"Kenapa Tante tidak mau aku tiduri?" seru pemuda itu yang tampak gusar. Dia merasa tersinggung karena dia sudah dibayar tapi Nani seakan jijik ingin menyentuhnya.
"Karena aku membayarmu bukan untuk itu, tapi supaya Morgan cemburu."
Bagai tersambar petir, Gugun tidak menyangka sebelumnya. Sekarang dia dibuat pusing dengan Nani. Sebenernya apa sih maunya wanita itu.
"Jadi Tante hanya memperalat saya? Begitu!" gertaknya dengan suara meninggi. Khas pemuda yang belum bisa mengontrol emosinya.
"Memangnya kenapa sih? aku kan sudah membayarmu. Terus masalahnya apa?"
"Masalahnya saya tidak terima Tante. Saya tidak butuh uang Tante, yang saya inginkan hanyalah Tante!" ungkap pria itu.
"Tapi, saya enggak mau sama kamu, kamu masih kecil enggak ada apa-apanya dibandingkan dengan Morgan!"
"Ok, kalau begitu mari kita buktikan!"
"Astaga apa yang kamu lakukan?"
Detik kemudian, terjadi kemelut di dalam sana. Gugun merasa sudah saatnya dia
Gugun masih mengajar tatkala Nani dan Cokro undur diri. Begitu juga Fatur yang beranjak ke ruang kerjanya sehingga di sana hanya ada Gugun, Jihan dan kedua anak itu.Ketika Gugun tengah memikirkan apa yang direncanakan Nani di balik liburan ke Bali itu, tiba-tiba tangannya digenggam oleh Jihan. kemudian mengarahkannya ke kedua bulatan indah miliknya."Sentuh aku Pak," bisik Jihan sambil memaksa tangan kekar itu untuk menyentuh.Gugun gugup. Di ruang keluarga di mana siapa saja bisa lewat di ruangan itu, terlebih ada anak kecil di hadapan mereka dengan posisi membelakangi."Ayolah, Pak," rintih Jihan. Gugun tetap mengenggam tangannya. Menjaga diri supaya tidak tergoda oleh Jihan.Namun, tiba-tiba Nala muncul dari belakang. Jihan langsung melepas tangannya dengan tatapan jengkel ke Nala karena telah merusak kebersamaannya dengan Gugun."Ngapain kamu di sini!" ketus Jihan."Maaf, Pak Gugun bisa benerin kran enggak?" ucap Nala tanpa mengh
Nala yang merasakan kenikmatan tiada tara sampai ambruk tepat di hadapan sesuatu yang menonjol di balik celana kain Gugun. Tidak berlama-lama lagi dia langsung membuka celana itu. Matanya berbinar begitu melihat benda yang menggelepar besar."Pelan-pelan saja Sayang," bisik Gugun yang masih merasakan trauma karena kena gigi.Namun ketakutannya tidak terbukti, kenyataannya Nala memainkannya dengan penuh kelembutan. Membuat Gugun serasa terbang ke awang-awang."Mas?" ucap Nala begitu puas menyervis Gugun."Iya, Sayang?""Pengen disumpal sama ini boleh?"Gugun tersenyum,"Tentu Boleh Sayang, mau di atas apa di bawah?""Di atas saja Mas," ucap Nala sambil tersenyum genit.Gugun masih di posisi merebahkan tubuh besarnya, sedangkan Nala duduk tepat di atasnya. Ada keuntungan di posisi seperti ini karena dia bisa melihat keseksian tubuh Nala dan wajahnya yang mengerang erotis."Buru-buru disumpal Sayang, nanti bocor lagi lho," c
Gugun tidak menganggap suara desahan itu. Membayangkan wajah Jihan yang mupeng membuatnya jijik. Segera dia turun dari balkon dan berjalan melompat pagar. Langkahnya mulus sekali kabur dari rumah itu. Sementara yang tidak diketahui Gugun, bahwa di kamar itu, terlihat Jihan melakukan pemuasan diri sambil melihat fotonya. Walaupun itu foto profil whatsapp dari Gugun yang masih berseragam, tetapi Jihan membayangkannya lebih dari itu. Sesuatu yang tersimpan di balik seragamnya adalah tubuh perkasa yang menakjubkan.“Hujam aku Gugun.” Fantasi Jihan berlebihan dengan menganggap Gugun adalah sosok yang liar yang menyetubuhinya dengan kasar, padahal kenyataannya Gugun adalah sosok yang pemalu. Namun, betapa liarnya fantasinya, kenyataannya dia tidak puas. Dia ingin melakukannya secara nyata langsung kepada Gugun. “Aku harus ke apartemennya sekarang. Iya, aku harus minta Gugun memuaskanku malam ini juga,” tutur Jihan dengan nafas menderu. Dia ta
Tidak selamanya nasib pria tampan selalu mujur. Apalagi kalau dihadapkan dengan wanita-wanita yang menginginkan kehangatan darinya. Resiko yang harus dia terima sebagai seorang lelaki gagah. Meski dia sudah ingin berkomitmen dengan seorang wanita, nyatanya godaan wanita lain lebih dahsyat!“Masukin aku Gugun, liangku gatal sekali,” pintanya sambil membelakangi Gugun sembari menonjolkan sesuatu di sana yang mengangga. Sekilas Gugun melihat ke arah luar, dia tahu kalau Nani sedang memperhatikannya dari balik semak belukar di dekat kolam renang. Wanita setengah baya itu pasti tidak rela kalau sampai Gugun menghujam wanita lain. Sungguh dilema besar melanda jiwanya. “Kok diam Gugun! Ayolah masukin punyamu yang besar pasti nikmat sekali,” sentaknya yang tidak sabaran. Gugun melihat ke arah wajah erotis Jihan yang terlihat mendekatkan lubang itu lebih dekat dengan keperkasaannya yang sudah dalam keadaan maksimal. “Jangan ragu-ragu, aku
“Morgan, Maafkan Tante.”Morgan tidak segera menyahut. Pandanganya terbuang ke arah langit. Berpura-pura menghitung bintang di atas sana, meskipun dadanya bergemuruh. Sampah! Iya dia hanya sampah yang tidak berharga! Bahkan di hadapan Nani yang selama ini dia anggap paling berjasa dalam hidupnya, tapi kenyataannya itu hanyalah kedok supaya Morgan menuruti apapun keinginannya. Dia benar-benar menjadi lelaki yang tidak berharga. “Tante tidak salah, aku yang salah karena telah hadir di kehidupan Tante.”Ucapan Morgan serasa meremas ginjalnya. Sungguh! Dia tidak bermaksud seperti itu. Dia tahu kalau berandalan seperti Morgan sangat anti untuk dikekang. Jadi selama ini, Morgan berusaha menahan segala egonya untuk mengalah demi menghormati dirinya. Nani baru menyadari keegoisannya. “Morgan, Tolong jangan berkata seperti itu. Kamu sama sekali tidak membebani Tante, justru Tante bahagia kamu hadir di kehidupan Tante,” ungkap Nani sam
“Siapa dua pria misterius itu?”Gugun bertanya-tanya sepulang dari diklat. Ini adalah hari terakhir dia menjalani diklat di hotel. Setelah itu, kembali bertugas di sekolah masing-masing.“Jangan-jangan anak buah Cokro. Bisa gawat kalau sampai ketahuan.”Gugun mendesah resah. Mengingat Cokro yang seorang perwira angkatan laut. Sangat mungkin nyawanya terancam kalau masih berhubungan dengan Nani.Sementara hubungannya dengan Nani semakin erat saja hari ke hari.Saat keluar dari area hotel, dia dikejutkan dengan kehadiran dua pria misterius semalam. Tampaknya mereka sedang menunggu Gugun sedari tadi di pinggir jalan.Gugun yang terhenyak berpura-pura tidak melihat mereka. Dia pun langsung melipir menuju jembatan penyebrangan.“Tunggu, Tuan.”Langkah Gugun terhenti saat kedua pria itu menghadang langkahnya. Yang membuat Gugun terheran-heran kenapa mereka memanggil Gugun dengan sebutan Tuan.
“Kami tahu kalau anda sekarang sedang diburu preman suruhan Fatur. Tuan tahu kalau preman-preman itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kami. Kami bisa melenyapkan mereka kalau Tuan mau.” Ferdinand menawarkan.Gugun diam. Terlalu cepat baginya untuk menerima semua ini. Dia seperti bermimpi. Dibawa ke sebuah resort mewah. Dianggap pemimpin oleh gangster besar. Dan sebuah bantuan yang cukup berarti untuk melenyapkan kroni Fatur yang sering meneror dirinya.“Terima kasih untuk tawarannya. Tapi sepertinya tidak perlu.” Gugun menolak halus. Hadyan dan Ferdinand mendesah. Ternyata sang bos belum sepenuhnya percaya dengan mereka.“Boleh saya pulang sekarang?” Gugun bertanya dengan nada sungkan. Sejujurnya dia merasa ngeri lama-lama di tempat ini.“Akan kami antar Tuan.”“Tidak usah.” Gugun menyambar cepat. Akan sangat berbahaya sekali kalau kehadiran mereka ada di dekatnya. Dia masih dalam
Bali adalah tempat yang paling cocok untuk membuang penat. Bagaimana kejenuhan dalam beraktifitas bisa terhapus dengan sekejap hanya dengan berlibur di Bali.Seperti yang dilakukan oleh keluarga besar Fatur dan juga Nani.Mereka berangkat bersama-sama dari bandara internasional ibu kota menuju Bali. Perjalanan waktu hanya menyita beberapa jam saja.Saat di pesawat, Gugun menjadi pusat perhatian mama-mama cantik. Jihan, Nani dan Nala sama-sama memandangnya penuh arti. Di kepala mereka masing-masing sudah tersimpan rencana yang akan mereka lakukan kepada Morgan.Sesampainya di bandara, Mereka langsung dijemput oleh mobil mewah yang dicharter khusus mereka. Memang ini adalah bagian dari bonus yang ditawarkan oleh Nani. Uang yang didonasikan kepadaa yayasannya tidak main-main. Maka, Nani pun akan memberikan bonus semaksimal mungkin.Sampailah mereka di sebuah hotel five star plus.Seorang Bellboy dengan tanggap membantu membawa barang-barang mer
“Papa kenapa?” tanya Jordan saat bertemu di ruang makan. Dia menunjuk kening ayahnya yang memar.“Habis jatuh semalam, Nak,” sambar Nala yang mengambil posisi duduk di dekat anaknya. Dia mengusap rambut anaknya yang sedikit berantakan.“Iya, Papa jatuh karena berantem sama monster,” ucap Morgan sambil memperagakan gerakan ultraman.“Monster di mana, Pa? Wah Papa hebat?” sambut Jordan antusias. Imajinasi anak kecil tentang tokoh superhero memang sangat kental. Makanya ketika ada cerita seperti itu, dia terlihat sangat bersemangat.“Mas!” tekan Nala sambil melotot. Morgan tergelak. Namun tak lama, karena Jordan yang memandangnya aneh.“Nanti setelah pulang sekolah, main Ultramen sama Papa ya, kamu jadi Ultramen, Papa jadi monsternya,” Rona wajah anak itu berubah cerah. Dia berdiri di atas kursi sambil tertingkah seperti supe
Morgan kembali menegakkan kepalanya. Kepuasan terlihat saat melihat wajah erotis Nala yang menginginkan dirinya. Istri yang sangat sempurna. selain cantik dan sexi, kepribadiannya juga menarik. Membuat Morgan beruntung memilikinya.Nala tersenyum genit sambil meliukkan tubuhya. Dia sedikit memutar badan. Memencet sabun di atas busa dan meremasnya. Kemudian dengan gerakan pelan, dia menyapukannya ketubuh Morgan. Setelah area depan selesai, Nala menempelkan tubuh bagian depannya dengan Morgan untuk menggapai area punggung. Terlihat mereka saling melempar senyum, pertanda bahwa mereka sangat menyukai momen seperti ini.“Turun, Sayang.”Kaki Nala kembali menapaki lantai. Dia menurunkan tubuhnya untuk membersihkan kedua kaki kokoh Morgan. Sedangkan Morgan terlihat memperhatikan Nala dengan wajah nakalnya, sungguh keseksian Nala tiada tara. Membuatnya selalu ingin berbuat hal yang buas.
Setelah selesai area muka, dia beralih ke kaki Morgan yang berbulu. Di saat yang bersamaan dia terhenyak saat melihat sesuatu yang menyembul keras.Morgan hampir tertawa saat melihat rona muka dari Nala. Hampir tidak tertebak, namun matanya tidak berkedip saat melihat juniornya. Kepala Nala bergerak secara slow motion ke arahnya. Dan sekarang terlihat wajah yang merona dengan dengusan nafas yang dalam. Morgan segera menangkap gelagat sang istri.Pria itu membangkitkan setengah badannya . Menangkup kedua pipi Nala dan merebut mulutnya yang ranum. Aroma vanilla semakin membangkitkan gairah Morgan, mulutnya terus bergulat sampai terdengar suara erangan yang menggelora.Ciuman yang terlepas membuat Morgan tersentak. Dia keheranan saat melihat Nala yang mundur beberapa langkah sambil mengusap mulutnya. Biasanya istrinya itu akan menerima apapun perlakukan Morgan, tapi kini dia menolaknya.“Aku benci
“Nyonya Nala, sebenernya….”Nala memperhatikan Rangga dengan seksama. Begitu juga Morgan yang sebenernya tidak ingin Rangga mengatakannya sekarang. Dia harus mencegahnya.“Jangan bicarakan sekarang. lebih baik di mansion saja,” sela Morgan. Nala menatap suaminya sejenak lalu beralih ke Rangga yang terlihat mengangguk.“Baik, kita bicarakan saja di rumah. “ Nala mengiyakan. Nala menyimpan rasa penasaran tentang sesuatu di antara Morgan dan Rangga. Dan memang kondisinya tidak memungkinkan untuk bicara di sini.Mereka masuk ke dalam mobil. Rangga melajukan kemudinya. Sepanjang perjalanan tidak ada perbincangan sama sekali di antara mereka. Hanya saling bertukar pandangan dan sibuk dengan pikiran masing-masing.Sesampainya di mansion, mereka langsung mengambil posisi untuk duduk di ruang tamu. Nala yang sudah tidak sabar membuka percak
“Ayo bangun! ku hajar kamu sampai mampus bedebah!” Kembali Max menghajarnya. Morgan ingin membalas. Tetapi dia melihat salah seorang yang anggota gang naga yang mengacungka senjata ke Nala. Morgan tidak mampu berkutik.Sedangkan, Nala hanya tergugu di dalam mobil. Dia hanya mampu menjerit tatkala melihat suaminya dihajar oleh Max tanpa perlawanan sama sekali. Terlebih sebuah pistol yang mengacung tepat ke arahnya dari luar mobil. Membuatnya semakin ketakutan.Sedari tadi dia berusaha untuk menghubungi Rangga. Iya, hanya dia yang setidaknya menghalau mereka. Dia tidak memiliki kontak para bodyguard yang menjadi anak buahnya, mengingat selama ini kalau ada apa-apa dia langsung menghubungi Rangga. Meski kemungkinan kecil bagi Rangga untuk datang mengingat orang kepercayaannya itu dalam pengaruh obat perangsang.“Cuma segitu kekuatanmu hah?” pekik Max di depan Morgan yang tergelepar tidak
“Mas, aku enggak enak hati denganmu,” ucap Nala memecah keheningan.“Enggak enak hati kenapa?” tanya Morgan dengan dahi berkerut. Dia yang semula fokus mengendarai mobil harus terpecah konsentrasi dengan ucapan sang istri.“Kamu sudah berjuang keras untuk mendapatkan perusahaan Arya Wiwaha, tapi dengan mudahnya kamu memberikannya kepadaku.” Akhirnya kalimat yang sekian lama dia pendam itu terlontar juga. Sebenernya dia ingin membicarakan hal ini sedari tadi. Tapi belum menemukan waktu yang tepat.“Memangnya kenapa Sayang? Apa ada masalah?” sahut Morgan enteng seakan hal itu bukan sesuatu hal yang besar baginya.“Mas enggak menyesal memberikan perusahaan sebesar itu kepadaku?” Nada suara Nala ditekan rendah berhati-hati sekali mengucapkan kalimat tersebut. Takut suaminya tersinggung.“Ya, enggaklah Sayan
‘The Party goes so weel. Congrat!’Semua tamu undangan memberikan selamat kepada Nala dan Morgan atas terselenggeranya acara peresmian. Semakin meneguhkan status mereka sebagai salah satu konglomerat paling diperhitungkan di negeri ini.Nala tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya. Bukan karena kenaikan level yang begitu drastis, tetapi pengorbanan sang suami yang cukup besar hingga mereka sampai ke titik ini.“Makasih atas semuanya, Mas,” ucap Nala sambil mengerling indah kea rah suaminya. Morgan menoleh. Menunjukan deretan gigi rapi yang menawan.“Apapun akan Mas lakukan untukmu, Sayang,” sahut Morgan. Nala mendadak merasakan tangan kekar Morgan yang melingkar. Nala melotot sambil mendorong dada suaminya saat sang suami berusaha merengkuhnya ke pelukan.“Ih, Mas. Jangan di sini. Malu,” bisik Nala sambil melayangkan pandangan ke arah semua para
“Sekarang, kamu tidak akan bisa lari kemana-mana Jihan.”“Jangan halangi Saya!” pekik Jihan. Membuat sedikit keributan di lobby hotel. Penjaga keamanan terlihat mendekati sang Tuan. Namun, Morgan langsung mengangkat tangan sebagai isyarat kalau dia bisa menangani sendiri.“Kamu pikir bisa semudah itu lari dari saya hah!” tutur Morgan dengan santai. Jihan terlihat panik. Dia tidak akan bisa menembus Morgan dengan pertahanan keamanan super ketat baik di dalam maupun di luar hotel.“Ternyata kamu sangat berbisa Jihan. Adalah sebuah kebodohan terbesar bagi saya karena dulu telah menyelamatkanmu dari sarang gang nafa. Ternyata kamu mempunyai niat yang terselubung,” kecam Morgan.Jihan terkekeh. Suaranya menjadi tawa yang semakin keras. Mirip dengan seperti tawa psikopat.“Harus berapa kali aku bilang kepadamu Morgan, kalau aku sang
Rico pasrah. Percuma saja dia melawan. Morgan terlalu kuat untuk dia hadapi sendiri. Sedangkan Jihan sedang mencari celah kelengahan Morgan.“Kalian ikut aku sekarang. aku akan menimbang hukuman apa yang pantas buat kalian,” tutur Morgan sambil menyeret Rico. Begitu juga Jihan yang berjalan terlebih dahulu di hadapan mereka.Entah kenapa, mendadak Rico merasa kasihan dengan Jihan. Orang yang teramat dia cintai itu juga akan dihukum oleh Morgan. Dia tidak rela kalau sampai Jihan babak belur atau bahkan meninggal di tangan Morgan. Terlebih dia tahu betul kalau Morgan tidak segan melakukan hal itu jika ada yang berani mengusiknya. Dia harus mengalihkan perhatian Morgan, Supaya Jihan bisa kabur.“Aku tidak tahu alasan kenapa kamu tetap bertahan dengan Nala yang jelek itu. Kalau aku jadi kamu pasti aku sudah memilih Jihan,” celetuk Rico tiba-tiba. Morgan yang mendengarnya langsung menghentikan langkahn