PRAHARA DI KANTOR PAGI HARI!
"Apalagi kau menjalani pelampiasan jadi tak tulus dalam hubungan, kau sangat jarang menghubungi dan kamu terlampau cuek. Bukankah akan membuat muak dan sakit hati antar pasangan?" tanya Aruna. Rebound relationship justru memberikan dampak negatif pada diri sendiri dan juga pada pasangan baru. Seseorang yang terjebak dalam hubungan pelarian bisa kehilangan rasa percaya dirinya, merasa tidak berharga, cemas, bahkan merasa cintanya bertepuk sebelah tangan. Selain itu, hubungan rebound relationship juga bisa membuat pasangan kekasih saling memanipulasi satu sama lain. Contohnya, kekasih barumu bisa saja merasa kasihan pada dirimu, sehingga ia akan mati-matian membantumu untuk melupakan mantanmu dan memenuhi apa pun keinginanmu agar kamu tidak sedih karena ia sangat mencintaimu. Kamu juga bisa merasa bersalah dengan perasaanmu yang masih terpaku pada mantan, sehingga kamu berusaha membayar kesalahan itu dengan menuruti semua macam-macam tuntutanAKU YANG MENGEJAR, ARUNA!"Kau memang tak pernah bisa memahamiku, Pak Dion. Kau hanya memiliki pemikiran buruk saja padaku! Kau tak bisa memiliki kepercayaan padaku," jelas Aruna."Keluarlah, Pak Dion! Aku mohon," usir Aruna."Baiklah, maafkan aku Aruna. Aku hanya salah paham," ucap Dion."Pak Dion, jika kau tidak pindah hari ini mungkin ini tidak hanya salah paham. Kau paham kan maksudku?" ancam Aruna."Kenapa?" tanya Dion."Jika sampai Pak Dion masih tetap di sana maka jangan harap aku tinggal diam. Sudah aku bilang kan kalau ada di rumah itu mata aku tidak akan pulang ke rumah! Aku akan menginap di rumah orang lain! Jadi pikirkan sendiri, emang kau mau ya?" sindir Aruna."Ck! Payah," keluh Dion. Dia tak mengira jika Aruna sekarang mulai berani mengancamnya. Sekarang dia berani mengancam bahkan mengatakan hendak ke rumah lelaki lain. Dion hanya bisa menghela nafas panjang."Aku sedang bekerja, Pak Dion. Jadi lebih baik kau pergi," usir Aruna.
SELLY LELAH MENCINTAI DAN MENGEJAR!"Jika dulu aku langsung memindahkannya berarti aku membantu melawan Iding secara langsung. Padahal aku sama sekali tak memiliki kepentingan juga dengan itu. Yang membutuhkan adalah dirinya sendiri," ujar Aruna."Ah aku paham. Jadi kamu sekarang sedang melatihnya untuk membela diri dia sendiri begitu kan? Kau mengajarinya perlawanan untuk melawan Iding secra tak langsung. Apakah ini sama?" tanya Arumi."Yap! Aku sedang membangun kemampuan perlindungan dirinya sendiri agar dia hidup tak selalu bergantung pada orang lain kan? Aku ingin menyadarkan dia, agar dia bisa menyadari bahwa tidak ada yang bisa terus melindunginya, kecuali dirinya sendiri," ucap Aruna."Jujur saja kasihan Mei Mei, sebenarnya dia selalu menjadi korban dari Iding. Mulut Iding itu sangat jahat, dia tak peduli dan tak memandang gender. Selalu melecehkan walaupun dengan ucapannya. Tak berperasaan, kadang aku kasihan dengan mentalnya namun aku juga tak mau Mei Mei me
KODRAT WANITA DIKEJAR, BUKAN MENGEJAR!"Kau juga berhentilah menggantungnya terlalu lama, Dokter Rendi. Rasanya Selly terlalu lelah mengejarmu, kodratnya wanita lah yang harus di kejar bukan mengejar. Aku rasa dia sudah lelah mencintaimu, Dokter Rendi. Bukan kah ini sudah lebih dari dua bulan kan?" tanya Dokter Yang."Aku mungkin masih berpikiran kolot. Tapi, menyatakan cinta lebih dulu masih di anggap sebagian wanita itu adalah tindakan yang wajar. Ini buatku berhubungan dengan harga diri wanita itu sendiri, apalagis elama ini yang mengejarmua dalah Selly, seorang wanita yang menurutku jelas bibi, bebett, dan bobotnya. Apalagi dia adalah anak dokter senior, dokter Tjahyadi. Apa lagi kurangnya? Bukan kah itu artinya Selly sudah mengorbankan harga dirinya demi membuktikan cintanya padamu, Dokter Rendi. Padagal pada dasar dan kodratnya laki-laki yang meminta, bukan sebaliknya. Tapi, kalau ada perempuan memilih menyatakan perasaannya lebih dulu ya memang tak masalah namun bagik
KENCAN DENGAN SIAPA?"Lalu menurutmu apa yang membuat Aruna tak kunjung membuka hatinya untukku?" cerca Dion."Anda terlalu narsistik," jawab Hendy keceplosan.Tanpa di sadari Dion memang mengalami gangguan kepribadian narsistik akan memiliki ego yang berlebihan, membutuhkan banyak perhatian, dan tidak memiliki empati terhadap siapa pun dalam hidupnya. Pria narsis sering kali terlihat menawan dan karismatik pada awalnya sebelum berubah masam seiring berjalannya waktu. Meskipun berinteraksi dengan orang narsistik bisa jadi sulit dan merendahkan. Dia harus selalu di megahankan, Ini adalah saat seseorang memiliki rasa mementingkan diri sendiri yang berlebihan dan mengharapkan orang lain mengenali dan mengakui kehebatannya. Mereka mungkin terobsesi dengan fantasi keagungan dan kesuksesan, dan percaya bahwa mereka cukup istimewa untuk pantas mendapatkannya.Orang narsisis tidak mempertimbangkan emosi orang lain. Kurangnya empati ini dapat menyebabkan seorang narsisis me
MENGUJI INSTING SEORANG IBU"Ck! Aruna benar-benar melakukan kencan. Apakah dia akan menyiapkan ini semua dengan Rendi? Apakah ini tanda bahwa Rendi akan mengungkapkan semua perasaannya pada Aruna? Atau dia ikut kencang di mi chat lalu bertemu dengan lelaki bangsat yang akan mengambil keuntungan darinya. Bodoh! Aruna bodoh," omel Dion. Dion pun hanya terdiam dan mencoba menyimak semua pembicaraan Aruna dan Arumi yang nampak asik sendiri. Mereka tanpa sadar Dion sudah mendengarkan dan menyimak mereka sejak tadi. Dion benar-benar mencoba mencerna semuanya, diam sudah menyimak apa yang sebenarnya mereka katakan dan di mana tempat kencan mereka. Barangkali dengan ini dia bisa mendapatkan peluru untuk mencegah Aruna pergi. Dia berbincang dengan Rendi ataupun dengan lelaki lainnya."Kenapa sih kay bawel sekali Aruna. Semua pakaianku ini cocok menurutku dan ini juga bagus," ucap Aruna."Apanya yang cukup bagus? Lihat dan perhatikan, pertama di larang pakai terlalu murah ka
APA YANG KAU LAKUKAN BIMA?"Ya sudah, bagaimana kalau Ibu menitipkan dirimu pada Ibu Arumi?" usul Aruna lagi."Tidak mau! Tidak!" teriak Bima."Awww! Aduhhh!" teriak Bima langsung bergulingan di lantai."Ada apa, Bima?" tanya Aruna melirik anaknya sekilas."Aww! Aduh sakit, Ibu. Perutku sakit! Perutku sakit," kata Bima ambil berteriak."Apa perutmu sakit ya?" tanya Aruna. Bima mengnggukkan kepalanya. Baiklah kala memang perutmu sakit maka kita harus segera ke rumah sakit! Ayo Ibu akan segera menelpon Ayah Rendi agar memeriksa kesehatanmu," ajak Aruna santai. Sebagai seorang Ibu dia sangat tahus aat ini Bima berbohong. Dia tahu betul justru putranya ini jika sakit akan lebih memilih diam dan menenangkan Aruna yang justru lebih panik. Saat dia berteriak san berguling- guling berlebihan begitu justru da sangat ragu dan meyakini jika putranya sedang berbohong dan berakting saja."Tidak mau! Aku tidak mau ke Ayah Rendi," tolak Bima ketakutan juga ka
PAK WENDI MANAGER BATU BARA!"Bima kau kenapa kok tanganmu begitu? Kau sedang apa?" tanya Aruna penuh selidik."Hah?" sahut Bima."Mengapa tanganmu begitu?" tanya Aruna sambil melihat ke seluruh ruangan."Tidak. Aku sedang latihan berbagai senam jari agar tidak kram, Bu. Ini yang diajarkan oleh Ibu guru Ling Ling kepadaku," jelas Bima beralasan."Entahlah kau itu aneh sekali. Mengapa kau selalu belajar ha- hal aneh tidak sepeti anak usiamu? Dari mana lagi kau memperoleh keahlian konyol dan pemikiran absur ini? Jelas sekali dari Ayah Baikmu, kan," tebak Aruna mengomel. Dion sangat lega begitu mendengar Bima bisa berhasil lolos meyakinkan Aruna bahwa mereka tidak berjanjian di sini. Dion memang sempat cemas Bima keceplosan, ya bagaimanapun juga Bima amsih anak- anak. Wajar saja dia kadang tak konsisten, dia menghela napas lega panjang sambil berguman dalam hatinya dan menurunkan topinya sedikit untuk menutupi sebagian besar wajahnya."Memang bibitanku dalam memiliki anak tak perlu di r
PAK DION YANG TERHORMAT!"Saya sendiri juga tak mengira orang yang bekerja di bidang keuangan yang menurut saya selalu identik dengan kaku dan angkuh bisa se humble ini juga, Pak. Apalagi Arumi mengatakan Jika Bapak adalah ketua manajer di perusahaan batubara dan itu adalah manajer keuangan tentu saja Bapak sangat sibuk sekali," puji Aruna."EKHHHMMMM! UHUKKKK UHUKKKK!" Dion terbatuk- batuk dengan keras. Dion melakukan itu untuk membuyarkan pujian Aruna pada lelakai itu. Sontak saja semua orang menoleh namun tak menemukan sumber suara itu karena kebetulan cafe itu tidak lah terlalu ramah orang hanya terdapat beberapa pengunjung. Entah kenapa tiba- tiba ARuna bergidik ngeri, instingnya mengatakan ada sesuatu yang tak beres di dekatnya."Ternyata tidak seperti dugaanku karena Bapak sangat mudah sekali bergaul," kata Aruna."Oh iya hal yang kau katakan tadi..." Belum sempat selesai Wendi menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba Bima memukulkan bantal sofa ke wajah