Share

Bab 5. Kedatangan Nathan

Author: Abigail Kusuma
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Isabel merasa hidupnya tidak tenang. Benaknya berputar mendengar permintaan gila Joseph. Kata-kata Joseph layaknya ucapan menyejukan, namun memiliki makna menusuk hingga membuatnya merinding ketakutan. Napas Isabel terengah-engah akibat rasa takut sudah menyelimutinya.

Permintaan bentuk balas budi membuat Isabel seakan ingin berhenti bernapas. Sungguh, permintaan Joseph benar-benar membuat Isabel ingin terjun bebas dari penthouse megah ini.

Joseph adalah pria yang baru Isabel temui. Bahkan bisa dikatakan dalam seumur hidupnya, belum pernah dia dekat dengan seorang pria, seperti dirinya dekat dengan Joseph.

Akan tetapi, satu hal yang Isabel tidak lupa adalah Joseph banyak menolongnya, termasuk menolongnya dari ambang kematian. Jika waktu itu Joseph tidak membawanya pergi, maka sudah pasti hidup Isabel akan berakhir tragis.

“Isabel tidurlah. Ucapan Joseph tadi pasti omong kosong.” Isabel menarik selimut, menutup rapat wajahnya dengan selimut tebal itu. 

Joseph telah pergi meninggalkan Isabel di kamar. Setelah mengucapkan hal gila itu, pria itu pergi dan sukses membuat sekujur tubuh Isabel membeku. Astaga! Isabel sampai benar-benar tidak bisa bernapas. Sialnya, aroma parfume di tubuh Joseph membuat organ tubuh Isabel meronta.   

“Ya Tuhan, buatlah mataku tertutup dan lupa akan kata-kata Joseph. Aku mohon Tuhan.” Isabel bergumam di dalam selimut. Dia memaksa ingin tidur. Pasalnya jika membuka mata, kata-kata Joseph terus terngiang di dalam benaknya.

***

Esok hari. Isabel bangun lebih pagi. Dia bermaksud ingin membantu para pelayan membersihkan penthouse Joseph, tapi sayangnya para pelayan melayang Isabel untuk membantu bersih-bersih di penthouse milik Joseph itu.

Isabel merasa tidak enak karena sudah lama tinggal di penthouse milik Joseph secara gratis. Bukan hanya tempat tinggal saja, tapi juga Isabel diberikan pakaian yang layak, dan juga makanan yang lezat. Itu yang membuatnya merasa benar-benar tidak enak.

“Biarkan aku membantumu. Aku tidak bisa kalau hanya diam saja.” Isabel membujuk pelayan untuk membiarkannya membantu bersih-bersih.

“Nona, lebih baik Anda di kamar saja. Kebetulan Tuan Joseph pagi ini memiliki meeting di luar. Beliau bilang akan pulang sebentar lagi. Kalau Anda ikut membantu saya membersihkan rumah, nanti malah saya dimarahi Tuan Joseph. Anda tamu di sini, Nona. Anda bukan pelayan.” Sang pelayan menuturkan penjelasan secara sopan. Tentu pelayan itu tidak berani menerima bantuan dari Isabel. Dia takut kalau mendapatkan amukan dari Tuannya. 

Isabel menghela napas dalam. Pagi ini tepatnya ketika Isabel sudah terbangun, ternyata Joseph sudah tidak ada, karena katanya pria itu memiliki meeting penting. Isabel tidak bisa melarang karena sudah menjadi hak Joseph untuk pergi ke mana pun. Hanya saja niat gadis itu adalah membalas budi dengan caranya.

“Baiklah, aku masuk ke kamar saja.” Isabel memutuskan untuk kembali masuk ke dalam kamar. Dia berbalik dan melangkah menuju kamarnya, namun tanpa sengaja kaki Isabel terpeleset jatuh. 

Keseimbangan Isabel tidak terjaga dengan baik, dia nyaris tersungkur, akan tetapi untungnya ada tangan kokoh yang meraih pinggang Isabel, membantu Isabel berdiri tegak.

“Akhhh—” Isabel memekik terkejut karena hampir jatuh. Nasib baik menimpanya, ada seorang pria tampan dan gagah menangkapnya. Tampak mata Isabel mengerjap beberapa kali, menatap sosok pria tampan yang tak dikenalinya memeluk pinggangnya erat.

“Isabel?” Joseph masuk menatap kakaknya tengah memeluk Isabel.

“M-maaf, Tuan.” Isabel menyadari suara Joseph, dia segera menghindar dari pria yang menolongnya. 

“Tuan Nathan.” Pelayan yang ada di sana menundukan kepalanya, menyapa Nathan Afford—kakak kandung nomor dua Joseph.

Nathan mengangguk singkat membalas sapaan pelayan itu. Pun sang pelayan menunduk menyapa kedatangan Joseph. Berikutnya, sang pelayan segera pamit undur diri dari hadapan Joseph, Isabel, dan Nathan.

Joseph menatap dingin Nathan. “Kenapa kau ke sini?” tanyanya sambil menarik tangan Isabel agar menjauh dari Nathan.

Nathan membalas tatapan dingin Joseph. “Siapa dia?” tanyanya langsung seraya melirik Isabel yang kini menundukan kepala.

“Bukan urusanmu,” jawab Joseph singkat menandakan tak suka kalau kakaknya ikut campur akan urusan pribadinya.

Nathan mengalihkan tatapannya menatap Isabel. “Jika kau tidak mengatakan padaku siapa gadis ini, aku akan menghubungi Dad dan Mom kalau—”

“Dia kekasihku! Puas?!” geram Joseph kesal karena kakaknya ingin mengancamnya.

Mata Isabel membulat sempurna ketika Joseph mengaku-aku sebagai kekasihnya. Sungguh, Isabel merasa bahwa telinganya ini mengalami gangguan. Tapi ini semua nyata. Joseph mengaku dirinya sebagai kekasih pria itu. Lidah Isabel seakan kelu. Tidak bisa sama sekali melakukan sanggahan terhadap apa yang Joseph katakan.  

Nathan tak percaya begitu saja. Pria itu melangkah mendekat, mengamati seluruh penampilan Isabel dari ujung kaki ke ujung rambut. Menurut tafsirannya sosok gadis yang ada di hadapannya ini adalah sosok gadis yang lemah lembut. Rasanya tidak mungkin kalau gadis lemah lembut seperti ini, mau menjalin hubungan dengan adiknya yang terkenal playboy.

“Kau kekasih adikku?” Nathan menginterogasi Isabel.

“A-aku—” Isabel menunduk ketakutan di kala Nathan menginterogasi Isabel.

Joseph berdecak kesal. “Kau membuat Isabel ketakutan!” Dia langsung merengkuh bahu Isabel. “Berhentilah ikut campur. Dan jangan terlalu dekat pada kekasihku!”

Nathan mengalihkan pandangannya menatap Joseph. “Kau lupa ingatan? Sampai detik ini kau dan istriku juga sangat dekat.”

“Kau balas dendam karena masih berpikir aku akan merebut Aubree darimu?” Joseph merasa kakaknya memang sudah gila. Aubree adalah istri Nathan—kakaknya nomor dua. Joseph dan Aubree hanya murni teman dekat dan juga ikatan antara adik ipar dan kakak ipar. Joseph tidak pernah memiliki perasaan khusus meskipun Aubree sangat cantik. Tapi kakaknya itu masih saja berpikiran konyol padanya.

Nathan tersenyum tipis. “Kalau aku masih berpikiran kau akan merebut Aubree, maka detik ini juga aku akan menghabisimu dengan kedua tanganku.”

Joseph mengembuskan napas kasar. “So, untuk apa kau di sini?”

Nathan memasukan tangannya ke saku celananya. “Aku kebetulan memiliki meeting di kota ini. Dad memintaku untuk menyusulmu. Dia ingin kau segera kembali ke New York, karena ada project besar yang harus kau tangani. Tapi sepertinya kau sedang asik dengan kekasihmu. Nanti aku akan bilang pada Dad, kalau kau tidak bisa pulang ke New York, karena sedang asik bersama kekasihnya.”

“Ck! Dad memiliki anak buah. Aku yakin dia bisa meminta anak buahnya, agar menyelesaikan project-nya. Tidak usah menungguku pulang,” tukas Joseph tegas.

Nathan mengangguk singkat. “Kita bicara ini nanti. Aku akan kembali ke apartemenku. Aku di kota ini sampai akhir minggu.”

“Segeralah kembali ke New York. Istri dan anak-anakmu menunggumu!” usir Joseph tak betah jika kakaknya berada di kota yang sama dengannya. Alasan Joseph jarang berada di New York, karena dia tidak ingin keluarga ikut campur urusan pribadinya.

Nathan hanya tersenyum tipis. Lalu dia kembali menatap Isabel. “Jadi namamu Isabel?” ulangnya bertanya.

Isabel mengangguk. “I-iya, Tuan.”

“Nathan … cukup kau panggil aku namaku atau kakak. Kau kan kekasih adikku.” Nathan mengamati Isabel. “Wajahmu tidak asing. Sepertinya aku pernah melihatmu.”

Raut wajah Isabel memucat mendengar ucapan Nathan. “P-pasti kau salah, Kak.”

Nathan mengangguk. “Kau benar. Sepertinya aku salah. Alright, aku pergi dulu. Jaga dirimu dengan baik. Jika merasa adikku membebanimu, maka lepaskan dia. Aku sudah menilai kau terlalu baik untuk adikku yang berengsek.” Lalu, Nathan berbalik melangkah pergi meninggalkan Joseph dan Isabel.

“Kau—” Rahang Joseph mengatat. Tangannya mengepal kuat. Sorotnya menatap tajam kakanya yang pergi meninggalkannya. Jika bukan Nathan adalah kakak kandungnya, sudah pasti Joseph akan melayangkan pukulan padanya.

Comments (8)
goodnovel comment avatar
Anisaha Nisha
bagus tapi gak tau kelanjutannya seperti apa
goodnovel comment avatar
Cinta Putri
aaaaiiissss ... pke koin
goodnovel comment avatar
Sudiyanti Sudi
menarik, bagus, lanjut
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Sentuhan Berbahaya (Dangerous Touch)   Bab 6. Dia Adalah Tuan Putri

    “Siapa Aubree?”Pertanyaan pertama yang Isabel tanyakan di kala dirinya dan Joseph berada di ruang makan. Setelah Nathan pergi, mereka memutuskan untuk makan bersama, karena Joseph merasa lapar. Efek marah-marah sepertinya yang memicu Joseph menjadi lapar.Joseph yang tengah makan steak menghentikan makannya mendengar pertanyaan Isabel. “Aubree adalah istri kakaku.”Isabel terdiam sebentar. “Hm, Joseph … kenapa tadi kau bilang pada kakakmu kalau aku adalah kekasihmu?” tanyanya pelan dan hati-hati. Ini pertanyaan yang sejak tadi Isabel tahan-tahan.Joseph mengambil wine yang ada di atas meja, dan meminum wine itu perlahan. “Kalau aku mengatakan kau adalah temanku, maka dia tidak akan percaya. Aku malas untuk menjelaskan banyak hal padanya. Aku paling tidak suka ada orang yang ikut campur dengan urusan pribadiku.”Isabel mengangguk paham.“Kau keberatan kalau aku mengatakan kau sebagai kekasihku?” Joseph menatap Isabel, menunggu jawaban gadis itu.Isabel menggeleng cepat. “T-tidak seper

  • Sentuhan Berbahaya (Dangerous Touch)   Bab 7. Ayahmu Tampan Sekali!

    Isabel menatap cincin dan kalung milik mendiang ibunya yang tadi diberikan oleh pelayannya. Tampak jelas raut wajah Isabel menunjukkan kerapuhan dan kesedihan di kala melihat cincin dan kalung milik mendiang ibunya.Kepingan memori Isabel teringat tentang mendiang ibunya. Air mata Isabel pun berlinang jatuh membasahi pipinya, mengingat kenangan manis ketika ibunya masih ada di dunia ini.Isabel sangatlah merindukan ibunya. Jika ada mesin waktu yang Isabel inginkan adalah membuat ibunya kembali ada di dunia ini. Setiap kali gadis itu mengingat kenangan itu pastinya dia akan sedih dan sesak.“Nona?” Seorang pelayan mengetuk pintu kamar Isabel.Isabel sedikit tersentak karena pelayan itu menyerukan memanggil namanya. Detik itu juga Isabel menyimpan cincin dan kalung mendiang ibunya ke tempat semula—lalu dia bangkit berdiri—melangkah menghampiri pintu kamarnya—dan membuka pintu kamarnya perlahan.“Iya?” Isabel menatap sang pelayan yang ada di hadapannya.“Nona Isabel, saya akan mememasak

  • Sentuhan Berbahaya (Dangerous Touch)   Bab 8. Kau Menggendongku?

    Tubuh Isabel bergerak-gerak. Peluh membanjiri seluruh tubuhnya. Gadis itu seperti tenggelam dalam mimpi buruknya hingga membuatnya sulit membuka mata, akibat mimpi buruknya itu seakan mencekam raganya untuk tidaklah sadar.“Tidak!!” Isabel terbangun dengan napas terengah-engah. Keringat semakin membanjiri tubuhnya. Dia mengendarkan pandangannya—melihat dirinya berada di kamarnya.Isabel terdiam sebentar menatap ke sekitarnya. Ya, kepingan memorinya teringat bahwa dia masih berada di penthouse Joseph. Untungnya malam itu, Joseph menyelamatkannya. Jika tidak, entah bagaimana dengan kehidupannya. Isabel mengambil tisu menyeka keringatnya menggunakan tisu itu. Lantas, dia melihat ke jam dinding—waktu menunjukkan pukul sepuluh malam. Sekujur tubuhnya benar-benar terasa lelah akibat mimpi buruk yang dideritanya.Isabel berusaha mengatur napasnya di tengah-tengah rasa cemas menyelimutinya. “Lebih baik aku berendam saja.” Isabel bergumam ingin berendam malam-malam, demi menenangkan pikiran y

  • Sentuhan Berbahaya (Dangerous Touch)   Bab 9. Berkuda

    Otak Isabel tidak bisa tenang. Debaran jantungnya sekarang bahkan jauh lebih kencang dari biasanya. Isabel tak pernah merasakan ini sebelumnya. Perasaan yang benar-benar tak menentu.Tangan Isabel berkeringat dingin. Kegugupan pun melanda dirinya bercampur dengan debaran jantung yang jauh lebih kencang. Jika dibiarkan, bisa-bisa Isabel akan pingsan akibat perasaan yang tak menentu ini.Sumber utama yang membuat Isabel seperti ini adalah Joseph. Bagaimana tidak? Untuk pertama kalinya ada pria yang melihat tubuh telanjangnya. Ditambah Joseph bukanlah suami ataupun pacar. Itu sangat memalukan!Isabel merutuki kebodohannya yang berendam di dalam jacuzzi sampai terlelap. Bisa-bisanya dia berendam dan berakhir tertidur pulas. Bahkan dia sampai tidak sadar kalau tubuhnya telah berpindah dari jacuzzi ke ranjang.Kegilaan macam apa ini? Isabel sungguh malu. Kalau saja bisa, dia ingin bersembunyi di kutub utara. Pergi sejauh mungkin. Dia sangat malu. Setiap kali melihat Joseph, ingin dirinya be

  • Sentuhan Berbahaya (Dangerous Touch)   Bab 10. Berkuda II

    Esok hari, Isabel sudah berpakaian khusus untuk berkuda. Ya, tadi pagi-pagi sekali pelayan mengantarkan pakaian yang telah disiapkan oleh Joseph. Entah, Isabel tak tahu kapan Joseph memesan pakaian perempuan untuk berkuda. Dia yakin pasti Joseph meminta asistennya untuk memesan pakaian ini.Joseph memiliki selera yang tinggi. Isabel bisa membuktikan dari pakaiannya yang disiapkan oleh Joseph. Semua pakaian yang dibelikan Joseph merupakan pakaian yang memiliki gaya terbaik dalam arti modern, tidak ketinggalan jaman. Selain modelnya yang menawan, juga merk dari pakaian yang diberikan Joseph, bukanlah merk dari brand sembarangan.Isabel menatap cermin, dia memakai sedikit riasan tipis di wajahnya. Rambut merah gadis itu diikat messy bun—membuatnya cantik dan segar. Isabel memiliki rambut yang cukup panjang. Jika ingin berkuda, pasti akan membuatnya tidak nyaman kalau harus membiarkan rambut panjangnya tergerai. Itu kenapa Isabel memutuskan untuk mengikat rambutnya dengan model messy bun.

  • Sentuhan Berbahaya (Dangerous Touch)   Bab 11. Kecurigaan Joseph

    “Isabel, ternyata kau sangat hebat berkuda.” Pujian pertama lolos di bibir Aubree sambil menatap Isabel dengan tatapan bangga. Ya, saat ini mereka tengah duduk bersantai di kafe sambil menikmati makanan. Setelah selesai berkuda, Aubree mengajak Isabel, Joseph, dan Nathan untuk makan di kafe terdekat. Kelelahan berkuda, pastinya mereka membutuhkan asupan makanan.Isabel tersenyum mendapatkan pujian dari Aubree. “Tidak hebat, Kak. Kebetulan saja aku bisa.”“Well, dulu aku sangat takut setiap kali ibuku mengajakku berkuda. Kau tahu? Berkuda itu tidak mudah. Jika aku lihat tadi sepertinya kau sangat terlatih,” ujar Aubree yang kagum pada Isabel.“Hm, dulu aku belajar dari mendiang kakakku. Dia yang mengajariku untuk berkuda,” balas Isabel dengan suara tenang.“Kakakmu sudah tiada?” sambung Nathan yang kini penasaran.Isabel mengangguk. “Ya, aku hanya seorang diri di sini. Tidak memiliki siapa pun. Kakakku dan ibuku sudah tiada.”“Ayahmu?” sambung Aubree.Isabel terdiam sebentar ketika Aub

  • Sentuhan Berbahaya (Dangerous Touch)   Bab 12. Aku Menyukainya

    Aroma masakan lezat menyerbak ke ruang dapur. Sang pelayan sampai dibuat terkejut ketika masuk dapur—sudah tercium aroma lezat dari makanan. Hal yang membuat pelayan itu tercenang adalah Isabel yang memasak.“Nona?” Seorang pelayan melangkah terburu-buru mendekat pada Isabel.“Hm?” Isabel mengalihkan sekilas tatapannya pada sang pelayan.“Nona, kenapa Anda memasak? Harusnya saya saja. Nanti Tuan Joseph bisa marah,” kata sang pelayan yang sudah ketakutan.Isabel tersenyum hangat. “Joseph tidak akan mungkin marah. Aku sengaja ingin membuatkan makan siang special untuk Joseph.”Pagi tadi ketika sarapan bersama dengan Joseph, ide di kepala Isabel adalah membuatkan makan siang untuk Joseph. Meskipun tak terlalu hebat dalam memasak, tapi Isabel pernah diajari memasak oleh ibu dan kakaknya. Itu kenapa dia sekarang ingin kembali mempraktekan apa yang dirinya bisa.“Nona, tapi—”“Lebih baik kau membantuku mengeluarkan buah-buahan yang ada di kulkas. Sekaligus bantu aku menyiapkan minuman,” uca

  • Sentuhan Berbahaya (Dangerous Touch)   Bab 13. Bagaimana Cara Membayar Utang Budi?

    Isabel terbangun di pagi hari dengan senyuman sumiringah. Gadis itu tersenyum-senyum membayangkan tentang kejadian tadi malam. Kejadian di mana membuat hatinya benar-benar bergejolak tak menentu.Isabel tak melupakan kata-kata Joseph. Bahkan akibat perkataan Joseph, membuatnya bertemu dengan pria itu di dalam mimpinya. Sungguh, dia seperti gadis remaja yang tengah jatuh hati. Saat Isabel tengah tersenyum-senyum membayangkan mimpinya tadi malam bertemu Joseph—tiba-tiba terdengar ada yang mengetuk pintunya. Gadis itu yakin yang datang bukanlah Joseph. Karena jika Joseph, maka sudah pasti Joseph tak perlu mengetuk pintu.“Iya, masuk,” ucap Isabel pelan meminta orang yang mengetuk pintu untuk masuk ke dalam kamarnya.“Nona?” Seorang pelayan melangkah masuk ke dalam kamar Isabel.Isabel menatap sang pelayan. “Iya?”Sang pelayan menunduk. “Nona, maaf mengganggu tapi Tuan Joseph meminta Anda untuk bersiap-siap. Hari ini beliau akan mengajak Anda ke butik.”Mata Isabel melebar. “Joseph ingin

Latest chapter

  • Sentuhan Berbahaya (Dangerous Touch)   Bab 95. Ending Scene (TAMAT)

    Beberapa bulan berlalu … Tangis bayi kembar pecah memenuhi ruang bersalin VIP khusus untuk anggota Kerajaan. Tangis bayi itu bersamaan dengan Isabel dan Joseph yang juga meneteskan air mata penuh haru bahagia atas kelahiran bayi kembar mereka. Isabel melahirkan secara normal. Awalnya, Joseph ingin Isabel melahirkan bayi kembar mereka melalui tindakan operasi, tapi Isabel menolak karena dia ingin dirinya melahirkan secara normal.“Selamat, Tuan Putri, Anda melahirkan sepasang bayi laki-laki dan perempuan. Mereka lahir sempurna, tidak ada kekurangan apa pun,” ucap sang dokter—dan Isabel semakin menangis haru.“Joseph, anak kita lahir dengan selamat,” bisik Isabel.Joseph mengecupi pipi Isabel. “Kau adalah ibu yang hebat. Terima kasih, Sayang.”Sang dokter menyerahkan bayi kembar itu pada Isabel, untuk melakukan proses IMD. Dua bayi kembar itu sangat gemuk dan sehat. Mereka sama-sama minum ASI secara langsung. Isabel tidak tahan untuk tak menangis. Wanita itu menangis saat melihat bayi

  • Sentuhan Berbahaya (Dangerous Touch)   Bab 94. Extra Part XI

    Pesta pertunangan Gaspar diadakan secara tertutup. Tidak ada media, dikarenakan Gaspar tak ingin kehidupannya disorot oleh media. Bagi pria itu, dia tidak memiliki kehidupan menarik yang harus sampai media liput.Keluarga Kerajaan hadir di pesta pertunangan Gaspar. Pun keluarga Afford diundang oleh Gaspar. Pertunangan yang diadakan di salah satu hotel di Madrid itu diadakan benar-benar sangat tertutup.Kamera yang ada di sana adalah kamera dari fotografer yang dibayar Gaspar. Bukan dari kamera media. Padahal sebenarnya sosok Gaspar sudah lama sekali ditanyakan oleh publik. Hanya saja memang sejak ibu dan adiknya membuat masalah, Gaspar merasa sangat malu. Itu yang membuat pria itu memutuskan menjauh dari media. Malam itu Isabel tampil cantik dengan balutan gaun berwarna maroon. Rambut indahnya digulung ke atas, menunjukkan leher jenjang yang indah. Joshua berada digendongan Joseph. Pesta diadakan jam tujuh malam, membuat Isabel dan Joseph masih bisa membawa Joshua keluar.“Isabel?”

  • Sentuhan Berbahaya (Dangerous Touch)   Bab 93. Extra Part X

    Joseph menjadi orang yang paling tak bisa tenang. Dia mondar-mandir gelisah di depan ruang rawat. Ya, Isabel langsung dibawa ke rumah sakit di kala pingsan. Joseph dan Benicio mengambil keputusan untuk membawa Isabel ke rumah sakit.Joshua tidak ikut. Joseph ataupun Benicio tak ingin Joshua berada di rumah sakit. Pengasuh menjaga Joshua. Di depan ruang rawat ada Joseph yang ditenangkan oleh Hazel. Lalu ada Benicio yang sejak tadi ditenangkan oleh Lena. Semua orang khawatir, terjadi sesuatu hal buruk pada Isabel.“Isabel akan baik-baik saja.” Lena membelai lengan Benicio, berusaha menenangkan calon suaminya itu.“Istrimu akan baik-baik saja, Kak. Dia wanita yang kuat.” Hazel berusaha menenangkan saudara kembarnya. Joseph mengatur napasnya, berusaha untuk tenang. Lalu, di kala dirinya tengah berusaha menenangkan diri—suara pintu terbuka. Refleks, semua orang di sana menatap dokter yang kini berdiri di ambang pintu sambil membuka masker. Tanpa menunda-nunda, semua orang yang ada di sana

  • Sentuhan Berbahaya (Dangerous Touch)   Bab 92. Extra Part IX

    “Ah! Joshua, keponakanku tersayang yang tampan!” Hazel berseru seraya mengambil alih Joshua yang ada di gendongan Isabel. Di tengah-tengah percakapan Hazel dan Joseph—Isabel muncul sambil menggendong Joshua. Tentu Hazel tak menyia-nyiakan itu. Dia segera menggendong keponakannya. Sudah lama dia tidak melihat keponakannya tersayang. Joshua tertawa-tawa di kala Hazel menciuminya. Bayi laki-laki tampan itu tampak suka berada di dekat Hazel. Ya, ini memang bukan pertama kalinya Hazel berada di dekat Joshua. Bayi laki-laki tampan itu sudah beberapa kali digendong Hazel. Jadi wajar jika Joshua sangat nyaman berada di sisi Hazel.“Apa kabar, Hazel?” tanya Isabel seraya memberikan pelukan singkat pada adik iparnya.“Baik, kau sendiri apa kabar?” balas Hazel sambil menimang-nimang Joshua.Isabel tersenyum lembut. “Aku juga baik. Senang sekali melihatmu. Belakangan ini kau sangat sibuk.”“Iya, maafkan aku. Belakangan ini memang aku sangat sibuk.” Hazel kembali duduk di sofa bersama dengan Isab

  • Sentuhan Berbahaya (Dangerous Touch)   Bab 91. Extra Part VIII

    Joseph tersenyum melihat Joshua yang tengah minum ASI. Bayi laki-lakinya itu tampak sangat lahap. Dia yang gemas langsung menciumi pipi bulat putranya itu. Isabel yang tengah memberikan ASI—sedikit memberikan cubitan pada sang suami yang menciumi Joshua.“Joseph, kau selalu mengganggu Joshua. Kapan dia tidur kalau kau ganggu terus?” protes Isabel dengan bibir yang mencebik kesal.“Joshua pasti hanya ingin minum susu saja, Sayang.” Joseph tak henti menciumi pipi bulat Joshua. “Putra kita mirip sekali sepertiku. Suka minum susumu.”Mata Isabel mendelik mendengar ucapan vulgar dari Joseph. Sepasang iris matanya menunjukkan jelas bagaimana dia kesal dan jengkel pada suaminya itu, yang bicara sembarangan di depan Joshua—yang sedang menyusu padanya.“Joseph! Kenapa kau bicara seperti itu di depan Joshua!” Mata Isabel mendelik tajam.Joseph menatap sang istri. “Apa yang salah, Sayang? Kan memang benar Joshua mirip aku yang suka minum susumu.”“Joseph, kau ini menyebalkan sekali,” rengek Isab

  • Sentuhan Berbahaya (Dangerous Touch)   Bab 90. Extra Part VII

    Isabel masuk ke dalam kamar, membaringkan tubuh di samping sang suami yang berkutat dengan MacBook-nya. Mereka masih berada di Kerajaan. Mereka belum kembali ke mansion, karena Isabel memutuskan tetap tinggal di istana untuk sementara waktu. Pun tentu Joseph menyetujui keinginan sang istri.Isabel adalah anak semata wayang di Kerajaan Spanyol, sejak di mana kakak Isabel meninggal dunia. Joseph sangat mengerti bahwa Isabel sangat dibutuhkan di Kerajaan. Hal tersebut yang membuat Joseph tak mengajak Isabel tinggal di New York. Joseph yang mengalah menjadi pindah ke Madrid.“Joshua sudah tidur?” tanya Joseph pada Isabel yang berbaring di sampingnya. Tatapan pria tampan itu masih berfokus pada MacBook-nya, tak melihat sang istri.“Sudah. Joshua sudah tidur.” Isabel menjawab sambil menyentuh tangan Joseph.Joseph mengalihkan pandangannya, menatap Isabel yang tampak tengah memikirkan sesuatu. “Ada apa, Sayang? Masih memikirkan tentang Lena, hm?”“Tadi pagi aku melihat pelayan tidak sengaja

  • Sentuhan Berbahaya (Dangerous Touch)   Bab 89. Extra Part VI

    Joseph membaca email masuk dari Ian, yang melaporkan tentang Lena. Sorot matanya menunjukkan jelas keseriusan nyata. Laporan yang diberikan sang asisten sangatlah jelas dan lengkap—membuat Joseph langsung paham.Suara pintu terbuka. Joseph mengalihkan pandangannya, menatap Isabel yang baru saja masuk ke dalam kamar. Pria tampan itu menatap Isabel yang tampak muram seperti telah memikirkan sesuatu.“Isabel?” panggil Joseph yang seketika itu membuyarkan lamunan Isabel.“Ya, Sayang?” Isabel mengalihkan pandangannya, menatap Joseph.Joseph melangkah mendekat, menghampiri Isabel. “Apa yang kau pikirkan? Apa ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu?” tanyanya sambil membelai lembut pipi sang istri.Isabel terdiam di kala mendapatkan pertanyaan dari sang suami. Dia merasa bingung harus bercerita dari mana. Sebab, ada rasa tak enak pada Joseph. Meskipun sudah menikah, tapi ada fase di mana Isabel sulit bercerita.Joseph tersenyum samar melihat Isabel yang hanya diam, tak mengatakan apa pun padan

  • Sentuhan Berbahaya (Dangerous Touch)   Bab 88. Extra Part V

    Keheningan membentang ruang makan megah itu, akibat keterkejutan dari ucapan Benicio. Sepasang iris mata Isabel menunjukkan jelas keterkejutannya. Kata-kata sang ayah yang akan menikah lagi membuat emosi Isabel terpancing.“Dad! Kenapa ini mendadak sekali? Aku bahkan tidak mengenal wanita itu! Kau ingat bagaimana jahatnya Inez dulu? Dia ular betina yang menghancurkan kedua anakmu. Sekarang kau masih ingin menikah lagi?” seru Isabel dengan emosi.Isabel menumpahkan amarah dalam dirinya. Entah kenapa emosi dalam diri Isabel benar-benar tidaklah stabil. Dia langsung meledakkan emosinya, di hadapan wanita bernama Lena. Dia tak peduli. Kepingan ingatannya teringat akan kekejaman Inez, sampai membuat dirinya harus kehilangan kakak pertamanya.“Isabel—”“Dad, cukup. Aku tidak ingin mendengar apa pun penjelasan darimu. Aku tidak akan merestui kau menikah lagi. Sudah cukup kekejian Inez. Aku tidak mau hal buruk terulang kedua kalinya.” Isabel menyudahi makannya, dan langsung meninggalkan ruang

  • Sentuhan Berbahaya (Dangerous Touch)   Bab 87. Extra Part IV

    Setiap pagi Isabel selalu mual. Joseph sudah memaksanya untuk diperiksa ke dokter, tapi yang diinginkan wanita itu adalah pulang ke Madrid. Entah kenapa Isabel sekarang ingin sekali kembali ke Madrid. Pun kebetulan pekerjaan Joseph bisa dipantau dari jarak jauh. Jadi tidak masalah sama sekali, jika kembali ke Madrid.“Isabel, aku mohon kau harus periksa kondisimu ke dokter.” Joseph memaksa Isabel. “Joseph, aku tidak mau diperiksa dokter. Aku ingin pulang saja. Aku rindu rumah kita. Pekerjaanmu sudah selesai, kan? Ayo kita pulang, Sayang.” Isabel menatap Joseph dengan tatapan penuh permohonan.Joseph mengembuskan napas panjang. “Hazel, kau mual setiap pagi. Mungkin saja—”“Mungkin apa, Joseph?” tanya Isabel sedikit kesal.Joseph ingin menjawab, tapi belakangan ini sang istri sangatlah sensitive. Pun dia takut dugaannya salah, dan berujung membuat istrinya itu kecewa. Joseph memutuskan untuk tidak meneruskan ucapannya.“Baiklah, besok kita akan kembali ke Madrid.” Joseph membelai pipi

DMCA.com Protection Status