Beranda / Romansa / Sentuh Aku, Pak! / 02. Tinggal Bareng?

Share

02. Tinggal Bareng?

Penulis: helloimironman
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-10 12:26:16

Carla dan pria yang belum di ketahui namanya itu duduk berhadapan di meja makan, suasana mendadak intens dan mencengkam sejak keduanya memutuskan untuk berdiskusi empat mata.

Pria itu sudah memberi penjelasan kepada Carla maksud kedatangannya dan memutuskan untuk tinggal di flat. Jelas Carla langsung menentangnya, ia juga memberi tau pria itu kalau Misel sudah meminjamkan flat ini kepadanya. Tapi pria itu tetap kekeh dan mengklaim kalau flat ini milik sepupunya, jadi ia juga berhak untuk tinggal di flat.

"Gak bisa, aku yang lebih dulu tinggal di sini, Kak Misel juga udah meminjamkan flat ini ke aku!" Carla langsung cari pembelaan. Dia tidak mau angkat kaki begitu saja setelah dua tahun lamanya menetap dan merawat flat milik Misel.

Sebelumnya Carla tinggal di flat minimalis itu bersama Misel, tapi satu bulan lalu Misel harus terbang ke Manchester untuk melanjutkan studinya di sana. Misel bahkan tidak mengatakan apapun tentang sepupunya yang akan tinggal di flat, kedatangan pria itu sangat mengejutkannya.

"Tapi saya sepupunya Misel, jadi saya juga berhak tinggal di sini. Lagi pula kamar di flat ini ada dua, jadi kita gak perlu merebutkan kamar, kan?"

"Maksud kamu?" Kening Carla mulai di banjiri keringat dingin.

"Kita bisa tinggal bareng, kamu di kamar 1, saya di kamar 2."

Carla langsung cengo. Mulutnya terbuka lebar, terkejut dengan ucapan pria itu barusan.

Tinggal bareng?

Carla menggelengkan kepala, itu mimpi buruk! ia bahkan tidak pernah sekalipun membayangkan akan berbagi atap dengan pria asing yang sangat...tampan. Lupakan soal visual! Carla memukul kepalanya, di saat genting seperti ini daya pikat pria itu tidak boleh menggoyahkan tekadnya. Bagaimanapun caranya ia harus membuat pria itu segera angkat kaki dari flat ini.

"Tinggal bareng? kamu bercanda?"

Mendengar pertanyaan Carla, pria itu menaikkan satu alisnya, "Lebih baik seperti itu, atau kamu yang mau pindah dari flat ini? Saya gak larang kalau mau kamu begitu." ujar pria itu dengan santainya.

Carla tidak habis pikir, bagaimana bisa pria itu berkata dengan penuh percaya diri seolah ia akan melepaskan flat ini begitu saja?

Carla menyilangkan kakinya, wajahnya yang semula mengendur kini ia pertegas, memberi tanda kepada pria itu kalau ia bukan wanita yang bisa diperlakukan seenaknya. Meski ia tidak memiliki hubungan darah apapun dengan Misel, tapi tetap saja, ia yang lebih dulu menempati flat ini bahkan sejak dua tahun lalu.

"Begini...maaf ya, pak, aku udah tinggal di sini dari dua tahun lalu. Ya, memang mau seberapa lama pun aku tinggal di sini, itu gak penting. Tapi, Kak Misel udah meminjamkan flat ini ke aku, Kak Misel juga bilang kalau aku bisa tempatin flat ini sampai kapanpun aku mau." jelas Carla membuat pria itu terperangah tak percaya. Bukan terperangah karena pembelaan gadis itu, ia terperangah karena baru saja Carla memanggilnya dengan sebutan 'Pak'.

"Nama saya Savian, dan saya belum setua itu untuk dipanggil bapak!" sungut Savian mengoreksi. Ia menatap Carla jengkel, beberapa menit lalu di kira kurir paket, lalu sekarang gadis itu memanggilnya 'Pak'.

Baru kali ini ada wanita yang membuat percaya diri Savian menyurut. Biasanya Savian selalu percaya diri di hadapan wanita karena para wanita selalu menatapnya dengan sorot mata penuh puja, tapi dimata Carla aura Savian yang kental dengan sejuta pesona jadi tak ada nilainya.

"Okay, Pak Savian, jadi gimana penjelasan aku tadi, udah ngertikan?"

"Savian. Gak pake pak!" Satu kali lagi Savian tekankan.

Carla mengidikan pundaknya tak peduli, ia tidak merasa bersalah karena menurutnya sudah sepantasnya ia memanggil pria itu dengan sebutan 'Pak'. Karena walaupun tampan, tapi sangat jelas terlihat kalau usia Savian sudah memasuki kepala tiga.

"Jadi gimana, Savian?"

Savian melipat kedua tangannya di depan dada, sorot elangnya menatap Carla menantang.

"Gimana apanya? Saya akan tetap tinggal di sini. Kalau kamu yang mau pergi, ya silakan."

Habis sudah kesabaran Carla, ia menggeram lalu menggebrak meja membuat Savian tertegun seketika. Dengan wajah yang sudah merah padam, Carla bangkit dari duduknya, ia berlari masuk kedalam kamar dan kembali dengan ponsel digenggaman.

"Aku telepon Kak Misel, biar Kak Misel yang putusin siapa yang berhak buat tinggal di flat ini!" ujar Carla sambil sibuk mengutak-atik ponselnya.

Savian mengangkat kepalanya tinggi - tinggi, ia sudah sangat percaya diri kalau Misel tentu akan memilihnya, secara dia dan Misel sepupuan, bahkan saat Misel umur 5 tahun Savian pernah satu kali menyebokin wanita yang sekarang berprofesi sebagai Psikiater itu.

"Hallo, Car?" suara Misel langsung terdengar setelah bunyi panggilan pertama. Carla sengaja mengaktifkan loud speaker agar Savian juga mendengar percakapannya dengan Misel.

"Hallo, Kak. Aku ganggu gak?"

"Gak dong, ada apa?"

"Sel, ini gue Savian." Tiba-tiba Savian merampas ponsel dari tangan Carla, membuat Carla menggeram sesaat lalu membiarkan Savian yang memegang ponselnya.

"Savian?! lo di Jakarta sekarang?" Suara Misel langsung naik saat oktaf, ia terdengar excited setelah Savian mengambil alih ponsel milik Carla.

Carla mengangguk samar, jadi pria yang membuatnya naik tensi namun tampan itu bernama Savian. Sementara Savian mendengus, ia merasakan jengkel mendengar Misel memanggilnya tanpa embel-embel kakak atau abang, padahal umur mereka terpaut lumayan jauh.

"Ya, minggu depan gue mulai kerja di tempat baru."

"Loh, jadi beneran lo pindah?"

Praktis Savian mengangguk meski lawan bicara virtualnya tidak melihat anggukannya itu, "Ya, dan karena gua butuh tempat tinggal, jadi gue putusin buat tinggal di flat lo."

Carla memicingkan matanya tajam kearah Savian, kenapa cara bicara pria itu seakan memaksa? Padahal tujuan ia menelepon Misel untuk meminta keputusan dari yang memegang kuasa penuh atas flat yang mereka rebutkan.

"WHAT?! Lo gak lihat di flat gue ada anak gadis?"

Mata Savian langsung melirik kearah Carla, ia tersenyum miring lalu mendekatkan bibirnya ke ponsel, "Makanya gue jadi makin pengen tinggal di sini." bisiknya diiringi dengan seringai tipis.

Carla yang tak paham dengan ucapan Savian cuma berdecak kesal.

"Vi, Vi, tobat lo!" sentak Misel, "Gue udah pinjamin itu flat ke Carla, jadi kalau lo mau tinggal di sana lo minta izinnya ke Carla, bukan ke gue!"

Carla menunduk menyembunyikan tawanya, ia tak kuat menahan geli saat melihat wajah blank Savian setelah mendengar jawaban tak terduga dari Misel.

"Mana Carla, gue mau ngomong sama dia." tambah Misel, Savian langsung menyodorkan ponselnya ke Carla dengan wajah yang sudah masam. Harapannya untuk tinggal di flat bersama Carla telah Misel hempaskan dalam sekejap.

"Kenapa, Kak?" Carla bertanya sambil beranjak menjauh dari Savian.

"Car, sorry ya, Savian juga gak bilang apa-apa sama aku kalau dia mau datang ke Jakarta." kata Misel dengan nada bersalahnya.

Misel sudah menduga kalau kedatangan mendadak Savian pasti membuat kekacauan di flat pagi ini, apa lagi setelah mendengar pernyataan pria itu ingin tinggal di flatnya. Misel yakin Savian pasti membuat Carla berkeringat dingin. Beruntung Carla memilih keputusan yang tepat untuk meneleponnya.

"Aku yang minta maaf karena kayaknya aku gak bisa izinin dia tinggal di sini... Kakak kan tau kalau aku..."

"It's okay, itu hak kamu, Car." sela Misel mencoba menenangkan karena suara Carla sedikit gemetar.

"Aku udah serahin flat itu ke kamu, jadi sekarang keputusannya ada di kamu. Lagian Savian gak bakal jadi gelandangan di jalan walaupun kamu gak izinin dia tinggal di flat." tambah Misel sambil terkekeh kecil.

Carla ikut terkekeh paksa, dan perlahan ia terdiam. Carla jadi merasa tidak enak buat mengusir Savian karena Misel memperlakukan dengan begitu baik.

"Tapi, Kak, aku jadi gak enak." cicit Carla.

"Gak enak kenapa?" tanya Misel, "Mau nyoba tantangan baru gak, Car?" imbuhnya.

"Maksudnya, Kak?"

"Gimana kalau kamu kasih kesempatan Savian buat nginap satu atau dua hari, dan lihat gimana reaksi tubuh kamu."

Carla menggigit bibir bawahnya cemas. Tantangan dari Misel memancing adrenalin jantungnya. Ia takut, tapi ingin mencoba yang Misel katakan.

"Savian gak akan ngelakuin hal yang sama kayak yang kakak tiri aku lakukan ke aku 'kan, Kak?"

Komen (14)
goodnovel comment avatar
Ita Azza
ceritanya semakin menarik
goodnovel comment avatar
Amiril Musilm
lagi ngapain
goodnovel comment avatar
Mmh Pauji
lanjut dong
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Sentuh Aku, Pak!   03. Carla dan Traumanya

    Carla panik, ia melangkahkan kakinya mondar-mandir di depan pintu kamar yang tertutup rapat. Beberapa menit lalu ia baru saja mengambil keputusan mengizinkan Savian menginap tidak lebih dari dua malam. Tapi karena keputusan yang tidak ia pikirkan matang-matang itu, sekarang ia jadi tidak tenang. Jantungnya berdetak abnormal, keningnya pun mulai dibanjiri keringat dingin. Bagaimana tidak cemas, sedari tadi Carla khawatir kalau Savian akan bertindak seperti yang kakak tirinya lakukan. "Nanti malam pintunya jangan di kunci ya, dek." Carla menutup kedua telinganya, bisikan itu datang lagi. Tubuh Carla mulai bergetar, dengan tenaga yang masih tersisa Carla memindah kursi dan barang-barang berat lainnya ke depan pintu kamarnya supaya tidak bisa di buka dari luar. Setelah mengunci pintu, Carla langsung naik keatas ranjang, ia menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya. "Jangan nangis, nanti mama dan papa dengar." Mendengar bis

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-10
  • Sentuh Aku, Pak!   04. Tragedi Pagi Ini

    Aroma kopi dan roti bakar yang menyeruak pagi ini membuat Carla terbangun dari tidurnya. Seakan terhipnotis, wanita itu langsung keluar dari dalam kamar dengan mata yang masih sayup-sayup terbuka. Savian yang tengah menyeruput kopi sambil membaca koran di pantry langsung terperengah dan tersenyum lebar melihat Carla yang baru keluar dari kamarnya hanya mengenakan oversized t-shirt lengkap dengan wajah bangun tidurnya yang menggemaskan, tapi terlihat seksi di mata Savian.Savian bersiul, matanya masih menatap Carla dari atas sampai bawah dengan pandangan menilai. Pikirannya mulai berkelana saat melihat paha mulus Carla yang terpampang nyata di depan sana, belum lagi sesuatu yang tercetak di dada gadis itu. Sial, Savian merasa ada yang menegang di bawah perutnya. Savian menyeringai, nakal sekali gadis itu berani menggoda imannya di pagi hari begini."Wow, sexy!" celetuk Savian seraya menggigit bibir bawahnya tergoda.Mendengar suara mahluk lain, kening Ca

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-10
  • Sentuh Aku, Pak!   05. Rayuan Savian

    Untuk menghindari Savian, Carla sampai tidak keluar dari dalam kamar seharian. Tapi sayangnya, rasa lapar di perut tidak dapat di hindarkan. Dengan terpaksa Carla melangkahkan kakinya keluar kamar, dia sedikit tertegun mendapati Savian yang duduk di depan televisi."Hai, Car," Savian menyapa. Mata Carla langsung menyipit dan menatap Savian sinis."Enak ya seperti di rumah sendiri!" sindir Carla mengamati meja yang dipenuhi dengan bungkus snack dan kaleng minuman. Carla berdecak jengkel, padahal tersedia tempat sampah di dapur, tapi Savian malah mengotori ruang tengahnya dengan sampah bungkus cemilan."Mau Pizza, Car?" tanya Savian tak menghiraukan sindiran pedas dari Carla, dia tetap memasang wajah cool sambil menggigit sepotong Pizza.Carla mengalihkan pandangannya ke kotak pizza di hadapan Savian lalu ia meneguk saliva, menahan diri agar tidak tergoda dengan tiga potong Pizza yang tersisa di sana."Gak, makasih!" tolak Carla, dia berniat

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-10
  • Sentuh Aku, Pak!   06. Negosiasi

    "Satu bulan?" Savian mengangguk mantap. Ia menggeser bokongnya untuk semakin dekat pada Carla lalu menyentuh telapak tangan Carla tanpa aba-aba. Saking terkejutnya dengan tindakan lancang Savian, Carla hanya bisa diam dengan pandangan menerawang. "Sekarang nyari tempat tinggal itu susah, Car, kayak nyari jodoh." kata Savian berusaha meyakinkan, tangannya masih betah menggengam telapak tangan Carla. Tidak melihat tanda penolakan dari Carla, Savian mengusap tangan Carla lembut, mengambil kesempatan dalam keadaan apapun adalah keahlian pria itu. "Boleh, ya, Car?" lanjut Savian sebab Carla masih merapatkan mulutnya. Setelah mendengar pertanyaan dari Savian, barulah Carla tersadar, ia menarik tangannya lebih dulu kemudian bergese

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-10
  • Sentuh Aku, Pak!   07. Keceplosan

    Esoknya Carla bangun dengan suasana hati yang kurang baik, mulutnya mendumel saat teringat percakapannya kemarin malam bersama Savian. Mulut Savian begitu lancar ketika mengatakan akan memberikan apapun padanya termasuk memuaskan, asalkan Carla bersedia berbagi flat dengannya selama satu bulan. Carla berdecak, memangnya pria itu pikir dirinya ini cewek murahan yang gampang diajak having sex dengan pria yang baru di kenal, jangankan baru, sudah kenal dekat pun belum tentu Carla sudi untuk melakukan having sex dengannya!Carla berjalan keluar dari kamar mandi dengan handuk yang menggulung di atas kepalanya. Tungkai Carla berhenti tepat di depan pintu kamar yang Savian tempati, mulutnya berkumat-kamit memaki Savian tanpa suara, tangannya yang terkepal terangkat memukul-mukul udara dan bertepatan dengan itu pintu kamar Savian terbuka, memunculkan wajah bantal Savian yang terkejut karena hampir kena bogem tangan Carla.Mata Carla melotot kaget saat pintu kamar Savian terbuk

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-11
  • Sentuh Aku, Pak!   08. Ratusan Peraturan

    Setelah beberapa hari, akhirnya Carla mengambil keputusan untuk memberikan Savian kesempatan untuk tinggal bersamanya. Pagi ini di ruang tengah, Carla dan Savian sedang berbicara empat mata perihal syarat dan peraturan yang harus Savian taati selama pria itu tinggal di flat. Savian membaca dengan teliti selembar kertas yang Carla berikan. Kedua bola mata Savian perlahan melebar saat membaca ratusan peraturan yang tertera di atas kertas dengan coretan tinta hitam itu. "Tapi ingat ya, kamu di sini cuma numpang!" tekan Carla seraya memandangi Savian yang tengah fokus membaca. "Dengan peraturannya sebanyak ini?" Savian menatap Carla tak percaya. Bahkan peraturan sekolah saja kalah ketat dan banyaknya di bandingkan peraturan di flat ini. Carla mengangguk dengan polosnya, tak peduli dengan reaksi berlebihan Savian. "Iya." jawab Carla singkat. Savian menggelengkan kepalanya. Matanya kembali menatapi coretan-coretan tak masuk akal

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-20
  • Sentuh Aku, Pak!   09. Dosen Pengganti

    "Shit, telat!"Carla mengumpat sebelum ia melompat turun dari kasur dan berlari keluar kamar. Dengan kecepatan kilat cewek itu membersihkan tubuhnya lalu membalut tubuhnya dengan pakaian yang sedikit formal pagi ini. Mulut Carla tak berhenti merutuki dirinya yang bangun kesiangan di hari pertama masuk kuliah setelah menikmati masa liburan lebih dari satu bulan."Sorry!" Carla yang sedang buru-buru berjalan kearah pantry tidak sengaja menyenggol pundak Savian yang baru saja keluar dari kamarnya. Segera Carla meminta maaf."Minumnya pelan-pelan, Car." tegur Savian melihat Carla minum susu dengan sekali tegukan hingga tetesan susu itu mengotori meja pantry."Lagi-" Carla terdiam, gadis itu tak mampu melanjutkan kata-katanya karena terpesona dengan penampilan Savian pagi ini. Luar biasa berwibawa dengan setelah kemeja putih yang dibalut dengan jas hitam, celana bahan tanpa kusut dan sepatu kulit kinclong. Carl

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-23
  • Sentuh Aku, Pak!   10. Menyesal?

    Carla menatap Savian yang baru masuk flat sembari menggelengkan kepalanya. Ia masih tidak percaya dengan kenyataan yang baru saja ia ketahui hari ini, bahwa pria yang tinggal bersamanya ternyata dosen baru di kampusnya! "Kenapa selama ini kamu gak bilang kalau ternyata kamu dosen di kampus aku!" Carla langsung mencecer Savian pertanyaan dengan nada tak santai. Savian yang baru saja pulang dari tempat kerja dan kelelahan hanya melewati Carla begitu saja kemudian mendaratkan bokongnya di sofa ruang tengah. Ia tidak ada tenaga untuk meladeni Carla yang menuntut penjelasan padanya. "Savian, jawab pertanyaan aku!" Carla tak ingin di abaikan. Ia berdiri tegak dengan tangan bertelak pinggang di hadapan Savian. Savian mendesah berat, "Saya juga gak tau kalau kamu mahasiswi di tempat saya mengajar." jawab Savian dengan nada jengahnya. Membuat Carla langsung merapatkan mulut dan tak enak hati karena sudah berpikiran negatif ke Savian. Carla menggaruk te

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-25

Bab terbaru

  • Sentuh Aku, Pak!   [S2] - 16. Peluk Untuk Keina

    Kahfi menghembuskan napasnya cemas, pria itu tidak bisa berhenti memikirkan istrinya yang sekarang entah berada dimana. Keina yang beberapa jam lalu mengeluh tak enak badan, kini menghilang. Sudah sejak tadi Kahfi ingin mencarinya, tapi Keino melarang dan mengatakan kalau sebentar lagi gadis itu pasti akan pulang. Kata Keino, Keina memang suka pergi main tanpa bilang-bilang. Kalau pun memaksa pergi, Kahfi juga tidak tahu harus kemana, dia tidak mengenal teman-teman dekat istrinya. Sedari tadi ponsel Keina juga tidak bisa dihubungi."Tunggu di dalam aja, Kaf. Dingin di sini." Keino datang sambil memainkan kunci mobil di tangannya, sepertinya pria itu hendak pergi.Kahfi mengangguk tanpa mengatakan apapun. "Enggak usah khawatir, Keina emang gitu anaknya, bandel. Sering kabur-kaburan. Nanti kalau dia udah pulang, sentil aja kupingnya, kebiasaan kalau main enggak izin dulu. Dia lupa kali kalau sekarang udah punya suami." gerutu Keino. Mungkin dia kesal dengan tabiat adiknya yang satu itu

  • Sentuh Aku, Pak!   [S2] - 15. Bertemu Dirga

    Keina melenguh disela-sela tidurnya, bukan tanpa sebab tidurnya yang nyenyak itu terganggu. Ada sesuatu yang mengguncang pundaknya, dan dengan terpaksa Keina membuka mata."Na, bangun..." Suara halus itu kini sudah langganan ditelinganya, jelas dia tahu siapa pemiliknya. Kahfi."Kenapa sih, Kak? Aku masih ngantuk!" Keina menepis tangan Kahfi dari pundaknya. Demi Tuhan, dia masih ngantuk berat, setelah subuh tadi dia harus terbangun untuk sholat subuh, kini Kahfi kembali mengusik tidurnya lagi."Hei, kamu lupa hari ini kita mau ke Dokter Kandungan?" Meski suaranya masih tetap lembut, tapi nyatanya saat ini Kahfi sedang menahan rasa sabarnya. Baru beberapa minggu menjadi suami, namun rasa sabar Kahfi benar-benar diuji.Mendengar apa yang baru saja suaminya itu katakan, spontan sepasang mata Keina membulat sempurna. Dia segera memunggungi Kahfi dan meringis pelan. Tentu saja sambil mengumpat dalam hati. Benar, dia lupa kalau hari ini mereka sudah janjian untuk periksa kandungan. Bukan me

  • Sentuh Aku, Pak!   [S2] - 14. Gawat!

    Keina duduk di depan Kahfi dan Keino dengan wajah tegang. Sejak kemarin kakaknya itu memang ada di rumah, tapi hubungan mereka sedikit canggung karena pemasalahan yang ada. Ya, tentu saja Keino marah saat mendengar kabar bahwa adiknya itu dihamili oleh pria yang tidak bertanggungjawab. Jangankan ngobrol, sejak datang saja Keino tidak mau menatap wajah Keina, baru tadi saat menegurnya di depan teman-temannya.Jadi, tolong jangan ditanyakan seberapa besar rasa marah Keino ke Keina. Sebagai kakak, dia jelas merasa sangat kecewa dan gagal melindungi adiknya dari janji manis laki-laki buaya."Gimana Keina, Kaf? Dia menjalani kewajibannya sebagai istri, kan?" tanya Keino menatap Kahfi dengan serius, walaupun Keina duduk tepat disebelah Kahfi, tapi tak sekilas pun matanya melirik ke arah sang adik yang merengut cemas.Sebelum menjawab pertanyaan kakak iparnya itu, Kahfi menoleh ke arah Keina dan tersenyum lembut. Dia menggerakan tangannya, merangkum punggung tangan Keina yang nganggur lalu m

  • Sentuh Aku, Pak!   [S2] - 13. Kedatangan Kahfi

    "Na, mobil siapa tuh?"Keina yang sedang asik berbincang dengan Gibral lantas mengalihkan pandangannya ke arah yang sama dengan apa yang Miska lihat saat ini. Sebuah mobil Range Rover yang melaju memasuki perkarangan rumahnya. Perlahan kening Keina berkerut sebelum bibirnya mengeluarkan sebuah decakan sebal setelah tersadar siapa pemilik mobil mewah itu.Ya, siapa lagi kalau bukan suaminya, Kahfi. "Siapa, Na?" Mario ikut bertanya.Dan ketika pintu mobil itu terbuka, memunculkan Kahfi yang keluar dari dalam sana. Hal itu tentu saja membuat rasa penasaran teman-temannya terbayarkan. Jelas mereka masih ingat wajah pria yang duduk di kursi pelaminan bersama Keina menggantikan posisi Dirga yang notebene teman mereka juga. Mereka spontan bangkit berdiri, kecuali Keina yang ekspresinya langsung mendadak bete."Na, kok diam aja, itu suami lo datang!" Miska menarik tangan Keina cepat tatkala melihat Kahfi yang berjalan mendekati mereka dengan seulas senyum manisnya. Jika boleh jujur, tadi Mis

  • Sentuh Aku, Pak!   [S2] - 12. Keina : Berat, Ma...

    "Maaaaa, takut!" Keina berlari mundur saat mendengar gemercik minyak panas tatkala ia memasukan potongan ayam ke dalam penggorengan. "Ya ampun, Na! Masak aja kayak mau tawuran!" Komentar Dinne yang berdiri diujung pintu dapur sambil memegang ponsel yang menyorot ke arah sang anak. Ya, dia sedang merecord kegiatan Keina untuk dikirim ke Kahfi sebagai laporan. Meskipun Kahfi tidak meminta, tapi Dinne berinisiatif sendiri. "Ma, bantuin aku dong! Kok malah main hape doang!" Gadis itu menatap sang mama kesal, tangan kanannya memegang spatula sementara tangan lainnya memegang tutup panci yang dia ambil spontan untuk melindungi diri dari cipratan minyak. Dinne berdecak, sebelum mengindahkan perintah sang anak, dia mengatur tata letak ponselnya agar kameranya terus menyorot ke arah Keina. Setelah itu dia berjalan mendekati kompor, "Sini, gitu aja udah marah-marah." Dia mengambil alih spatula dari tangan Keina, lalu menggoreng potongan ayam yang tersisa. "Mama kayaknya salah deh, sebelum be

  • Sentuh Aku, Pak!   [S2] - 11. Pengantin Baru Kok Pisah Ranjang?

    Kahfi mengelus bibirnya dengan kedua mata tertuju pada ponsel digenggaman. Biasanya di jam-jam segini pria itu sibuk dengan laptop dan pekerjaan, meskipun pekerjaannya sudah selesai tapi dia pasti selalu bertanya ke Sekretarisnya apakah ada pekerjaan yang bisa dia selesaikan saat itu. Namun untuk kali ini Kahfi memilih untuk korupsi waktu, entah kenapa dia lebih memilih untuk berperang dengan isi kepalanya sendiri daripada menandatangi berkas-berkas.Pria dengan kemeja abu-abu itu merenggangkan dasinya. Tangan kanan Kahfi memegang ponsel yang hanya dia tatapi sejak setengah jam lalu, sementara tangan lainnya memutar-mutar bolpoint. Nama sang istri yang asik berlarian di kepalanya menjadi alasan kenapa pria itu asik dengan dunianya sendiri. Kahfi melirik arloji dipergelangan tangannya, jam satu siang. Kalau dia telepon Keina dan bertanya apakah istrinya itu sudah sholat dzuhur dan makan siang, apa Keina akan merasa terganggu? Mengingat bagaimana respon Keina saat ia telepon tadi pagi,

  • Sentuh Aku, Pak!   [S2] - 10. I'm Gonna Miss You

    Mas Kahfi: Assamu'alaikum, Na... Selamat pagi.Mas Kahfi: Hari ini kesiangan enggak sholat subuhnya? Oh iya, jangan telat sarapan, ya.Keina yang baru membuka kedua matanya dan tak sengaja mendapati pop-up pesan dari Kahfi lantas berdecih. Entah kenapa pesan manis itu terlihat menjijikan untuknya. Typing Kahfi benar-benar menggambarkan sosok bapak-bapak yang sudah tua, sangat berbeda dengan Keina yang terbiasa menerima pesan dengan typing gaul dari teman-teman sepantarannya.Tanpa berniat membalas pesan dari suaminya itu, Keina lantas meletakan kembali ponselnya ke atas nakas. Sejenak dia merenggangkan otot-otot badannya sebelum menyibak selimut dan turun dari ranjang. Gadis dengan setelan piyama biru muda itu berjalan menuju jendela kamarnya, membuka ventilasi udara dan menghirup banyak-banyak udara yang belum terkontaminasi polusi.Kepala Keina menoleh ke belakang, melirik jam dinding. Ternya masih pukul enam pagi. Sejujurnya, ini momen langka karena Keina bisa bangun disaat matahar

  • Sentuh Aku, Pak!   [S2] - 09. Sayang, Adek, atau Istriku?

    Menepati janjinya, selepas sholat dzuhur Kahfi membawa Keina ke rumah Galih untuk silahturahmi sekaligus mengenalkan istri cantiknya itu. Tentu saja, Galih dan istrinya menyambut dengan baik kedatangan keduanya. Ya, meski gagal menjadikan Kahfi sebagai menantu mereka, tapi hubungan keluarga Galih dengan Kahfi tetap baik. Mereka juga banyak memuji Keina yang katanya cantik. Usai berbincang kecil selama kurang lebih setengah jam, Kahfi dan Keina harus pamit karena mereka harus pergi mengejar jam penerbangan pesawat ke Jakarta yang sudah mereka pesan siang ini. Ya, hari ini Keina akan kembali ke Jakarta, jika gadis itu menepati janjinya, maka dia akan kembali lagi bulan depan untuk menetap selamanya bersama Kahfi di kota ini."Sudah dicek lagi barang-barang kamu? Ada yang ketinggalan enggak?" tanya Kahfi seraya mengambil alih tas besar yang sedang Keina bawa. Lantas dia menaruhnya ke dalam bagasi mobil."Enggak ada, Kak," jawab Keina.Kahfi mengangguk, dia lantas membukakan pintu penump

  • Sentuh Aku, Pak!   [S2] - 08. One Step Closer

    "Mas Kahfi, tumben sudah dua hari saya enggak lihat mas Kahfi jamaah di sini,"Kahfi yang baru saja melangkah keluar dari pintu masjid langsung menghentikan tungkainya, dia berbalik badan dan mendapati Pak Galih yang melempar pertanyaan kepadanya.Sebelum menjawab, Kahfi lebih dulu menyalami tangan pria paruhbaya itu. Dia cukup dekat dengan Pak Galih selaku ketua RT dikompleknya. Apalagi mereka sama-sama jamaah tetap di masjid, jadi setiap hari pasti bertemu."Iya, Pak, kemarin saya habis dari Jakarta," jawab Kahfi dengan senyuman di wajah teduhnya. "Oh iya, Pak, rencananya pagi ini saya mau ke rumah bapak," imbuh Kahfi sambil melangkah menuju halaman masjid. Tentu saja, tungkai Galih juga mengiringi."Ada apa, mas?" Galih bertanya sambil memakai sandal jepitnya.Kahfi menahan senyum, sebenarnya dia tidak ingin berbicara dengan situasi seperti ini, dijalan menuju arah pulang. Meskipun jalanan sedang sepi dan hanya ada beberapa orang yang juga baru keluar dari masjid selepas sholat sub

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status