Hujan telah berhenti, namun awan masih menunjukkan mendung. Bulan dan bintang yang biasanya menghiasi langit megah malah tak ada, karena telah tertutupi oleh awan gelap. Langit megah tak lagi terang, karena matahari telah tenggelam.Saat ini. Joseph melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang membelah kota. Pria itu melaju dengan pelan. Tak ingin mengganggu Isabel yang bersandar di kursi mobil. Gadis itu nampak sangat kelelahan.Lihat saja, selama Joseph mengemudikan mobil—Isabel menyandarkan kepalanya di kursi mobil. Gadis itu terlihat tak memiliki banyak tenaga. Wajar saja, dia kelelahan terus menerus diserang Joseph.“Isabel, kapan kau ke istana?” tanya Joseph seraya melirik Joseph dan mengusap lembut pipi gadis itu.Isabel menghela napas dalam. “Nanti saja. Hatiku sedang cemas. Aku merasa seperti akan terjadi sesuatu.”Entah kenapa, perasaan Isabel menjadi tidak enak. Gadis itu merasakan terjadi sesuatu yang dia sendiri tak tahu. Itu kenapa dia memutuskan untuk menunda kembali ke i
“Misi gagal. Joseph Afford melindungi Tuan Putri Isabel.”Laporan pengawal, membuat Inez mendidih murka. Sorot matanya tajam, membendung kemarahan. Lagi dan lagi rencananya mencelakai Isabel gagal. Sudah berkali-kali Inez berniat melenyapkan anak tirinya itu, tapi terus saja rencananya gagal. Selalu ada halangan yang membuat Isabel terlindungi.Inez meloloskan umpatan kasar. Berbagai makian, tak henti-hentinya dia loloskan. Emosi di dalam dirinya sudah meledak-ledak. Bisa-bisanya anak tirinya itu seperti kucing yang sulit dilenyapkan. Seolah selalu memiliki nyawa cadangan.“Kalian bodoh sekali! Membunuh satu orang gadis saja kalian tidak becus!” bentak Inez semakin emosi.Para pengawal menundukkan kepala, tidak berani menatap Inez. “Maafkan kami, Yang Mulia. Tuan Joseph Afford ternyata sangat tangguh. Beliau tahu bagaimana cara melindungi Tuan Putri Isabel.”Inez memejamkan mata singkat. “Sebelum Isabel dilindungi Joseph, kalian saja selalu gagal mencelakai Isabel!” geramnya penuh emo
Benicio menatap berkas tentang Joseph yang baru saja diberikan pengawalnya. Pria paruh baya itu menatap seksama apa yang dia lihat. Sorot mata tajam, dan lekat akan berkas-berkas yang ada di tangannya. “Jelaskan laporan ini!” seru Benicio meminta pengawalnya untuk menjelaskan.Salah satu pengawal mewakili, “Tuan Joseph Afford cukup terkenal dengan menyukai kehidupan malam. Beliau selalu berkencan dengan banyak wanita yang berbeda-beda. Bisa dikatakan apa yang dikatakan Yang Mulia Inez benar. Tuan Joseph Afford tidak pernah ingin serius menjalin hubungan dengan seorang wanita.”“Tuan Joseph Afford berbeda dengan dua kakak laki-laki yang sudah menikah. Justin Afford dan Nathan Afford terkenal tidak suka membuang-buang waktu bersama wanita yang tak mereka inginkan. Tapi, meski demikian prestasi Tuan Joseph Afford sangatlah hebat. Beliau mampu membesarkan perusahaan keluarganya.”Pengawal yang mewakili bicara, menyampaikan informasi yang sebenarnya pada Benicio. Sebelumnya, memang Benici
Isabel tidak bisa tenang. Gadis itu memikirkan Joseph yang tengah berbicara dengan ayahnya. Dia takut kalau sampai ayahnya mengatakan sesuatu hal yang menyinggung hati Joseph.Perasaan Isabel tidak enak. Di dalam kamar dia selalu mondar-mandir gelisah tak menentu. Benak Isabel sudah bekerja—di mana jika dalam tiga puluh menit lagi Joseph belum muncul—maka dia akan menyusul ke ruangan pribadi sang ayah.“Kenapa kau cemas seperti itu?” Ginny melangkah masuk ke dalam kamar Isabel. Dia sengaja mendatangi kamar saudara tirinya itu, seakan sengaja ingin mencari-cari masalah. Isabel menatap kesal Ginny yang datang menghampirinya. Ini yang paling membuatnya emosi. Selalu saja Ginny mengusik ketenangan hidupnya. Tidak pernah sedikit pun Ginny membiarkan Isabel hidup tenang.“Ginny pergilah. Jangan ikut campur urusanku.” Isabel menatap tajam Ginny, meminta wanita itu untuk tidak ikut campur dengan urusan pribadinya.Ginny semakin mendekat. Tinggi tubuh wanita itu jauh lebih tinggi dari tinggi
“Pangeran, Anda tidak bergabung makan malam bersama dengan anggota kerajaan lain?” Seorang pengawal menghampiri Gaspar yang baru saja datang, dan sudah bergegas ingin pergi lagi.Gaspar dan Ginny telah menyandang gelar Pangeran dan Tuan Putri. Meskipun hanya anak tiri Benicio, tapi dia memberikan khusus gelar ini pada kedua anak tirinya. Sebenarnya ini adalah larangan kerajaan, karena bagaimanapun Gaspar dan Ginny, tidak memiliki darah bangsawan.Akan tetapi, Benicio merupakan Raja yang bertakhta. Dia memiliki hak mutlak apa pun, dalam keadaan sadar jika ingin mengubah atau menambahkan aturan yang berlaku. Itu kenapa Gaspar dan Ginny telah menyandang gelar Pangeran dan Tuan Putri—layaknya memiliki darah bangsawan.Gaspar mengembuskan napas kasar. “Aku tidak tertarik.”Gaspar memilih untuk menyibukan diri sendiri. Dia tidak tertarik makan malam bersama dengan ayah tirinya, ibu, dan adiknya. Pria itu sengaja lebih menyukai kebebasan.Sang pengawal menatap sopan dan hati-hati Gaspar. “Pa
Makan malam telah berakhir. Isabel hendak ingin masuk ke dalam kamarnya bersama dengan Joseph, namun langkah kaki Isabel dan Joseph terhenti di kala Gaspar—saudara tiri sudah Isabel berdiri di hadapan Isabel.“Gaspar?” Isabel menatap Gaspar.Joseph yang ada di samping Gaspar, melayangkan tatapan tajam dan dingin pada sosok pria yang menghadangnya dan Isabel. Dia ingin marah dan mengusir, tapi dia berusaha keras untuk menahan segala kemarahan dalam dirinya. “Isabel, apa kita bisa bicara berdua?” Gaspar tak bisa menahan diri. Dia ingin segera bicara berdua dengan Isabel. Hanya saja dia tak ingin bicara ada Joseph. Dia hanya ingin bicara berdua dengan Isabel.“Tidak bisa! Isabel harus istirahat!” Alih-alih Isabel yang menjawab, malah Joseph sudah lebih dulu menyela pertanyaan Gaspar. Pria itu seolah enggan mengizinkan Isabel berbicara berdua dengan Gaspar.Gaspar menatap tajam Joseph. “Aku tidak bicara denganmu! Aku ingin bicara pada Isabel!” tukasnya menekankan.“Kau—” Joseph terpanci
Joseph terbangun pada tengah malam. Pria tampan itu terbangun karena mendapatkan telepon dari sang asisten. Dia menatap Isabel yang masih tertidur sangat pulas. Tentu dia tidak ingin mengganggu sang kekasih tengah tidur.Joseph menyingkirkan perlahan tubuh Isabel yang berada di pelukannya. Dia menyibak selimut, merapatkan kembali selimut itu ke tubuh Isabel, memberikan kecupan di kening Isabel—dan mulai melangkah keluar kamar sambil membawa ponsel yang ada di tangan kokohnya. Isabel tidur sangat pulas seperti bayi. Untungnya, gadis itu tak menyadari kalau Joseph sudah terbangun.“Ada apa, Ian?” jawab Joseph kala panggilan terhubung. Pria itu berada di lorong yang cukup jauh dari kamar Isabel. Dia tak mau berdiri di depan kamar Isabel, karena tak ingin membuat Isabel terbangun.“Tuan, maaf mengganggu Anda,” ujar Ian dari seberang sana. “Katakan padaku, ada apa?”“Tuan, saya hanya ingin memberi tahu kalau ayah Anda meminta Anda untuk tidak berlama-lama di istana kerajaan Spanyol,” ujar
Murcia, Spain. Arthur duduk di kursi kebesarannya seraya memejamkan mata singkat. Di sampingnya ada sang istri yang begitu setia menemaninya. Sedangkan di hadapannya ada Justin dan Nathan. Pria paruh baya itu sengaja meminta putra pertamanya dan putra keduanya untuk datang.Ya, seluruh keluarga Afford sudah tahu tentang identitas Isabel yang sebenarnya. Tidak ada yang berkomentar buruk. Mereka semua menghargai apa yang telah Isabel putuskan. Menjaga privacy merupakan bentuk dari keputusan pribadi.Posisi Isabel sebagai calon ratu di masa depan, membuat Isabel tentunya lebih menyuka menutip identitasnya daripada harus membuka ke semua orang tentang siapa dirinya.Tidak ada yang menghakimi Isabel. Bahkan Arthur yang tadinya masih kesal, perlahan mulai mengerti. Hanya saja pria paruh baya itu terlalu mencemaskan Joseph. Keluarga Isabel berkuasa di Spanyol. Sebagai ayah, tentu saja Arthur takut kalau sampai terjadi sesuatu hal buruk pada putranya.“Dad, biarkan Joseph menyelesaikan masal
Beberapa bulan berlalu … Tangis bayi kembar pecah memenuhi ruang bersalin VIP khusus untuk anggota Kerajaan. Tangis bayi itu bersamaan dengan Isabel dan Joseph yang juga meneteskan air mata penuh haru bahagia atas kelahiran bayi kembar mereka. Isabel melahirkan secara normal. Awalnya, Joseph ingin Isabel melahirkan bayi kembar mereka melalui tindakan operasi, tapi Isabel menolak karena dia ingin dirinya melahirkan secara normal.“Selamat, Tuan Putri, Anda melahirkan sepasang bayi laki-laki dan perempuan. Mereka lahir sempurna, tidak ada kekurangan apa pun,” ucap sang dokter—dan Isabel semakin menangis haru.“Joseph, anak kita lahir dengan selamat,” bisik Isabel.Joseph mengecupi pipi Isabel. “Kau adalah ibu yang hebat. Terima kasih, Sayang.”Sang dokter menyerahkan bayi kembar itu pada Isabel, untuk melakukan proses IMD. Dua bayi kembar itu sangat gemuk dan sehat. Mereka sama-sama minum ASI secara langsung. Isabel tidak tahan untuk tak menangis. Wanita itu menangis saat melihat bayi
Pesta pertunangan Gaspar diadakan secara tertutup. Tidak ada media, dikarenakan Gaspar tak ingin kehidupannya disorot oleh media. Bagi pria itu, dia tidak memiliki kehidupan menarik yang harus sampai media liput.Keluarga Kerajaan hadir di pesta pertunangan Gaspar. Pun keluarga Afford diundang oleh Gaspar. Pertunangan yang diadakan di salah satu hotel di Madrid itu diadakan benar-benar sangat tertutup.Kamera yang ada di sana adalah kamera dari fotografer yang dibayar Gaspar. Bukan dari kamera media. Padahal sebenarnya sosok Gaspar sudah lama sekali ditanyakan oleh publik. Hanya saja memang sejak ibu dan adiknya membuat masalah, Gaspar merasa sangat malu. Itu yang membuat pria itu memutuskan menjauh dari media. Malam itu Isabel tampil cantik dengan balutan gaun berwarna maroon. Rambut indahnya digulung ke atas, menunjukkan leher jenjang yang indah. Joshua berada digendongan Joseph. Pesta diadakan jam tujuh malam, membuat Isabel dan Joseph masih bisa membawa Joshua keluar.“Isabel?”
Joseph menjadi orang yang paling tak bisa tenang. Dia mondar-mandir gelisah di depan ruang rawat. Ya, Isabel langsung dibawa ke rumah sakit di kala pingsan. Joseph dan Benicio mengambil keputusan untuk membawa Isabel ke rumah sakit.Joshua tidak ikut. Joseph ataupun Benicio tak ingin Joshua berada di rumah sakit. Pengasuh menjaga Joshua. Di depan ruang rawat ada Joseph yang ditenangkan oleh Hazel. Lalu ada Benicio yang sejak tadi ditenangkan oleh Lena. Semua orang khawatir, terjadi sesuatu hal buruk pada Isabel.“Isabel akan baik-baik saja.” Lena membelai lengan Benicio, berusaha menenangkan calon suaminya itu.“Istrimu akan baik-baik saja, Kak. Dia wanita yang kuat.” Hazel berusaha menenangkan saudara kembarnya. Joseph mengatur napasnya, berusaha untuk tenang. Lalu, di kala dirinya tengah berusaha menenangkan diri—suara pintu terbuka. Refleks, semua orang di sana menatap dokter yang kini berdiri di ambang pintu sambil membuka masker. Tanpa menunda-nunda, semua orang yang ada di sana
“Ah! Joshua, keponakanku tersayang yang tampan!” Hazel berseru seraya mengambil alih Joshua yang ada di gendongan Isabel. Di tengah-tengah percakapan Hazel dan Joseph—Isabel muncul sambil menggendong Joshua. Tentu Hazel tak menyia-nyiakan itu. Dia segera menggendong keponakannya. Sudah lama dia tidak melihat keponakannya tersayang. Joshua tertawa-tawa di kala Hazel menciuminya. Bayi laki-laki tampan itu tampak suka berada di dekat Hazel. Ya, ini memang bukan pertama kalinya Hazel berada di dekat Joshua. Bayi laki-laki tampan itu sudah beberapa kali digendong Hazel. Jadi wajar jika Joshua sangat nyaman berada di sisi Hazel.“Apa kabar, Hazel?” tanya Isabel seraya memberikan pelukan singkat pada adik iparnya.“Baik, kau sendiri apa kabar?” balas Hazel sambil menimang-nimang Joshua.Isabel tersenyum lembut. “Aku juga baik. Senang sekali melihatmu. Belakangan ini kau sangat sibuk.”“Iya, maafkan aku. Belakangan ini memang aku sangat sibuk.” Hazel kembali duduk di sofa bersama dengan Isab
Joseph tersenyum melihat Joshua yang tengah minum ASI. Bayi laki-lakinya itu tampak sangat lahap. Dia yang gemas langsung menciumi pipi bulat putranya itu. Isabel yang tengah memberikan ASI—sedikit memberikan cubitan pada sang suami yang menciumi Joshua.“Joseph, kau selalu mengganggu Joshua. Kapan dia tidur kalau kau ganggu terus?” protes Isabel dengan bibir yang mencebik kesal.“Joshua pasti hanya ingin minum susu saja, Sayang.” Joseph tak henti menciumi pipi bulat Joshua. “Putra kita mirip sekali sepertiku. Suka minum susumu.”Mata Isabel mendelik mendengar ucapan vulgar dari Joseph. Sepasang iris matanya menunjukkan jelas bagaimana dia kesal dan jengkel pada suaminya itu, yang bicara sembarangan di depan Joshua—yang sedang menyusu padanya.“Joseph! Kenapa kau bicara seperti itu di depan Joshua!” Mata Isabel mendelik tajam.Joseph menatap sang istri. “Apa yang salah, Sayang? Kan memang benar Joshua mirip aku yang suka minum susumu.”“Joseph, kau ini menyebalkan sekali,” rengek Isab
Isabel masuk ke dalam kamar, membaringkan tubuh di samping sang suami yang berkutat dengan MacBook-nya. Mereka masih berada di Kerajaan. Mereka belum kembali ke mansion, karena Isabel memutuskan tetap tinggal di istana untuk sementara waktu. Pun tentu Joseph menyetujui keinginan sang istri.Isabel adalah anak semata wayang di Kerajaan Spanyol, sejak di mana kakak Isabel meninggal dunia. Joseph sangat mengerti bahwa Isabel sangat dibutuhkan di Kerajaan. Hal tersebut yang membuat Joseph tak mengajak Isabel tinggal di New York. Joseph yang mengalah menjadi pindah ke Madrid.“Joshua sudah tidur?” tanya Joseph pada Isabel yang berbaring di sampingnya. Tatapan pria tampan itu masih berfokus pada MacBook-nya, tak melihat sang istri.“Sudah. Joshua sudah tidur.” Isabel menjawab sambil menyentuh tangan Joseph.Joseph mengalihkan pandangannya, menatap Isabel yang tampak tengah memikirkan sesuatu. “Ada apa, Sayang? Masih memikirkan tentang Lena, hm?”“Tadi pagi aku melihat pelayan tidak sengaja
Joseph membaca email masuk dari Ian, yang melaporkan tentang Lena. Sorot matanya menunjukkan jelas keseriusan nyata. Laporan yang diberikan sang asisten sangatlah jelas dan lengkap—membuat Joseph langsung paham.Suara pintu terbuka. Joseph mengalihkan pandangannya, menatap Isabel yang baru saja masuk ke dalam kamar. Pria tampan itu menatap Isabel yang tampak muram seperti telah memikirkan sesuatu.“Isabel?” panggil Joseph yang seketika itu membuyarkan lamunan Isabel.“Ya, Sayang?” Isabel mengalihkan pandangannya, menatap Joseph.Joseph melangkah mendekat, menghampiri Isabel. “Apa yang kau pikirkan? Apa ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu?” tanyanya sambil membelai lembut pipi sang istri.Isabel terdiam di kala mendapatkan pertanyaan dari sang suami. Dia merasa bingung harus bercerita dari mana. Sebab, ada rasa tak enak pada Joseph. Meskipun sudah menikah, tapi ada fase di mana Isabel sulit bercerita.Joseph tersenyum samar melihat Isabel yang hanya diam, tak mengatakan apa pun padan
Keheningan membentang ruang makan megah itu, akibat keterkejutan dari ucapan Benicio. Sepasang iris mata Isabel menunjukkan jelas keterkejutannya. Kata-kata sang ayah yang akan menikah lagi membuat emosi Isabel terpancing.“Dad! Kenapa ini mendadak sekali? Aku bahkan tidak mengenal wanita itu! Kau ingat bagaimana jahatnya Inez dulu? Dia ular betina yang menghancurkan kedua anakmu. Sekarang kau masih ingin menikah lagi?” seru Isabel dengan emosi.Isabel menumpahkan amarah dalam dirinya. Entah kenapa emosi dalam diri Isabel benar-benar tidaklah stabil. Dia langsung meledakkan emosinya, di hadapan wanita bernama Lena. Dia tak peduli. Kepingan ingatannya teringat akan kekejaman Inez, sampai membuat dirinya harus kehilangan kakak pertamanya.“Isabel—”“Dad, cukup. Aku tidak ingin mendengar apa pun penjelasan darimu. Aku tidak akan merestui kau menikah lagi. Sudah cukup kekejian Inez. Aku tidak mau hal buruk terulang kedua kalinya.” Isabel menyudahi makannya, dan langsung meninggalkan ruang
Setiap pagi Isabel selalu mual. Joseph sudah memaksanya untuk diperiksa ke dokter, tapi yang diinginkan wanita itu adalah pulang ke Madrid. Entah kenapa Isabel sekarang ingin sekali kembali ke Madrid. Pun kebetulan pekerjaan Joseph bisa dipantau dari jarak jauh. Jadi tidak masalah sama sekali, jika kembali ke Madrid.“Isabel, aku mohon kau harus periksa kondisimu ke dokter.” Joseph memaksa Isabel. “Joseph, aku tidak mau diperiksa dokter. Aku ingin pulang saja. Aku rindu rumah kita. Pekerjaanmu sudah selesai, kan? Ayo kita pulang, Sayang.” Isabel menatap Joseph dengan tatapan penuh permohonan.Joseph mengembuskan napas panjang. “Hazel, kau mual setiap pagi. Mungkin saja—”“Mungkin apa, Joseph?” tanya Isabel sedikit kesal.Joseph ingin menjawab, tapi belakangan ini sang istri sangatlah sensitive. Pun dia takut dugaannya salah, dan berujung membuat istrinya itu kecewa. Joseph memutuskan untuk tidak meneruskan ucapannya.“Baiklah, besok kita akan kembali ke Madrid.” Joseph membelai pipi