saat melihat juniornya. Kepala Nala bergerak secara slow motion ke arahnya. Dan sekarang terlihat wajah yang merona dengan dengusan nafas yang dalam. Morgan segera menangkap gelagat sang istri.Pria itu membangkitkan setengah badannya . Menangkup kedua pipi Nala dan merebut mulutnya yang ranum. Aroma vanilla semakin membangkitkan gairah Morgan, mulutnya terus bergulat sampai terdengar suara erangan yang menggelora.Ciuman yang terlepas membuat Morgan tersentak. Dia keheranan saat melihat Nala yang mundur beberapa langkah sambil mengusap mulutnya. Biasanya istrinya itu akan menerima apapun perlakukan Morgan, tapi kini dia menolaknya.“Aku benci
“Nyonya Nala, sebenernya….”Nala memperhatikan Rangga dengan seksama. Begitu juga Morgan yang sebenernya tidak ingin Rangga mengatakannya sekarang. Dia harus mencegahnya.“Jangan bicarakan sekarang. lebih baik di mansion saja,” sela Morgan. Nala menatap suaminya sejenak lalu beralih ke Rangga yang terlihat mengangguk.“Baik, kita bicarakan saja di rumah. “ Nala mengiyakan. Nala menyimpan rasa penasaran tentang sesuatu di antara Morgan dan Rangga. Dan memang kondisinya tidak memungkinkan untuk bicara di sini.Mereka masuk ke dalam mobil. Rangga melajukan kemudinya. Sepanjang perjalanan tidak ada perbincangan sama sekali di antara mereka. Hanya saling bertukar pandangan dan sibuk dengan pikiran masing-masing.Sesampainya di mansion, mereka langsung mengambil posisi untuk duduk di ruang tamu. Nala yang sudah tidak sabar membuka percak
“Ayo bangun! ku hajar kamu sampai mampus bedebah!” Kembali Max menghajarnya. Morgan ingin membalas. Tetapi dia melihat salah seorang yang anggota gang naga yang mengacungka senjata ke Nala. Morgan tidak mampu berkutik.Sedangkan, Nala hanya tergugu di dalam mobil. Dia hanya mampu menjerit tatkala melihat suaminya dihajar oleh Max tanpa perlawanan sama sekali. Terlebih sebuah pistol yang mengacung tepat ke arahnya dari luar mobil. Membuatnya semakin ketakutan.Sedari tadi dia berusaha untuk menghubungi Rangga. Iya, hanya dia yang setidaknya menghalau mereka. Dia tidak memiliki kontak para bodyguard yang menjadi anak buahnya, mengingat selama ini kalau ada apa-apa dia langsung menghubungi Rangga. Meski kemungkinan kecil bagi Rangga untuk datang mengingat orang kepercayaannya itu dalam pengaruh obat perangsang.“Cuma segitu kekuatanmu hah?” pekik Max di depan Morgan yang tergelepar tidak
“Mas, aku enggak enak hati denganmu,” ucap Nala memecah keheningan.“Enggak enak hati kenapa?” tanya Morgan dengan dahi berkerut. Dia yang semula fokus mengendarai mobil harus terpecah konsentrasi dengan ucapan sang istri.“Kamu sudah berjuang keras untuk mendapatkan perusahaan Arya Wiwaha, tapi dengan mudahnya kamu memberikannya kepadaku.” Akhirnya kalimat yang sekian lama dia pendam itu terlontar juga. Sebenernya dia ingin membicarakan hal ini sedari tadi. Tapi belum menemukan waktu yang tepat.“Memangnya kenapa Sayang? Apa ada masalah?” sahut Morgan enteng seakan hal itu bukan sesuatu hal yang besar baginya.“Mas enggak menyesal memberikan perusahaan sebesar itu kepadaku?” Nada suara Nala ditekan rendah berhati-hati sekali mengucapkan kalimat tersebut. Takut suaminya tersinggung.“Ya, enggaklah Sayan
‘The Party goes so weel. Congrat!’Semua tamu undangan memberikan selamat kepada Nala dan Morgan atas terselenggeranya acara peresmian. Semakin meneguhkan status mereka sebagai salah satu konglomerat paling diperhitungkan di negeri ini.Nala tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya. Bukan karena kenaikan level yang begitu drastis, tetapi pengorbanan sang suami yang cukup besar hingga mereka sampai ke titik ini.“Makasih atas semuanya, Mas,” ucap Nala sambil mengerling indah kea rah suaminya. Morgan menoleh. Menunjukan deretan gigi rapi yang menawan.“Apapun akan Mas lakukan untukmu, Sayang,” sahut Morgan. Nala mendadak merasakan tangan kekar Morgan yang melingkar. Nala melotot sambil mendorong dada suaminya saat sang suami berusaha merengkuhnya ke pelukan.“Ih, Mas. Jangan di sini. Malu,” bisik Nala sambil melayangkan pandangan ke arah semua para
“Sekarang, kamu tidak akan bisa lari kemana-mana Jihan.”“Jangan halangi Saya!” pekik Jihan. Membuat sedikit keributan di lobby hotel. Penjaga keamanan terlihat mendekati sang Tuan. Namun, Morgan langsung mengangkat tangan sebagai isyarat kalau dia bisa menangani sendiri.“Kamu pikir bisa semudah itu lari dari saya hah!” tutur Morgan dengan santai. Jihan terlihat panik. Dia tidak akan bisa menembus Morgan dengan pertahanan keamanan super ketat baik di dalam maupun di luar hotel.“Ternyata kamu sangat berbisa Jihan. Adalah sebuah kebodohan terbesar bagi saya karena dulu telah menyelamatkanmu dari sarang gang nafa. Ternyata kamu mempunyai niat yang terselubung,” kecam Morgan.Jihan terkekeh. Suaranya menjadi tawa yang semakin keras. Mirip dengan seperti tawa psikopat.“Harus berapa kali aku bilang kepadamu Morgan, kalau aku sang
Rico pasrah. Percuma saja dia melawan. Morgan terlalu kuat untuk dia hadapi sendiri. Sedangkan Jihan sedang mencari celah kelengahan Morgan.“Kalian ikut aku sekarang. aku akan menimbang hukuman apa yang pantas buat kalian,” tutur Morgan sambil menyeret Rico. Begitu juga Jihan yang berjalan terlebih dahulu di hadapan mereka.Entah kenapa, mendadak Rico merasa kasihan dengan Jihan. Orang yang teramat dia cintai itu juga akan dihukum oleh Morgan. Dia tidak rela kalau sampai Jihan babak belur atau bahkan meninggal di tangan Morgan. Terlebih dia tahu betul kalau Morgan tidak segan melakukan hal itu jika ada yang berani mengusiknya. Dia harus mengalihkan perhatian Morgan, Supaya Jihan bisa kabur.“Aku tidak tahu alasan kenapa kamu tetap bertahan dengan Nala yang jelek itu. Kalau aku jadi kamu pasti aku sudah memilih Jihan,” celetuk Rico tiba-tiba. Morgan yang mendengarnya langsung menghentikan langkahn