Share

Bab 5

Penulis: Thiryrs
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Pada detik ini, Azyla dan para sahabatnya pun mulai memandang indahnya suasana yang ada di sana, layaknya kisah persahabatan mereka yang penuh dengan harmoni dan kedamaian.

Tak terasa, kegembiraan itu telah berjalan setengah jam lamanya. Kini saatnya, seluruh murid SMK Pelita Bangsa dikumpulkan. Mereka dengan sengaja disuruh berkumpul untuk diberikan informasi, serta peraturan yang harus dilakukan dan  diikuti dengan penuh kewajiban, sebagai wisatawan yang baik.

Suara merdu nan syahdu pun mulai terdengar oleh pendengaran mereka. Ya, suara merdu itu menandakan suatu kegiatan dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT dan tentunya harus segera dilaksanakan. Maka sebab hal ini, Azan yang telah bergema itu pun menuntut Azyla, Aliya, dan Tania untuk menuju tempat suci yang dapat menyucikan hati orang-orang yang beriman dan para penganut agama Islam.

Layaknya garis tangan seseorang, perbedaan sungguh tak menjadi sebuah permasalahan bagi mereka, untuk selalu tersenyum dalam hubungan persahabatan.

“Aliya, Tania azan telah bergema dengan begitu merdunya. Sekarang waktunya kita melaksanakan kewajiban sebagai umat yang beragama,” tutur Azyla.

“Baiklah, aku dan Tania akan memenuhi kewajiban itu bersamamu,” sahut Aliya dengan senyuman diwajahnya.

“Oh, ya ... Jeysa maaf ya, saat ini kami harus meninggalkanmu, tapi kami janji untuk tak meninggalkanmu lebih dari satu jam,” ucap Azyla.

“Iya Jey, itu benar,” sahut Aliya.

“H’hmm ... janji,” sambung Tania dengan nada yang meyakinkan.

“Baiklah para sahabatku ... itu tak menjadi masalah bagiku dan juga senyumanku ini. Kalian tak perlu khawatir, jalankan saja ibadah kalian nanti dengan serius. Jangan main-main, tak  baik ibadah pada Tuhan jika disertai dengan candaan,” tutur Jeysa dengan tampak tersenyum tulus.

Tak hanya Jeysa, sebab yang lainnya pun tampak tersenyum seraya mengangguk samar, di kala mereka mendengar ucapannya Jeysa. Sunggguh bagi mereka, ucapan yang baru saja Jeysa tuturkan tadinya, teramat terkesan menghormati perbedaan yang ada di antara mereka.

“Baiklah, kami pergi dulu ya Jey,” ucap Azyla.

“Hati-hati, ya,” balas Jeysa.

Bab terkait

  • Sepatu   Bab 6

    Azyla, Aliya dan Tania pun melangkahkan kaki mereka menuju masjid yang tak jauh dari tempat peristirahatan mereka. Langkah demi langkah mereka lewati dengan dihadiri perasaan yang seakan menyatakan penuh tanda tanya dan sama sekali tak terduga tentunya. Maka pada saat itulah, suatu misteri pun mulai menghampiri langkahnya Tania.“Azyla, Aliya ... apa kalian merasa jika ada bayangan yang tengah mengikuti kita?” tanya Tania dengan tampak sedikit bergidik.“Hmm ... tidak, aku tak merasakannya,” jawab Azyla.“Sama, aku juga tidak,” lanjut Aliya.“Apa saat ini, kalian ... benar-benar tak merasakan apa yang kurasakan?” tanya Tania dengan tampak khawatir.“Sungguh, tidak,” jawab Azyla dan Aliya dengan merasa heran.“Hmmm ... ya sudah, mungkin itu hanya sebatas perasaanku saja,” ucap Tania meski hatinya masih merasakan suatu kejanggalan yang tak biasa.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Sepatu   Bab 7

    Sesampainya mereka, Azyla dan kedua sahabatnya itu pun membasuh wajah mereka, serta mensucikan diri mereka dengan mengambil air wudu. Lalu kemudian, mereka pun memasuki masjid yang elok dan megah itu dengan penuh keikhlasan, untuk menunaikan kewajiban mereka.Menit demi menit pun telah terlewatkan, perasaan Tania kembali cemas dengan adanya kemisteriusan yang penuh dengan tanda tanya itu kembali. Hal ini terjadi, di kala mereka berangsur kembali melangkahkan kaki, menuju pandangan Jeysa yang tengah menunggu kehadiran mereka.Pada detik itu, detik ketika sesampainya mereka, tentunya obrolan pun kembali hadir melalui lisan yang mempertanyakan tentang kecemasan salah seorang sahabat mereka itu, terlagi Jeysa sama sekali tak mengetahui tentang hal ini.“Tania, wajah kamu terlihat cemas. Ada apa?” tanya Jeysa penuh perhatian.“Begini Jey ... tadi pada saat dipertengahan jalan, lebih tepatnya di saat kami ingin menuju ke masjid ... Tania melihat sebuah bayangan yang menjadi tanda tanya bag

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Sepatu   Bab 8

    Mereka pun dengan ceria di kala hendak memasuki istana tersebut. Tak hanya sebatas perasaan belaka, bahkan mereka pun turut menampilkan rasa mereka itu dengan berjalan khas sesuai cerminan rasa yang tengah mereka rasakan, dengan tak luput dengan senyuman, seraya menggenggam tiket yang telah mereka terima tentunya. Hal ini terjadi, bukan hanya pada Azyla, Aliya maupun hanya Jeysa, melainkan juga dengan Tania.Ya, meskipun tadinya Tania sempat memikirkan suatu hal yang tak pasti, tapi pada menit itu ia dengan spontan berubah menjadi sosok Tania yang ceria kembali.Sesampainya mereka di dalam istana yang tampak begitu megah itu, Azyla dan para sahabatnya pun mulai mendokumentasikan semua peninggalan-peninggalan yang terdapat di dalamnya. Namun berbeda dengan yang lainnya, Tania malah kembali membangkitkan rasa kecemasannya yang telah sempat terjadi pada sebelumnya.“Azyla, Aliya, Jeysa ...,” panggil Tania.“Ya?”“Rasanya ... seperti ada yang mengikutiku kembali. Sebaiknya kalian jangan ja

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Sepatu   Bab 9

    “Tenanglah Tan, kami akan selalu bersamamu. Lagi pula aku tak melihat apapun, bahkan aku juga tak merasakan apa yang tengah kamu bicarakan,” tutur Azyla.“Aku serius Zy, bahkan aku mersakannya lebih dari yang tadi,” sangkal Tania.“Gini saja, lebih baik kamu menyibukkan diri, agar kamu tak merasakannya lagi,” sahut dan saran Aliya.“Tapi aku harus melakukan apalagi? Bukannya dari tadi ... aku sudah berusaha untuk menyibukkan diriku dengan menulis dan juga memperhatikan banyaknya objek yang ada di sini? Lantas apalagi yang harus aku lakukan?”“Iya sih,” ucapnya. Setelah Aliya mengatakan kalimat singkatnya itu, seraya memikirkan suatu hal yang mungkin bisa jadi saran terbaik untuk situasinya Tania kali ini, lantas dengan spontan ia pun melihat ke arah bawah dan kini, arah pandangnya pun dengan tak sengaja tertuju ke arah pergelangan tangannya Tania, “hmmm ... Tan, kamu melepaskan gelang persahabatan kita?” tanya Aliya setelah melihat tangan Tania yang hampa.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Sepatu   Bab 10

    Setelah mendengar kalimat tanya itu, Tania pun turut mengernyitkan alisnya. Lalu kemudian ia pun turut melihat ke arah pergelangan tangannya, “Tidak, tadi aku memakainya,” jawab Tania, seraya turut melihat dekat pergelangan tangannya.“Lalu ke mana gelang itu?” Heran Aliya.“Entahlah, tapi perasaan tadi aku memakainya.” jawab Tania dengan benar-benar merasa heran, “tak mungkin aku lupa memakainya, ‘kan?!” tambahnya dengan terkesan seakan tengah bermonolog.“Ya, Tan ... tadi aku juga melihat kamu memakai gelang itu, saat berada di halaman istana,” jelas Jeysa.“Apa mungkin gelangnya jatuh di sana?” kata Azyla.“Mungkin saja. Bagaimana, jika kita mencarinya sekarang?” ujar Jeysa.“Boleh, ‘tu,” singkat Azyla.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Sepatu   Bab 11

    Mereka pun keluar menuju taman yang berada tepat di depan istana itu sambil mencari gelang Tania yang hilang. Kini, telah sepuluh menit lamanya mereka mencari gelang itu secara bersama.“Azyla, Aliya, Jeysa, apa kalian sudah menemukan gelangku yang hilang?” tanya Tania.“Aku belum menemukannya. Bagaimana jika sebaiknya, kita mencari gelangmu itu dengan berpencar, agar bisa segera ditemukan?” saran Azyla.“Baiklah, jika itu yang lebih baik,” balas Tania.Tania pun menerima saran dari salah seorang sahabatnya itu. Maka kini, mereka pun mulai mencari gelang milik Tania dengan turut berpencar.Beberapa saat setelah berpencar, akhirnya Tania pun menemukan gelangnya yang hilang tepat pada tatapannya. Namun meskipun demikian, lagi dan lagi ia merasakan hal yang pernah ia rasakan. Ya, apalagi kalau bukan perasaan yang penuh dengan tanda tanya, layak pada saat sebelum-sebelumnya.Sebab merasa takut, alhasil sebuah gelang yang tadinya telah ia genggam pun terlepas begitu saja dari genggamannya.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Sepatu   Bab 12

    "Tania kamu kenapa?” tanya Aliya, di kala netranya telah melihat kepanikan yang tengah Tania tampakkan dengan spontan.“Iya Tan, kamu kenapa? Apa tadi, kamu lihat sosok misteri itu lagi?” tanya Azyla padanya.“Iya Zy dan aku telah menemukan gelangku di sana,” ungkap Tania.“Jadi sebelumnya, kamu telah menemukan gelangmu?” tanya Jeysa.“iya Jey,” jawab Tania.“Lalu kemana gelang itu? Apa kamu telah mengambilnya?” tanya Aliya.“Itu yang menjadi alasanku kenapa aku berlari seperti ini. Tadi, pada saat aku ingin mengambil gelangku, aku merasa bayangan itu ... jauh lebih dekat arahnya denganku,” jelas Tania.“Tan, memangnya kamu menemukan gelang itu di mana?” tanya Jeysa.“Aku menemukannya tepat di depan istana, berdekatan dengan pintu masuk,”,jawab Tania.“Oh ... jadi di situ?”“Iya.”“Mmm,baiklah. Mari kita ke sana sekarang!” seru Jeysa, seraya meraih tangan ketiga sahabatnya itu secara bergantian.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Sepatu   Bab 13

    Kini, Tania dan para sahabatnya pun mulai menuju tempat itu. Namun gelang yang dicari- cari oleh mereka telah hilang tanpa jejak. Mereka seakan terkesan hanya membuang-buang waktu karena hanya untuk mencari gelang yang tak kunjung jumpa, lalu pada akhirnya apa? Hanya berujung kehampaan. Ya, itulah kiranya yang sempat terbesit dalam ruang pikir mereka.Lantas sebab hal itu, mereka pun dengan segera kembali memasuki istana itu dan kembali mendokumentasikan perjalanan mereka, sebagaimana tugas yang telah diberikan utuk mereka.***Kini, ruangan demi ruangan telah mereka jelajahi, tapi meskipun demikian perasaan Tania tetap saja belum berubah dan pada saat itu, mereka tengah menyinggahi sebuah objek berupa cermin yang diduga bersejarah, peninggalan kerajaan.“Azyla, Aliya, Tania ... apa kalian sudah memotret dan turut mengamati objek yang tepat di depanku ini?” tanya Jeysa.“Kayaknya, aku belum memotretnya,” jawab Aliya yang kemudian kembali melihat beberapa objek yang telah berhasil ia po

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • Sepatu   PEMBUKA

    Assalamu'alaikum .... Saya sebagai penulis, ingin memberikan sedikit pesan untuk semua pembaca, semoga bisa di pahami dan di laksanakan 👍. 😊😊😊 Membaca adalah hal yang cukup banyak di gemari, selain menambah ilmu juga dapat mengambil hikmah dari setiap peristiwa dan alur cerita yang di buat. Pada dasarnya setiap penulis menginginkan yang terbaik untuk setiap karya yang telah di publish, dan juga untuk pembaca yang setia bersama karyanya. Buku atau sebuah bacaan adalah gudang ilmu, dan isinya di pertanggung jawabkan menurut amal jariah yang menuju kebaikan atau bahkan sebaliknya. Pada dasarnya sebuah niat adalah kunci dalam suatu perbuatan, namun tak hanya sebatas itu, sebuah perlakuan bisa saja mengurungkan sebuah niat yang baik, bila menyimpang dari konsep kebaikan itu sendiri. Saya sebagai penulis, berharap sebuah karya ini akan menjadi suatu manfaat bukan sebagai dosa jariah, yang akan membebani kehidupan sejumlah orang yang terlibat. Oleh karena itu, saya harap para pem

  • Sepatu   Bab 22

    Maka sebab hal ini, mau tak mau para sahabatnya pun turut mengikuti keinginannya Tania. Mereka tampak melangkah dengan gesit, atas aba-aba dari Tania dan kemudian lekas kembali mengerjakan tugas mereka yang sempat terbengkalai tadinya."Huft! Syukurlah," ucap Tania setelah mereka sampai pada tempat yang sama, layak pada yang sebelum-sebelumnya."Syukur?" ulang Aliya dengan spontan dan turut mengernyitkan alisnya."Iya syukur! Syukur tadi di ...," ucapan Tania yang sempat terputus. Ya, hampir saja ia keceplosan kala itu. Jika saja kalimatnya masih terlanjut tanpa ia sadari, maka pastinya mereka semua akan tahu kalau Tania memang telah lama punya rasa pada Syahdan. Belum lagi nantinya, Jeysa malah akan meledeknya sebab hal ini, terlagi tadi ia sempat berakting agar mereka sama sekali tak tahu tentang isi hati dan suasana hatinya kala itu,"maksudnya ... syukur tugas-tugas kita masih tertumpuk rapi di sana, syukur tak ada yang mengambilnya. Jika saja itu sampai terjadi, bukankah ini akan

  • Sepatu   Bab 21

    Sungguh, sebenarnya rasa tergesa-gesa itu bukan sebab tugas mereka yang memang belum sepenuhnya terselesaikan, tapi tak lain dan tak bukan apalagi kalau bukan hanya sebatas alasannya Tania, agar para sahabatnya itu tak lagi ingin menetap di sana sebab merasa penasaran atau semacamnya, terlagi jika saja mereka sampai melihat ia salah tingkah, di kala posisi Syahdan yang masih saja melihat ke arahnya kala itu.Please, jangan ke sini Dan!Batin Tania.Kala itu, entah Syahdan memang hendak menghampirinya atau tidak, sungguh Tania juga tak mengetahuinya. Namun, di kala ia sempat melihat ke arahnya sejenak, sebelum akhirnya ia memutuskan untuk menarik para sahabatnya itu, ia memang sempat melihat pergerakan Syahdan yang seolah-olah hendak menghampirinya.Maka sebab hal inilah, dengan sigap Tania menarik mereka dengan terkesan tergesa-gesa dan lagi-lagi membuat para sahabatnya itu kembali mengernyitkan alis mereka tentunya.

  • Sepatu   Bab 20

    Mereka memang cukup merasa penasaran, tapi tampaknya mereka lebih memilih bungkam dan memilih untuk tak bertanya lebih mengenai dugaan mereka itu terhadapnya.Semenjak mereka berada di sana, sungguh tak ada yang menyangka jika pada akhirnya Syahdan akan sadar dan turut melihat ke arahnya. Maka sebab hal ini, sebab Tania merasa jika ada yang tengah melihatnya, maka dengan spontan pun matanya turut membalas pandangan itu.Tania meneguk salivanya di kala Syahdan turut melihat ke arahnya. Sungguh, ia tak tahu harus melakukan hal apa kala itu. Lantas sebab hal ini, Tania pun turut berakting melihat ke arah arloji yang tengah ia kenakan dan turut menuturkan, "Astagfirullah, telah berapa lama kita di sini? Bagaimana dengan tugas kita?" Itulah yang ia ucapkan dengan tampak seakan tergesa-gesa kala itu.

  • Sepatu   Bab 19

    "Hmmm?" Setelah ia mendengar kalimat tanya itu dari Azyla, lantas netranya pun turut mengarah ke arah sahabatnya itu.Tentu saja, Azyla merasa aneh sebab hal ini. Bagaimana tidak? Tania bukannya menjawabnya, tapi malah berdeham dan turut menautkan pandangannya belaka. Lantas sebab hal ini, Azyla pun turut kembali berucap, "Hmmm? Jadi benar?"Tania tampak menggeleng kala itu."Bukan?" tanya Azyla kembali dengan tampak merasa penasaran."Maksudnya, aku tak mengetahuinya. Ada rasa jika ini benar, tapi di sisi lainnya ini juga terasa mustahil," tutur Tania yang seakan tak ingin berharap lebih dengan nada suara yang semakin melirih. Tak hanya mengenai kalimatnya yang terkesan lirih di akhir, tapi ia pun turut menampilkan raut wajah sendu spontannya, di kala ia mengatakan sisa-sisa kalimat di akhir ucapannya kala itu.Tentu saja Tania telah jadi pusat perhatian bagi para sahabatnya. Tak hanya Azyla, tapi Aliya dan Jeysa pun seakan turut merasa, jika salah seorang sahabat mereka itu seakan te

  • Sepatu   Bab 18

    Jujur, Tania memang turut merasakan hal yang sama dan bahkan di sisi lainnya ia seakan cukup yakin akan hal ini, tapi balik lagi ke sisi lainnya, sungguh Tania merasa ambigu. Menurutnya, bagaimana mungkin rasanya jika seorang siswa yang kini seakan terkesan asing baginya itu, malah memperhatikannya sedari tadi?Ya, itulah hal yang seakan sulit untuk Tania tepis dalam mengatasi keambiguan ini. Apa memang Syahdan?Setelah sebelumnya ia sempat membatinkan kalimatnya, maka kini ia pun kembali melakukan hal yang sama. Kini, pandangannya pun masih tertuju ke arah yang sama. Sementara yang lainnya pun turut melihat ke arah Tania kala itu."Tan," panggil Azyla guna menyadarkannya."I ... iya?" Sungguh Tania seakan merasa gugup setelahnya. Baginya, jika saja sosok bayangan tadi memanglah Syahdan, maka ini seakan pertanda jika cinta lamanya telah terbalaskan.Lantas benarkah demikian? Benarkah sosok bayangan yang mengikutinya itu ialah Syahdan?Entahlah, bahkan Tania pun sama sekali belum beran

  • Sepatu   Bab 17

    Apa orang yang kamu ragukan itu adalah dia? Diakah sosok bayangan yang kamu maksud?” tanya Azyla dengan masih melihat ke arah yang sama dan turut menunjuk ke arah tersebut.Lantas setelahnya Tania pun turut memicingkan matanya secara berkala, guna memastikan hal ini.Mungkinkah dia?Batin Tania yang masih merasa ragu.Azyla bisa menduga demikian, sebab anak laki-laki bertopi itu sempat menunjuk ke arahnya dan juga yang lainnya. Sepertinya, ia yang tengah mengobrol dengan teman-temannya itu dan turut menunjuk ke arah tersebut, seakan memiliki maksud tertentu. Ini memang belum tentu benar, tapi tak menutup kemungkinan, jika alasan dari seorang siswa itu menunjuk ke arah mereka tanpa ia sadari, mungkin saja salah satu temannnya tengah menanyakan dari arah mana barusan ia berjalan, bukan?Ya, ini memang baru sebatas asumsi belaka, tapi tampaknya begitulah tanggapan Azyla mengenai hal ini. sebenarnya bukan hanya Azyla, demikian pula dengan Aliya, Jeysa dan bahkan juga Tania. Mereka seakan m

  • Sepatu   Bab 16

    Aku masih mengingatnya, walaupun tak terlalu jelas dalam pikiranku,” jawab Tania.“Lalu ia pergi ke arah mana?” tanya Jeysa.“Jika aku tak salah, tadinya ia seakan hendak menuju ke depan. Dia seakan berjalan mengarah ke depan, di mana kita meletakkan tas pada pintu masuk,” jawab Tania.“Kalau begitu, bagaimana jika kita menelusuri langkahnya saja? Meskipun arah itu belum pasti benar, tapi tak ada salahnya ‘kan guna memastikannya,” saran Aliya.“Iya, itu benar,” sahut Jeysa.Keraguan dan keresahan hati Tania dan para sahabatnya pun, menuntut mereka untuk memecahkan misteri yang seakan telah mengganggu ketenangan mereka. Lantas demikian, mereka pun lekas bergegas menuju arah yang sempat mereka bincangkan tadinya.“Tania,” panggil Azyla dengan turut mematung seraya menatap ke suatu arah di kala lengkah mereka sempat terhenti.“Ya?” jawab Tania.

  • Sepatu   Bab 15

    Beberapa saat kemudian, lebih tepatnya setelah mereka selesai dengan urusan mereka masing-masing. Kini, Azyla dan yang lainnya pun merasakan ada yang lebih jauh berbeda dari Tania.Lantas demikian, ketiga sahabatnya pun mencoba untuk menyadarkan Tania dari ilusi dan juga lamunannya pada kala itu. Namun dengan hitungan detik, Tania pun lekas bertanya kepada mereka,“Azyla, Aliya, Jeysa ... tadi pada saat kalian meninggalkanku ... aku melihat seseorang yang hampir sama dengan sosok yang mengikutiku tadi,“tapi aku hanya melihatnya dari pantulan cermin ini. Perasaanku berkata, jika ada seseorang yang memang tengah mengikutiku ... dan ini terasa benar-benar nyata. Namun, aku masih merasa ambigu akan hal ini. Aku ragu, apa dia yang kulihat tadi ... adalah seseorang yang telah mengikutiku dari atau tidak, entah dialah sosok bayangan itu atau tidak. Sungguh aku masih merasa aneh dan ambigu akan hal ini,” ungkap Tania.“Apa kamu masih ingat ... ke mana langkah perginya seseorang yang kamu binca

DMCA.com Protection Status