Pukul 10 pagi hari. Ririn baru saja bangun dari tidurnya, padahal tadi niatnya ingin melihat matahari terbit.
Tapi semua itu hanyalah omong kosong saja. Keterlambatan dirinya ini, itu semua karena ulah pria bernama Ares.
Ciuman hot di atas ranjang kamar hotel yang dirinya tempati ini, membuat dirinya merasakan kotor karena sudah hanyut kedalam ciuman panas itu.
Memag menyesal itu datangnya selalu saja terakhir dan sekarang dirinya menyesal sekali karena sudah memberikan kembali bibirnya kepada Ares.
"Ahhhhhhrrg!!" teriak Ririn melampiaskan rasa frustasi dirinya ini.
Ririn bangun dari tempat tidur dan berjalan menuju kulkas kecil yang didalamnya terdapat sebotol air putih.
Saat Ririn sedang meminum air putih dingin ini, pandangan matanya berfokus melihat ke arah dompet miliknya.
Saat melihat dompetnya tersebut, ingatan akan Ares dan ciuman
Jantung Ririn berpacu saat sudah melihat tempat yang di datangi sama pria bernama Roy ini. Sepertinya tempat yang mahal.Di lihat dari desain cafe saja sudah terlihat jelas, kalau cafe ini sangat mahal. Ririn bahkan tak bisa komen kepada pria itu."Masuklah, jangan menatap pintu saja." Roy kepada Ririn.Ririn masuk ke dalam cafe tersebut dan sepertinya dugaanya benar, kalau tempat ini mahal. Orang-orang yang datang saja mengenakan pakain mewah."Kenapa?" tanya Roy yang melihat raut wajah Ririn yang sepertinya shok sekali."Tidak apa-apa. Cepatlah, karena gue ada urusan lain."Ririn hanya mengikuti pria itu saja, yang memilih tempat duduk di paling pojok. Saat Ririn melihat menu, matanya membulat sempurna karena melihat harganya.Otak matematikanya mulai berkerja dan mulai melihat menghitung. Ririn merasa takut, jika pria itu memesan
Pukul 1 siang hari waktu Hawai. Ririn sedang berada di sebuah restaurant sederhana, yang tak jauh dari tempat hotel yang dirinya tempati.Ririn harus mengisi perutnya terlebih dahulu, sebelum ia kemabli jalan-jalan. Kali ini makanan yang dirinya makan, sesuai dengan selera dirinya."Kenyang," kata Ririn.Ririn merebahkan tubuhnya di kursi, seraya melihat pemandangan orang yang berlalu-lalang didepan dirinya ini.Hari ini sepertinya sangat menyenangkan, walaupun tadi pagi dirinya diganggu sama pria yang baru dirinya ketahui bernama Roy.Ririn merasa sangat lega karena pria bernama Roy tersebut, tidak jadi mengikuti dirinya akibat ada urusan mendadak.Membuat Ririn menjadi bahagia, karena tidak diganggu sama pria menyebalkan tersebut. Jika dipikir-pikir, kenapa dirinya bertemu dengan pria-pria aneh terus.Saat dirinya sedang melamun memikir
Rasa penasaran Ririn semakin jadi dan dirinya ingin sekali menaiki wahana itu. Ririn matanya melihat sekeliling.Ririn menemukan sebuah toko dan dirinya menghampiri toko itu. Ririn masuk dan melihat banyak pakaian khusus renang.Ririn mencari pakaian yang sopan. Tapi tak ada satupun, hanya pakaian seksi saja. Bahkan seperti tak berpakaian.Tapi Ririn ingin naik wahana Flyboard dan tak mungkin Ririn mengenakan pakaian yang dirinya kenakan sekarang ini.Ririn terdiam merenung, seraya memikirkan apa yang harus dirinya kenakan. Ririn sangat tak biasa mengenakan pakaian terbuka ini."Apa harus naik atau tidak? tapi cuaca sangat bagus sekali, dengan angin yang menyejukan."Selama Ririn tinggal di Hawai ini, dirinya belum juga menyentuih pantai Wakiki. Pandangan matanya kembali mleihat ke arah pantai.Untung memastikan apa dirinya ingin naik ata
"Kau akan ku tikam dengan pisau, jika macam-macam," ancam Ririn.Ririn berusaha agar dirinya tak menampilkan wajah takut-takut kepada pria itu. Walaupun sejujurnya Ririn takut mendengar apa yang dikatakan sama Ares."Minggir!!! atau gue akan berteriak dengan kencang dan membuat elu jadi tersangka pelecehan," kata Ririn.Ares terkekeh pelan, Pelan mendengar ancaman yang dilontarkan sama Ririn. "Silahkan berteriak sesukamu Nona," timpal Ares.Ririn memincingkan matanya mendengar ucapan Ares, yang sepertinya sama sekali tidak takut akan ancaman dirinya."Minggirlah Ares," kesal Ririn."Berteriaklah, agar orang diluar sana menganggap kau sedang mendesah," tutur ARes."Dasar gila!! orang teriak malah dikira mendesah," sinis Ririn."Apa kau tak mendengar suara aneh di ruang ganti ini?" tanya Ares sambil terus menahan Ririn,
Ririn melihat penampilan dirinya sendiri di pantulan kaca yang ada didepan dirinya ini. Ia suka dengan baju renang yang diberikan sama Ares, kepada dirinya.Pakaian renang ini tertutup dengan lengan panjang, walaupun dibagian bawah pendek sekali dan menampilkan kaki jenjangnya yang mulus.Tapi pakaian renang ini jauh lebih bagus dari pada pakaian renang dengan jenis Moniki yang dibilang sama Ares.Ririn keluar dari ruang ganti dan senyuman puas karena pakaian renangnya ini tak terlalu terbuka sama sekali."Suka?"Ririn hampir saja terjatuh, karena Ares yang mengejutkan dirinya. Rupanya pria bajiangan itu menunggu dirinya."Apa?" jutek Ririn."Mesum!!!" teriak Ririn.Mata Ares bajingan itu, lagi-lagi menatap tubuhnya dari atas hingga kebawah tubuhnya. Ririn rasanya ingin mengeluarkan mata yang kurang ajar itu.&
Ririn sedang berada diruang ganti, untuk menganti pakaian seksi dengan pakaian yang dirinya kenakan tadi.Sejujurnya Ririn masih ingin bermain, tapi karena semua permainan harus mengunakan uang. Jadilah Ririn menyelesaikan kesenangannya.Alasan lain dirinya menyelesaikan kegiatan yang menyenangkan ini, karena Ares yang terus saja menganggu dirinya.Menginggat nama Ares saja sudah membuat dirinya merasa kesal. Pria itu tak henti-hentinya menganggu dirinya.Ares memberikan banyak pertanyaan kepada dirinya, setelah mulut Ririn ini kelepasan dan bicara tentang Miko tadi.Padahal tadi niatnya hanya ingin melampiaskan rasa kesal, marah dan kecewa dengan cara berteriak dengan kencang.Tapi malah mulutnya ini mengucapkan sebuah nama kata yang sangat menjijikan sekali. Ririn memukul mulutnya dengan pelan, akibat kebodohan.Ririn berdiam diri
Ares bukannya keluar dari kamarnya, malah membuat tubuh Ririn terpojokan dan membentur dinding kamar hotel."Mau apa lagi? saya sudah mengatakan, untuk anda keluar dari kamar hotel saya!!" Ririn yang berusaha tegas.Sejujurnya jantung Ririn berdetak kencang sekali, melihat dan merasakan aura yang keluar dari pria bernama Ares ini.Ririn sungguh ketakutan, aura dominan dari Ares sangat kental dan pekat sekali. Tapi Ririn berusaha agar dirinya tak merasakan ketakutan."Lepaskan saya!!" maki Ririn. saat Ares malah mencengkram ke dua pipinya dengan sangat kuat.Ares dengan raut wajah yang dingin dan rahang yang mengeras. Pandangan mata Ares hanya berfokus kepada Ririn.Ares mencengkram pipi Ririn, membuat wanita itu merintih kesakitan. Ririn sudah memukul tangan Ares.Tapi pria kekuatan Ares jauh lebih kuat, hingga cengkraman di kedua pipi Ri
Ririn keluar dari kamar hotel hanya untuk menghilangkan rasa lapar yang melanda perutnya ini. Saat dirinya sudah keluar dari kamar.Mata Ririn melihat sekeliling dan sangat waspada, karena dirinya harus waspada akan kemunculan dari AresPria bernama Ares itu selalu datang disaat yang tak terduga sama sekali. Ares hanya berharap kalau dirinya tak melihat wajah Ares.Akhirnya sampailah Ririn di tempat dimana berbagai macam makanan dann minuman berada. Ririn tersenyum senang, saat dirinya melihat makanan.Ririn mengambil makanan secukupnya saja dan tak lupa minuman. Ririn terdiam dengan mata yang sedang melihat sekeliling.Mata Ririn sedang mencari tempat yang bagus, saat Rirrin melihat tempat duduk dengan pandangan langsung ke arah pantai.Ririn dengan cepat melangkah mendekati untuk duduk dan menghabiskan sarapan paginya ini.Ririn makan d
Di pagi buta seperti ini. Dirinya sudah dipaksa untuk bangun dari tidurnya dan tiba-tiba saja Roy mengatakan kalau kakaknya sedang menunggu didalam mobil sedan berwarna putih. Roy menipunya dengan mengatakan hal tersebut, membawanya pada pukul 6 pagi hari. Bahkan matahari saja belum muncul.Bahkan Ririn ingin meminta bantuan dari Ares, tapi pria itu sama sekali tak bisa dihubungi. Padahal semalam dirinya tidur bersama dengan Ayah dari anaknnya, di kamar rumah sakit. Membuat Ririn mengucapkan sumpah serapah kepada Roy, yang seenaknya saja membawa dirinya di pagi hari ini."Tersenyumlah agar cantik," ucap Roy kepada wanita itu yang sedang duduk."Apa yang elu lakukan sama gue Roy?" Ririn menatap tajam adik dari Ares.Tapi bukannya menjawab apa yang dikatakan sama Ririn, Ares malah memerintahkan kepada staff untuk melakukan hal magic kepada Ririn, yang sedang marah-marah itu."Roy!!
Pukul 8 malam hari di rumah sakit. Ririn tetap berada disamping kakaknya yang tak juga terbangun. Hati Ririn hancur melihat alat-alat yang menempel ditubuh Vanya. Ririn juga tak henti-hentinya untuk menangis.Ririn memegang dengan lembut tangan Vanya, sambil berdoa kepada Tuhan, agar membuat Vanya cepat sadar. Tapi kakaknya tak juga sadar, padahal kata dokter kakaknya akan bangun. Tapi kenapa Vanya belum juga membuka matanya.Kriet. Pintu terbuka dan membuat Ririn menoleh, mendengar suara itu."Rin. kembalilah ke kamar kamu." Roy mendekati wanita hamil tersebut."Masih ada disini?" Ririn yang kaget karena Roy masih berada dirumah sakit, dirinya mengira kalau Roy akan kembali."Hm, priamu itu memintaku untuk menemanimu," jawab Roy yang berdiri disamping Ririn.Ririn hanya menganggukan kepalanya saja. Tatapan matanya kembali melihat ke arah Vanya. "Kapan kakak
Ares mendobrak pintu berkali-kali, tapi pintu ruang bawah itu sangat kuat dan membuat Ares susah menembusnya. Oleh karena itu Ares menembakan pintu terbuka dan membuat kunci pintu hancur. Membuatnya menjadi lebih mudah masuk ke dalam ruang bawah tersebut Bibirnya menyeringai bak seorang iblis. Tatapan matanya dan aura yang Ares keluarkan berubah seketika, saat melihat orang yang dicarinya. Ares menatapnya seakan ingin membunuh langsung Miko, yang sedang duduk dengan wajah yang babak belur. Pria itu langsung saja bangun disaat melihat kedatangan Ares, dengan tangan yang membawa senjata api tersebut. Ares mendekati pria bajingan itu dan membuatnya saling berhadapan dengan pria yang sudah membuat akal sehatnya menghilang. Tapi bukannya takut dengan kedatangan Miko.
Vanya akhirnya mendapatkan pertolongan. Ambulance membawanya pergi tubuhnya menuju rumah sakit bersama dengan Ririn yang tak ingin berpisah dengan kakaknya tersebut. Sedangkan Roy menelpon rumah sakit untuk menyediakan segalanya dan tak lupa juga memberitahu Ares melalui sekretarisnya tentang apa yang terjadi hari ini. Ares sangat sibuk sekali karena jadwal hari ini begitu padat sekali dengan berbagai macam rapat. Hingga membuat kakaknya melupakan ponselnya. Roy yang mengangkat panggilan masuk dari nomer asing di ponsel milik Ares dan yang mendengar suara-suara Ririn meminta pertolongan. Tapi setelah itu panggilannya terputus dan Roy menghubungi balik tapi ponsel tersebut tidak aktif lagi. Lantas dengan cepat Roy melacak semua jaringan itu dengan berbagai cara yang dirinya ketahui, hingga ia menemukan lokasinya. Untung saja Roy biasa menemukan lokasinya dengan cepat. Jika tidak kedua bersaudara itu akan dalam bahaya, terutama Ririn
Miko semakin mendekati Ririn yang terus saja mundur-mundur. Tapi Miko mendekati wanita yang terlihat jelas kalau sedang ketakutan. "Jika saja kamu kebih nurut, pasti tak akan terjadi hal ini." Miko menyeringai sinis dan tatapan mata Miko sangat tajam, seperti pedang yang siap menghunus siapapun.Vanya berdiri dengan susah payah, walapun harus menahan rasa sakit akibat tubuhnya yang menerima hantaman keras oleh Miko. Vanya harus bangkit karena ia melihat adiknya dalam keadaan yang berbahaya, Vanya tak akan membiarkan Miko melukai Ririn dan bayinya.Vanya menarik tangan Miko agar menjauh dari adiknya. Menahannya dengan sekuat tenang, walaupun dengan tubuh yang sakit. "Lari Ririn, keluar dari apartemen ini!!" teriak Vanya kepad adiknya."Tidak, tidak. Kita harus keluar bersama!!" ucap Ririn yang melihat kakaknya terus menahan Miko."Cepatlah, tak punya banyak waktu. Keluarlah!!" teriak Vanya.
Entah keberanian dari mana membuat Ririn melakukan hal gila ini dengan bawa-bawa pisau. Tapi jika dirinya tak melakukan hal ini, pasti Ririn akan di lecehkan lagi sama Miko. Ririn tak ingin membiarkan hal itu terjadi."Baiklah sayang. Aku tak dekat-dekat dengan dirimu."Ririn sedikit tenang karena ancaman dirinya ini sangat ampuh dan membuat Miko tak akan berniat untuk melecehkan dirinya lagi. "Dimana kakak gue?" tanya Ririn kepada Miko.Arah pandangan mata Ririn berahli melihat ke arah telunjuk tersebut. Dugaan dirinya sepertinya memang benar, kalau kakaknya tersebut disembuyikan sama Miko. "Buka pintunya," perintah Ririn. Pasti pintu itu terkunci jika tidak, pasti kakaknya akan keluar dan menemui dirinya."Baiklah, tapi pisau itu jauhkan dari tangan kamu." Miko yang masih panik dengan apa yang dilakukan sama Ririn. Miko hanya menuruti apa yang dikatakan sama Ririn, tapi setelah itu ia akan me
Tubuh Vanya berada di atas ranjang, dalam keadaan tak berbusana sama sekali. Itu semua karena ulah Miko yang menyentuhnya secara paksa dan ancaman, membuat Vanya tak bisa berkutik dan melakukan apa yang dikatakan sama Miko, padahal dirinya tak ingin sama sekali disentuh oleh bajingan seperti Miko.Cairan bening keluar dari matanya, tubuhnya tak terlalu merasakan sakit walaupun Miko melakukannya dengan kasar. Perasaanya saja yang sangat terluka, akibat perbuatan dari Miko. Hiks.. hiks.. Sungguh hatinya merasakan sakit bertubi-tubi ini semua karena Miko. Pria itu sudah melukai perasaanya dan sekarang melukai tubuhnya.Vanya hanya bisa tergeletak di kasur ini saja, tubuhnya lemas dan tak bisa melakukan apapun. Lagian kamar yang Vanya tempati terkunci dari luar oleh Miko. Pria itu juga keluar dari kamar dan meninggalkannya sendiri dengan air mata yang bercucuran.Vanya hanya berharap semoga saja adiknya tidak datang ke
Pukul 8 pagi hari. Ririn sudah terbangun dari tidurnya yang nyenyaknya. Tubuhnya merasakan sakit sekali, akibat sentuhan panas tersebut. Efeknya baru dirinya rasakan pagi ini. Ares sungguh sangat luar biasa, sekaligus gila karena telah membuat tubuhnya sakit-sakit."Tubuhku yang malang." Ririn segera bangkit untuk berendam air hangat. Semoga saja mampu sedikit mengurangi rasa sakit tubuhku ini.Tak butuh waktu lama Ririn sudah keluar dari kamar mandi dengan perasaanya yang jauh lebih nyaman. Ririn berendam hanya 7 menit saja, sejujurnya mau lebih lama. Tapi dirinya ingat sedang mengandung. Ririn hanya takut saja, kalau tak baik berendam lama-lama untuk kandungannya ini.Pandangan mata Ririn melihat ke arah langit yang cerah sekali dan langitnya indah. Ririn menuju balkon kamarnya untuk menghirup udara pagi yang segar ini. "Indah sekali." bibir Ririn tersenyum manis melihat cuaca yang indah dan bagus ini.&nb
Vanya duduk kursi yang berada dibalkon kamarnya, menatap langit-langit malam yang begitu gelap dan tak ada bintang yang menghiasi langit ibu kota ini. Seperti hatinya yang gelap dan tak ada arah kehidupan lagi. Vanya bahkan dianggap tak ada dirumah ini oleh kedua orang tuanya, sedangkan orang yang dirinya cintai hanya menganggapnya sebagai pelampiasan nafsunya saja. Mata Vanya otomatis menoleh ke arah bawah saat mendengar suara orang. Vanya melihat kedua pasangan tersebut yang baru keluar dari rumah ini. Kedua pasangan itu tak lain adalah Ririn dan juga Ares. Ririn mengantarkan Ares untuk ke depan pintu, sepertinya Ares akan pulang. "Serasi sekali," ucap Vanya dengan senyuman tipis melihat adiknya yang sepertinya sudah mendapatkan kembali kehidupan asmaranya. "Semoga kalian bahagia. Aku tak akan biarkan Miko merusak kebahagian kalian." Vanya dengan matanya yang masih melihat kedua pasangan itu yang masi