Morgan melangkah di ruang tamu untuk menghempaskan diri di sofa. Tetapi, ketika akan posisi setengah duduk dahinya berkerut saat melihat sesuatu yang tergeletak di atas nakas di dalam kamar yang terbuka. Dia pun tidak jadi duduk dan beringsut ke dalam kamar itu. Dia penasaran apa benda itu sama dengan apa yang dia pikirkan.
Tepat seperti yang dia duga kalau benda itu adalah benda pemuas yang berbentuk mirip dengan kepunyaan lelaki. Dia tertegun sesaat. Benda berwarna pink dan bisa bergetar itu tidak asing baginya, karena dia dulu kerap kali dia menemukan benda serupa ketika sedang bersama dengan wanita yang kesepian. Dan sekarang dia seolah diingatkan akan masa lalunya mengenai benda itu.
Jihan memang sedang kesepian.
Sebenernya dia masih bertanya-tanya kenapa Jihan bisa berubah sangat drastic. Tidak hanya soal penampilan tetapi juga kekayaan yang dia dapatkan dengan sekejap. Pasti ada sesuatu yang dirahasiak
Aaaaaaaa!Jihan tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya saat melihat bagian terindah dari tubuh pria itu. seperti apa yang dia lihat di majalah-majalan dewasa yang banyak memuat model-model lelaki dengan bodi goal yang sempurna. Morgan, lelaki yang selalu mengisi angan kotornya sekarang menujukan ukiran kokoh tubuhnya secara langsung. Begitu indah dari yang dia bayangkan selama ini.Sedangkan Morgan merentangkan bajunya. Dengan tatapan yang sangat liar, dia merapatkan tubuh bagian depan itu untuk semakin memojokan Jihan di sudut ruangan. Dia sedang memainkan perasaan wanita itu yang pasti campur aduk sekarang. Tanpa banyak kata yang terucap, namun gesture tubuh sudah mengatakan segalanya.“Morgan!” beberapa kali Jihan memekik. Dia sama sekali tidak bisa mengartikan arti degub jantungnya sekarang. Apa dia terlalu gugup karena menginginkan Morgan atau justru ketakutan karena Morgan yang tampak begitu beringas
Nala terlihat mondar-mandir di ruang tamu. Jam di ponselnya sudah menujukan jam delapan malam tetapi Morgan tidak kunjung pulang. Biasanya kalau tidak ada sesuatu yang dikerjakan, suaminya itu langsung pulang tanpa mampir kemana-mana. Morgan membatasi diri untuk nongkrong di luar dan lebih fokus kepada keluarga.Namun, malam ini entah kenapa perasaan Nala menjadi tidak enak. Feelingnya kuat mengatakan bahwa Morgan sedang melakukan sesuatu di luar sana dan merahasiakannya kepadanya. Terlebih pria itu sama sekali tidak mengabarinya. Sungguh dia hanya butuh supaya pria itu jujur.Nala mengibaskan tangan di depan wajahnya. Seharusnya dia tidak boleh berprasangka buruk terhadap suaminya. Walaubagaimanapun, kunci dari sebuah hubungan adalah saling percaya dan keterbukaan. Dan dia sangat yakin kalau Morgan tidak akan mungkin berbuat macam-macam di luar sana.Tidak berselang lama, terdengar suara mobil alphard di depan Mansion. Nala tahu kalau suamin
“Papa bangga sama kamu, Nak. Yang rajin ya belajarnya,” ungkap Morgan dengan mata yang berkaca. Entah kapan terakhir Morgan merasakan terharu, yang jelas sebagai seorang ayah dia sangat bangga dengan perkembangan anaknya. Ada kebahagiaan sendiri di dalam hatinya. Apalagi melihat semangat Jordan yang sepertinya tidak terbeli. Dia sangat yakin kalau kelak Jordan akan mampu membuat mereka selaku orang tua bangga.“Mas, mandi dulu. Setelah itu kita makan malam bersama,” seloroh Nala. Dia tidak bermaksud untuk menggangu momen kebersamaan Morgan dengan Jordan. Tetapi karena jam sudah menujukan pukul delapan malam. Mereka yang biasanya memulai makan malam pukul tujuh, harus menundanya karena Morgan yang pulang terlambat. Sambil menunggu Morgan pulang, Jordan berinisiatif untuk belajar.Morgan sekilas melempar senyum kecil ke arah Nala. Tangannya yang masih memegang puncak kepaa Jordan. Dengan suara lembut p
Haruskah aku meneruskan semua ini? Bagaimana kalau Nala tahu semuanya dan salah faham denganku?Morgan bermonolog dengan diri sendiri. Rencananya sempat terusik karena aroma parfum tersebut. Namun, kepalang tanggung. Dia sudah terlanjur masuk ke dalam ranah yang tidak seharusnya. Tidak cukup hanya sekedar basah. Kalau bisa mandi sekalian.Sekarang, Morgan sedang perjalanan menuju kantor Arya Wiwaha Corp yang katanya adalah milik dari Jihan. Ada banyak hal yang ingin dia tahu, sehingga dia memutuskan untuk datang ke kantor tersebut.Morgan sengaja datang ketika makan siang. Jadi tidak ada yang curiga kalau dia sedang melakukan pertemuan khusus dengan Jihan.Namun, tanpa Morgan sadari ada sebuah mobil yang sedari tadi mengutitnya. Memata-matainya saat keluar dari kantor Hartono Group menuju Arya Wiwaha Corp.Sesampainya di sana, kedatangannya seolah disambut hangat oleh perusahaan tersebut
Jihan sudah selesai membersihkan diri dan beranjak keluar dari toilet. Saat membuka pintu dia dikagetkan dengan Morgan yang sudah berdiri di ambang pintu. Dia terlihat menumpu tangannya di tembok sembari memandanginya dari atas sampai bawah. Jihan salah tingkah dibuatnya. Dia akan berjalan mendahului Morgan. Tetapi, Morgan malah menghalangi langkah Jihan dengan tubuhnya.“Morgan, apaan sih?”“Gimana rasanya habis pipis kentel?” goda Morgan. Jihan hanya menunduk sambil menyibak anak rambutnya.“Enak,” sahutnya secara refleks. Lalu, dia menutup mulutnya sendiri, “Eh, maksudku lega habis pipis biasa. Kamu jangan mengada-ada ya,” ungkap Jihan yang membuat Morgan terkekeh. Secara tidak sadar, alam bawah sadar Jihan menginginkan dirinya.“Ya, sudah kamu lanjutin saja meriksa data.”“Terus, kamu mau ngapain?”“Ada deh, mau tahu saja.” jaw
“Kamu lagi pengen ya?” tanya Morgan. Jihan mengangguk cepat. Morgan yang tanggap langsung menepikan mobilnya.“Morgan kok berhenti di sini?” tanya Jihan yang keheranan. Dia tidak sadar telah meraba tubuhnya sendiri dengan geliat sensual.“Jihan coba lihat aku,” tanya Morgan. Jihan langsung menoleh ke arah yang seketika membuatnya melenguh. Betapa tidak sesuatu yang menyembul itu terlihat lebih keras dan kokoh. Membuat fantasinya melayang kemana-mana.“Morgan berhenti lihatin aku seperti itu!” hardik Jihan yang justru membuat Morgan melepas jasnya. Dan melemparkannya di jok belakang. Jihan panik melihatnya.“Kamu mau ngapain?” tanya Jihan.“Enggak apa-apa gerah aja,” sahutnya ringan. Padahal hawa dingin masih memenuhi dalam mobil yang tertutup. Pasti Morgan merasa kegerahan karena melihatnya.Morgan hanya terdiam. Namun pandangan liarnya sepert
“Kapan kamu akan memberikan kontrak kerjasamanya?” tanya Jihan dengan suara lantang. Morgan tertegun dengan perubahan sikap Jihan setelah membaca pesan di ponselnya tersebut. Dia yang semula berkata lirih penuh desahan sekarang bersikap tegas. Sepertinya ada sesuatu yang belum dia ketahui.“Secepatnya,” sahut Morgan pendek. Terkesan acuh. Jihan mendengus kesal. Morgan menganggapnya sebelah mata karena Jihan yang mengiba kepuasan darinya. Namun, dia tidak mau karena hal itu, Morgan bisa memperlakukannya dengan seenaknya.Beberapa saat kemudian, Pelayan membawakan pesanan mereka. Morgan yang sudah keroncongan langsung menyantap makanan tersebut. Dia lupa kalau telah berbohong mengenai dirinya yang sudah makan di kantor.“Berikan kepadaku segera, supaya bisa aku tandatangani. Setelah itu, kita langsung pergi ke Singapure untuk melihat proyeknya. Aku mau kita stay di sana selama dua minggu,&rdqu
“Kapan kamu akan memberikan kontrak kerjasamanya?” tanya Jihan dengan suara lantang. Morgan tertegun dengan perubahan sikap Jihan setelah membaca pesan di ponselnya tersebut. Dia yang semula berkata lirih penuh desahan sekarang bersikap tegas. Sepertinya ada sesuatu yang belum dia ketahui.“Secepatnya,” sahut Morgan pendek. Terkesan acuh. Jihan mendengus kesal. Morgan menganggapnya sebelah mata karena Jihan yang mengiba kepuasan darinya. Namun, dia tidak mau karena hal itu, Morgan bisa memperlakukannya dengan seenaknya.Beberapa saat kemudian, Pelayan membawakan pesanan mereka. Morgan yang sudah keroncongan langsung menyantap makanan tersebut. Dia lupa kalau telah berbohong mengenai dirinya yang sudah makan di kantor.“Berikan kepadaku segera, supaya bisa aku tandatangani. Setelah itu, kita langsung pergi ke Singapure untuk melihat proyeknya. Aku mau kita stay di sana selama dua minggu,&rdqu
“Papa kenapa?” tanya Jordan saat bertemu di ruang makan. Dia menunjuk kening ayahnya yang memar.“Habis jatuh semalam, Nak,” sambar Nala yang mengambil posisi duduk di dekat anaknya. Dia mengusap rambut anaknya yang sedikit berantakan.“Iya, Papa jatuh karena berantem sama monster,” ucap Morgan sambil memperagakan gerakan ultraman.“Monster di mana, Pa? Wah Papa hebat?” sambut Jordan antusias. Imajinasi anak kecil tentang tokoh superhero memang sangat kental. Makanya ketika ada cerita seperti itu, dia terlihat sangat bersemangat.“Mas!” tekan Nala sambil melotot. Morgan tergelak. Namun tak lama, karena Jordan yang memandangnya aneh.“Nanti setelah pulang sekolah, main Ultramen sama Papa ya, kamu jadi Ultramen, Papa jadi monsternya,” Rona wajah anak itu berubah cerah. Dia berdiri di atas kursi sambil tertingkah seperti supe
Morgan kembali menegakkan kepalanya. Kepuasan terlihat saat melihat wajah erotis Nala yang menginginkan dirinya. Istri yang sangat sempurna. selain cantik dan sexi, kepribadiannya juga menarik. Membuat Morgan beruntung memilikinya.Nala tersenyum genit sambil meliukkan tubuhya. Dia sedikit memutar badan. Memencet sabun di atas busa dan meremasnya. Kemudian dengan gerakan pelan, dia menyapukannya ketubuh Morgan. Setelah area depan selesai, Nala menempelkan tubuh bagian depannya dengan Morgan untuk menggapai area punggung. Terlihat mereka saling melempar senyum, pertanda bahwa mereka sangat menyukai momen seperti ini.“Turun, Sayang.”Kaki Nala kembali menapaki lantai. Dia menurunkan tubuhnya untuk membersihkan kedua kaki kokoh Morgan. Sedangkan Morgan terlihat memperhatikan Nala dengan wajah nakalnya, sungguh keseksian Nala tiada tara. Membuatnya selalu ingin berbuat hal yang buas.
Setelah selesai area muka, dia beralih ke kaki Morgan yang berbulu. Di saat yang bersamaan dia terhenyak saat melihat sesuatu yang menyembul keras.Morgan hampir tertawa saat melihat rona muka dari Nala. Hampir tidak tertebak, namun matanya tidak berkedip saat melihat juniornya. Kepala Nala bergerak secara slow motion ke arahnya. Dan sekarang terlihat wajah yang merona dengan dengusan nafas yang dalam. Morgan segera menangkap gelagat sang istri.Pria itu membangkitkan setengah badannya . Menangkup kedua pipi Nala dan merebut mulutnya yang ranum. Aroma vanilla semakin membangkitkan gairah Morgan, mulutnya terus bergulat sampai terdengar suara erangan yang menggelora.Ciuman yang terlepas membuat Morgan tersentak. Dia keheranan saat melihat Nala yang mundur beberapa langkah sambil mengusap mulutnya. Biasanya istrinya itu akan menerima apapun perlakukan Morgan, tapi kini dia menolaknya.“Aku benci
“Nyonya Nala, sebenernya….”Nala memperhatikan Rangga dengan seksama. Begitu juga Morgan yang sebenernya tidak ingin Rangga mengatakannya sekarang. Dia harus mencegahnya.“Jangan bicarakan sekarang. lebih baik di mansion saja,” sela Morgan. Nala menatap suaminya sejenak lalu beralih ke Rangga yang terlihat mengangguk.“Baik, kita bicarakan saja di rumah. “ Nala mengiyakan. Nala menyimpan rasa penasaran tentang sesuatu di antara Morgan dan Rangga. Dan memang kondisinya tidak memungkinkan untuk bicara di sini.Mereka masuk ke dalam mobil. Rangga melajukan kemudinya. Sepanjang perjalanan tidak ada perbincangan sama sekali di antara mereka. Hanya saling bertukar pandangan dan sibuk dengan pikiran masing-masing.Sesampainya di mansion, mereka langsung mengambil posisi untuk duduk di ruang tamu. Nala yang sudah tidak sabar membuka percak
“Ayo bangun! ku hajar kamu sampai mampus bedebah!” Kembali Max menghajarnya. Morgan ingin membalas. Tetapi dia melihat salah seorang yang anggota gang naga yang mengacungka senjata ke Nala. Morgan tidak mampu berkutik.Sedangkan, Nala hanya tergugu di dalam mobil. Dia hanya mampu menjerit tatkala melihat suaminya dihajar oleh Max tanpa perlawanan sama sekali. Terlebih sebuah pistol yang mengacung tepat ke arahnya dari luar mobil. Membuatnya semakin ketakutan.Sedari tadi dia berusaha untuk menghubungi Rangga. Iya, hanya dia yang setidaknya menghalau mereka. Dia tidak memiliki kontak para bodyguard yang menjadi anak buahnya, mengingat selama ini kalau ada apa-apa dia langsung menghubungi Rangga. Meski kemungkinan kecil bagi Rangga untuk datang mengingat orang kepercayaannya itu dalam pengaruh obat perangsang.“Cuma segitu kekuatanmu hah?” pekik Max di depan Morgan yang tergelepar tidak
“Mas, aku enggak enak hati denganmu,” ucap Nala memecah keheningan.“Enggak enak hati kenapa?” tanya Morgan dengan dahi berkerut. Dia yang semula fokus mengendarai mobil harus terpecah konsentrasi dengan ucapan sang istri.“Kamu sudah berjuang keras untuk mendapatkan perusahaan Arya Wiwaha, tapi dengan mudahnya kamu memberikannya kepadaku.” Akhirnya kalimat yang sekian lama dia pendam itu terlontar juga. Sebenernya dia ingin membicarakan hal ini sedari tadi. Tapi belum menemukan waktu yang tepat.“Memangnya kenapa Sayang? Apa ada masalah?” sahut Morgan enteng seakan hal itu bukan sesuatu hal yang besar baginya.“Mas enggak menyesal memberikan perusahaan sebesar itu kepadaku?” Nada suara Nala ditekan rendah berhati-hati sekali mengucapkan kalimat tersebut. Takut suaminya tersinggung.“Ya, enggaklah Sayan
‘The Party goes so weel. Congrat!’Semua tamu undangan memberikan selamat kepada Nala dan Morgan atas terselenggeranya acara peresmian. Semakin meneguhkan status mereka sebagai salah satu konglomerat paling diperhitungkan di negeri ini.Nala tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya. Bukan karena kenaikan level yang begitu drastis, tetapi pengorbanan sang suami yang cukup besar hingga mereka sampai ke titik ini.“Makasih atas semuanya, Mas,” ucap Nala sambil mengerling indah kea rah suaminya. Morgan menoleh. Menunjukan deretan gigi rapi yang menawan.“Apapun akan Mas lakukan untukmu, Sayang,” sahut Morgan. Nala mendadak merasakan tangan kekar Morgan yang melingkar. Nala melotot sambil mendorong dada suaminya saat sang suami berusaha merengkuhnya ke pelukan.“Ih, Mas. Jangan di sini. Malu,” bisik Nala sambil melayangkan pandangan ke arah semua para
“Sekarang, kamu tidak akan bisa lari kemana-mana Jihan.”“Jangan halangi Saya!” pekik Jihan. Membuat sedikit keributan di lobby hotel. Penjaga keamanan terlihat mendekati sang Tuan. Namun, Morgan langsung mengangkat tangan sebagai isyarat kalau dia bisa menangani sendiri.“Kamu pikir bisa semudah itu lari dari saya hah!” tutur Morgan dengan santai. Jihan terlihat panik. Dia tidak akan bisa menembus Morgan dengan pertahanan keamanan super ketat baik di dalam maupun di luar hotel.“Ternyata kamu sangat berbisa Jihan. Adalah sebuah kebodohan terbesar bagi saya karena dulu telah menyelamatkanmu dari sarang gang nafa. Ternyata kamu mempunyai niat yang terselubung,” kecam Morgan.Jihan terkekeh. Suaranya menjadi tawa yang semakin keras. Mirip dengan seperti tawa psikopat.“Harus berapa kali aku bilang kepadamu Morgan, kalau aku sang
Rico pasrah. Percuma saja dia melawan. Morgan terlalu kuat untuk dia hadapi sendiri. Sedangkan Jihan sedang mencari celah kelengahan Morgan.“Kalian ikut aku sekarang. aku akan menimbang hukuman apa yang pantas buat kalian,” tutur Morgan sambil menyeret Rico. Begitu juga Jihan yang berjalan terlebih dahulu di hadapan mereka.Entah kenapa, mendadak Rico merasa kasihan dengan Jihan. Orang yang teramat dia cintai itu juga akan dihukum oleh Morgan. Dia tidak rela kalau sampai Jihan babak belur atau bahkan meninggal di tangan Morgan. Terlebih dia tahu betul kalau Morgan tidak segan melakukan hal itu jika ada yang berani mengusiknya. Dia harus mengalihkan perhatian Morgan, Supaya Jihan bisa kabur.“Aku tidak tahu alasan kenapa kamu tetap bertahan dengan Nala yang jelek itu. Kalau aku jadi kamu pasti aku sudah memilih Jihan,” celetuk Rico tiba-tiba. Morgan yang mendengarnya langsung menghentikan langkahn